Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Industri pangan menjadi salah satu dari lima industri prioritas di
kementerian Perindustrian RI. Hal tersebut tidak lain karena industri pangan
memiliki pasar domestik dan pengaruh yang kuat pada sektor global. Bahkan,
industri pangan menjadi percontohan industri-industri lain untuk menghadapi
industri 4.0

Peran komunikasi pembangunan pertanian makin penting dalam


mewujudkan swasembada pangan dan diversifikasipangan sebagai landasan
terciptanya kemandirian pangan dan ketahanan pangan yang andal.
Kemandirian panganhanya dapat terwujud jika pembangunan dilaksanakan
atas prakarsa masyarakat sebagai bentuk kesadaran untukmembangun usaha
tani modern dengan didukung strategi komunikasi yang efektif dan efisien.
Adopsi inovasiteknologi akan meningkatkan produktivitas dan kualitas
produk, menekan susut, meningkatkan nilai tambah dengan pendekatan
pemberdayaan dan partisipasi petani serta memperkokoh kelembagaan dan
daya saing. Dalampemberdayaan petani, pengembangan koperasi agribisnis
komoditas tunggal seperti koperasi agribisnis padi ataujagung akan
mempermudah transformasi informasi paket teknologi dan manajemen usaha
tani dari berbagaisumber ke petani.

Untuk membangun kemandirian pangan berbasis produksi lokal dan


diversifikasi pangan dengandukungan sistem komunikasi yang efektif
diperlukan kebijakan pemerintah dengan mengembangkan pusat-
pusatinformasi pertanian pada sentra produksi sebagai kawasan pengembangan
agribisnis (KPA).

Sistem informasi komunikasi berbasis koperasi dan modal sosial dengan


pendekatan kemitraan dari semua stakeholders (pemerintah,pengusaha,

1
perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga sosial
kemasyarakatan dan sebagainya)akan mempercepat terwujudnya kemandirian
pangan daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa komunikasi diperlukan dalam industri teknologi pangan?
2. Apa saja isu-isu komunikasi dalam industri teknologi pangan?
3. Bagaimana cara menyikapi isu-isu komunikasi dalam industri teknologi
pangan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa komunikasi diperlukan dalam industri
teknologi pangan.
2. Untuk mengetahui apa saja isu-isu komunikasi dalam industri teknologi
pangan.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menyikapi isu-isu komunikasi dalam
industri teknologi pangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlunya Komunikasi dalam Industri Teknologi Pangan


Revolusi teknologi informasi yang dimulai sejak peluncuran satelit
komunikasi pada akhir tahun 1960-an, telah mendorong pergerakan yang
sinergis antara teknologi telekomunikasi dengan teknologi komputer dan
internet. Perkembangan tersebut selanjutnya mempengaruhi orang dalam
berkomunikasi, bertukar informasi maupun beraktivitas ekonomi sebagai
bagian dari perubahan peradaban dunia. Teknologi komunikasi modern seperti
surat kabar, radio, televisi, video, komputer, dan satelit menawarkan berbagai
kelebihan untuk mengatasi hambatan. Karena itu, teknologi komunikasi
menjadi suatu kebutuhan dalam menyampaikan informasi yang bermanfaat
bagi petani.
Teknologi komunikasi tidak hanya membuat sesuatu menjadi lebih mudah
dan lebih cepat, atau lebih efisien, tetapi juga membangun wawasan dan
pengetahuan global petani tentang perkembangan pertanian, baik lokal,
nasional maupun internasional.
Menurut Soekartawi (1988), pesan dalam komunikasi pertanian dapat
berupa informasi tentang: 1) peningkatan produksi, 2) pemeliharaan kondisi
lahan, 3) penanganan pascapanen, 4) adopsi teknologi baru, 5) kerja sama
kelompok, 6) peningkatan pendapatan rumah tangga, dan 7) partisipasi dalam
kegiatan pedesaan. Komunikasi pertanian bukan saja bertujuan untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku komunikan seperti yang sering ditemui
dalam penyuluhan pertanian yang lebih banyak dikuasai oleh kekuatan
komunikator (komunikasi satu arah), tetapi juga perlu memperhatikan peran
komunikan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dikenal
dengan komunikasi dua arah.

