Anda di halaman 1dari 10

UAS PEMBANGUNAN PERDESAAN

“MANAJEMEN DANA DESA”

Dosen Pengampu : Dr. Rahma Yuliani, SE, M.Si.Ak

Oleh:

NAMA : Chamidatul Kumairoh Mochtar


NIM : 1710411620006
KELAS : Mandiri II

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia terus berusaha melakukan peningkatan pelaksanaan pembangunan

nasional agar pertumbuhan pembangunan daerah serta pembangunan desa dan kota semakin

seimbang, namun pada pelaksanaannya masih ada beberapa masalah seperti ketidaksesuaian

pembangunan antara desa dengan kota di Indonesia. Menanggapi permasalahan tersebut,

pemerintah membuat strategi untuk mengatasi ketidaksesuaian pembangunan yaitu dengan

adanya dana desa. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa, dana desa dapat diartikan dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Dana desa memberikan kepastian hukum terhadap pertimbangan

keuangan desa dan kabupaten/kota, desa memiliki jatah yang digunakan untuk mengelola dana

desa. Melalui dana desa, desa dapat berperan lebih aktif dalam mengelola penyelenggaraan

pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, serta pemberdayaan

masyarakat. Untuk penerapan dana desa dan tercapainya pengelolaan dana desa, diharapkan

masyarakat ikut berpatisipasi dalam seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa.

Namun dalam implementasinya, dana desa sering kali mengalami penyimpangan-

penyimpangan yang menimbulkan terjadinya permasalahan seperti korupsi dana desa. Hal ini

terjadi dikarenakan proses dalam pengelolaan dana desa yang salah. Permasalahan-permasalahan

mengenai dana desa yang terjadi di lapangan antara lain yaitu :


Pada tahap pendistribusian, potensi permasalahan yang muncul dari Pemerintah

Kab/Kota kepada Kepala Desa, antara lain adanya pemotongan, proyek-proyek pesanan, hanya

dibagikan kepada para pendukung bupati atau partai politik tertentu. Di tahap pengelolaan, antara

lain dana desa dikelola sendiri oleh kepala desa tanpa melibatkan masyarakat dan pemangku

kepentingan di desa, atau hanya melibatkan kepentingan tim sukses kepala desa. Di tahap

pemanfaatan, antara lain terjadi mark up biaya honorarium, proyek fiktif, pengurangan volume

pekerjaan, proyek asal jadi atau tidak sesuai kebutuhan masyarakat. Tak terkecuali di tahap

pertanggungjawaban keuangan, juga rentan terjadi permasalahan. Pertanggungjawaban keuangan,

antara lain keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawaban, laporan

pertanggungjawaban tanpa dilengkapi bukti dan dokumentasi.

Selain itu permasalahan juga terjadi pada aspek pembinaan pengelolaan dana desa yaitu

belum adanya regulasi penetapan standar akuntansi pemerintahan desa dan belum adanya

regulasi penyelenggaraan dan pembinaan aparatur desa yang lengkap, mutakhir dan sesuai

dengan peraturan yang lebih tinggi. Perencanaan dana desa juga belum dilakukan berdasarkan

pemetaan masalah dan kebutuhan desa. Pelaksanaan pembinaan program kegiatannya belum

sepenuhnya selaras dengan skala prioritas penggunaan dana desa. Sedangkan permasalahan pada

aspek pengawasan pengelolaan dana desa adalah mengenai perencanaan pengawasan oleh

pemerintah daerah yang belum mempertimbangkan risiko. hal itu terlihat dari masih adanya

pemerintah daerah yang tidak memiliki rencana dan pemetaan masalah dalam pembuatan

kegiatan pengawasan. Pengawasan belum sepenuhnya mencakup evaluasi atas kesesuaian APB

Desa dengan skala prioritas penggunaan dana desa, serta belum termuatnya tindak lanjut

perbaikan dalam laporan hasil pengawasan.


BAB II

ANALISIS

Pengelolaan dana desa merupakan bagian dari pengelolaan keuangan desa dalam

APBDesa, meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban. Semua proses ini dijalankan oleh pemerintah desa didampingi oleh Tim

pendamping dari pemerintah, serta partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa. Dalam

prosesnya pengelolaan dana desa harus melibatkan masyarakat, tidak boleh hanya kepala desa

saja atau perangkat desa saja.

1. Perencanaan

Sebelum dana desa disalurkan, dilakukan musyawarah dengan masyarakat, pada

musyawarah ini, dapat menghimpun usulan tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang akan

menjadi prioritas dan mejadi kebutuhan masyarakat untuk dijalankan dan dilaksanakan.

