Anda di halaman 1dari 5

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Posted By: Lusa Rochmawation: 12 Februari 2019In: Patologi, Persalinan

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) sering disebut
dengan premature rupture of the membranes (PROM), yaitu pecahnya selaput ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Angka kejadian ketuban pecah dini sekitar 4-7 % dari
seluruh kehamilan, sering terjadi pada usia kehamilan 28-40 minggu dan 2/3nya terjadi
secara spontan.

Faktor Risiko

Ketuban pecah dini dialami oleh ibu hamil dengan usia muda, kehamilan kembar, riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, infeksi saluran genital.

Komplikasi
Komplikasi KPD meliputi: persalinan dengan induksi; persalinan dengan sectio cesarea (SC);
kelahiran kurang bulan; sindrom gawat napas; kompresi tali pusat;
khorioamnionitis; abruption plasenta; morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal.

Diagnosis

Gejala dan tanda (selalu Gejala dan tanda


Diagnosis kemungkinan
ada) (kadang-kadang ada)

Ketuban pecah tiba-tiba


Keluar cairan ketuban Cairan tampak di introitus Ketuban pecah dini
Tidak ada his dalam 1 jam

Riwayat keluarnya cairan


Cairan vagina berbau Nyeri uterus
Demam/menggigil Denyut jantung janin cepat Amnionitis
Nyeri perut Perdarahan pervaginam
sedikit

Gatal
Cairan vagina berbau
Keputihan
Tidak ada riwayat ketuban Vaginitis/servisitis
Nyeri perut
pecah
Disuria

Nyeri perut
Cairan vagina berdarah Gerak janin berkurang Perdarahan antepartum
Perdarahan banyak
Pembukaan dan
Awal persalinan preterm atau
Cairan berupa lendir darah pendataran servik
aterm
Ada his

Prognosis

Bagi ibu terjadi: infeksi dalam persalinan dan pascapersalinan; partus lama; perdarahan
postpartum; intervensi medis; morbiditas dan mortalitas maternal.

Bagi bayi terjadi: prematuritas; prolaps funiculi; hipoksia dan asfiksia; sindrom distress
pernapasan (RDS atau Respiratory Distress Syndrome); sindrom deformitas janin; hypoplasia
paru janin pada aterm; morbiditas dan mortalitas perinatal

Penanganan Umum

1. Konfirmasi usia kehamilan, lakukan USG.


2. Lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai cairan yang keluar (bau, warna, jumlah) untuk
membedakan dengan urin.
3. Jika ada perdarahan setelah 22 minggu, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
4. Tentukan ada tidaknya infeksi.
5. Tentukan tanda-tanda inpartu.
Penanganan Khusus

Konfirmasi diagnosis, meliputi:

1. Bau cairan ketuban yang khas.


2. Jika cairan ketuban keluar sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam
kemudian.
3. Lakukan inspekulo, nilai cairan yang keluar melalui ostium uteri atau terkumpul
di forniks posterior.
4. Jika mungkin, lakukan:
o Tes lakmus (tes nitrazin). Jika kertas lakmus merah menjadi biru, maka ada
cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
positif palsu
o Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada objek gelas dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amnion dan
gambaran daun pakis.
Penatalaksanaan

1. Rawat di rumah sakit.


2. Jika ada perdarahan dengan nyeri perut, curiga solusio plasenta.
3. Jika ada tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotik.
4. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu.
o Berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin (Ampisilin 4 x
500 mg selama 7 hari ditambah Eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari
selama 7 hari.
o Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi.
o Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin
(Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam atau Deksametason 6 mg
IM dalam 4 dosis setiap 6 jam).
o Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.
o Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan preterm
5. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan > 37 minggu
o Jika ketuban sudah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk
mengurangi risiko infeksi streptokokus grup B.
o Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam.
o Atau Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan.
o Jika tidak ada infeksi pascapersalinan, hentikan antibiotika
6. Nilai serviks
o Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
o Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan
infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea
7. Amnionitis
o Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan.
o Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24
jam.
o Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotika pasca persalinan.
o Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan
metronodazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
Sumber Pustaka

Fadlun. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Hlm: 113-116.
Gahwagi, M., Busaria, M., & Atia, M. 2015. Premature Rupture of Membranes
Characteristic, Determinants, and Outcomes of in Benghazi, Libya. Journal of Obstetric and
Gynecology . Vol: 5, p 494-504.
Manuaba, I. 2007. Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: ECG
Rohmawati, N., Fibriana, I. 2018. Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran. Higeia Journal Of Public Health Research And Development. Vol.2 No.1. Hlm:
23-32.
Saifudin, BA. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Edisi 1 Cetakan 12. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. M 112-M 115.
WHO. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI. Hlm: 122-123.
Image, rnpedia.com

Anda mungkin juga menyukai