BAB II Pembahasan Ayat Manajemen
BAB II Pembahasan Ayat Manajemen
PEMBAHASAN
Pemasaran lembaga pendidikan Islam mutlak diperlukan karena orang tua dan
masyarakat tidak pernah tau tentang perkembangan lembaga pendidikan yang
sedang dikelola.
Pemasaran untuk lembaga pendidikan diperlukan karena persaingan antar lembaga
pendidikan semakin ketat, hal itu terlihat dari munculnya berbagai lembaga
pendidikan yang selalu menawarkan keunggulannya masing-masing. Lembaga
pendidikan sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki
inisiatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan siswanya karena pada umumnya
pendidikan adalah merupakan proses yang berkelanjutan. Setiap lembaga pendidikan
dituntuk untuk memiliki strategi dalam pemasaran jasa pendidikan untuk
memenangkan kompetensi antar lembaga pendidikan serta untuk meningkatkan
akselerasi peningkatan kualitas mutu manajemen suatu lembaga pendidikan.
Pemasaran merupakan kunci penting dalam setiap perusahaan, entah itu perusahaan
yang menjual jasa atau barang. Tapi yang perlu disadari bahwa sebenarnya inti dari
pemasaran adalah memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan (the best services).
Sedangkan konsep pemasaran sendiri dalam dunia pendidikan yang notabenenya
menjual jasa adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak
secara menyeluruh.
1
Depatermen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 1027.
oownership of goods and services and which provide for their physical distributiomn.
Marketing terdiri dari usaha yang mempengaruhi pemindahan pemilikan barang dan
jasa termasuk distribusinya.
Menurut Kriegbahum dalam Muhaimin, dalam lembaga Pendidikan pemasaran
didefinisikan sebagai pengolahan yang sistematis dari pertukaran nilai-nilai yang
sengaja dilakukan untuk mempromosikan misi-misi lembaga pendidikan
berdasarkan pemuasan kebutuhan nyata baik itu untuk stakeholder ataupun
masyarakat sosial pada umumnya.2 Hal yang hampir senada, definisi dikemukakan
oleh Evans yang menyatakan bahwa pemasaran di sekolah/madrasah merupakan
proses manajemen yang bertujuan untuk melakukan identifikasi dan memberikan
kepuasan terhadap pelanggan dan masyarakat secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses
dimana seseorang atau kelompok dapat memenuhi keinginan melalui usaha
mempengaruhi, menyalurkan, dan memindahkan kepemilikan dari satu orang ke
orang lain atau antar kelompok baik dalam masalah barang atau jasa. Kalau ditarik
dalam dunia pendidikan pemasaran merupakan suatu proses yang harus dilakukan
oleh sekolah/madrasah untuk memberikan kepuasan pada stakeholderdan
masyarakat. Penekanan kepada pemberian kepuasan kepada stakeholder merupakan
hal yang harus dilakuakan oleh setiap lembaga, jika lembaga tersebut
menginginkan untuk mampu bersaing. Fungsi pemasaran di lembaga
pendidikan adalah untuk membentuk citra baik terhadap lembaga dan menarik
minat sejumlah calon siswa.
Istilah marketing dibagi menjadi dua yaitu marketing pada “profit
2
Muhaimin,Suti’ah, Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan Aplikasi Dalam penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 97.
organization” dan marketing pada “non profit organization”. Lembaga pendidikan
termasuk dalam non profit organization. Marketing pada fokusnya adalah
berbicara bagaimana memuaskan konsumen. Jika konsumen tidak puas bererti
marketingnya gagal. Lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang
melayani konsumen, berupa murid/siswa, mahasiswa dan juga masyarakat umum
yang dikenal sebagai “stakeholder”. Lembaga pendidikan pada hakikatnya
bertujuan memberi layanan. Pihak yang dilayani ingin memperoleh kepuasan dari
layanan tersebut, karena mereka sudah membayar cukup mahal kepada lembaga
pendidikan. Jadi marketing jasa pendidikan berarti kegiatan lembaga pendidikan
memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara
yang memuaskan.
