Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BAHASA INDONESIA

OLEH :

NAMA : PUTRI ALTHEA SESILIA

NIM : P00324018086

KELAS : 2.B

POLITEKNIK POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN DIII KEBIDANAN

2018/2019
1) Jelaskan mengapa mahasiswa kebidanan harus mempelajari mata kuliah bahasa Indonesia?

Jawab :

Bahasa ini digunakan untuk menyatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal
ini dikarenakan bangsa Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang setiap
suku tersebut memiliki bahasa daerah masing-masing. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk
menyatukan bahasa-bahasa tersebut ialah melalui bahasa Indonesia

Berbagai macam fungsi bahasa Indonesia, salah satunya yang telah disebutkan di atas yaitu
sebagai pemersatu bangsa. Selain itu ada beberapa fungsi bahasa Indonesia, salah satunya yaitu
sebagai bahasa baku dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah dianjurkan untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun juga perlu diketahui, penulisan
karya ilmiah tingkat internsional harus menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional. Meskipun demikian, karya ilmiah tersebut hendaknya juga ditulis dalam bahasa
Indonesia agar anak negeri juga dapat mempelajari karya tersebut. Masih banyak lagi fungsi dari
bahasa Indonesia, seperti menumbuhkan sikap nasionalisme, cinta produk sendiri (produk-
produk Indonesia dan lain-lain), bahasa dalam forum formal, bahasa dalam kegiatan belajar
mengajar, dan lain sebagainya.

Melihat dari berbagai fungsi di atas, maka Bahasa Indonesia perlu untuk dipelajari. Bahkan
dari SD hingga perguruan tinggi, pelajaran dan kuliah bahasa Indonesia masih diberikan. Hal ini
penting untuk mengenalkan dan melatih para siswa agar dapat menggunakan bahasa Indonesia
dengan benar.

Dalam maraknya era globalisasi masa kemajuan informatika dan komuniakasi setiap individu
dituntut untuk menyumbangkan karya kreativitasnya dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Terutama bagi kalangan mahasiswa yang dituntut untuk selalu berkarya baik berbentuk tulis
maupun non tulisan. Akan tetapi dalam dunia tulis menulis di kalangan mahsasiswa, masih
banyak kerancuan-kerancuan yang menyimpang dari kaidahnya dalam tulisan-tuliasan. Apa lagi
budaya menulis yang sesuai kaidah EYD sudah mulai terlupakan akibat dari kemajuan
tekhnologi dan informatika yang bersifat instan. Selain itu gairah tulis menulis telah mengalami
penurunan, sehingga tidak heran dalam kalangan mahasiswa lebih menyukai copy paste dari
karya orang ataupun membeli karya orang yang diaku sebagai karyanya.
Padahal dengan kemajuan teknologi dan informatika, membuka lahan yang seluas-luasnya
bagi manusia untuk terus berkarya dan menuangkannya segala bentuk kreativitasnya, terutama
dalam bentuk tulisan. Misalnya dalam dunia internet tersedia berbagai informasi yang dapat
menambah pengetahuan dan wawasan serta wadah yang siap menampung segala kreativitas dan
uneg-uneg manusia yang berupa tulisan seperti situs blog maupun jejaring social. Akan tetapi
kebanyakan mahasiswa Indonesia masih mengenyampingkannya dan belum dapat
menggunakannya secara maksimal sebagai media mempublik karya.

Gairah tulis menulis bagi mahasiswa Indonesia masih tergolong rendah. Dan adapun tulisan-
tulisan yang dikaryakannya pun masih mengalami kerancuan bahasa yang menyimpang dari
kaidah EYD. Untuk itulah perlu adanya mata kuliah bahasa Indonesia bagi mahasiswa.

Para dosen kembali mengajarkan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Pedoman Umum
Ejaan yang Disempurnakan, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Tidak jarang mahasiswa
diperlakukan seperti mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di Fakultas Sastra dan Bahasa.
Seolah-olah mereka dididik menjadi calon ahli bahasa atau calon sarjana Bahasa Indonesia. Oleh
karena materi yang sama telah mereka peroleh sebelumnya, maka banyak mahasiswa baru yang
mengikuti kuliah Bahasa Indonesia dengan setengah hati atau merasa sangat terpaksa, demi nilai
atau indeks prestasi belaka. Sehingga tidak diherankan jika mahasiswa mengalami kejenuhan
dalam belajar bahasa Indonesia. Akan tetapi apakah para mahasiswa telah mampu berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik yang berupa tuliasan maupun lisan? Banyak riset yang
memaparkan sebagaimana yang disampaikan oleh S. Sahala Tua Saragih dalam tulisannya
“mahasiswa dan bahasai Indonesia” bahwa sebagian besar mahasiswa belum mampu
menggunakan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar.

Untuk itu, mahasiswa non bahasa perlu dilatih secara intensif berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Dan hal tersebut sudah menjadi konskwensi para dosen, baik dosen pengampu
bahasa Indonesia maupun yang lain. Artinya, setiap dosen baik pengampu mata kuliah bahasa
Indonesia maupun yang lain harus mampu mendidik para mahasiswa berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar dalam konteks ilmu atau program studi masing-masing. Dengan kata lain,
setiap dosen harus mampu menjadi dosen Bahasa Indonesia. Selain itu para mahasiswa pun perlu
mendapatkan pelatihan jurnalistik maupun berkarya ilmiah serta mendapatkan wadah untuk
berkreasi mengeluarkan segala kreativitasnya. Sehingga nantinya dalam penulisan karya ilmiah,
mahasiswa mampu membuat karya ilmiah dengan penuturan bahasa Indonesia yang baik dan
benar tanpa adanya copy paste maupun plagiasi.

Diajarkannya mata kuliah Bahasa Indonesia di berbagai universitas dan perguruan tinggi juga
memiliki tujuan umum yang meliputi:

1. Menumbuhkan kesetiaan terhadap bahasa Indonesia, yang nantinya diharapkan dapat


mendorong mahasiswa memelihara bahasa Indonesia.

2. Menumbuhkan kebanggan terhadap bahasa Indonesia, yang nantinya diharapkan mampu


mendorong mahasiswa mengutamakan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambing
identitas bangsa.

3. Menumbuhkan dan memelihara kesadaran akan adanya norma bahasa Indonesia, yang
nantinya diharapkan agar mahasiswa terdorong untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai
dengan kaidah dan aturan yang berlaku.

Selain tujuan umum, Mata kuliah Bahasa Indonesia ini juga memiliki tujuan khusus. Secara
khusus mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa, calon sarjana, terampil dalam menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik apakah itu secara lisan, ataupun tertulis, sebagai
pengungkapan gagasan ilmiah.

Jika dilihat dari tujuan diberikannya mata kuliah ini sebenarnya cukup jelas apalagi di zaman
seperti ini khususnya anak muda generasi penerus Bangsa saat ini kurang sadar akan pentingnya
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, kurang merasa bangga dengan bahasa nasional,
contohnya adanya bahasa gaul yang malah lebih sering digunakan sehari-hari sampai diterbitkan
pula kamus bahasa gaul, apakah ini berarti bahasa Indonesia sudah dilupakan? Maka dari itu
dengan adanya mata kuliah bahasa Indonesia ini setidaknya mempunyai harapan untuk para
penerus bangsa agar tidak pernah melupakan bahasa Ibu mereka, yaitu bahasa Indonesia.

Manfaat Mempelajari Bahasa Indonesia secara umum ini dilakukan untuk:

1. Menumbuhkan sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia;

2. Menjadi bahasa pemersatu dari berbagai bahasa dari tiap daerah di Indonesia;
3. Kebanggaan terhadap bangsa Indonesia;

4. Kesetiaan akan bahasa Indonesia;

5. Meningkatkan kesadaran akan adanya norma dalam berbahasa dan secara khusus bertujuan
untuk terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

2) Jelaskan sejarah perkembangan bahasa Indonesia ?

Jawab :

1. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang kini dipakai sebagai bahasa resmi di Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Hal ini ditandaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954. Pada hari
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, diresmikan suatu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
Nama baru ini bersifat politis, sejalan dengan nama negara yang diidam-idamkan. Perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi
mengalami proses pertumbuhan secara perlahan dengan perjuangan yang sangat keras. Beberapa
faktor yang memungkinkan diangkatnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan menurut Prof.
Dr. Slamet Mulyana adalah sebagai berikut. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu.
Bahasa Melayu merupakan lingua franca (bahasa perhubungan / perdagangan) di Indonesia.
Malaka pada masa jayanya menjadi pusat perdagangan dan pengembangan agama Islam. Dengan
bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-
kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan antar individu. Karena bahasa
Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi bahasa sebagian penduduk,
Gubernur Jenderal Rochusen kemudian menetapkan bahwa bahasa Melayu dijadikan bahasa
pengantar di sekolah untuk mendidik calon pegawai negeri bangsa bumi putera. Bahasa Melayu
mempunyai sistem yang sangat sederhana ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Karena sistemnya yang sederhana itu, bahasa Melayu mudah dipelajari. Dalam bahasa ini tidak
dikenal gradasi (tingkatan) bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan Bali, atau
pemakaian bahasa kasar dan bahasa halus.

Faktor psikologi, yaitu bahwa suku Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional, sematamata karena didasarkan kepada keinsafan akan
manfaatnya segera ditetapkan bahasa nasional untuk seluruh kepulauan Indonesia. Bahasa
Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.
Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal, terdapat fakta-fakta historis hingga
sekarang sebagai berikut.

A. Sebelum Masa Kolonial

Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Hal ini terbukti dengan
adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya. Keempat batu bersurat itu
ditemukan di Kedukan Bukit (680), di Talang Tuwo (dekat Palembang) (684), di Kota Kapur
(Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi) (688). Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu
di Kedu. Di situ ditemukan sebuah prasasti yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832)
Berdasarkan penyelidikan Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa
Melayu kuno dengan adanya dialek Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.

B. Masa Kolonial

Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII, mereka menghadapi suatu
kenyataan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa
perantara dalam perdagangan. Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda mendirikan
sekolah-sekolah, mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan bahasa
Portugis dan Belanda sebagai bahasa pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan
Belanda Dancerta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku memakai
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

C. Masa Pergerakan Kebangsaan

Pada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa nasional,
untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Suatu pergerakan yang besar dan
hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa
yang dapat dipahami dan dipakai oleh semua orang. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan
bahasa mana yang akan menjadi bahasa persatuan., tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk
mempersatukan berbagai suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan memilih
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti
tersebut di atas, akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres
Pemuda Indonesia di Jakarta dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar Sumpah Pemuda”.

Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu – Tanah air Indonesia.

Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.

Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

D. Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan

Setelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa Indonesia telah
menduduki tempat yang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Usaha Jepang untuk
menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda tidak terlaksana. Bahasa
Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk
kepserluan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Subro, seno.1998. Seri Bahasa Indonesia. Semarang: CV Aneka ilmu

Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedudukan, Fungsi, Pembinaan,
dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara

Rahayu, Mnto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo

Anda mungkin juga menyukai