Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN BIOGRAFI IMAM HAFASH

(Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas perkuliahan Ilmu tajwid dan Tahsin Al-Qur’an)

Dosen Pengampu: Edi Hermanto S.Th.I, M.Pd.I

TUGAS KELOMPOK

Disusun oleh :

Akmal Hakim / 11930215443

Amir Hamzah / 11930210828

Ihya Al Ansory / 11930210242

Jefri Pratodi / 11930211112

Kelas E

JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, dan dengan adanya
penyusunan makalah ini, diharapkan pembaca dapat belajar dengan baik dan
benar mengenai “Sejarah dan Biografi Imam Hafash”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


memberikan asumsi serta partisipasi kepada kami dalam penyelesaian masalah ini
dan tentunya kami juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari
penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun senantiasa menunggu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan refleksi menjadi pribadi
yang lebih produktif.

Pekanbaru, 08 September 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ...................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Qira’at Al-Qur’an ....................................... 5


B. Kriteria Qira’at yang diterima ............................................. 6
C. Biografi Imam ‘Ashim .......................................................... 10
D. Biografi Imam Hafash ........................................................... 11
E. Sanad Bacaan Imam Hafash .................................................. 12
F. Tekenalnya Riwayat Imam Hafash di Indonesia .................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk bagi seluruh umat


manusia, terkhusus bagi umat islam itu sendiri, baik dalam kehidupan di
dunia maupun kehidupan di akhirat. Pada masa hidup Nabi Muhammad
SAW, perhatian umat terhadap kitab Al-Qur’an ialah memperoleh ayat-
ayat Al-Qur’an dengan membaca, mendengarkan, dan menghafalkannya
secara lisan dari mulut ke mulut.

Pada periode awal, Al-Qur’an belum dibukukan, sehingga dasar


pembacaan dan pembelajarannya masih secara lisan yaitu dari mulut ke
mulut. Hal ini terus berlangsung sampai pada masa sahabat, masa
pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar r.a. Pada masa mereka, kitab
Al-Qur’an sudah dibukukan dalam satu mushaf. Hal itu merupakan ikhtiar
Khalifah Abu Bakar r.a. atas inisiatif Umar bin Khattab r.a. Kemudian
pada masa Khalifah Utsman bin Affan r.a. mushaf Al-Qur’an yang telah
dibukukan disalin dan dibuat banyak, lalu dikirim ke daerah-daerah islam
yang sudah waktu itu menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan dan
hafalan Al-Qur’an.

Hal itu diupayakan oleh Khalifah Utsman, karena ketika ada


perselisihan sesama muslim di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan Al-
Qur’an. Perselisihan tersebut hampir saja menimbulkan perang saudara
sesama umat islam. Sebab, mereka berlainan dalam menerima bacaan
ayat-ayat Al-Qur’an karena oleh Nabi Muhammad SAW diajarkan cara
bacaan yang relevan dengan dialek mereka masing-masing. Tetapi karena
tidak memahami maksud dan tujuan Nabi Muhammad SAW, lalu tiap
golongan menganggap hanya bacaan mereka sendiri yang benar,
sedangkan bacaan yang lain salah, sehingga mengakibatkan perselisihan.
Itulah pangkal perbedaan qira’at dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu
qira’at.1

Tatkala para qari’ sudah tersebar di berbagai pelosok, qira’at


tersebut diajarkan secara turun temurun dari guru ke guru, sehingga
sampai pada para imam qira’at baik yang tujuh maupun sepuluh.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas materi
tentang “Sejarah dan Biografi Imam Hafash” sehingga kita dapat
mengetahui sejarah bacaan Al-Qur’an yang diriwayat oleh imam Hafash.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu Qira’at Al-Qur’an ?
2. Apa saja kriteria qira’at yang diterima ?
3. Bagaimana biografi Imam ‘Ashim ?
4. Bagaimana biografi Imam Hafash ?
5. Bagaimanakah sanad bacaan Imam Hafash ?
6. Mengapa di Indonesia terkenal riwayat Imam Hafash ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu Qira’at.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja kriteria qira’at yang diterima.
3. Untuk mendeskripsikan biografi Imam ‘Ashim.
4. Untuk mendeskripsikan biografi Imam Hafash.
5. Untuk mengetahui sanad bacaan Imam Hafash.
6. Untuk mengetahui sebab terkenalnya riwayat Imam Hafash di
Indonesia.