Jika dilihat dari segi manajemen pemasaran, pendidikan sendiri dapat
dikatakan sebagai produk jasa yang merupakan sesuatu tidak berwujud akan tetapi
dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang dapat diproses dengan
menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik, dan proses yang terjadi
merupakan interaksi antara penyedian jasa dengan pengguna jasa yang memiliki
8
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan, h. 335.
9
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 337.
10
Alma, Pemasaran Stratejik, h. 130.
11
Gary Amstrong dan Philip Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Alih Bahasa
Alexander Sindoro dan Benyamin Molan, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 14.
sudah banyak istilah dan konsep bisnis yang telah masuk dan diterapkan
ke dunia pendidikan (seperti, misalnya, 'manajemen', 'supervisi',
cost-benefit analysis, dan lain sebagainya).
Pemasaran untuk lembaga pendidikan (terutama sekolah) mutlak
diperlukan. Pertama, sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam
bidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, perlu meyakinkan
masyarakat dan “pelanggan” (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak
terkait lainnya) bahwa lembaga pendidikan yang dikelola masih
tetap eksis. Kedua, lembaga pendidikan perlu meyakinkan
masyarakat dan “pelanggan” bahwa layanan jasa pendidikan yang
dilakukan sungguh relevan dengan kebutuhan mereka. Ketiga,
lembaga pendidikan perlu melakukan kegiatan pemasaran agar jenis
dan macam jasa pendidikan yang dilakukan dapat dikenal dan
dimengerti secara luas oleh masyarakat, apalagi “pelanggan” lembaga
pendidikan itu sendiri. Keempat, agar eksistensi lembaga pendidikan yang
dikelola tidak ditinggalkan oleh masyarakat luas serta “pelanggan”
potensial. Dengan demikian, kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan
bisnis agar lembaga- lembaga pendidikan yang dikelola mendapatkan
peserta didik atau murid, melainkan juga merupakan bentuk tanggung
jawab (accountability) kepada masyarakat luas (publik) akan layanan jasa
pendidikan yang telah, sedang, dan akan dilakukan.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI Bandung
menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dari pemasaran pendidikan,
diantaranya: (1) memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-
produk lembaga pendidikan, (2) meningkatkan minat dan ketertarikan
masyarakat pada produk lembaga pendidikan, (3) membedakan produk
lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan yang lain, (4)
memberikan penilaian lebih pada masyarakat dengan produk yang
ditawarkan, dan (5) menstabilkan eksisensi dan kebermaknaan
lembaga pendidikan di masyarakat.12 Jadi, yang ingin dicapai dari
pemasaran pendidikan adalah mendapatkan pelanggan yang disesuaikan
dengan target, baik itu yang berkaitan dengan kualitas maupun
kuantitas dari calon pelanggan
(siswa).13
12
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, h. 348.
13
Menurut Mujamil Qomar pelanggan dalam lembaga pendidikan terdiri dari
2 jenis pelanggan internal dan pelanggan eksternal (pelanggan primer, sekunder, dan
tersier). Pelanggan internal terdiri dari guru, pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga
administrasi. Sedangkan pelanggan eksternal yang primer adalah siswa, sekunder adalah
orang tua, pemerintah, dan masyarakat, tersier adalah pemakai atau penerima lulusan,
baik lembaga pendidikan yan lebih
tinggi atau dunia usaha. Lihat Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan, h. 200.
Sedangkan fungsi dari pemasaan pendidikan adalah sebagai
langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus
mengikuti atau mengimbangi ketatnya persaingan dalam memperoleh
pelanggan (customer).14
Jadi, pemasaran pendidikan berguna sebagai suatu langkah dalam
mengimbangi posisi pendidikan di era persaingan global.
14
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, h. 348.
