Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan yang ingin dicapai
dalam Pembangunan Menuju Indonesia Sehat 2015 yang diadopsi
dari Millennium Development Goals(MDGs-2015)
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab
kesakitan dan kematian yang paling penting. Salah satu penyakit saluran
pernapasan adalah pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya
menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk di Amerika Serikat. Meskipun
telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan
penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat (Price & Wilson,
2006).
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan
dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang
dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru- paru atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol. Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,
nyeri dada, demam, dan sesak napas. Alat diagnose meliputi sinar-x dan
pemeriksaan sputum. Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia.
Misalnya pada pneumonia kerena bakteri diobati dengan antibiotika.
Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada semua kelompok
umur, dan menunjukan penyebab kematian pada orang tua dan orang dengan
penyakit kronik. Tersedia vaksin tertentu untuk pencegahan terhadap jenis
pnuemonia. Prognosis untuk tiap orang berbeda tergantung dari jenis
pneumonia, pengobatan yang tepat, ada tidaknya komplikasi dan kesehatan
orang tersebut.
Munculnya organisme nosokomial yang didapat dari rumah sakit yang
resisten terhadap antibotik, ditemukannya organisme – organisme yang baru
(sepertiLegionella), bertambahnya jumlah penjamu yang lemah daya tahan
tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum
dan derajat kemungkinan penyebab– penyebab pneumonia, dan ini
menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang
mencolok (Price & Wilson, 2006).

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan : pneumonia di ruang samolo 2 RSUD Sayang Cianjur
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teoritis tentang pnemunia
b. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan : pneumonia
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan : pneumonia di ruang samolo 2 RSUD Sayang Cianjur.
d. Mengetahui kesenjangan antara konsep dasar asuhan keperawatan
dengan kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan : pneumonia

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap hasil laporan ini dapat digunakan sebagai masukan
dalam rangka meningkatkan pelayanan mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan : pneumonia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
b. Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi
Memberikan sumbangan ilmiah kepada pendidik atau mahasiswa
serta menambah wawasan baru tentang penanganan terhadap kasus
pneumonia yang dapat diterapkan dalam membuka praktek mandiri
keperawatan oleh mahasiswa keperawatan setelah tamat nanti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru.(Cecily L.


Betz dkk, 2002). Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan hal yang
umum selama masa kanak-kanak tetapi lebih sering terjadi pada masa bayi
dan masa kanak-kanak awal (Donna L. Wong, 2004 ). Pneumonia ialah suatu
radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiolgi seperti bakteri,
virus, jamur, dan benda asing. (Dr.Rusepno Hassan dkk, 2007).
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus), atau virus
(respiratory syncytial virus) (Kathleen Morgan Speer, 2008). Peradangan
pada paru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai
bronkhioli (dr. taufan nugroho, 2011).

B. ETIOLIGI
Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia,
jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, dan sindrom Loeffler. Pneumonia
karena virus bisa menerima infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit
virus, seperti morbilli atau varicella (Nursalam, dkk,2008).
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus
group B dan bakteri gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas
sp, dan Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia
sering disebabkan oleh infeksiStreptococcus Pneumoniae, Haemophilus
Influenzae, dan Staphylococcus Aureus, sedangkan pada anak yang lebih
besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan
infeksi Mycoplasma pneumoniae (Nastiti N.Rahajoe dkk, 2010).
Streptococcus Pneumoniae (pneumokokus) adalah penyebab yang
paling sering dari pneumonia bakteri, baik yang didapat dari masyarakat (kira-
kira 75% dari semua kasus) maupun dari rumah sakit. Staphylococcus
Aureus (kokus gram positif) dan asil aerobik gram negatif,
termasuk Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella Pneumoniae, dan E.
colli menyebabkan sebagian besar pneumonia nosokomial (Price & Wilson,
2006).

C. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS)

D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan meliputi demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, dan
kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti mntah dan diare. Secara
klinis ditemukan gejala respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta (chest
indrawing), nafas cuping hidung, ronki, dan sianosis. Penyakit ini sering
ditemukan bersamaan dengan konjungtivis, otitis media, faringitis, dan
laryngitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lututtertekuk karena nyeri dada. Ronki hanya ditemukan bila ada
infiltrate alveolar. Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia
yang bermakna. Bila terjadi epusi pleura atau empiema, gerakan ekskursi
dada tertinggal di daerah efusi. Gerakan dada juga akan terganggu bila
terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura bertambah, sesak
nafas semakin bertambah,tetapi nyeri pleura semakin berkurang dan berubah
menjadi nyeri tumpul.
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus
kanan bawah yang menimbulkan iritasi diafragma. Nyeri abdomen data
menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis.abdomen
mengalami distensi akibat dilatasi lambung yang disebabkan oleh aerofagi
atau ileus paralitik. Hati mungkin teraba karena tertekan oleh diafragma, atau
memang membesar karena terjadi gagal jantung kongestif sebagai
komplikasi pneumonia (Nastiti N. Rahajoe dkk, 2008).

E. KLASIFIKASI
1. Pembagian anatomis
a. Pneumonia lobaris
Biasanya gejala penyakit datang mendadak, tetapi kadang-kadang
didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak
besar bisa disertai badan menggigil dan pada bayi disertai kejang.
Suhu naik cepat sampai 39-40C dan suhu ini biasanya tipe febris
kontinua. Nafas menjadi sesak, disertai nafas cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri pada dada (Dr Rusepno
Hasan dkk, 2007)
b. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan
pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut
dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering
tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah, nyaring halus atau sedang. Bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar keredupan dan suara pada suara pernapasan pada
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronki
terdengar lagi. (Ngastiyah, 2005)
c. Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
Bronkiolitis akut ialah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering
diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering
pada usia 6 bulan. Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh
respiratory syncyal virus (50%). (Ngastiyah, 2005)
2. Pembagian pneumonia bakteri
a. Pneumonia stafilokokus
Pneumonia stafilokokus disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
tergolong pneumonia yang berat karena cepat menjadi progresif dan
resisten terhadap pengobatan. Pada umumnya pneumonia ini
diderita bayi, yaitu 30% di bawah umur 3 bulan dan 70% sebelum 1
tahun (Dr. Rusepno Hassan dkk, 2007)
b. Pneumonia streptokokus
Grup A Streptokokus hemolyticus biasanya menyebabkan infeksi
traktus respiratorius bagian atas, tetapi kadang-kadang dapat juga
menimbulkan pneumonia. Pneumonia streptokokus sering
merupakan komplikasi penyakit virus seperti influenza, campak,
cacar air dan infeksi bakteri lain seperti pertusis, pneumonia
pneumokokus. (Dr. Rusepno Hassan, 2007)

F. PENGKAJIAN

1. Keluhan utama
Pada klien dengan gangguan sistem pernafasan : pneumonia, biasanya
klien mengeluh sesak nafas. Sesak nafas ada yang disertai batuk ada
yang disertai dengan nyeri dada

2. Riwayat kesehatan sekarang


Klien mengatakan sesak nafas, atau batuk atau nyeri.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Tanyakan pada klien tentang riwayat kesehatan dahulu klien apakah
klien memiliki riwayat penyakit yang sama yang sedang dialami nya atau
punya penyakit lain.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah di keluarga ada anggota yang memiliki penyakit yang sama
dengan klien.

5. Riwayat pengobatan
Kaji klien tentang riwayat pengobatan apakah klien sedang pengobatan
penyakit lain.

6. Riwayat alergi
Tanyakan apakah klien mempunyai alergi, seperti alergi obat-obatan,
makanan ataupun cuaca.

7. Riwayat pembedahan
Kaji klien apakah pernah dilakukan pembedahan sebelumnya atau tidak

G. PEMERIKSAAN FISIK
a. Penampilan
1. Keadaan umum : apakah klien lemah atau sedang
2. Kesadaran : nilai menggunkan GCS apakah klien
composmentis, somnolen, sopor atau koma

b. Tanda – tanda vital


1. Tekanan Darah : Biasanya kadang ada yang hipertensi ada yang
normal
2. Respirasi : klien dengan pneumonia biasanya meningkat

3. Suhu : suhu kadang ada yang demam dan ada yang tidak
4. Nadi : nadi biasanya dalam batas normal kecuali ada nyeri,
nadi akan meningkat
c. Sistem Pernafasan
Klien akan mengalami sesak nafas, respirasi akan meningkat, terkadang
ada sumbatan jalan nafas berupa sekret yang tertumpuk disaluran
pernafasan.

d. Sistem Kardiovaskular
Adanya takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.

e. Sistem Perncernaan
Adanya kehilangan nafsu makan, mual, muntah, distensi abdomen, kulit
kering dengan turgor buruk

f. Sistem Persyarafan
Biasanya ada gejala sakit kepala daerah frontal (influenza) kadang juga
mengalami perusakan mental (bingung)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaaan Thorax Fhoto
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemu¬kan secara pemeriksaan fisik. Pada pneumonia bercak-bercak
infiltrat di¬dapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia
lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto
Rontgen dapat juga menunjuk¬kan adanya komplikasi seperti pleuritis,
atelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumotoraks,
pneumomediastinum atau perikarditis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan hematologi
b. Pemeriksaan kimia darah
c. Pemeriksaan LED
d. Pemeriksaan Sputum

I. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pemeriksaan radiologi foto thorax
b. Pemberian obat terapi
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Berikan teknik nafas dalam
b. Ajarkan batuk efektif
c. Posisikan tidur semi fowler
J. ANALISA DATA

Masalah
NO Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : - Mikroorganisme Bersihan jalan
DO : kuman masuk ke nafas tidak
- Klien tampak sesak dalam saluran efektif
- Klien tampak sesekali pernafasan
batuk dan sesekali 
terdengar ada dahak nya Terjadi
peradangan pada
parenkim paru

Terjadi purulensi

Penumpukan
sekret dijalan
nafas

Klien menjadi
sesak dan batuk

Bersihan jalan
nafas tidak efektif
2. DS : - Terjadi purulensi Defisit nutrisi

DO : Sputum tertelan
ke lambung
- Klien tampak tidak nafsu 
makan Akumulasi
- porsi makan habis ¼ sputum di
porsi lambung
- klien tampak mual dan 
muntah Lambung
mengadakan
usaha untuk
menyeimbangkan
asam basa

Meningkatkan
keasaman
dilambung

Asam lambung
meningkat

Anoreksia

Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi

3. DS : Konsolidasi Intoleransi
eksudat di paru aktivitas
DO : 
- klien tampak tidak Compliance paru
bergerak menurun
- klien tidak beraktivitas 
- klien tampah lemah Suplai 02
- klien tampak sesak menurun
- aktivitas terbatas 
Kelemahan tubuh