1
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), hlm. 242-243.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Qira’at

Qira’at secara bahasa adalah bentuk jamak dari qira’ah. Qira’ah


diambil dari kata ‫ قرأ‬lalu dibentuk mashdarnya menjadi ‫ وقرانا‬-‫ قرأ‬- ‫ قراءة‬-
‫ يقرأ‬yang berarti menghimpun atau membaca. Sedangkan menurut
terminologi qira’ah adalah:

‫القراءة ىي اختالف ألفاظ الوحي املذكور يف كتابة احلروف أوكيفية النطق هبا من‬
‫ختفيف وتثقيل وغريمها‬
“Qira’ah adalah perbedaan lafadzh-lafadzh wahyu yang disebutkan (Al-
Qur’an) dalam penulisan huruf, atau cara mengucapkan lafadzh Al-
Qur’an seperti ringan dan berat serta lainnya.”

Sementara itu, Ali ash-Shabuni mendefenisikan qira’ah dengan:

“Qira’at adalah salah satu madzhab dari beberapa madzhab artikulasi


(kosa kata) Al-Qur’an yang dipilih oleh salah seorang Imam Qira’at yang
berbeda dengan madzhab lainnya serta berdasarkan pada sanad yang
bersambung hingga Rasulullah SAW.”

Sedangkan yang dimaksud dengan al-muqri’ adalah orang yang


alim dengan qira’ah yang meriwayatkannya secara musyafahah (lisan)
melalui jalan talaqqi (berguru langsung) dari orang yang ahli di bidang
qira’ah, demikian sampai silsilah qira’ah tersebut bersambung hingga
kepada Rasulullah SAW.
Dengan demikian, maka qira’at bukan ciptaan para imam qira’at
tetapi ia dari Rasulullah SAW. Qira’at diturunkan bersamaan dengan
turunnya Al-Qur’an. Artinya, qira’at itu termasuk dalam Al-Qur’an yang
kemudian Al-Qur’an dinisbatkan kepada seorang Imam Qira’at yang
meneliti dan menyeleksinya (Qira’at Qalun).2
Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang tiada tandingannya
(mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara
Malaikat Jibril dimulai dengan Qs. Al-Fatihah dan diakhiri dengan Qs.
An-Nash, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita
secara mutawatir serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah.3
Jadi, yang dimaksud dengan Ilmu Qira’at Al-Qur‟an adalah ilmu
yang mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berupa
wahyu Allah SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’at, berbeda
dengan cara ulama lain, berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir sanadnya
dan selaras dengan kaidah-kaidah bahasa Arab serta cocok dengan bacaan
terhadap tulisan Al-Qur’an yang terdapat dalam salah satu mushaf
Utsman.4

B. Kriteria Qira’at yang diterima

Adapun kriteria diterimanya Qira’ah itu ada tiga hal, sebagai berikut:
1. Qira’at tersebut harus sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab.
2. Sanad dari riwayat yang menceritakan qira’at-qira’at tersebut harus
shahih.
3. Bacaan dari qira’at tersebut harus cocok diterapkan kepada salah satu
mushaf Utsman

2
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali
Press, 2014), hlm. 143-144.
3
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1998),
hlm. 15.
4
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), hlm. 340-341.
Oleh karena itu, Qira’at Al-Qur’an yang shahih harus memenuhi ketiga
kriteria di atas. Sebab, qira’ah yang demikian itu termasuk salah satu dari
Sab’atu ahrufin (tujuh macam bacaan diturunkannya Al-Qur’an).
Ibnul Jauzi dalam Kitab Munjidul Muqrin mengganti syarat-syarat
kedua (harus shahih sanadnya) dengan harus mutawatir. Karena, riwayat
Al-Qur’an tidak bisa diterima kecuali dengan sanad mutawatir. Contoh,
sanad-sanad qira’at yang lebih dari qira’at asyrah itu sanadnya shahih
semua, akan tetapi berupa hadis ahad yang tidak mutawatir, sehingga
bukan Al-Qur’an dan tidak dapat diterima. Yang dapat diterima harus yang
sanadnya mutawatir saja.5

