PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri pangan menjadi salah satu dari lima industri prioritas di
kementerian Perindustrian RI. Hal tersebut tidak lain karena industri pangan
memiliki pasar domestik dan pengaruh yang kuat pada sektor global. Bahkan,
industri pangan menjadi percontohan industri-industri lain untuk menghadapi
industri 4.0
1
perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga sosial
kemasyarakatan dan sebagainya)akan mempercepat terwujudnya kemandirian
pangan daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa komunikasi diperlukan dalam industri teknologi pangan?
2. Apa saja isu-isu komunikasi dalam industri teknologi pangan?
3. Bagaimana cara menyikapi isu-isu komunikasi dalam industri teknologi
pangan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa komunikasi diperlukan dalam industri
teknologi pangan.
2. Untuk mengetahui apa saja isu-isu komunikasi dalam industri teknologi
pangan.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menyikapi isu-isu komunikasi dalam
industri teknologi pangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sebagainya. Tahap demi tahap menghasilkan suatu produk makanan yang
berkualitas memerlukan informasi, baik dari segi bahan baku, cara pengolahan,
maupun cara pengemasannya. Setiap sistem yang diterapkan
untuk mendapatkan informasi, harus menghasilkan suatu bentuk output yang
akurat dan lengkap dengan memperhatikan efisiensi waktu serta mudah
diakses. IT yang diterapkan dapat berupa pengolahan, pertukaran serta
pengelolaan data menjadi suatu informasi.
4
Dunia pangan Indonesia belum selesai dengan masalah keamanan pangan.
Kali ini berita mengenai adanya temuan cacing di dalam ikan makarel kemasan
kaleng yang menjadi berita viral di kalangan warganet. Akhirnya tanggal 22
Maret 2018, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM
RI) membuat klarifikasi mengenai beredarnya pemberitaan tersebut.
Munculnya cacing dalam sarden kemasan. Kasus temuan cacing di dalam
ikan sarden kalengan pertama kali mencuat di Kota Tembilahan, Kabupaten
Indragiri Hilir, kemudian menyusul kasus serupa di Kota Selatpanjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti. BBPOM lalu berkoordinasi dengan dinas
kesehatan di lokasi tersebut untuk mengambil sampel produk guna diperiksa di
laboratorium.
Inspeksi mendadak dan uji laboratorium oleh BBPOM Kota Pekanbaru
dilakukan setelah sejumlah video dan foto di media sosial kiriman warga
beredar viral pada pekan lalu. Video dan foto itu menunjukkan ada cacing
dalam produk ikan kaleng jenis makarel.
Sebelumnya diberitakan tiga produk impor ikan sarden kaleng hasil
inspeksi mendadak dan uji laboratorium Balai Besar POM (BBPOM) terbukti
mengandung cacing. Ketiga produk ikan makarel itu adalah merek IO, Farmer
Jack, dan HOKI. BBPOM kemudian menyerukan produk impor ikan tersebut
harus segera ditarik dari peredaran agar masyarakat tidak mengkonsumsinya.
Pengujian oleh BPOM telah dilakukan terhadap 541 sampel ikan dalam
kemasan kaleng yang terdiri dari 66 merek berbeda. Hasil pengujian
menunjukkan 27 merek (138 bets) positif mengandung parasit cacing, terdiri
dari 16 merek produk impor dan 11 merek produk lokal. Dari 27 merek tersebut
semuanya adalah ikan makarel kalengan, bukan ikan sarden kalengan. Ingat,
ikan Makarel berbeda dengan ikan sarden.
Selain itu, saat ini perubahan iklim merupakan fenomena keseharian yang
given. Perubahan iklim telah, sedang dan akan terjadi dengan kondisi yang kian
ekstrem dan sulit diprediksi. Untuk memastikan bisa menyediakan pangan
yang cukup, ini perkara yang tidak mudah bagi sektor pertanian. Aktivitas
pertanian amat tergantung pada alam yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan
5
oleh teknologi. Tanpa perubahan cara berproduksi dan konsumsi, pertanian dan
pangan akan terancam.
Saat ini kelaparan masih menjangkiti lebih dari 800 juta penduduk bumi.
Satu dari tiga penduduk bumi pergi tidur dengan perut lapar. Di sisi lain,
petumbuhan penduduk masih tinggi. Tiap malam ada 219 ribu perut baru yang
minta diisi makanan. Dunia tak hanya terasa makin sesak, tapi juga
membutuhkan banyak pangan.
Menurut FAO, untuk memenuhi kebutuhan populasi dunia tahun 2050
produksi pertanian dan pangan harus meningkat sekitar 60% dari saat ini.
Tanpa peningkatan produksi pertanian dan pangan yang tinggi, kesepakatan
tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal’s/SDG’s)
untuk menghapus kelaparan pada tahun 2030 hanya akan sia-sia.
Menghadapi situasi itu, sistem pangan dan pertanian harus beradaptasi
terhadap iklim yang telah dan terus berubah, sekaligus harus berkontribusi
tidak membuat kondisi iklim jadi lebih buruk. Perubahan itu harus mengarah
pada system produksi dan distribusi pangan pertanian jadi sistem yang lebih
pejal ketidakpastian iklim, lebih produktif, dan lebih berkelanjutan.Ke depan,
pertanian harus dapat memproduksi pangan lebih banyak dari lebih sedikit
lahan, air dan input, harus dapat menekan kehilangan dan limbah biomassa di
seluruh sistem rantai pasok mulai usaha tani, panen, pengangkutan,
penyimpanan, pengemasan, system pasar, hingga kerangka kelembagaan yang
sesuai. Hanya dengan cara bertani dan sistem distribusi seperti itu, keberadaan
ekosistem dan kesejahteraan masyarakat serta pengurangan emisi yang
berkesinambungan dapat dijaga.
6
mempunyaiperanan masing-masing yang strategis.Dalam hal ini; tanggung
jawab pemerintah dalam kebijakan mutu dan keamanan panganadalah (i)
menyusun legislasi dan peraturan hukum di bidang pangan, (ii) memberikan
masukandan bimbingan pada industri pangan, (iii) memberikan pendidikan
bagi masyarakat konsumententang pentingnya keamanan pangan, (iv)
melakukan pengumpulan informasi dan penelitian dibidang keamanan pangan,
dan (v) menyediakan sarana dan prasarana pelayanan yang terkaitdengan
bidang kesehatan.
Sedangkan pihak industri berperan untuk mengembangkan dan melakukan
penjaminan (i)terlaksananya cara-cara yang baik dalam pengolahan,
penyimpanan dan distribusi pangan, (ii)pengendalian dan jaminan mutu
pangan olahan, (iii) teknologi dan pengolahan pangan, (iv)tersedianya manager
dan tenaga pengolah pangan yang terlatih, dan (v) pelabelan yang informativf
dan pendidikan konsumen. Konsumen juga bertanggung jawab dalam hal (i)
memperolehpengetahuan umum yang berhubungan dengan keamanan pangan,
(ii) berperilaku seletif dalammenentukan pilihan produk, (iii) melaksanakan
praktek penanganan pangan di rumah secara baikdan aman, (iv) membangun
partisipasi masyarakat, dan (v) membangun kelompok-kelompokkonsumen
yang aktif.
Mengingat permasalahan yang kompleks tersebut, maka perlu
dikembangkan suatukerangka fikir penanganan keamanan pangan yang efektif.
Terutama dalam rangkamengantisipasi perkembangan isu keamanan pangan
global, maka pemerintah Indonesia bersamastakholders lainnya perlu
mengembangkan kelembagaan dan kerangka pikir analisis risiko,sehingga
setiap standar, keputusan, maupun kebijakan yang dibuat didasarkan pada
kajian ilmiahyang sahih. Kerangka pikir Analisis risiko melibatkan banyak
pihak dalam penyusunan suatustandar, keputusan atau kebijakan sehingga
berbasis ilmiah, transparan dan juga realistis untukdiimplementasikan. Analisis
risiko keamanan pangan terdiri dari 3 komponen yakni : kajianrisiko (risk
assessment), manajemen risiko (risk management) dan komunikasi risiko
(riskcommunication).
7
BAB III
KESIMPULAN
Jadi dapat di simpulkan, dalam isu-isu yang muncul dalam pangan bisa
berawal dari adanya informasi melalui komunikasi-komunikasi dari berbagai
macam media,yang memberikan efek kepada penerima informasi.
8
DAFTAR PUSTAKA