Aktivitas terbatas

Intoleransi
aktivitas

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Diagnosa
No Tanggal Keperawatan dan Tujuan ( SMART) Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
1. 25/11/ Bersihan jalan nafas Tupan : 1. Observasi
2019 berhubungan dengan Setelah dilakukan a. Monitor pola nafas a. Agar mengetahui
sekresi yang tertahan, tindakan status pola nafas
ditandai dengan : keperawatan b. Monitor bunyi klien
DS : - selama 3x24 jam nafas b. Agar mengetahui
DO : bersihan jalan jenis bunyi nafas
- Klien tampak nafas efektif c. Monitor sputum klien
sesak c. Agar diketahuinya
- Klien tampak Tupen jenis sputum yang
sesekali batuk Setelah dilakukan keluar dari jalan
dan sesekali tindakan 2. Terapeutik nafas klien
terdengar ada keperawatan a. Pertahankan
dahak nya selama 1x24 jam kepatenan jalan a. Agar klien tidak
sekresi dijalan nafas bertambah sesak
nafas keluar,
dengan kriteria b. Posisikan semi
hasil : fowler
- Klien tidak b. Agar posisi paru-
sesak paru bisa leluasa
- Sekret/sputum c. Berikan minum air mendapatkan
keluar hangat oksigen
- Tidak terjadi d. Lakukan fisioterapi c. Agar sputum
penumpukan dada mengencer dan
sekret lagi di keluar
jalan nafas d. Agar sputum yang
e. Lakukan menempel di
penghisapan lendir dinding intercosta
klien bisa
mengencer dan
f. Berikan oksigen, keluar
jika perlu e. Lebih efektif untuk
mengeluarkan
3. Edukasi sputum (jika klien
a. Ajarkan teknik penurunan
betuk efektif kesadaran)
f. Agar kebutuhan
oksigen terpenuhi
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Agar klien bisa
pemberian batuk dengan baik
bronkodilator, dan bisa
ekspektoran mengeluarkan
mukolitik, jika perlu sputumnya

a. Agar membantu
mengeluarkan
dahak dan dahak
akan mengencer
2. 25/11/ Defisit nutrisi Tupan : 1. Observasi
2019 berhubungan dengan Setelah dilakukan a. Identifikasi status a. Agar status gizi
kurangnya asupan tindakan nutrisi klien diketahui
makanan, ditandai keperawatan b. Identifikasi alergi b. Agar diketahuinya
dengan : selama 3x24 jam makanan alergi makanan
DS -: nutrisi tidak defisit c. Identifikasi c. Untuk mencukupi
DO : kebutuhan kalori kebutuhan nutri
- Klien tampak tidak Tupen dan jenis nutrien klien
nafsu makan Setelah dilakukan d. Monitor asupan
tindakan makanan
- porsi makan habis keperawatan d. Agar terpantau
¼ porsi selama 1x24 jam e. Monitor berat asupan makanan
- klien tampak mual asupan makanan badan yang masuk
dan muntah adekuat, dengan e. Agar diketahui
kriteria hasil : penurunan BB
- klien nafsu 2. Terapeutik selama di rawat
makan a. Lakukan oral

bertambah hygiene sebelum

- porsi makan makan a. Untuk mencegah


habis 1 porsi b. Fasilitasi timbulnya mual
- kilen tidak menentukan

mual dan pedoman diet b. Agar nutrisi klien


muntah sesuai dengan
c. Sajikan makan dietnya
secara menarik
c. Agar klien mau
d. Berikan suplemen makan
makanan,jika
perlu d. Agar nafsu makan

3. Edukasi klien bertambah


dan BB naik
a. Ajarkan diet yang a. Agat klien tahu diet
diprogramkan yang sesuai
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
b. Untuk mencegah
pemberian
timbul mual atau
medikasi sebelum
muntah
makan
b. Kolaborasi
c. Agar klien tahu
dengan ahli gizi
tentang gizi yang
sesuai

3. 25/12/ Intoleransi aktivitas Tupan : 1. Observasi


2019 berhubungan dengan a. Identifikasi
Setelah dilakukan a. Untuk mengetahui
kelemahan fisik, keterbatasan
tindakan tindakan selanjutnya
ditandai dengan : fungsi dan gerak
keperawatan
DS : sendi
selama 3x24 jam b. Agar diketahuinya
DO : b. Monitor lokasi dan
gangguan mobilitas sejauh mana klien
- klien tampak tidak sifat
fisik teratasi merasakan nyeri
bergerak ketidaknyaman
- klien tidak atau rasa sakit pada saat latihan
beraktivitas selama latihan gerak
Tupen
- klien tampah
lemah Setelah dilakukan
- klien tampak tindakan 2. Terapeutik
sesak keperawatan a. Lakukan a. Agar diketahuinya
- aktivitas terbatas selama 1x24 jam pengendalian nyeri klien merasakan
nyeri hilang, sebelum memulai nyeri pada saat
dengan kriteria latihan latihan gerak
hasil :
3. Edukasi
- Klien tidak
a. Jelaskan kepada
lemas
pasien/keluarga a. Agar klien dan
- Klien tidak
tujuan dan keluarga bisa latihan
kesakitan
merencanakan gerak kembali
- Klien
latihan bersama
beraktivitas
b. Anjurkan untuk b. Agar sendi klien bisa
kembali
melakukan latihan bergerak dan nyeri
- Kebutuhan
gerak hilang dan aktivitas
bisa
lagi dan kebutuhan
terpenuhi
terpenuhi
oleh klien
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. S
2. Usia : 67 Tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Petani
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SD
7. Suku : Sunda
8. Bahasa Yang Digunakan : Sunda
9. Alamat Rumah : Cikaroya Rt 04/ Rw 05 Warung Kondang
10. Sumber Biaya : BPJS
11. Tanggal Masuk RS : 21 November 2019
12. Diagnosa Medis : Pneumonia
13. Tanggal Pengkajian : 25 November 2019
14. No RM : 829719

B. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :


1. Nama : Ny. A
2. Umur : 65 Tahun
3. Hubungan dengan klien : Istri
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : IRT
6. Alamat : SDA

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama
Sesak
B. Riwayat kesehatan saat pengkajian
Pada saat dikaji klien mengeluh sesak disertai batuk berdahak. Sesak
bertambah berat apabila melakukan kegiatan atau aktivitas, sesak berkurang
apabila klien beristirahat dan memakai oksigen, sesak dirasakan sepanjang
waktu. Ronchi terdengar di kedua lapang paru.

C. Riwayat kesehatan masuk RS :


Pada saat dikaji klien mengatakan sesak nafas dan ada batuk sejak 2 minggu
yang lalu, sebelumnya klien berobat ke puskesmas tapi tidak ada perbaikan.
Dan klien berobat ke RS dan akhirnya disuruh dirawat oleh dokter.

D. Riwayat Kesehatan Lalu:


Pada saat dikaji klien mengatakan sebelumnya .pernah dirawat di RSUD
Sayang Cianjur yaitu 1 bulan yang lalu dengn keluhan yang sama yaitu sesak
dan batuk berdahak.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga : (Genogram / Penyakit yang pernah


diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko, 3 generasi)
Pada saat dikaji klien mengatakan di keluarga ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit yang sama seperti klien yaitu anak kedua klie
Genogram :

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki meninggal
: Laki-laki Klien
K : anak perempuan yang mempunya penyakit yang sama
: tinggal serumah

F. Riwayat Psikososial – spiritual


Pada saat dikaji, klien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan
keluagra, tetangga dan teman-teman. Klien mengatakan suka beribadah
mengaji ke pengajian dan solat 5 waktu. Selama di RS klien hanya terbaring
dan melakukan solat dengan keadaan terbaring ditempat tidur.

G. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:

No Pola Aktivitas Dirumah Di Rumah Sakit

1. Pola Nutrisi dan Cairan (sebelum


dan saat sakit) :
a. Pola nutrisi :
 Asupan: ( ) Oral Oral Oral
( ) Enteral
( ) TPN
 Frekwensi makan
:……….x/Hari 3x 3x
 Nafsu makan :
( ) Baik Baik Kurang
( ) Sedang (Jelaskan Karena tidak
alasannya) nafsu makan
( ) Kurang (Jelaskan
alasannya)
 Diit : ……………… Tidak ada diet Bubur atau nasi
 Makanan tambahan: Sayur, tim
……………… tahu,tempe Sayur, tahu

 Makanan yang tidak Tidak suka Tidak suka

disukai/alergi/pantangan daging ayam daging dan telur

:………… dan telur

 Kebiasaan makan : Sarapan pagi Makan pagi

…………….. dan makan siang dan sore

 Perubahan berat badan 3 sore

bulan terakhir:
( )Bertambah…….Kg
( ) Tetap 47 kg 43 kg

( ) Berkurang…….Kg
b. Pola Cairan :
 Asupan cairan:
( ) Oral
Oral Oral
( ) Parenteral
Infus NaCl
 Jenis : ……………….
1500cc/24jam
 Frekwensi :
Ari putih+ Air Air putih
…………x/hari
Teh
 Volume total
:…………cc/hari
4-5 x/hari 2-3 x/hari
1250 cc/hari 2100 cc/hari
2. Pola Eliminasi (sebelum dan saat
sakit) :
a. BAK Memakai Folley
 Frekwensi :………..x/hari 4-5 x/hari Cateter
 Waktu : ……………… Pagi siang 1500 cc/hari
 Jumlah :………..cc/hari sore Kuning
 Warna 1200 cc/hari Pesing
:………………… Kuning Khas normal
 Bau Pesing Tidak ada
:………………… Tidak ada
 Keluhan yang berhubungan 1500 cc/hari
dengan BAK:…………. 1200 cc/hari
 Out put perhari : ………cc/hari 2 x/hari
b. BAB 1-2 x/hari Pagi dan sore
 Frekwensi :………..x/hari Pagi dan sore Kuning
 Waktu :…………. Kuning Khas normal
 Warna :…………. Khas normal lembek
 Bau :…………. Lembek Tidak ada
 Konsistensi :…………. Tidak ada Tidak ada
 Keluhan :…………. Tidak ada I : 2100
 Penggunaan laxatif/pencahar I : 1250 O : 1500 + 17 =
:…………. O :1200 + 19 = 1517
c. IWL ( Insensible Water Lose ) 1219 B : +583
: ……………………cc/hari B : I-O = +31