Tujuh macam qira’at atau yang dikenal dengan sebutan qira’at tujuh itu
adalah qira’at yang dipopulerkan oleh tujuh orang imam, yaitu Imam Nafi,
Ibnu Katsir, Abu Amr, Ibnu, Amir, Ashim, Hamzah, dan Kisa‟i.
Adapun biodata para Imam tujuh tersebut berikut dua orang perawinya
adalah sebagai berikut:
1. Imam Nafi, nama lengkapnya Nafi Al-Madani Ibnu Abdurrahman
bin Abi Nu’aim Abu Ruwaim al-Laitsi. Lahir tahun 70 H dan wafat
tahun 169 H. Beliau termasuk Imam tsiqah yang berasal dari
Ashbahan. Beliau belajr qira’at dari Abi Ja’far Yazid bin Al-Qa’qa’
Al-Madani, Ibnu Hurmuz Al-A’raj, dan Muslim bin Jundub. Semua
guru Nafi ini mempelajari qira’at dari sahabat seperti Ibnu Abbas,
Abu Hurairah, Ubay, dan Az-Zubir bin Al-Awwam.6 Adapun dua
orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Qalun, nama lengkapnya Abu Musa Isa bin Mina az-Zarqa,
penguasa Bani Zahrah. Lahir pada tahun 120 H dan meninggal
tahun 220 H. Beliau seorang Qari’ penduduk Madinah dan
sekitarnya.

5
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), hlm. 345-346.
6
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 52.
b. Warsy, nama lengkapnya Utsman bin Sa’id al-Qibthi al-
Mishri, penguasa Quraisy. Lahir tahun 110 H dan meninggal
pada tahun 197 H di Mesir.7
2. Ibnu Katsir, nama lengkapnya Abdullah Abu Ma’bad al-Athar ad-
Dari al-Farisi al-Makki. Lahir pada tahun 45 H dan meninggal
tahun 120 H. Beliau belajar qia’at dari sahabat Nabi SAW ialah
Abdullah bin Sa’ib.8 Adapun dua orang perawinya yang terkenal
adalah:
a. Al-Bazzi, nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin
Abdullah Abu al-Hasan al-Bazzi. Beliau seorang qari’ di
Makkah dan Muadzin di masjid al-Haram. Lahir pada tahun
170 H dan meninggal pada tahun 250 H.
b. Qunbul, nama lengkapnya Muhammad bin Abdurrahman
alMakhzumi Abu Umar al Makki. Beliau lahir pada tahun 195
H dan meninggal pada tahun 291 H.9
3. Abu Amr bin al-Ala, nama lengkapnya Zabban bin al-Ala at-
Tamimi al-Mazani al-Bashari. Lahir pada tahun 68 H dan
meninggal tahun 154 H. Adapun dua orang perawinya yang
terkenal adalah:
a. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi
alBaghdadi an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 26 H.
b. As-Susi, nama lengkapnya Shaleh bin Zaid Abu Syu’ib as-Susi
ar-Ruqi. Beliau muqri’ dhabit dan tsiqah dan meninggal tahun
261 H.
4. Ibn Amir ad-Dimasyqi, nama lengkapnya Abdullah Abu Imran
alYahshabi. Beliau seorang Imam qira‟ah di Syam. Lahir tahun 21
H dan meninggal tahun 118 H. Adapun dua orang perawinya yang
terkenal adalah:

7
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, hlm. 152.
8
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, hlm. 52.
9
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, hlm. 152.
a. Hisyam bin Ammar, nama lengkapnya Abu al-Walid as-
Sullami adDimasyqi. Bliau seorang imam, khatib, dan mufti
penduduk Damaskus. Lahir tahun 153 H dan meninggal tahun
245 H.
b. Ibnu Dzakwan, nama lengkapnya Abu Amr Abdullah bin
Ahmad al-Fahri ad-Dimasyqi. Lahir tahun 173 H dan
meninggal tahun 242 H. Beliau seorang qari’ di Syam dan
Imam di Masjid Jami’ Damaskus.
5. ‘Ashim bin Abi an-Najud al-Kufi, nama lengkapnya Abu Bakar
Ibnu Bahdalah al-Hannath. Penguasa Bani As’ad, qari’ terkemuka
di Kufah. Meninggal tahun 127 H. Adapun dua orang perawinya
yang terkenal adalah:
a. Syu‟bah, nama lengkapnya Abu Bakar bin ‘Iyasy al-Asadi an-
Nahsyali al-Kufi al-Hannath. Lahir tahun 95 H dan meninggal
tahun 193 H.
b. Hafsh bin Sulaiman, nama lengkapnya Abu Umar al-Asadi al-
Kufi al-Bazzar. Lahir tahun 90 H dan meningGal tahun 180 H.

6. Hamzah bin Habib az-Zayyat, nama lengkapnya Abu ‘Imarh al-


Kufi at-Taimi. Lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 156 H.
Beliau belajar qira’at dari Abi Muhammad Sulaiman bin Mahran
Al-Amasy dan Humran bin A’yan.10 Adapun dua orang perawinya
yang terkena adalah:
a. Khalaf bin Hisyam, nama lengkapnya Abu Muhammad al-
Asadi alBazzar al-Baghdadi. Lahir tahun 150 H dan meninggal
tahun 229 H.
b. Khallad, Nama Lengkapnya Abu Isa bin Khalid asy-Syaibani
asyShairafi al-Kufi. Beliau wafat tahun 220 H.
7. Al-Kisa’I, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Hamzah, asli
Persia dan menjadi Imam di Kufah dalam bahasa Arab. Lahir tahun

10
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, hlm. 53.
119 H dan wafat tahun 189 H. Adapun dua orang perawinya yang
terkenal adalah:
a. Abu al-Haris, nama lengkapnya al-Laits bin Khalid al-
Baghdadi dan wafat tahun 240 H.
b. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al Azdi
al-Baghdadi an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 246 H.11

C. Biografi Imam ‘Ashim

Nama lengkap Imam Ashim adalah Ashim bin Bahdalah bin Abi
Al Najud Al Asdy Al Kufi.Beliau meriwayatkan Al-Qur'an dari Hamid Al
Thawil, Zahwan Abi Shaleh Al-Saman dan Zir bin Hubaysh.Imam Ahmad
bin Hanbali berkata: Ashim adalah orang yang shaleh , mahir membaca
Al-qur’an . Ia juga adalah orang yang tsiqah. Imam An-nasai berkata: tidak
ada hal yang tercela pada dirinya. Menurut ibnu hajar adalah orang yang
shodiq, menguasai Qira’at dan hadis hadistnya dalam kitab sahihain.

Kepakaran dan ketokohan dalam bidang ilmu qira’at di kota Kufah


berpindah kepada imam ‘Ashim sesudah wafatnya imam abu abdurrahman
as-Sulami. Imam As sulami adalah seorang tabiin yang pernah berguru al
quran kepada Ali bin Abi talib sahabat Rasulullah. Beliau adalah seorang
yang pertama sekali mengajarkan Al-Qur’an di kota Kufah setelah
khalifah Usman Bin Affan mengirimkan salah satu mushaf yang ditulis
pada masa pemerintahannya di kawasan tersebut. Imam Abdurrahaman
As-Sulami mengajarkan Al-Qur’an di Masjid Jamie di kota itu selama
empat puluh tahun.
Beliau juga adalah seorang periwayat hadis yang terpercaya. Salah
satu hadis yang diriwayatkan oleh beliau adalah:

11
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, hlm. 153-154.
“Sebaik baik kalian adalah orang belajar Alquran dan
mengajarkannya”.
Ketika beliau mendengarkan hadis tersebut, beliau segera
menjadikan sebagai prinsip hidup dan mendorongnya untuk terus
mengerjakan Al-Qur’an kepada murid muridnya. Dari ulama besar inilah
terbentuk imam besar dalam bidang Qira’at yaitu Imam Ashim bin
Bahdalah.
‘Ashim meriwayatkan Al-Quran dari Abi Rimtsah (sahabat rasul)
kemudian Zir bin Hubaysh dan Abi Wail. Dan membaca Al-Qur’an dari
Abu Abdurrahman al-Sulami dan wafat pada tahun 128 Hijriah. Ada yang
mengatakan pada tahun 129 H.12