Teknologi pangan merupakan suatu bagian dari proses pertanian industri.


Proses dari pertanian industri antara lain, budidaya tanaman, panen, pasca
panen, pengangkutan, pengolahan pangan, pengemasan, penyimpanan dan

3
sebagainya. Tahap demi tahap menghasilkan suatu produk makanan yang
berkualitas memerlukan informasi, baik dari segi bahan baku, cara pengolahan,
maupun cara pengemasannya. Setiap sistem yang diterapkan
untuk mendapatkan informasi, harus menghasilkan suatu bentuk output yang
akurat dan lengkap dengan memperhatikan efisiensi waktu serta mudah
diakses. IT yang diterapkan dapat berupa pengolahan, pertukaran serta
pengelolaan data menjadi suatu informasi.

Selain itu, IT khususnya komputer juga dapat membantu dalam


pengawasan numeric ataupun pengawasan proses. Pengawasan numeric
(numeric control) berarti pengawasan secara otomatis terhadap posisi dan
operasi mesin-mesin yang digunakan. Pengawasan proses berarti menyediakan
otomatisasi di dalam operasi proses yang kontinu. Komputer untuk
pengawasan proses digunakan pada industri yang otomatis proses produksinya
dan mengatur secara otomatis variable-variabel yang mempengaruhi proses
produksi.

B. Isu-Isu Komunikasi dalam Industri Teknologi Pangan

Isu komunikasi dalam keamanan pangan selalu berubah-ubah dan berbeda


dari satu negara ke negara lainnya. Perbedaan ini banyak dipengaruhi oleh
perbedaan pendapatan, kebiasaan, pola makan dan lain sebagainya.
Permasalahan keamanan pangan semakin hari semakin dinamis dan terus
berubah; antara lain disebabkan karena faktor-faktor sebagai berikut (i)
perubahan praktek pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), (ii)
meningkatnya perdagangan internasional, (iii) perubahan teknologi
pengolahan, (iv) perubahan proporsi populasi (perubahan proporsi populasi
yang rentan), (v) meningkatnya perjalanan (baik nasional maupun
internasional), (vi) perubahan gaya hidup, dan (vii) munculnya ancaman
bioterrorisme. Berbagai faktor tersebut telah mengakibatkan munculnya
berbagai isu baru terkait dengan keamanan pangan.