3. Pola Personal Hygiene (sebelum


dan saat sakit) :
a. Mandi
 Frekwensi 1-3 x/hari Hari ini belum
:…………x/hari mandi
b. Oral hygiene
 Frekwensi :…………x/hari 1-2 x/hari 1x/hari
 Waktu :………… Pagi dan sore Pagi
c. Cuci Rambut
 Frekwensi:…………x/minggu 3x/minggu Terakhir
dikeramas 3 hari
yang lalu
4. Pola istirahat dan tidur (sebelum
dan saat sakit) :
 Lama tidur :…………Jam/hari
 Waktu 7-8 jam/hari 5-6 jam/hari
- Siang : …………..jam 2 jam/hari 1-2 jam/hari
- Malam : …………..jam 6 jam/hari 4-5 jam/hari
 Kebiasaan sebelum
tidur/pengantar tidur :
( ) Penggunaan obat tidur
( ) Kegiatan lain, Jelaskan Tidak ada Tidak ada
…………….
 Kesulitan dalam hal tidur :
( ) Menjelang tidur Tidak ada Sering
( ) sering/mudah terbangun terbangun
( ) Merasa tidak puas setelah karena batuk
bangun tidur tapi tidur lagi
Jelaskan alasannya
……………..
5. Pola aktivitas dan latihan (sebelum
dan saat sakit) :
 Kegiatan dalam
pekerjaan:…………
 Waktu bekerja :………… Bertani Tirah baring
 Kegiatan waktu luang:………… Pagi dan siang -
 Keluhan dalam Tidak ada
beraktivitas:………… Sesak dan nyeri
 Olah raga :
 Jenis :……… Jalan santai -
 Frekwensi :………
 Keterbatasan dalam hal :
( ) Mandi Mandi,
( ) Menggunakan pakaian Tidak ada menggunakan
( ) Berhias pakaian
6. Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok :( ) Ya
( ) Tidak Tidak Tidak
- Frekwensi : ……….
- Jumlah :………..
- Lama pemakaian :………..

b. Minuman keras :( ) Ya
( ) Tidak Tidak Tidak
- Frekwensi : ……….
- Jumlah : ……….
- Lama pemakaian : ……….
c. Ketergantungan obat : ( ) Ya Tidak -
( ) Tidak
Jika Ya : Jelaskan : Jenis,
Lama pemakaian, Frekwensi dan
Alasan Tidak -

H. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 112 x/Menit
- Pernafasan : 24 x/Menit
- Suhu : 36.2 oC
- TB/BB : 160 cm Cm/ 47 Kg sebelum sakit, 43kg
ketika sakit.
2. Pemeriksaan fisik per system
a. Sistem Kardiovaskular
Pada saat dikaji, bentuk dada klien normal, bunyi jantung normal terdengar
lub dup.tidak ada nyeri tekan.

b. Sistem Pernafasan
klien tampak sesak nafas dan batuk berdahak, respirasi klien 24x/mnt, klien
terpasang selang oksigen nasal kanul dengan jumlah oksigen sebanyak
2 L/mnt, terdengar bunyi ronchi di kedua lapang paru.

c. Sistem Pencernaan
klien tidak ada nyeri tekan, bising usus terdengar 12x/mnt, tiidak ada
konstipasi, tidak ada diare, tidak ada pembesaran hati.

d. Sistem Persyarafan
klien mampu membedakan bau bauan seperti bau minyak kayu putih dan
wangi parfum, klien bisa merasakan sentuhan halus dengan menggunakan
kapas ke tangan atau ke kaki. Fungsi indra penglihatan dan pendengaran
baik. klien masih merasakan rasa geli dibuktikan dengan digerakan nya
balpoint ke telapak kaki dan telapak tangan. Reflek bisep (+/+), reflek trisep
(+/+), reflek babinski (+/+), reflek patela (+/+).

e. Sistem Muskuloskeletal
Klien tidak terdapat nyeri otot, dan kekuatan otot klien berada pada
kekuatan normal bernilai 5 untuk ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
Tidak ada edem pada ekstremitas

f. Sistem Perkemihan
klien tidak ada nyeri BAK, klien terpasang selang folley cateter dengan
kondisi warna urine kuning.

h. Sistem Imun dan Hematologi


Klien tidak mengalami penurunan imunitas, dan klien tidak terjadi
perdarahan.

i. Sistem Endokrin
klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri menelan.

j. Sistem Integumen
Klien tidak terdapat nyeri pada kulit, warna kulit sawo matang. Kulit tampak
kotor, dan kuku pendek

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Thorax foto dengan hasil :
- Bronkhitis Kronis

 Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 21/11/2019
Hasil Nilai normal
Hemoglobin : 13,1 g/dl 13,5 – 17,5 g/dl
Leukosit : 11,8 4,8 – 10,8 10^3µL
Natrium : 126,4 135-148 mEq/L
Kalium : 4,22 3,50 – 5,30 mEq/L
Calsium :1,13 1,15-1,29 mmol/L
Gula darah sewaktu : 104 < 160 mg/dl
Tanggal 22/11/2019
SGOT : 20 15-37 U/L
SGPT : 18 16-63 U/L
Gula darah puasa : 120 < 160 mg/dl

 Pemeriksaan sputum
Sputum berwarna putih encer pada tanggal 25 - 11 – 19, hasil BTA +
baru keluar tanggal 26 – 11 – 19

J. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Medis
- Pemeriksaan radiologi (thorax foto)
- Pemberian terapi obat , sebagai berikut
a. Omeprazole 1x 40 mg (iv)
b. Levofloxacin 1x 500 mg (oral)
c. Ambroxol syrup 3x1 cth (oral)
d. N-acetylcystein 3 x 1 tab (oral)
e. Ventolin + Flexotide 1 (nebulizer)
 Penatalaksanaan Keperawatan
- Kolaborasi pemberian oksigen, nebulizer
- Mengatur posisi semi fowler

K. ANALISA DATA

Masalah
NO Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : Mikroorganisme Bersihan jalan
- Klien mengatakan sesak kuman masuk ke nafas tidak
nafas dalam saluran efektif
- Klien mengatakan batuk pernafasan
berdahak 
DO : Terjadi
- Klien tampak sesak peradangan pada
- Klien tampak sesekali parenkim paru
batuk dan sesekali 
terdengar ada dahak nya Terjadi purulensi
- Sputum berwarna putih 
encer Penumpukan
- Terdapat suara ronchi di sekret dijalan
lapang paru nafas
- RR 24 x/mnt 
- Terpasang oksigen 2-3 Klien menjadi
L/mnt sesak dan batuk
- Ronchi + di kedua lapang 
paru, BTA + Bersihan jalan
nafas tidak efektif

2. DS : Terjadi purulensi Defisit nutrisi


- Klien mengatakan tidak 
nafsu makan Sputum tertelan
- Klien mengatakan suka ke lambung
mual dan muntah 
- Klien mengatakan BB Akumulasi
dirumah 47 kg, BB sputum di
dirawat 43 kg lambung
DO : 
- Klien tampak tidak nafsu Lambung
makan mengadakan
- porsi makan habis ¼ usaha untuk
porsi menyeimbangkan
- klien tampak mual dan asam basa
muntah 
- BB di rumah 47 kg, BB Meningkatkan
dirawat 43 kg keasaman
dilambung

Asam lambung
meningkat

Anoreksia

Defisit nutrisi

3. DS : Konsolidasi Defiist
- Klien mengatakan belum eksudat di paru perawatan diri
mandi 
- Klien mengatakan badan Compliance paru
terasa lengket menurun
DO : 
- Kulit klien tampak kotor Suplai 02
- Klien belum mandi menurun

Kelemahan tubuh

Kurang
motivasi/minat
untuk perawatan
diri

Kulit/tubuh
lengket dan kotor

Defisit perawatan
diri

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kurang
motivasi
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tanggal Keperawatan dan Tujuan ( SMART) Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
1. 25/11/ Bersihan jalan nafas Tupan : 1. Observasi
2019 berhubungan dengan Setelah dilakukan a. Monitor pola nafas a. Agar mengetahui
sekresi yang tertahan, tindakan status pola nafas
ditandai dengan : keperawatan klien
DS : selama 3x24 jam b. Monitor bunyi b. Agar mengetahui
bersihan jalan nafas jenis bunyi nafas
- Klien mengatakan
sesak nafas
nafas efektif klien
c. Monitor sputum c. Agar diketahuinya
- Klien mengatakan
Tupen jenis sputum yang
batuk berdahak
Setelah dilakukan keluar dari jalan
DO :
tindakan nafas klien
- Klien tampak
keperawatan 2. Terapeutik
sesak
selama 1x24 jam a. Pertahankan a. Agar klien tidak
- Klien tampak
sekresi dijalan kepatenan jalan bertambah sesak
sesekali batuk
nafas keluar, nafas
dan sesekali
terdengar ada dengan kriteria b. Posisikan semi b. Agar posisi paru-
dahak nya hasil : fowler paru bisa leluasa
- Klien tidak mendapatkan
- Sputum berwarna
sesak oksigen
putih encer
- Sekret/sputum c. Berikan minum air c. Agar sputum
- Terdapat suara
keluar hangat mengencer dan
ronchi di lapang
- Tidak terjadi keluar
paru
penumpukan d. Lakukan fisioterapi d. Agar sputum yang
- RR 24 x/mnt sekret lagi di dada menempel di

- Terpasang oksigen jalan nafas dinding intercosta

2-3 L/mnt - RR normal 16- klien bisa


- Ronchi + dikedua 18 x/mnt mengencer dan
lapang paru - Klien tidak keluar
- BTA + dipasang e. Lakukan e. Lebih efektif untuk
oksigen penghisapan lendir mengeluarkan
sputum (jika klien
penurunan
kesadaran)
f. Berikan oksigen, f. Agar kebutuhan
jika perlu oksigen terpenuhi
g. Pindahkan pasien g. Agar tidak
ke ruang isolasi menularkan ke
pasien lain

3. Edukasi a. Agar klien bisa


a. Ajarkan teknik batuk dengan baik
betuk efektif dan bisa
mengeluarkan
sputumnya