Selanjutnya hasil musyawarah tersebut akan dibawa ke Musrenbang untuk dibahas,

dimusyawarahkan bersama kepala desa, perangkat desa, BPD, dan tokoh masyarakat, yang akan

dijadikan RPJM dan RKP Desa. Setelah mereka memeriksa, membahas apa saja kegiatan yang

akan dijadikan sebagai prioritas, maka mereka akan menetapkan RPJM dan RKP sebagai hasil

musrenbang yang berisi tentang kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Pada

musrenbang ini, tingkat partisipasi dan kehadiran masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan

keinginannya sangat diperlukan. Setelah musrenbang selesai dilaksanakan dan pembentukan

RPJM dan RKP Desa akan dibuat Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan

RKP Desa yang diperoleh dari hasil musrenbang. Selanjutnya sekretaris desa menyampaikan

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada kepala desa untuk memperoleh persetujuan,
selanjutnya kepala desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada

BPD (Badan Permusyawaratan Desa) untuk dibahas agar mendapat persetujuan. Setelah

mendapat persetujuan, kepala desa mengajukan Rancangan Peraturan Desa tersebut kepada

bupati melalui camat untuk dievaluasi dan ditetapkan menjadi peraturan desa. Perencanaan

penggunaan dana desa ini diprioritaskan untuk mebiayai pelaksanaan program dan kegiatan di

bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, dengan kata lain penggunaan

dana desa pada empat sasaran, yaitu pembangunan embung desa, badan usaha milik desa

(bumdes), pengembangan produk unggulan desa dan sarana olahraga desa (Prioritas Penggunaan

Dana Desa 2019).

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pengelolaan dana desa, seharusnya selain diawasi oleh BPD juga

harus diawasi langsung oleh masyarakat dan masyarakat ikut serta sebagai pekerja dalam

kegiatan pembangunan yang dilakukan atau disebut dengan swakelola. Pengawasan tersebut juga

dilakukan oleh pihak Kabupaten.

3. Penatausahaan

Penatausahaan merupakan seluruh kegiatan keuangan yang dilakukan oleh Bendahara

Desa terdiri dari penerimaan, pengeluaran dan pelaporan pertanggungjawaban. Bendahara

bertugas dalam hal melakukan pencatatan setiap penerimaan, pengeluaran dan melakukan tutup

buku setiap akhir bulan dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan

pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa. Untuk penggunaan dana desa,

TPK (Tim Pengelola Kegiatan) memiliki wewenang untuk memegang dana dan
membelanjakannya sesuai kebutuhan kegiatannya serta diiringi dengan bukti kwitansi belanja

barang yang akan diserahkan kepada bendahara desa sebagai bukti untuk dilakukan pembukuan.

4. Pelaporan

Pelaporan atas kegiatan-kegiatan yang ada di APBDesa memiliki dua tahap yang dibuat

oleh Kepala Desa, Sekretaris dan Bendahara. Pertama, laporan berkala yaitu laporan yang dibuat

setiap semester atau 6 bulan mengenai pelaksanaan APBDesa sesuai dengan tahapan pencairan

dan pertanggungjawaban. Kedua, laporan akhir dari penggunaan dana desa tentang pelaksanaan

dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir

penggunaan dana desa. Kepala desa bersangkutan dituntut untuk menyampaikan laporan tepat

waktu, jika terlambat dilaporkan maka Bupati memiliki hak untuk menunda pencairan dana

untuk tahap selanjutnya

5. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban merupakan bentuk konsekuensi atas penggunaan dana yang

dipercayakan kepada pemerintah desa. Pertanggungjawaban dana desa terintegrasi dengan

pertanggungjawaban APBDesa, sebagai bentuk pertangungjawaban terhadap APBDesa, maka

pemerintah desa harus membuat laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa.

Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa merupakan bagian tidak

terpisahkan dari laporan penyelenggaraan pemerintahan desa. Laporan pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat 1 bulan setelah akhir tahun anggaran

berkenaan. Hal ini menggambarkan bahwa terjadinya keterlambatan dalam pelaporan

penyelenggaraan pemerintah desa yang disampaikan paling lambat 1 bulan setelah akhir tahun

anggaran atau bulan Januari, namun faktanya di bulan Desember bendahara desa masih membuat
laporan. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah

diakses oleh masyarakat, seperti papan informasi desa, baliho, media elektronik, media cetak,

media sosial, website desa, selebaran, dan media lainnya. Namun kenyatanya masih ada desa

yang tidak menginformasikan hal tersebut kepada masyarakat. Dalam setiap transaksi

pengeluaran keuangan desa, bendahara desa wajib menyimpan bukti kwitansi pembelanjaan,

karena dalam Laporan Pertanggungjawaban harus disertai dengan kwintansi tersebut.

PEMBINAAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI

Pembinaan penetapan prioritas penggunaan Dana Desa dilaksanakan dengan pendekatan

pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam kaitan ini, Undang-Undang Desa memandatkan bahwa

penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan memberikan pendampingan

dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan Desa. Pendampingan

Desa dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan. Pendampingan Desa pada level Desa

secara teknis dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dan dapat dibantu oleh tenaga

pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa dan/atau pihak ketiga,

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pembinaan, pemantauan, dan evaluasi penetapan prioritas penggunaan Dana Desa, meliputi:

1. menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan Dana Desa;

2. membuat pedoman teknis kegiatan yang dapat didanai dari Dana Desa;

3. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penggunaan Dana Desa; dan

4. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan pengelolaan dan penggunaan

Dana Desa.
BAB III

CRITICAL REVIEW

Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Negara

yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah kabupaten/kota. Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat desa, terutama untuk peningkatan kualitas hidup, penanggulangan

kemiskinan, dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan dana desa merupakan bagian dari

pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa, meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan dan pertanggungjawaban. Semua proses ini dijalankan oleh pemerintah desa

didampingi oleh Tim pendamping dari pemerintah, serta partisipasi masyarakat dalam

pengawasan dana desa. Dalam prosesnya pengelolaan dana desa harus melibatkan masyarakat,

tidak boleh hanya kepala desa saja atau perangkat desa saja.

Meskipun pemerintah telah menetapkan prioritas pengunaan dana desa serta aturan-

aturan lainnya dan pembinaan serta pendampingan bagi kepala desa tetap saja masih banyak

penyimpangan-penyimpangan pengunaan dana desa, hal ini dikarenakan karena berbagai factor.

Factor penyebab adanya korupsi dana desa menurut Indonesia Corruption Watch (ICW), yaitu :

1. Masyarakat kurang terlibat dalam perencanaan dan pengawasan desa, padahal masyarakat

berhak untuk terlibat dalam pembangunan desa. Pelibatan masyarakat menjadi faktor

paling dasar karena masyarakat desa lebih mengetahui kebutuhan desa dan secara

langsung menyaksikan bagaimana pembangunan desanya. Namun, masyarakat desa

seolah kurang peduli.


2. Faktor kedua, yang juga dirasa penting adalah terbatasnya kompetensi kepala desa dan

perangkat desa. Keterbatasan ini secara khusus mengarah pada teknis pengelolaan dana

desa, pengadaan barang dan jasa, serta penyusunan pertanggungjawaban keuangan desa.

Latar belakang kepala desa sangat berpengaruh dalam hal ini.

3. Tidak optimalnya lembaga desa, terutama lembaga yang secara langsung memainkan

peran penting dalam pemberdayaan masyarakat dan demokrasi tingkat desa, seperti

Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

4. Faktor terakhir yang tak kalah penting adalah fakta mengenai penyakit cost politik yang

tinggi akibat kompetitifnya arena pemilihan kepala desa. Mereka kebanyakan akan

berusaha mengembalikan defisitnya melalui proses korupsi setelah berhasil menjabat.

Bahkan ada kepala desa yang berusaha menghimpun dana desa ketika menjabat untuk

maju dalam pemilihan berikutnya. Meningkatnya anggaran desa dirasa menjadi alasan

banyaknya minat dari berbagai pihak untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa meski

tanpa komitmen untuk membangun desa.

Dana desa akan bermanfaat dan memiliki peran yang positif sebagai alat untuk

mensejahterahkan masyarakatnya jika memenuhi klasifikasi antara lain yaitu : pengunaannya

dengan tata kelola yang baik, menghindari penyalahgunaan penggunaannya, transparan, optimal

melalui swakelola, dan dapat dipertanggungjawabkan dengan melakukan pengawasan ketat, serta

adanya partisipasi masyarakat di dalam prosesnya. Di Indonesia sendiri masih sangat banyak

penyelewangan-penyelewengan terkait dana desa meskipun disisi lain, juga banyak desa yang

sudah menggunakan dana desa sesuai dengan aturannya.


REFERENSI :

1. https://www.kompasiana.com/ibencruise/5cac7cbbcc528367a0133be2/inilah-potensi-

permasalahan-dalam-penyaluran-dana-desa-menurut-kejaksaan-agung

2. http://dpr.go.id/berita/detail/id/25283/t/Pengelolaan+Dana+Desa+Masih+Bermasalah

3. https://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/11/4-faktor-penyebab-adanya-korupsi-

dana-desa-versi-icw?page=2

Anda mungkin juga menyukai