4
Dunia pangan Indonesia belum selesai dengan masalah keamanan pangan.
Kali ini berita mengenai adanya temuan cacing di dalam ikan makarel kemasan
kaleng yang menjadi berita viral di kalangan warganet. Akhirnya tanggal 22
Maret 2018, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM
RI) membuat klarifikasi mengenai beredarnya pemberitaan tersebut.
Munculnya cacing dalam sarden kemasan. Kasus temuan cacing di dalam
ikan sarden kalengan pertama kali mencuat di Kota Tembilahan, Kabupaten
Indragiri Hilir, kemudian menyusul kasus serupa di Kota Selatpanjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti. BBPOM lalu berkoordinasi dengan dinas
kesehatan di lokasi tersebut untuk mengambil sampel produk guna diperiksa di
laboratorium.
Inspeksi mendadak dan uji laboratorium oleh BBPOM Kota Pekanbaru
dilakukan setelah sejumlah video dan foto di media sosial kiriman warga
beredar viral pada pekan lalu. Video dan foto itu menunjukkan ada cacing
dalam produk ikan kaleng jenis makarel.
Sebelumnya diberitakan tiga produk impor ikan sarden kaleng hasil
inspeksi mendadak dan uji laboratorium Balai Besar POM (BBPOM) terbukti
mengandung cacing. Ketiga produk ikan makarel itu adalah merek IO, Farmer
Jack, dan HOKI. BBPOM kemudian menyerukan produk impor ikan tersebut
harus segera ditarik dari peredaran agar masyarakat tidak mengkonsumsinya.
Pengujian oleh BPOM telah dilakukan terhadap 541 sampel ikan dalam
kemasan kaleng yang terdiri dari 66 merek berbeda. Hasil pengujian
menunjukkan 27 merek (138 bets) positif mengandung parasit cacing, terdiri
dari 16 merek produk impor dan 11 merek produk lokal. Dari 27 merek tersebut
semuanya adalah ikan makarel kalengan, bukan ikan sarden kalengan. Ingat,
ikan Makarel berbeda dengan ikan sarden.
Selain itu, saat ini perubahan iklim merupakan fenomena keseharian yang
given. Perubahan iklim telah, sedang dan akan terjadi dengan kondisi yang kian
ekstrem dan sulit diprediksi. Untuk memastikan bisa menyediakan pangan
yang cukup, ini perkara yang tidak mudah bagi sektor pertanian. Aktivitas
pertanian amat tergantung pada alam yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan

5
oleh teknologi. Tanpa perubahan cara berproduksi dan konsumsi, pertanian dan
pangan akan terancam.
Saat ini kelaparan masih menjangkiti lebih dari 800 juta penduduk bumi.
Satu dari tiga penduduk bumi pergi tidur dengan perut lapar. Di sisi lain,
petumbuhan penduduk masih tinggi. Tiap malam ada 219 ribu perut baru yang
minta diisi makanan. Dunia tak hanya terasa makin sesak, tapi juga
membutuhkan banyak pangan.
Menurut FAO, untuk memenuhi kebutuhan populasi dunia tahun 2050
produksi pertanian dan pangan harus meningkat sekitar 60% dari saat ini.
Tanpa peningkatan produksi pertanian dan pangan yang tinggi, kesepakatan
tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal’s/SDG’s)
untuk menghapus kelaparan pada tahun 2030 hanya akan sia-sia.
Menghadapi situasi itu, sistem pangan dan pertanian harus beradaptasi
terhadap iklim yang telah dan terus berubah, sekaligus harus berkontribusi
tidak membuat kondisi iklim jadi lebih buruk. Perubahan itu harus mengarah
pada system produksi dan distribusi pangan pertanian jadi sistem yang lebih
pejal ketidakpastian iklim, lebih produktif, dan lebih berkelanjutan.Ke depan,
pertanian harus dapat memproduksi pangan lebih banyak dari lebih sedikit
lahan, air dan input, harus dapat menekan kehilangan dan limbah biomassa di
seluruh sistem rantai pasok mulai usaha tani, panen, pengangkutan,
penyimpanan, pengemasan, system pasar, hingga kerangka kelembagaan yang
sesuai. Hanya dengan cara bertani dan sistem distribusi seperti itu, keberadaan
ekosistem dan kesejahteraan masyarakat serta pengurangan emisi yang
berkesinambungan dapat dijaga.

C. Cara Menyikapi Isu-Isu Komunikasi dalam Industri Teknologi Pangan


Keamanan pangan harus ditangani secara terpadu, melibatkan berbagai
stakeholders; baikdari pemerintah, industri, dan konsumen. Karena itu, pada
dasarnya upaya penjaminan keamananpangan di suatu negara merupakan
tanggungjawab bersama (shared responsibility) oleh berbagaistakeholder
tersebut (WHO, 1996). Dalam hal ini, masing-masing stakeholder