4. Kolaborasi a. Agar membantu


a. Kolaborasi mengeluarkan
pemberian dahak dan dahak
bronkodilator, akan mengencer
ekspektoran
mukolitik, jika
perlu.
2. 25/11/ Defisit nutrisi Tupan : 1. Observasi
2019 berhubungan dengan Setelah dilakukan a. Identifikasi status a. Agar status gizi
kurangnya asupan tindakan nutrisi klien diketahui
makanan, ditandai keperawatan b. Identifikasi alergi b. Agar diketahuinya
dengan : selama 3x24 jam makanan alergi makanan
DS : nutrisi tidak defisit c. Identifikasi c. Untuk mencukupi
kebutuhan kalori kebutuhan nutri
- Klien mengatakan
tidak nafsu makan
Tupen dan jenis nutrien klien
Setelah dilakukan d. Monitor asupan d. Agar terpantau
- Klien mengatakan
tindakan makanan asupan makanan
suka mual dan
keperawatan yang masuk
muntah
selama 1x24 jam
asupan makanan
- Klien mengatakan adekuat, dengan e. Monitor berat e. Agar diketahui
BB dirumah 47 kg, kriteria hasil : badan penurunan BB
BB dirawat 43 kg - klien nafsu selama di rawat
DO : makan
- Klien tampak tidak bertambah
nafsu makan - porsi makan 2. Terapeutik a. Untuk mencegah
- porsi makan habis habis 1 porsi a. Lakukan oral timbulnya mual
¼ porsi - kilen tidak hygiene sebelum
- klien tampak mual mual dan makan b. Agar nutrisi klien
dan muntah muntah b. Fasilitasi sesuai dengan
- BB naik menentukan dietnya
BB di rumah 47 kg,
pedoman diet
BB dirawat 43 kg
c. Agar klien mau
c. Sajikan makan makan
secara menarik
d. Agar nafsu makan

d. Berikan suplemen klien bertambah

makanan,jika dan BB naik

perlu
3. Edukasi a. Agat klien tahu diet
a. Ajarkan diet yang yang sesuai
diprogramkan
4. Kolaborasi a. Untuk mencegah
a. Kolaborasi timbul mual atau
pemberian muntah
medikasi sebelum
makan b. Agar klien tahu
b. Kolaborasi tentang gizi yang
dengan ahli gizi sesuai
3. 25/12/ Defisit perawatan diri Tupan : 1. Observasi
2019 berhubungan dengan
Setelah dilakukan 2. Terapeutik
kelemahan dan kurang
tindakan
motivasi klien, ditandai a. Sediakan a. Agar diketahui
keperawatan
dengan : peralatan mandi penyebab tidak
selama 3x24 jam
DS : mandi (budaya)
defisit perawatan
- Klien mengatakan diri teratasi
b. Sediakan b. Agar klien merasa
belum mandi
lingkungan yang terbantu
aman dan
Tupen
nyaman
- Klien mengatakan Setelah dilakukan
badan terasa tindakan c. Fasilitasi mandi c. Agar klien tetap
lengket keperawatan terjaga kebersihan
DO : selama 1x24 jam diri nya
- Kulit klien tampak kelemahan hilang
kotor dan motivasi klien d. Agar sesuai
d. Berikan bantuan
- Klien belum bertambah, dengan dengan tingkat
sesuai tingkatan
mandi kriteria hasil : kemampuan klien
kemandirian
- Klien bersih, 3. Edukasi
wangi a. Jelaskan manfaat a. Agar klien

- Kulit klien mandi termotivasi setelah

tidak lengket diberikan


penjelasan tentang
manfaat mandi

b. Jelaskan kepada
b. Agar keluarga bisa
keluarga cara
merawat klien
memandikan
dalam memenuhi
pasien
kebutuhan personal
hygiene klien
CATATAN IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. S Ruang : Samolo 2

Dx. Medis : Pneumonia No. MR : 829719

No. Dx. Implementasi


No Tanggal/Jam Paraf Evaluasi ( SOAP) dan paraf
Kep ( Respon dan atau Hasil )

1. I 25/11/2019 1. Observasi Tanggal : 25/11/2019


a. memonitor pola Jam : 12.00 WIB
08.00 WIB
nafas S : klien mengatakan masih sesak nafas
08.10 WIB
b. memonitor bunyi - Klien mengatakan ada batuk berdahak
08.20 WIB
nafas
O : - klien masih tampak sesak
- bunyi tambahan di paru (ronchi)
08.30 WIB - Klien masih tampak ada batuk berdahak
a. memonitor sputum
- RR ; 24 x/mnt
09.00 WIB - sputum berwarna putih encer - Masih terpasang oksigen 2-3 L/mnt
2. Terapeutik A : masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
09.10 WIB
a. mempertahankan kepatenan belum teratasi
09.45 WIB jalan nafas P : intervensi dilanjutkan
b. memposisikan semi fowler
10.00 WIB
c. memberikan minum air hangat
10.15 WIB d. melakukan fisioterapi dada
e. melakukan penghisapan lendir
10.20 WIB
f. memberikan oksigen
- oksigen sudah terpasang 2/3
L/mnt
10.30 WIB
g. memindahkan px ke ruang isolasi
3. Edukasi
a. mengajarkan teknik betuk efektif
4. Kolaborasi
a. berkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran
mukolitik
- nebulizer dengan ventolin 1 +
flexotide 1 selama 15 menit
2. II 25/11/2019 1. Observasi Tanggal : 25/11/2019
11.00 WIB a. mengidentifikasi status nutrisi Jam : 12.00 WIB
b. mengidentifikasi alergi makanan S : klien mengatakan mual berkurang
11.10 WIB
c. mengidentifikasi kebutuhan O:
11.25 WIB kalori dan jenis nutrien
- klien masih tampak sesekali mual
d. memonitor asupan makanan - porsi makan habis ½ porsi
11.30 WIB
e. memonitor berat badan - BB belum naik
11.35 WIB 2. Terapeutik
a. ,melakukan oral hygiene A : masalah defisit nutrisi belum teratasi
sebelum makan
P : intervensi dilanjutkan
11.45 WIB b. memfasilitasi menentukan
pedoman diet
12.00 WIB
c. menyajikan makan secara
12.10 WIB menarik
d. memberikan suplemen
makanan,jika perlu
12.30 WIB 3. Edukasi
a. mengajarkan diet yang
13.00 WIB
diprogramkan
4. Kolaborasi

13.20 WIB a. berkolaborasi pemberian


medikasi sebelum makan
- obat omeprazole 1x40 mg (iv)
b. berkolaborasi dengan ahli gizi
14.00 WIB

3. III 25/11/2019 1. Observasi Tanggal : 25/11/2019


a. mengidentifikasi usia dan Jam : 14.00 WIB
10.00 WIB
budaya dalam membantu S : klien mengatakan badan tidak lengket, t
kebersihan diri - klien mengatakan badan wangi
b. mengidentifikasi jenis bantuan O:
10.15 WIB
yang dibutuhkan - klien tampak bersih
10.20 WIB 2. Terapeutik - klien tampak wangi
a. menyediakan peralatan mandi
b. menyediakan lingkungan yang A : masalah defisit perawatan diri teratasi
10.30 WIB aman dan nyaman P : intervensi dihentikan
c. memfasilitasi mandi
d. memberikan bantuan sesuai
10.40 WIB tingkatan kemandirian
3. Edukasi
a. menjelaskan manfaat mandi
11.00 WIB b. Jelaskan kepada keluarga cara
memandikan pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Kesenjangan antara teori di BAB II terkait proses keperawatan (Pengkajian


s/d Perencanaan)

A. Pengkajian
1. Pada keluhan utama
Pasien pneumonia keluhan utama yang sering dialami yaitu sesak,
batuk, demam, tidak nafsu makan. Dibuktikan pada kasus Tn. S
bahwa keluhan utamanya juga sesak dan ada batuk berdahak. Jadi
antara teori dan kasus di lapangan terdapat persamaan.
2. Pada tanda-tanda vital
Pada teori :
a. Tekanan darah : mengalami peningkatan kadang terjadi
penurunan
b. Nadi : adanya peningkatan nadi yang merupakan
bentuk kompensasi dari timbul nyeri akibat obstruksi jalan nafas\
c. Respirasi : terjadi peningkatan bisa melebihi normal
d. Suhu : terjadi peningkatan suhu akibat dari infeksi
saluran pernafasan.
Pada kasus :
Dapat dibuktikan pada kasus Tn. S bahwa nadi 112 x.mnt tapi klien
tidak mengatakan nyeri, dan respirasi klien 24 x/mnt melebihi normal
16-18 x/mnt, tetapi suhu tubuh Tn. S 36,2 °C, disini terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus bahwa tidak semua tanda-tanda
vital diteori ada di dalam tanda-tanda vital kasus Tn. S

B. Analisa Data
Pada analisa data keperawatan yang berdasarkan teori klien mengalami
sesak nafas, gangguan pemenuhan nutrisi, intoleransi aktivitas, namun
pada kasus Tn.,S, Tn S mengatakan sesak nafas, tidak nafsu makan,
dan kulit badan terasa lengket karena belum mandi. Jadi disini terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus Tn, S
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori masalah sesak berada pada urutan
skala prioritas pertama dan pada kasus Tn. S juga masalah sesak berada
pada skala prioritas pertama. Jadi disini terdapat kesamaan antara teori
dan kasus Tn.S dan penulisan diagnosa keperawatan diteori dan di
kasus berdasarkan pada buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI, 2016). Jadi disini terdapat kesamaan antara teori dan kasus Tn.S

D. Perencanaan
Perencanaan yang tercantum dalam teori keperawatan menggunakan
buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dan buku
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2018). Begitupun
perencanaan pada kasus Tn.S menggunakan buku tersebut. Jadi disini
terdapat kesamaan antara teori dan kasus Tn,S

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan
dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang
dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai
macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur atau parasit.
Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari
paru- paru atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru
atau penggunaan alkohol. Gejala khas yang berhubungan dengan
pneumonia meliputi batuk, nyeri dada, demam, dan sesak napas. Alat
diagnose meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum. Pengobatan tergantung
penyebab dari pneumonia.
Penatalaksanaan Medis yaitu pemeriksaan radiologi foto thorax, pemberian
obat terapi. Dan penatalaksanaan keperawatan yaitu memberikan teknik
nafas dalam, mengajarkan batuk efektif, mengatur posisi tidur semi fowler
dan pemberian nebuliizer.

B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pad Tn. S
dengan gangguan sistem pernafasan : pneumonia di Ruang Samolo 2
RSUD Sayang Cianjur, sebagai berikut :
1. Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya keikutsertaa
keluarga karena keluarga merupakan orang terdekat pasien yang
tahu akan perkembangan dan kebiasaaan pasien yang mendukung
kesembuhan klien.
2. Dalam memberikan implementasi tidak harus sesuai dengan apa
yang terdapat pada teori, akan tetapi harus disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan pasien yang menyesuaikan dengan
kebijakan dari rumah sakit.
3. Diharapkan perawat dapat terus menggali ilmu pengetahuan untuk
menambah wawasan dan keterampilan sebagai seorang perawat
profesional
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, cetakan III (revisi).
Jakarta : DPP PPNI
2. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
3. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil. Edisi 1, cetakan II .Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai