Abstrak New
Abstrak New
Disusun oleh :
Abstrak
Islam komtemporer merupakan gagasan untuk mengkaji islam sebagai nilai alternatif
baik dalam perspektif interprestasi, tekstual maupun kajian kontekstual mengenai
kemampuan islam memberikan solusi baru kepada temuan-temuan disemua dimensi
kehidupan dari masa lampau hingga sekarang. Dewasa ini, banyak yang mengartikan
Islam secara harfiah dan ingin mengembalikan Islam seperti zaman dahulu dan
cenderung kaku. Alhasil banyak aliran-aliran yang muncul yang sering disebut ekstrim
kanan atau kelompok yang suka dengan kekerasan, kekacauan, keributan dan
menganggap agamanya paling benar dan agama selainnya salah. Untuk itu sebagai umat
manusia haruslah memiliki kesadaran yang utuh akan aspek-aspek universal yang
terkandung dalam setiap agama.
Abstract
Contemporary Islam is the idea to study Islam as an alternative value both in the
perspective of interpretation, textual and contextual studies of the ability of Islam to
provide new solutions to findings in all dimensions of life from the past to the present.
Today, many interpret Islam literally and want to restore Islam to the past and tend to be
rigid. As a result many streams that emerge are often called extreme right or groups that
like violence, chaos, commotion and consider their religion to be the most correct and
religious in addition to being wrong. For this reason, humanity must have a complete
awareness of the universal aspects contained in every religion.
A. Latar belakang
Islam sebagai agama Allah, yang mutlak benar dengan mudah orang
sepakat menyetujuinya. Tetapi, setelah Islam menjadi agama yang dianut
masyarakat Islam sepanjang sejarah, tidaklah mudah menjawab pertanyaan
tentang apa saja ajaran Islam tersebut. Ada yang berpendapat ajaran Islam itu
hanya yang tertera dalam kitab suci dan hadis nabi, sehingga Islam adalah bersifat
normatif. Ada pula yang berpendapat selain Islam yang bersifat normatif, Islam
juga bersifat historis, menurut Harun Nasution adalah Islam yang dilaksanakan
oleh umatnya sepanjang sejarah dalam kehidupan mereka yang sedikit banyak
tidak terlepas dari perkembangan zaman dan budaya ( Ibrahim :2016).
Para intelektual muslim atau pemikir Islam dalam menyikapi kondisi umat
Islam berpandangan bahwa hanya pembebasan dirilah dapat mengeluarkan diri
dari kondisi tersebut. Pembebasan ini harus dimulai dengan membuka pintu
ijtihad seluas-luasnya. Memberikan kebebasan penafsiran terhadap doktrin agama
dan mengkaji ulang tradisi keagamaan kaum muslimin. maka dari itu pemikiran
kontemporer diharapkan mampu memberikan solusi terhadap masalah-masalah
keislaman dan merespon kemajuan modern.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Post Modernisme dan Neomodernisme Islam
2. Pengertian Islam Liberal
3. Pengertian Kultural dan Islam Struktural
4. Pengertian Post Radisionalisme Islam
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami Post Modernisme dan Neomodernisme Islam
2. Untuk memahami Islam Liberal
3. Untuk memahami Kultural dan Islam Struktural
4. Untuk memahami Post Radisoanalisme Islam
BAB II
PEMBAHASAN
1. Post modernisme
Sebagai gerakan cultural-intelektual, postmodernisme sendiri
sudah muncul pada tahun 1960 an, yang bermula dari bidang seni
arsitektur dan kemudian merambah ke dalam bidang-bidang lain, baik itu
sastra, ilmu social, gaya hidup, filsafat, bahkan juga agama. Gerakam
Postmodernisme ini lahir di Eropa dan menjalar ke Amerika, serta
keseluruh belahan dunia ini. Postmodernisme bisa diartikan sebagai segala
kritik atas pengetahuan universal, atas tradisi metafisik, fondasionalisme
maupun atas modernisme (Maksum, 2014: 305-306). Menurut para ahli
yang lainnya, seperti Louis Leahy mengartikan postmodernisme adalah
suatu pergerakan ide yang menggantikan ideide zaman modern (Leahy,
1985: 271).
Maka dapat disimpulkan bahwa postmodernisme merupakan suatu
ide baru yang menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu
ide yang telah ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya yaitu paham
modernisme yang mencoba untuk memberikan kritikan-kritikan terhadap
modernisme yang dianggap telah gagal dan bertanggung jawab terhadap
kehancuran martabat manusia; ia merupakan pergeseran ilmu pengetahuan
dari ide-ide modern menuju pada suatu ide yang baru yang dibawa oleh
postmodernisme itu sendiri.
2. Neo Modernisme
Terdapat dua pemikiran pokok yang secara langsung maupun tidak langsung
telah mewarnai karya-karya yang ada yaitu pribumisasi Islam dan
humanitarianisme universal.
Dalam iklim modernisasi yang lesu semacam ini Fazlur Rahman mencoba
menawarkan seperangkat metodologi yang sitematis dan komprehensif,
khususnya yang terkait dengan penggalian terhadap sumber- sumber ajaran
Islam, yakni Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tawaran Rahman dalam kajian
hadis misalnya dengan menekankan pada pendekatan historis telah memberi
angin segar terhadap arah modernisasi ajaran Islam yang lebih paradigmatis.
Dalam memahami nilai-nilai Islam, para tokoh penyebar agama islam dulu cukup
luwes dan bijak dalam menyampaikannya ajaran islam kemasyrakatan yang
heterogen settingnilai budayanya. Di pulau jawa penyebaran di lakukan oleh para
wali songo yang sangat terkenal penyebaran agama yang di bawa oleh wali songo
yaitu dengan memasukan ajaran islam dengan penyampaiannya dengan kemasan
budaya jawa.
Sunan kalijaga misalnya menjadikan wayang kulit sebagai media dakwah Islam
dan pendidikan latihan rohani dengan menjadikan tokoh pewayangan yang
menjadi idola rakyat pada masa itu. Serta menjadikan tokoh- tokoh pewayangan
itu di berikan karakter dan sikap-sikap yang dapat mencerminkan pembelajaran
islam di masyarakat pada dahulu kala (Wiwoho, 2017 : 80).
Hal tersebut dapat menghasilkan dialektika antara budaya dan agama seperti
dalam penyelenggaraan sekaten di Yogyakarta atau Cerebon, di dalam perayan
hari raya atau lebaran ketupat di Jawa Timur yang di seleggarakan satu minggu
setelah idul fitri (Musa Asy’ari, 1999). Upacara sekaten ini upacara
penyelenggaraan maulid Nabi yang ditransformasikan dalam upacara sekaten.
Islam Struktural bermula gagasan Islam struktural merupakan titik tolak dari islam
kultural. jika Islam Kultural mengedepankan bagaimana proses peleburan dakwah
di masyarakat, maka Islam Kultural secara praktik melebarkan sayapnya ke zona-
zona pemerintahan/politik. Islam struktural adalah gerakan yang menghendaki
revitalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan dunia (Sheila : 2000).
Menurut Seyyed Vali Reza Nasr menurutnya revivalisme menyimpan makna yang
lebih dalam, tidak hanya menggambarkan fenomena gerakan penafsiran agama
yang di dasarkan pada tulisan (scripture), akan tetapi juga merupakan gerakan
yang sangat berkaitan dengan persoalan-persoalan politik umat commuccal
politics), pembentukan identitas ( identitiy formation), persoalan kekuasaan dalam
masyarakat yang plural serta mengenai nasionalisme (Seyyed Vali Reza Nasr,
1996 :4). Menurut Muhammad Sulthon (2003), Islam struktural adalah dakwah
seacara serius dan itensif mengupayakan Islam menjadi bentuk dan
mempengaruhi Negara, untuk itu kecenderungan dakwah ini seringkali
mengambil bentuk dan masuk ke dalam kekuasaan , terlibat pada proses eksekutif,
yudikatif, dan legislatif serta bentuk-bentuk struktur sosial, politik, ekonomi, guna
menjadikan Islam basis ideologi negara, atau setidaknya memanfaatkan
memanfaatkan negara untuk mencapai tujuannya.
Contoh Islam Struktural adanya partai Islam, yakni masyumi,PKS, dan lain-lain.
Adanya sistem kepartaian merupakan hal yang berkembang di negara kita negara
sistem demokrasi. Demokrasi yang didengungkan orang-orang sekular dan
propagandis hukum posistif bukan merupakan pemecahan final bagi kader amal
islam dalam realitas gerakannya (Shalah : 2011). Pada pembahasan Islam
struktural tak dapat dipisahkan dengan berdirinya berbagai partai Islam dan
gerakan-gerakan sosial islam seperti PKS, PBB, PAN, PKB, PBR, KAMMI,
Lembaga dakwah kampus (LDK) dan lain-lain. Alasan paling mendasar gerakan –
gerakan itu karena keprihatinan terhadap demoralisasi yang terjadi secara intensif.
Kategorisasi Islam Kultural dan Islam Struktural. Bagaimana model gerakan islam
yang ideal ? kita harus paham bahwa metode ini yang baik guna melanggengkan
nilai- nilai islam dalam masyarakat. Di dalam islam kultural memang kuat dari
sisi bagaimana masyarakat itu paham akan islam, namun di sisi lain ia tidak kuat
secara politik. Jika mengandalkan salah satu ukuran kultural atau stuktural saja
maka islam itu tidak bisa di lakukan secara kaffah. Karena ada beberapa
penerapan hukum islam yang hanya dapat dilakukan apabila model Negaranya
adalah Islam. Realitas di lapangan, kita pun tak dapat menafikan bahwa saat ini
tak ada satu gerakan dakwah pun yang sifatnya hanya struktural atau kultural saja.
Contohnya gerakan dakwah seperti Jamaah Tarbiyah, Hizbut Tahrir, NU,
Muhammadiyah, dan lain-lain sebagian kecil yang telah memadukan antara
konsep islam struktural dan islam kultural. Hal ini dianggap lebih relevan dalam
ruang demokrasi. Walaupun salah satu dominan pasti salah satu memiliki
kelemahan.
C. Islam Liberal
a. Pengertian
Kata “Islam” berasal dari: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk
aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh, Dari kata aslama
itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk
Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya .
Liberalisme, adalah sebuah istilah asing yang diambil dari bahasa Inggris, yang
berarti kebebasan. Kata ini kembali kepada kata “liberty” dalam bahasa
Inggrisnya, atau “liberte” menurut bahasa Perancis, yang bermakna bebas.
Liberalisme merupakan paham keebebasan, artinya manusia memiliki kebebasan
atau jika dilihat dari perspektif filsafat merupakan tata pemikiran yang landasan
pemikirannya adalah manusia yang bebas. Islam Liberal adalah sebuah istilah
yang diadopsi dari kategorisasi pengamat dan penulis asing, Leonard Binder dan
Charles Kurzman. Binder mengemukakan pandangan-pandangannya yang ingin
mendapatkan penghargaan tentang berpikir yang liberal suatu kelompok.
Di Indonesia penyebaran Islam liberal telah berlangsung sejak awal tahun 70-an.
antara lain seperti Nurcholish Madjid, Masdar F. Mas’udi, Goenawan
Muhammad, Djohan Efendi, Jalaluddin Rahmat, Nazaruddin Umar, Komaruddin
Hidayat, dan Ulil Abshar Abdalla.
Nurcholic Madjid adalah salah satu seseorang yang membuka pandangan baru
yakni Islam Liberal di Indonesia. Sejak awal pemikiran Nurcholish tidak hadir
dalam suasana yang kosong sosial, karena secara teologis justru terkait dengan
munculnya fundamentalisme saat itu dan juga kuatnya pengaruh paham
ekslusifisme (Ridwan, 2002:139). Kritiknya yang keras terhadap fundamentalisme
ditujukan terhadap sebagian kalangan umat Islam yang mendorong tegaknya
syari’ah Islam di kehidupan bernegara. Dalam konteks ini pemikiran inklusif
Nurcholish yang liberal muncul sebagai perimbangan terhadap pemahaman agama
yang formal-eksklusif. Pemikiran-pemikirannya yang kritis dan liberal juga
merupakan refleksi intelektual dan kesadaran moral spiritualnya terhadap tradisi
keberagamaan yang cenderung formalistik dan tekstual oriented (Abdullah, 2004 :
23).
Tidak hanya Nurcholis saja pasca era tumbangnya Orde Baru, pemikiran Islam
liberal mulai mencuat, bisa dikatakan dampak pemikran Islam liber itu sendiri,
Ulil berpendapat “Saya meletakkan Islam pertama-tama sebagai sebuah
"organisme" yang hidup; sebuah agama yang berkembang sesuai dengan denyut
nadi perkembangan manusia.Islam bukan sebuah monumen mati yang dipahat
pada abad ke-7 Masehi, lalu dianggap sebagai "patung" indah yang tak boleh
disentuh tangan sejarah.” Hal ini didasari karena menurutnya islam mengalami
ketertinggalan berbagai segala sisi.
Untuk itu Ulil menawarkan suatu bentuk penafsiran kembali terhadap teks
keagamaan dalam perspektif yang lebih segar, yakni pertama, penafsiran harus
bersifat non-literal, kontekstual, substansial, dan mampu menyesuaikan
perkembangan kehidupan yang terus berubah. Kedua, penafsiran harus dapat
memisahkan secara jernih unsur-unsur agama yangbersifat fundamental dan juga
yang bersifatkreasi budaya setempat atau dengan kata lain penafsiran harus jeli
membedakan mana yang Arab dan mana yang Islam. Ketiga, umat Islam tak boleh
memandang dirinya sebagai umat yang ekslusif dan terpisah dari umat yang
lainnya.Umat manusia harus bersatu di bawah nilai kemanusiaan karena nilai
kemanusiaan sendiri sejalan dengan ajaran Islam. Keempat, dibutuhkan struktur
sosial yang membedakan antara kekuasaan politik dan agama.Agama bersifat
pribadi atau personal sehingga menjadi urusan masing-masing pemeluknya,
sedangkan kehidupan publik ditentukan oleh kesepakatan bersama melalui
prosedur demokrasi (Taufani 2016:85–100).
Menurut Ulil (Gunawan, 2003: 147) ada bahaya jika agama terlalu dipaksakan
sebagai norma yang mengatur semua aspek kehidupan. “Over-moralisasi” atas
kehidupan sosial melalui pemberlakuan kembali norma-norma agama dalam
masyarakat bisa menimbulkan dampak yang kurang sehat. Pudarnya Pancasila
sebagai “norma publik” memang telah memungkinkan kembali naiknya agama ke
dalam panggung publik sebagai norma yang sangat kuat membentuk cara pandang
masyarakat. Dengan demikian gejala “over-moralisasi”, merupakan dampak dari
kosongnya norma publik yang bersifat universal dan umum.
Hal ini mengakibatkan dampak yang cukup kontroversi di kalangan umat islam.
Ulil juga berpandangan semua agama adalah tepat berada pada jalanNya, jalan
panjang menuju Yang Maha Benar. Semua agama, dengan demikian, adalah
benar, dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yangberbeda-beda dalam
menghayati jalan religiusitas itu, semua agama ada dalamsatu keluarga besar yang
sama: yaitu keluarga pencipta jalan menuju kebenaranyang tak pernah ada
ujungnya. Hal tersebut menimbulkan kontroversi, karena mendapat penolakan
secara tegas bahwa pluralisme di larang, sperti MUI yang mengeluarkan fatwa
bahwa sekulerisme, liberalisme dan pluralisme adalah haram. Karena pluralisme
memiliki kecendrungan menganggap semua agama benar. Tetapi menerima
pluralitas atau keberbedaan.
2. Post Tradisionalisme
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Postmodernisme merupakan suatu ide baru yang menolak atau pun yang
termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori pemikiran
masa sebelumnya yaitu paham modernisme yang mencoba untuk memberikan
kritikan-kritikan terhadap modernisme yang dianggap telah gagal dan
bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat manusia; ia merupakan
pergeseran ilmu pengetahuan dari ide-ide modern menuju pada suatu ide yang
baru yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.
A. SARAN
Alangkah lebih baik jika kita sebagai masyarakat muslim dan sebagai umat
manusia haruslah memiliki kesadaran yang utuh akan aspek-aspek universal yang
terkandung dalam setiap agama.
DAFTAR PUSTAKA
M. Sakdullah, Kidung Rumeksa Ing Wengi Karya Sunan Kalijaga Dalam Kajian
Teologi, Jurnal, (Semarang: 2014). Vol. 25 No 2.
Lihat Sheila MC. Donough. Muslim Etnics and Modernity: A comparative of the
Ethnical Thought of Sayyid Ahmad Khan and Mawlana Maududi. Canada:
Canadian Coperation for studies in regional, tahun 2000
Seyyed Vali Reza Nasr. 1996. Making of islamic Revivalism. New York- Okford
: Universitiy Pess, Halaman 4
https://media.neliti.com/media/publications/184357-ID-konsep-al-islam-dalam-al-
quran.pdf diakses pada 24 Nov 2019 pukul 21.20 WIB
dir, Zuli, 2006., Pembaharuan Pemikiran Islam, Wacana Dan Aksi Islam di
Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar