Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Di dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditunjukan kepada aturan dan
cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula terhadap
kelompok yang menjadi pengikut salah salah seorang syekh tarekat, tetapi meliputi
segala aspek ajaran yang ada di dalam agama islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji,
dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau mendekatkan diri kepada Allah
dengan tuntutan dan bimbingan seorang syekh melalui baiat.1

Tarekat selalu mengandung ajaran yang diyakini sebagai ajaran yang bercorak
“rahasia” (sirr) sehingga tidak mudah untuk mengkajinya. Ketakutan masyarakat di
zaman modern yang cenderung berpikir rasional ketika hendak melangkah ke
persoalan batin di sebabkan oleh adanya berbagai kasus atau masalah. Dengan
bertarekat jalan yang di tempuh akan lebih mudah dan terarah. Tarekat dan tasawuf
saling berhubungan, dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh
seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini
menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa
variasi tertentu, sesuai dengan spefikasi yang diberikan seorang guru kepada
muridnya.2

Maka dari itu kami, kami memberi makalah ini dengan judul “Tarekat dalam
Tasawuf” karena dengan alasan banyak pembaca yang kurang paham akan materi
tarekat ini. Kami akan meringkas materi ini agar pembaca dapat memahami apa yang
disampaikan dan kami berharap para pembaca akan mengerti dan mengamalkannya ke
dalam kehidupan sehari-hari agar menghasilkan pribadi yang baik dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah.

1
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 205
2
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 206

1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAREKAT
Kata tarekat berasal dari bahasa arab thariqah yang berarti al-khat fi al-syai’
(garis sesuatu), al-sirah (jalan), al-sabil (jalan). Tarekat juga berarti jalan atau cara
untuk mencapai tingkatan-tingkatan (maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada
Tuhan. 3 Tarekat secara istilah berarti “jalan” mengacu kepada suatu sistem latihan
meditasi maupun amalan-amalan (muraqabah, zikir, wirid) yang dihubungkan dengan
sederet guru sufi. Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang
khas. Pada masa permulaan , setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka
dan beberapa dari murid ini kelak akan menjadi guru. Seorang pengikut tarekat akan
memperoleh kemajuan melalui sederet amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui
oleh semua pengikut tarekat yang sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid
selanjutnya pembantu Syaikh (khalifahnya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri
(mursyid). Sebuah tarekat biasanya terdiri dari pensucian batin, kekeluargaan tarekat,
upacara keagamaan, dan kesadaran sosial.4
Dalam memberikan pengertian/definisi tarekat, ada beberapa macam pendapat
antara lain:
1. Harun Nasution menjelaskan bahwa tarekat berasal dari kata thariqah, yaitu
jalan yang harus ditempuh seseorang calon sufi dalam tujuannya berada sedekat
mungkin dengan Allah.5
2. W.J.S Poerwodarminto, memberikan definisi tarekat sebagai jalan, jalan
menuju kebenaran (dalam tasawuf), cara atau aturan hidup, sebagai
persekutuan para penuntut ilmu tasawuf.

3
M. Muhsin Jamil, Tarekat dan Dinamika Sosial Politik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 45
4
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Prenada Media, 2005), hlm. 8
5
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 204

2
3. H. Abu Bakar Atjeh, memberikan definisi tarekat sebagai jalan, petunjuk dalam
melaksanakan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan
dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun
sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai. Atau
suatu cara mengajar atau mendidik, lama-lama meluas menjadi kumpulan
kekeluargaan, yang mengikat penganut-penganut sufi yang sepaham dan
sealiran, guna memudahkan menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari
para pemimpinnya dalam suatu ikatan.
4. Hamka, mengatakan “Maka di antara makhluk dan Khalik itu ada perjalanan
hidup yang harus kita tempuh. Inilah yang kita katakan tarekat.”
Dari beberapa ungkapan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tarekat
merupakan hasil pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh para murid, yang
dilakukan dengan aturan/cara tertentu dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah.6

B. KOMPONEN POKOK TAREKAT


1. Guru
Dalam sebuah tarekat, seorang guru atau disebut syaikh atau mursyid memiliki
peranan yang penting bahkan mutlak. Ia tidak hanya mengawasi murid-muridnya
dalam kehidupan lahir dan pergaulan sehari-hari, agar tidak menyimpang dari ajaran
Allah dan terjerumus dalam kegiatan maksiat, tetapi ia merupakan pemimpin
kerohanian yang tinggi sekali kedudukannya dalam tarekat. Guru atau mursyid dalam
sistem tasawuf adalah asyrafunnasi fi at-tariqah, artinya orang yang paling tinggi
martabatnya dalam suatu tarekat. Mursyid mengajarkan bagaimana cara mendekatkan
diri kepada Allah sekaligus memberikan contoh bagaimana ibadah yang benar secara