D. Biografi Imam Hafash

Diantara murid Imam ‘Ashim yang terkenal ada dua orang yaitu
Syu’bah (193 H) dan Hafash (180 H). Namun, disini hanya di paparkan
biografi imam hafas saja karena beliau lah yang banyak diikuti bacaannya
oleh mayoritas umat islam di Indonesia.
Nama lengkapnya adalah Abu Amr Hafash bin Sulaiman bin Al-
Mughirah Al-Bazzas. Ada banyak gelaran yang dimiliki oleh imam ini,
salah satunya adalah “al-Hujjah”, tsabat (mantap), pemilik riwayat yang
terkenal, bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahawa riwayat Imam
Hafash ini adalah satu-satunya riwayat yang paling banyak dibaca di dunia
Islam. Ia belajar membaca Al-Qur’an pada imam Ashim sedikid sedikit,
lima ayat lima ayat, seperti anak kecil layaknya yang sedang belajar
dengan seorang guru. Ia seorang alim yang paling mengusai qira’at
gurunya, disamping menjadi anak angkatnya karena ia anak istrinya.
Yahya bin Ma’in berkata: “Periwayatan yang paling fashih dalam qira’at
‘Ashim adalah periwayatan Hafash”. Ia meninggal pada tahun 180 H.13

12
Abdul majid Khon, Pratikum Qira’at, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 33-34.
13
Khairunnas Jamal, Qira’at Imam Ashim, (Pekanbaru: Asa Riau, 2014), hlm. 76-79.
E. Sanad Bacaan Imam Hafash

Sanad (runtutan periwayatan) Imam Hafash dari Imam ‘Ashim


berujung kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sementara bacaan Syu’bah
yang juga muridnya Imam ‘Ashim bermuara kepada sahabat Abdullah bin
Mas’ud. Hal tersebut dikemukakan sendiri oleh Hafash ketika beliau
mengemukakan kepada Imam ‘Ashim, kenapa bacaan Syu’bah banyak
berbeda dengan bacaannya ? padahal keduanya berguru kepada Imam
yang sama yaitu ‘Ashim. Lalu ‘Ashim menceritakan tentang runtutan
sanad kedua rawi tersebut. Runtutan riwayat Hafash adalah demikian:
Hafash- ‘Ashim- Abu Abdurrahman as-Sulami- Ali bin Abi Thalib.
Sementara runtutan periwayatan Syu’bah adalah demikian: Syu’bah-
‘Ashim- Zirr bin Hubaisy- Abdullah bin Mas’ud.14
Pada saat ini Qira’at yang masih hidup di tengah-tengah umat
islam di seluruh dunia tinggal beberapa saja, yaitu:
1. Bacaan Imam Nafi’ melalui riwayat Qolun masih digunakan
oleh masyarakat Libya dan Tunisia pada umumnya. Sementara riwayat
Warsy masih digunakan oleh masyarakat di Afrika Utara (al-Maghrib al-
‘Arabi) seperti Aljazair, Maroko, Mauritania. sedangkan masyarakat di
Sudan masih menggunakan empat riwayat yaitu Qolun, Warsy, ad-Duri
Abu ‘Amr, dan Hafash.
2. Bacaan ad-Duri Abu ‘Amr masih banyak digunakan oleh kaum
muslimin di Somalia, Sudan, Chad, Nigeria, dan Afrika Tengah.

F. Terkenalnya Riwayat Imam Hafash di Indonesia

Qira’at yang masyhur dan telah terbukti shahih jalur


periwayatannya ada sepuluh. Setiap Qira’at memiliki 2 Riwayat, sehingga
setiap Riwayat kurang lebih 50 Thariqah (Jalur).

14
Khairunnas Jamal, Qira’at Imam Ashim, (Pekanbaru: Asa Riau, 2014), hlm. 79-80.
Baik “Qira’at”, “Riwayat”, maupun “Thariq” merupakan Khilaf
wajib. Artinya perbedaan itu harus kita kenali dan diketahui serta
dipraktekkan bagi bacaan yang kita gunakan. Penetapannya bergantung
pada apa yang diterima dan talaqqi kepada guru Al-Qur’an serta kebenaran
sanadnya. Seperti itulah keabsahan bacaan Al-Qur’an sebagaimana
diajarkan dengan metode musyafahah bersambung secara mutawatir.
Dengan demikian bacaan kita adalah bacaan yang bersumber dari
Rasulullah SAW.

Tidak berlebihan jika saat ini bacaan riwayat yang paling banyak
dibaca di muka bumi ini adalah riwayat Imam Hafs. Jika dilihat dari jejak
langkah pengembaraan Imam Hafash ini, maka akan ditemukan bahawa
beliau pernah mengembara dan tinggal di dua negara yang pada saat itu
sebagai ibu kota. Hal ini dibuktikan oleh ungkapan Imam Abi Amr al-
Dani: “Dia belajar daripada Imam ‘Ashim dan diajarkan kepada
masyarakat bacaan tersebut. Kemudian dia tinggal di Baghdad, di sana dia
mengajarkan (bacaannya) dan kemudian tinggal di Makkah, di sana dia
juga mengajarkan (bacaanya).

Yang masyhur pada bacaan kaum muslimin di Indonesia adalah


Qira’at Imam ‘Ashim riwayat Imam Hafash jalur Syathibiyyah. Di antara
ciri jalur Syathibiyyah adalah membaca mad jaiz sama dengan mad wajib,
yakni empat atau lima harakat. Sedangkan pada jalur yang lain, mad jaiz
boleh dibaca dua, tiga, empat, atau lima dam mad wajib bisa dibaca empat,
lima atau enam. Namun, jika ingin membaca dengan jalur yang lain, harus
dapat memahami kaidah-kaidah yang berlaku pada jalur tersebut, sehingga
tidak jatuh pada kesalahan dan pencampuradukkan jalur.

Setidaknya ada sekitar 21 poin perbedaan yang mesti dipahami


sebelum memilih jalur dalam membaca Al-Quran, di antaranya yakni: mad
jaiz, wajib, pada kata yabshut, bashthah, firqin, dha'fin, mushaythirun,
bimushaythir, dan salasila, kemudian ghunnah pada idgham Lam dan Ra,
Isymam pada "Laa Ta'manna", Bacaan pada Mad Farq, Mad pada 'Ain
Harfiy, Saktah, dan Takbir.15

Ada ramai sekali murid Imam Hafs bahkan tak terhitung


jumlahnya, baik yang belajar secara langsung (ardh) mahupun sima’an
saja, sebab ia pernah singgah di dua negara dan mengajar di sana, salah
satu muridnya adalah: Husain bin Muhammad al-Maruzi, Amr bin al-
Shabbah, Ubaid bin Shabbah, al-Fadhl bin Yahya al-Anbari dan Abu
Syuaib al-Qawwas.16

Imam Hafs menceritakan tentang komunikasinya dengan Imam


‘Asim. Dia bertanya kepada gurunya: “Kenapa bacaan Syu’bah berbeza
dengan bacaan saya ? Imam ‘Asim menjawab: “Bacaan yang kamu
pelajari seperti yang saya pelajari daripada Abdurrahman al-Sulami yang
jalur sanadnya sampai pada Sayyidina Ali. Sedangkan saya mengajarkan
kepada Syu’bah sebagaimana yang saya pelajari daripada Zirr bin Hubaisy
daripada Abdullah bin Mas’ud”. Imam Mujahid berkata: “Perbedaan
antara bacaan Imam Hafs dan Syu’bah sekitar 520 bacaan”.

15
Khairunnas Jamal, Qira’at Imam Ashim, (Pekanbaru: Asa Riau, 2014), hlm. 81-82.
16
Khairunnas Jamal, Qira’at Imam Ashim, (Pekanbaru: Asa Riau, 2014), hlm. 83-84.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari materi yang telah kita bahas, dapat diambil kesimpulan


bahwasanya Imam Hafash adalah seorang Imam yang memiliki sanad
yang jelas dari rasulullah saw, dan banyak kisah-kisah beliau yang dapat
dijadikan motivasi dan pelajaran bagi kita, sehingga kita lebih giat
mempelajari Al-Qur’an dengan tajwid yang telah diriwayatkannya.

B. Saran

Melihat akan pentingnya belajar tajwid, maka kita perlu tahu juga
akan sejarah dan biografi imam yang kita ikuti, supaya kita bisa tahu asal-
usul suatu riwayat dan pelajaran luar biasa dari imam tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djalal, Ulumul Qur’an Surabaya: Dunia Ilmu, 2013

Abdul majid Khon, Pratikum Qira’at, Jakarta: Amzah, 2011

Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan Jakarta:

Rajawali Press, 2014

Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an Jakarta: Amzah, 2014

Khairunnas Jamal, Qira’at Imam Ashim, Pekanbaru: Asa Riau, 2014

Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an Bandung: Pustaka Setia,

1998

Anda mungkin juga menyukai