6
mempunyaiperanan masing-masing yang strategis.Dalam hal ini; tanggung
jawab pemerintah dalam kebijakan mutu dan keamanan panganadalah (i)
menyusun legislasi dan peraturan hukum di bidang pangan, (ii) memberikan
masukandan bimbingan pada industri pangan, (iii) memberikan pendidikan
bagi masyarakat konsumententang pentingnya keamanan pangan, (iv)
melakukan pengumpulan informasi dan penelitian dibidang keamanan pangan,
dan (v) menyediakan sarana dan prasarana pelayanan yang terkaitdengan
bidang kesehatan.
Sedangkan pihak industri berperan untuk mengembangkan dan melakukan
penjaminan (i)terlaksananya cara-cara yang baik dalam pengolahan,
penyimpanan dan distribusi pangan, (ii)pengendalian dan jaminan mutu
pangan olahan, (iii) teknologi dan pengolahan pangan, (iv)tersedianya manager
dan tenaga pengolah pangan yang terlatih, dan (v) pelabelan yang informativf
dan pendidikan konsumen. Konsumen juga bertanggung jawab dalam hal (i)
memperolehpengetahuan umum yang berhubungan dengan keamanan pangan,
(ii) berperilaku seletif dalammenentukan pilihan produk, (iii) melaksanakan
praktek penanganan pangan di rumah secara baikdan aman, (iv) membangun
partisipasi masyarakat, dan (v) membangun kelompok-kelompokkonsumen
yang aktif.
Mengingat permasalahan yang kompleks tersebut, maka perlu
dikembangkan suatukerangka fikir penanganan keamanan pangan yang efektif.
Terutama dalam rangkamengantisipasi perkembangan isu keamanan pangan
global, maka pemerintah Indonesia bersamastakholders lainnya perlu
mengembangkan kelembagaan dan kerangka pikir analisis risiko,sehingga
setiap standar, keputusan, maupun kebijakan yang dibuat didasarkan pada
kajian ilmiahyang sahih. Kerangka pikir Analisis risiko melibatkan banyak
pihak dalam penyusunan suatustandar, keputusan atau kebijakan sehingga
berbasis ilmiah, transparan dan juga realistis untukdiimplementasikan. Analisis
risiko keamanan pangan terdiri dari 3 komponen yakni : kajianrisiko (risk
assessment), manajemen risiko (risk management) dan komunikasi risiko
(riskcommunication).

7
BAB III
KESIMPULAN

Jadi dapat di simpulkan, dalam isu-isu yang muncul dalam pangan bisa
berawal dari adanya informasi melalui komunikasi-komunikasi dari berbagai
macam media,yang memberikan efek kepada penerima informasi.

Teknologi komunikasi tidak hanya membuat sesuatu menjadi lebih mudah


dan lebih cepat, atau lebih efisien, tetapi juga membangun wawasan dan
pengetahuan global petani tentang perkembangan pertanian, baik lokal,
nasional maupun internasional.
Isu komunikasi dalam keamanan pangan selalu berubah-ubah dan berbeda
dari satu negara ke negara lainnya. Perbedaan ini banyak dipengaruhi oleh
perbedaan pendapatan, kebiasaan, pola makan dan lain sebagainya. Keamanan
pangan harus ditangani secara terpadu, melibatkan berbagai stakeholders;
baikdari pemerintah, industri, dan konsumen. Karena itu, pada dasarnya upaya
penjaminan keamananpangan di suatu negara merupakan tanggungjawab
bersama (shared responsibility) oleh berbagaistakeholder tersebut

8
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Cut R. 2017. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peran Komunikasi


Kelompok Tani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Upaya Khusus (Padi,
Jagung, Dan Kedelai) di Jawa Timur. Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2018. http://foodreview.co.id/.

Hariyadi, Purwiyatno. 2008. Double Burden: Issue Terkini Keamanan Pangan.


Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, Parlaungan Adil. 2009. Strategi Komunikasi Membangun Kemandirian


Pangan. Institut Pertanian Bogor.

Salim, Garto. 2015. http://gartosalim.blog.binusian.org

Anda mungkin juga menyukai