15
Muhaimin, et.al mengutip pendapat Kotler & Andreasen (1987),
menjabarkan lingkungan ekstrernal menjadi 4 hal: (a) lingkungan publik yaitu kelompok
19
Ibid., h. 108.
atau organisasi yang tertarik pada kegiatan lembaga, (b) lingkungan kompetitif yaitu
lembaga lain yang bersaing untuk mendapatkan perhatian atau loyalitas dari kelompok
sasaran, (c) lingkungan makro yaitu kekuatan fundamental berskala besar yang
membentuk peluang dan ancaman terhadap lembaga tersebut, (d) lingkungan pasar yaitu
kelompok dan organisasi yang bekerja sama dengan lembaga
tersebut untuk mencapai visi dan misi mereka. Lihat Muhaimin, et.al. “Manajemen
Pendidikan” Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan. (Jakarta: Kencana, 2010),
h. 103.
16
Ibid., h. 102-103.
17
Ada variabel yang dapat dikontrol (kurikulum; lokasi pelayanan;
komunikasi dengan siswa, alumni, donatur, atau komunikasi lain yang terkait dengan
praktik promosi; besarnya biaya) dan ada yang tidak dapat dikontrol (budaya, kondisi
ekonomi, dan kecenderungan sosial).
18
Muhaimin, “Manajemen Pendidikan, h. 104.
19
Ibid., h. 108.
monitoring pada kinerja pemasaran yang berlangsung untuk
meyakinkan bahwa volume penjualan tahunan dan keuntungan
yang ditargetkan. Alat utamanya adalah analisis penjualan,
analisis pangsa pasar, analisis anggaran pemasaran, dan
penelusuran sikap pasar; (b) kontrol profitabilitas, yaitu determinasi
profitabilitas yang aktual dari pemasaran yang telah dilakukan, dan
akhirnya dapat diidentifikasi titik-titik kelemahan dalam
pelaksanaan pemasaran. Misalnya kesesuaian layanan dengan
kebutuhan di masyarakat, segmen pasar, saluran promosi, dsb; (c)
audit pemasaran, bertujuan menganalisis tujuan pemasaran, strategi,
dan sistem yang diadaptasi secara optimum dan lingkungan tujuan
pemasaranyang telah diramalkan.20
Selanjutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
lembaga pendidikan agar suatu lembaga pendidikan dapat laku
dipasarkan, yaitu: (1) ada produk sebagai suatu komoditas, (2)
produknya memiliki standar, spesifikasi, dan kemasan, (3) memiliki
pangsa/ sasaran yang jelas, (4) memiliki jaringan dan media, (5) tenaga
pemasar. Selain beberapa hal tersebut, juga ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam melakukan promosi, yaitu: (1) komunikasi personal
dan interpersonal (telemarketing, customer service & training, word
of mouth), (2) periklanan, (3) promosi penjualan, (4) publisitas/
hubungan masyarakat, (5) peralatan intruksional, (6) corporate design.21
Sedangkan mengenai beberapa elemen yang perlu diperhatikan
dalam pemasaran pendidikan, ada sedikit perbedaan anatara lembaga
pendidikan yang sudah memiliki image yang bagus di masyarakat
(sekolah favorit) dengan lembaga pendidikan yang dikatakan tidak
mempunyai image. Untuk lembaga yang sudah memiliki image dalam
implementasi pemasaran pendidikan hanya memerlukan planning yang
dapat menyempurnakan keberadaan sekolah tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan improvement quality yang berkesinambungan dengan
inovasi sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi permintaan
dunia kerja sebagai relevansi pendidikan.22
Sedangkan dengan lembaga pendidikan yang tidak mempunyai
image,
23 dalam
Ibid., h. 349. pemasaran pendidikannya akan lebih banyak lagi
tahapannya. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengevaluasi 7P, yaitu:23
20
Muhaimin, “Manajemen Pendidikan, h. 108.