6
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama. Pengantar Ilmu Tasawuf. (Medan: IAIN
Sumatera Utara, 1981/1982) hlm. 257

3
syariat dan hakikat. Betapa penting keberadaan guru dalam suatu tarekat, sehingga
dinyatakan bahwa tidak benar seseorang mengamalkan suatu tarekat tanpa guru. Guru
tidak sekedar mengajarkan materi ajaran tasawuf, tapi yang paling penting adalah
melakukan talqin atau baiat yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain.7

2. Murid
Secara etimologis, murid artinya orang yang berkehendak, berkemauan dan
mempunyai cita-cita. Murid dalam istilah tarekat adalah orang yang bermaksud
menempuh jalan untuk dapat sampai ketujuan, yakni keridhaan Allah. Secara
institusional, murid adalah pengikut suatu aliran tarekat yang menghendaki
pengetahuan yang mesti dialami murid adalah mendengar, memahami, mengetahui,
menyaksikan dan makrifat. Murid harus patuh kepada beberapa adab dan akhlak yang
ditentukan untuknya, baik kepada guru, diri sendiri, maupun orang lain. Adab dalam
tarekat adalah merupakan suatu ajaran yang sangat prinsip, tanpa adab tidak mungkin
seorang murid mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuannya, seorang murid perlu
guru. Guru yang dimaksud adalah mursyid. 8

3. Baiat
Pada tahap permulaan, seseorang yang ingin memasuki dunia tarekat harus
melakukan baiat. Baiat ialah sumpah yang diucapkan oleh seorang murid kepada guru
sebagai simbol penyucian dan keabsahan seseorang dalam mengamalkan ilmu tarekat.
Jadi, baiat menjadi semacam upacara sakral yang harus dilakukan oleh setiap orang
yang ingin mengamalkan tarekat. Oleh karena itu dalam upacara baiat ini, selain
diucapkan sumpah, diajarkan juga kewajiban seorang murid untuk menaati guru yang
telah membaiatnya. Dengan berbaiat, seseorang memperoleh status keanggotaan secara

7
Cecep Alba, Tasawuf Dan Tarekat Dimensi Esitoris Ajaran Islam, (Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 173
8
Cecep Alba, Tasawuf Dan Tarekat Dimensi Esitoris Ajaran Islam, hlm. 178

4
formal, membangun ikatan spiritual dengan mursyidnya, serta membangun
persaudaraan dengan sesama anggota lain.9

4. Silsilah
Silsilah adalah rangkaian para guru dan pengamal tarekat yang ada pada setiap
tabaqoh, sejak Rasulullah sebagai guru mursyid pertama hingga guru mursyid yang
sekarang.10Jalur silsilah diperoleh dengan proses baiat (janji setia) murid di hadapan
mursyid. Jalur silsilah semakin lama semakin panjang karena semakin jauhnya masa
hidup antara murid dan pendiri tarekat. Target ketasawufannya adalah kesucian jiwa
dalam rangka mendekatan diri kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya.11

5. Dzikir
Salah satu bagian terpenting dalam tarekat yang hampir selalu dikerjakan ialah
dzikir. Dzikir artinya mengingat kepada tuhan. Akan tetapi dalam mengingat kepada
tuhan, dalam tarekat dibantu dengan berbagai macam ucapan, yang menyebut nama
Allah atau sifat-sifatnya, atau kata-kata yang mengingat kepada Allah. Para sufi
sepakat bahwa dzikrullah secara istiqamah adalah metode yang paling efektif untuk
membersihkan hati dan mencapai kehadiran Allah. Objek segenap ibadah ialah
dzikrullah (mengingat Allah). Dengan terus mengingat Allah akan melahirkan
mahabbah (cinta kepada) Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan
keterikatan pada dunia yang fana ini.12
Allah berfirman dalam QS Al-Ahzab Ayat 41-42:
ً ‫ص‬
‫يل‬ ِّ َ ‫س ِّب ُحوهُ بُ ْك َرة ً َوأ‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِّينَ آ َمنُوا ا ْذ ُك ُروا‬
ً ِّ‫َّللاَ ِّذ ْك ًرا َكث‬
َ ‫ير َاو‬

9
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 305
10
Cecep Alba, Tasawuf Dan Tarekat Dimensi Esitoris Ajaran Islam, hlm. 162
11
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2008), hlm. 73
12
Cecep Alba, Tasawuf Dan Tarekat Dimensi Esitoris Ajaran Islam, hlm. 98

5
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi
dan petang.”
Orang yang berdzikir mengingat akan Allah, maka Allah akan mengingat pula akan
orang itu, sebagaimana Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah Ayat 152

ِّ ‫فَا ْذ ُك ُرونِّي أ َ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُروا ِّلي َو ََل ت َ ْكفُ ُر‬


‫ون‬
Artinya : " Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku.”

Pada keyakinan golongan tarekat-tarekat, tiap manusia tidak terlepas dari empat
perkara. Pertama, manusia itu kedatangan nikmat. Kedua, kedatangan bala. Ketiga
berbuat taat. Keempat, berbuat dosa. Selama manusia itu mempunyai nafsu yang turun
naik, mestilah ia mengerjakan salah satu pekerjaan dari empat macam tersebut. Jika
pada waktu itu lupa kepada Tuhan, maka nikmat itu akan membawa sombong, takabur
dan tinggi hati padanya. Tetapi jika ia teringat kepada Tuhan pada waktu ia menerima
nikmat itu, sifatnya berlainan sekali, ia syukur kepada Tuhan, yang akan membawa
lebih baik kelakuannya. Dengan alasan itulah golongan tarekat mempertahankan dzikir,
tidak saja arti mengingat Allah dalam hati, tetapi menyebut Allah senantiasa kala
dengan lidahnya untuk melatih segala anggotanya. Jika segala perbuatan dikerjakan
tanpa mengingat Allah, maka mereka beranggapan kegiatan itu adalah kosong, akan
hampa dari pahala yang sebenarnya.13

C. TUJUAN POKOK MENGAMALKAN TAREKAT


Tujuan tarekat adalah mempelajari kesalahan dan kekurangan pribadi, baik
dalam melakukan amal ibadah atau dalam interaksi dengan masyarakat dan belajar cara

13
Abubakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat: Kajian Historis Tentang Mistik, (Solo:
Ramadhani, 1995), hlm. 80

6
memperbaikinya, dengan cara membersihkan penyakit- penyakit hati melalui
bimbingan serta interaksi berkumpul dengan seorang guru yang telah mencapai
kesempurnaan dan kompeten dalam metode pengobatan penyakit hati.
Menurut Syaikh Sholeh Basalamah, tarekat pada hakikatnya ialah mengajak
manusia supaya bisa memanfaatkan waktu untuk selalu berdikir kepada Allah.
Menurutnya, tujuan utama tarekat adalah mengajak umat islam untuk berdhikir kepada
Allah, karena beberapa kurun waktu setelah ditinggalkan Rasulullah umat, islam mulai
jauh dari dhikir, padahal dalam Alquran memerintahkan manusia untuk senantiasa
berdhikir, agar mendapatkan hati yang tenang dan bahagia.14
Tarekat sebagaimana yang lazim dikerjakan oleh para jama’ah mempunyai
tujuan yang sangat mulia didalam kehidupan. Baik dunia maupun akhirat antara lain:
a) Dengan mengamalkan tarekat berarti mengadakan latihan jiwa (riyadhoh) dan
berjuang melarang hawa nafsu (mujahadah) membersihkan diri dari sifat-sifat
tercela dan diisi dengan sifat-sifat yang terpuji dengan melalui perbaikan budi
pekerti dalam segala lini.
b) Dengan bertarekat dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah Zat Yang Maha
Esa dan Maha Kuasa atas segalanya dengan melalui jalan mengamalkan wirid
dan dzikir dan dibarengi dengan tafakkur yang secara terus-menerus.
c) Dengan bertarekat akan tirnbul perasaan takut kepada Allah sehingga timbul
pula dalam diri seseorang itu suatu usaha utuk menghindarkan diri dari segala
macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lupa kepada Allah.
d) Jika tarekat dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan kepada Allah,
maka akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma'rifat, sehingga
dapat diketahui pula segala rahasia di balik tabir cahaya Allah dan Rasulnya
secara terang benderang.

14
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf (Wonosobo: Amzah,
2005), hlm. 244

7
Menurut Khalil. A. Bamar bahwa tujuan tarekat adalah mencari jalan
mendekatkan diri kepada Allah. Agar bisa menemukan dan menempuh jalan tersebut,
penganutnya harus mempelajari kekurangan dan kesalahan serta dosa-dosa yang
diperbuatnya, kemudian melakukan perbaikan-perbaikan.15

D. TAREKAT DALAM TIMBANGAN ISLAM


Di antara tarekat yang ada dalam Islam antara lain sebagai berikut:
1. Tarekat Qadiriyah
Qadariyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, yaitu ‘Abd
al-Qadir Jailani, yang terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jailani al-ghawsts
atau quthb al-awaliya. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah
spiritualitas Islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi
juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam.16
Ajaran Syaikh 'Abd al-Qadir selalu menekankan pada pensucian diri dari nafsu
dunia. Karena itu, dia memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian diri
yang tertinggi. Adapun beberapa ajaran tersebut adalah taubat, zuhud, tawakal, syukur,
ridha, dan jujur.17

2. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-
Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari di Turkistan. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai
dampak dan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai
wilayah yang berbeda-beda. Tarekat Ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian
meluas ke Turki, Suriah, Afghanistan ,dan India. Dalam perkembangannya, tarekat ini
menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan
berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di daerah tersebut.

15
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, hlm. 245
16
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 26
17
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 38

8
Ciri menonjol tarekat Naqsabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat
secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap
musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius
dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati
negara pada agama. Berbeda dengan tarekat lainnya, tarekat ini tidak menganut
kebijakan isolasi diri dalam menghadapi pemerintah yang sedang berkuasa saat itu.
Sebaliknya, ia melancarkan konfrontasi dengan berbagai kekuatan politik agar
mengubah pandangan mereka.18

3. Tarekat Syadziliyyah
Tarekat Syadziliyyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirinya,
yakni Abu Al-Hasan al-Syadzili. Selanjutnya nama tarekat ini dinisbahkan kepada
namanya Syadziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-
tarekat yang lain. Secara lengkap nama pendirinya adalah 'Ali bin Abdullah bin 'Abd
Al-Jabbar Abu al-Hasan al-Syadzili.19
Tarekat ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan,
Suriah dan Semenanjung Arabia, juga di Indonesia (khususnya) di wilayah Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Tarekat Syadziliyah memulai keberadaannya dibawah salah
satu dinasti al-Muwahhidun, yakni Hafsiyyah di Tunisia. Tarekat ini kemudian
berkembang dan tumbuh subur di Mesir dan Timur dekat di bawah kekuasaan dinasti
Mamluk.20

4. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat Khalwatiyah di Indonesia banyak dianut oleh suku Bugis dan Makassar
di Sulawesi Selatan, atau di tempat-tempat lain di mana suku itu berada seperti di Riau,
Malaysia, Kalimantan Timur, Ambon, dan Irian Barat.

18
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 212
19
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 57
20
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 65

9
Nama Khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang
Makassar abad ke-17 yakni Syaikh Yusuf al-Makassari al-Khalwati yang sampai
sekarang masih sangat dihormati. Terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang
hadir bersama. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan
Khalwatiyah Saman. Tarekat Khalwatiyah Yusuf disandarkan kepada nama Syaikh
Yusuf al-Makassari dan Tarekat Khalwatiyah Samman disambil dari nama seoorang
sufi Madinah abad ke-18 Muhammad al-Samman. Tarekat Khalwatiyah Yusuf berzikir
secara sirr dalam hati, sedangkan Tarekat Khalwatiyah Samman melakukan dizir
dengan suara keras. 21

5. Tarekat Syattariyyah
Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar dari India. Tarekat ini
dikembangkan pertama kali di Indonesia oleh Abdurrauf Singkel di Aceh yang
Kemudian menyebar ke Jawa Barat oleh Abdul Muhyi salah seorang murid Abdurrauf.
Dari Jawa Barat, tarekat ini Kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tarekat ini tidak mementingkan syariat termasuk kewajiban shalat lima waktu, tetapi
mementingkan shalat permanen (shalat da'im) barangkali inilah salah satu faktor yang
menarik minat kaum abangan di Jawa untuk memasuki tarekat ini disamping untuk
memperoleh kesaktian. Adapun dasar tarekat ini adalah martabat tujuh yang
sebenarnya tidak begitu erat hubungannya dengan praktik ritualnya.22

6. Tarekat Sammaniyah
Tarekat Sammaniyah didirikan oleh Muhammad bin 'Abd al-Karim al-Madani
al-Syafi'i al-Samman. Ia lahir di Madinah dari keluarga Quraisy. Di kalangan murid
dan pengikutnya, ia lebih dikenal dengan nama al-Samman atau Muhammad
Samman. 23 Sammaniyah adalah tarekat yang pertama mendapat pengikut massal di

21
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 117
22
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 214
23
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 182

10
Nusantara. Hal menarik dari tarekat ini yang menjadi corak khasnya adalah corak
wahdat al-wujud yang dianut. Dalam kitab Manaqib Syaikh Al-Waliy Asy-Syahir
disebutkan bahwa Syekh Samman adalah seorang sufi yang telah menggabungkan
syariat dan tarekat (al-jami baina al-syari'at wa al-thariqat).24 Di Indonesia tarekat ini
berkembang, khususnya di daerah Sulawesi Selatan.25

7. Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad At-Tijani yang
lahir di 'Ain Madi, Aljazair Selatan dan meninggal di Fez,Maroko Dalam usia 80 tahun.
Al-Tijani diyakini oleh pengikutnya sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi
dan memiliki banyak keramat karena didukung oleh faktor geneologis, tradisi keluarga,
dan proses penempaan dirinya. bentuk amalan tarekat tijaniyah terdiri dari dua jenis.
Pertama, wirid wajibah yakni wirid-wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid
tijaniyah, tidak boleh tidak, dan yang memiliki ketentuan pengamalan dan waktu serta
menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid tijaniyah. Kedua, wirid ikhtiyariyah
yakni wirid yang tidak mempunyai ketentuan kewajiban untuk diamalkan dan tidak
menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid tijaniyah.26

8. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)


Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat yaitu Qadiriyah dan
Naqsyabandiyah. Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas bermukim
dan mengajar di Mekkah pada abad ke-19.27 Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1802-
1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab Fath al-Arifin. Syaikh Naquib al-Attas
mengatakan bahwa Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyah tampil sebagai sebuah tarekat
gabungan karena Syeikh Sambas adalah seorang syeikh dari kedua tarekat dan

24
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 216
25
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, hlm. 316
26
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 216
27
Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 215

11
mengajarkannya dalam satu versi yang mengajarkan dua jenis zikir sekaligus yaitu
zikir yang dibaca dengan keras dalam Tarekat Qadiriyah dan zikir yang dilakukan
dengan hati dalam Tarekat Naqsyabandiyah.28

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tarekat
merupakan jalan atau cara dari hasil pengalaman seorang sufi yang diikuti oleh para
murid untuk mencapai tingkatan-tingkatan (maqamat) yang dilakukan dengan aturan
dan cara tertentu dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Komponen dalam tasawuf terdiri dari lima macam. Pertama, guru atau mursyid
yaitu orang yang paling tinggi martabatnya dalam suatu tarekat. Dalam sebuah tarekat,
seorang guru atau disebut syaikh atau mursyid memiliki peranan yang penting bahkan
mutlak. Kedua, murid yaitu pengikut suatu aliran tarekat yang menghendaki
pengetahuan yang mesti dialami murid adalah mendengar, memahami, mengetahui,
menyaksikan dan makrifat. Ketiga, baiat yaitu sumpah yang diucapkan seorang murid
kepada guru sebagai simbol penyucian dan keabsahan seseorang dalam mengamalkan
ilmu tarekat. Keempat, Silsilah yaitu rangkaian para guru dan pengamal tarekat yang
ada pada setiap tabaqoh, sejak Rasulullah sebagai guru mursyid pertama hingga guru
mursyid yang sekarang. Kelima, dzikir yaitu mengingat kepada tuhan.
Tujuan tarekat adalah mempelajari kesalahan dan kekurangan pribadi, baik
dalam melakukan amal ibadah atau dalam interaksi dengan masyarakat dan belajar cara
memperbaikinya, dengan cara membersihkan penyakit- penyakit hati melalui
bimbingan serta interaksi berkumpul dengan seorang guru yang telah mencapai
kesempurnaan dan kompeten dalam metode pengobatan penyakit hati.

28
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 253

12
Tarekat-tarekat yang ada dalam Islam antara lain Tarekat Qadiriyah, Tarekat
Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Syattariyyah,
Tarekat Sammaniyah, Tarekat Tijaniyah dan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah.

DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abubakar. 1995. Pengantar Ilmu Tarekat: Kajian Historis Tentang Mistik. Solo:
Ramadhani
Alba, Cecep. 2012. Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esitoris Ajaran Islam. Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya
Amin, Samsul Munir. 2012. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah

Anwar, Rosihon dan Solihin. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta:


LKiS Yogyakarta

Jamil, M. Muhsin. 2005. Tarekat dan Dinamika Sosial Politik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus Ilmu Tasawuf. Wonosobo:
Amzah,
Mulyati, Sri. 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di
Indonesia. Jakarta: Kencana
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama. 1981/1982. Pengantar Ilmu Tasawuf.
Medan: IAIN Sumatera Utara

13

Anda mungkin juga menyukai