21
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, h. 348.
22
Ibid.
23
Ibid., h. 349.
P1: Product, yaitu variabel strategi akademik yang berimplikasi
pada peningkatan mutu akademik dan sosio kultural yang
berimplikasi pada peningkatan nilai-nilai budaya, olahraga, seni,
religi, moral, dsb.
P2: Price, yaitu elemen yang akan berjalan sejalan dengan mutu product.
P3:Place, yaitu penentuan lokasi lembaga pendidikan dengan didasarkan
pada
kemudahan untuk dicapai oleh kendaraan umum, lingkungan
yang kondusif, dsb.
P4: Promotion, yaitu suatu bentuk komunikasi (informasi) antara
produser dengan konsumen dalam pemasaran.
P5: Peope, yaitu menyangkut peranan pemimpin dan civitas akademik
dalam meningkatkan citra lembaga.
P6: Phisical evidence, yaitu bentuk fisik dari penyediaan penyampaian jasa
atau sarana prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa
pendidikan sehingga akan membantu tercapainnya janji lembaga
kepada pelanggannya
P7: Proses, yaitu elemen yang paling menentukan output dari lembaga
pendidikan yang dapat berupa kualitas penyampaian jasa
pendidikan.
24
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,
(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006), h. 26.
b. Berlaku baik dan simpatik (Shidiq)
Berprilaku baik, sopan dan santun dalam pergaulan adalah
fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat
dihargai dengan nilai yang sangat tinggi dan mencakup semua sisi
manusia. Alquran juga mengharuskan pengikutnya untuk berlaku sopan
disetiap hal, bahkan dalam meakukan transaksi bisnis dengan orang-
orang yang kurang memahami. Tetap harus bicara dengan ucapan dan
ungkapan yang baik. Allah Swt. berfirman dalam Surat An-Nahl/16: 90
yang berbunyi:
25
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), h. 26.
Begitu juga kiranya bagi lembaga pendidikan, harus melakukan
perlakuan yang sama (adil) bagi orang tua siswa dan siswa yang datang
dari keadaan sosial dan ekonomi yang berbeda. Hal ini sesuai
dengan Alquran Surat Al-An’am/6: 152 yang berbunyi:
Artinya: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. Dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu
berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah
janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.
26
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. 107.
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan
26
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. 107.
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.
27
Sony Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998),
h. 78.
28
Arifin, Etika Bisnis, h. 159.
Hal ini sesuai dengan Alquran surat Al-Maidah/5: 1 yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Artinya: Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan
(membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh utusan-utusan itu. Maka tatkala utusan itu
262Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu
sampai kepada Sulaiman,
menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah
kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu;
tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
263
2. Karakteristik Pemasaran
Islam
Ada beberapa karakteristik Pemasaran Syari’ah yang dapat
menjadi panduan bagi para pelaku pemasaran lembaga pendidikan,
sebagai berikut :
a. Ketuhanan
(Rabbaniyah)
Salah satu ciri khas pemasar syariah marketing yang tidak
dimiliki pasar konvensional yang dikenal selama ini adalah sifat yang
religius. Kondisi ini tercipta keterpaksaan tetapi berangkat dari kesadaran
akan nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas
pemasaran agar tidak terperosok kedalam perbuatan yang tidak
merugikan orang lain. Jiwa seorang marketing syariah meyakini bahwa
hukum-hukum syariah yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah
hukum yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dalam bentuk
kebaikan, paling dapat mencegah segala kerusakan, paling mampu
mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan, dan menyebarluaskan
kemaslahatan. Karena merasa cukup akan segala kesempurnaan dan
kebaikannya, diarela melaksanakannya dari hati yang paling dalam,
seorang syariah marketer menyakini bahwa Allah Swt. selalu dekat
dan mengawasinya ketika dia sedang melaksanakan segala macam
bentuk bisnis. Dan Allah akan meminta pertanggung jawaban darinya
atas pelaksanaan syariat tersebut kelak dihari kiamat. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Zalzalah/99 ayat 7 yang berbunyi:
264
b. Etika (Akhlaqiyyah)
Keistimewaan yang lain dari syariah marketer selain karena teistis
(rabbaniyyah), juga karena mengedepankan masalah akhlak (moral, etika)
dalam seluruh aspek kegiatanya. Sifat etis ini merupakan turunan dari sifat
teistis di atas. Dengan demikian marketing syariah adalah konsep yang sangat
mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apa pun agamanya.
Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang
diajarkan oleh semua agamanya. Untuk mencapai tujuan suci, Allah
memberikan petunjuk melalui para Rasulnya, Petunjuk tersebut meliputi
segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak, (moral, etika),
maupun syariah. Dua komponen pertama, akidah dan akhlak (moral, etika)
bersifat konstan, keduanya tidak mengalami perubahan apapun dengan
berbedanya waktu dan tempat. Sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai
dengan kebutuhan dan taraf perbedaan manusia, yang berbeda-beda sesuai
dengan rasulnya masing-masing. Kesungguhan untuk senantiasa hidup bersih
lahir batin merupakan salah satu cara untuk meraih derajat kemuliaan disisi
Allah Swt. Dalam Alquran dituturkan:
265
c. Realistis (Al-Waqi‟iyyah)
Syariah marketing bukanlah konsep yang tidak ekslusif, fanatis,anti-
modernitas, dan kaku, marketing syariah adalah konsep pemasaran yang
fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islami yang
melandasinya. Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
penampilan ala bangsa Arab dan mengharamkan dasi karena dianggap
merupakan symbol masyarakat barat, misalnya. Para pemasar juga professional
dengan penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, Ia tidak kaku, tidak
ekslusif, tetapi sangat fleksibel dan luwes dalam bersikap dan luhur.
Islam memandang manusia dengan segala kekuatan dan
kelemahannya; dengan ruh, akal dan fisiknya; dengan harapan-harapan dan
ketakutannya; dengan mimpi dan keterbatasannya. Lalu berdasarkan itu semua
Islam menyusun konsep hidup ideal yang dapat diimplementasikan dalam
kehidupan nyata manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya. Islam
bukan idealisme yang tidak mempunyai akar dalam kenyataan. Allah Swt.
berfirman:
d. Humanistis (Al-Insaniyyah)
Keistimewaan marketing syariah yang lain adalah sikapnya humanistis
universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk
manusia agar derajatnya terangkat, sifat manusia terjaga dan terangkat, sifat
kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat kehewananiannya
terkekang dengan panduan syariah. Dengan memiliki, nilai humanistis ia
menjadi manusia yang terkontrol dan seimbang. Bukan manusia yang serakah,
yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang
sebesarbesarnnya. Bukan menjadi manusia yang bisa bahagia di atas
penderitaan orang lain atau manusia yang hatinya kering dengan kepedulian
sosial.
Syariat Islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya
tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang
membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariat humanistis.
Hal tersebut dapat dikatakan prinsip ukhuwah insaniyyah (persaudaraan antar
manusia). Syariat Islam bukanlah syariat bangsa arab, walaupun Muhammad
yang membawanya adalah orang arab. Syariat Islam adalah milik Tuhan bagi
seluruh manusia. Dia menurunkan kitab yang berisi syariat
sebagi kitab universal, yaitu Alquran sebagaimana firman-nya:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengetahuan ini sangat penting bagi seorang calon guru. Lebih lanjut
seorang calon guru juga harus dipersiapkan untuk mengemban tugas sebagai
tenaga kependidikan. Penyiapan ini dilakukan antara lain dengan memperbaiki
pendidikan dalam jabatannya. Jika sudah terjadi, maka pendidikan dapat
memenuhi sasaran, baik sasaran relevansi, mutu, jumlah dan efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA