Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak


akan mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang control pada
situasi saat ini atau yang akan datang (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, 2017). Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien
bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa
hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang
diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau
mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).
Menurut (Wilkinson & Ahren, 2011).Ketidakberdayaan di definisikan
sebagai persepsi bahwa tindakan individu tidak akan mempengaruhi hasil
secara bermakna dimana persepsi kurang dapat mengendalikan situasi saat ini
atau yang akan terjadi. Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007)
ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau
kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
Ketidakberdayaan berbeda dengan keputusasaan. Keputusasaan
berarti bahwa seseorang mempercayai bahwa tidak ada solusi untuk
masalahnya. Pada ketidakberdayaan, pasien mungkin mengetahui solusi
terhadap permasalahannya, tetapi pasien berkeyakinan bahwa hal tersebut di
luar kendalinya. Bila ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat menjadi
keputusasan.
Peningkatan beban psikologis yang menjadi salah satu prevelensi
peningkatan masalah kesehatan mental pada masyarakat akibat modernisasi.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan rata-rata
nasional gangguan mental emosional yang dimulai dengan perasaan cemas
dan depresi adalah 11.6% atau sekitar 19 juta penduduk dan itu terjadi pada
penduduk mulai usia 15 tahun. Psikososial adalah setiap perubahan dalam
kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang
mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan
yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan

1
sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa seperti ketidakberdayaan serta keputusasaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan tentang ketidakberdayaan?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan tentang ketidakputusasaan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang ketidakberdayaan
dan ketidakputusasaan.
b. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan tentang
ketidakberdayaan
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan tentang
ketidakberdayaan

c. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan bacaan di bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi
tentang askep ketidakberdayaan dan ketidakputusasaan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Tentang Ketidakberdayaan


A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak
akan mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang control pada
situasi saat ini atau yang akan datang (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, 2017)Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu
atau kegiatan yang baru dirasakan (Keliat, 2007). Ketidakberdayaaan juga
dapat diartikan sebagai persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tinddakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang
diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau
mengendalikan situasi yang terjadi.
B. Penyebab
Ketidakberdayaan disebbakn oleh kurangnya pengetahuan,
ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti; depresi), serta kurangnya
kesempatan untuk membuat keputusan (Departemen of Health, 2010).
Faktor terkait ketidakberdayaan yaitu:
a) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol
terhadap terapi.
b) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan
yang kasar.
c) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau
yang melemahkan kondisi.
d) Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan
ketergantungan

3
C. Batasan Karakteristik Klien dengan Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan yang dialami klien dapat terdiri dari tiga
tingkatan antara lain:
a) Rendah
Mengungkapkan ketidakpastian tentang frekuensi tingkat
energi, serta lebih bersikap pasif.
b) Sedang
Marah, ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah,
tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang, tidak
memantau kemajuan pengobatan, ekspresi ketidakpuasaaan
terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas sebelumnya,
ekspresi ketidakpuasaan terahadap ketidakmampuan melakukan
tugas sebalumnya, ekspresi keraguan tentang perfoma peran,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan,
ekspresi frustasi terhadap ketidakmampuan melakukan tugas
sebelumnya, takut dijauhkan dari pemberi asuhan, rasa bersalah,
tidak berpartisipasi dalam asuhan saat diberi kesempatan, tidak
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ketika diberi
kesempatan, pasien pasif, enggan mengungkapkan perasaannya
yang sebenarnya, kebencian (Keliat, 2007).
c) Berat
Apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi dengan
mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan,
menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri,
situasi, dan hasil).

D. Faktor- Faktor yang mempengaruhi ketidak berdayaan


Kebanyakan individu secara subjektif mengalami perasaan ketidak
berdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi,
individu sering menunjukan respon apatis marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol. Pada ketidak berdayaan, klien mungkin mengetahui

4
solusi terhadap masalah, tetapi percaya bahwa hal tersebut
diluarkendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan.
Perawat harus hati-hati untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang
berasal dari perspektif pasien bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan
individu terlihat pada kebutuhan pribadi, untuk merasa mempunyai
kendali terhadap situasi (misalnya untuk diberitahukan bahwa orang
tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Kaplan, H.L., 1994). Faktor-
faktor yang mempengaruhi munculnya masalah ketidak berdayaan adalah.
a. Faktor predisposisi
a) Faktor biologis
Faktor bialogis yang berkaitan dengan masalah ketidak
berdayaan adalah mendrita penyakit kronis (riwayat melakukan
general chek up, tanggal terahir periksa) adanya riwayat sakit
panas lama saat berkembangan balita sampai kejang-kejang atau
pernah mengalami riwayat trauma kepala yang menimbulkan
lesi pada lobus frontal, temporal dan limbik, riwayat penderita
penyait yang secara progresif menimbulkan ketidak mampuan,
misalnya kangker terminal atau penyakit fisik yang bersifat
kronis lainnya (audray berman, shirlee synder, 2016).
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang berkaitan dengan masalah
ketidakberdayaan adalah pengalaman perubahan gaya hidup
akibat lingkungan tempet tinggal, ketidakmampuan menjalakan
peran akibat penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, kurang puas dengan kehidupannya (tujuan
hidup yang sudah dicapi). Merasa frustasi dengan kondisi
kesehatannya dan kehidupannya yang sekarang, pola asuh orang
tua pada saat klien anak sehingga remaj yang terlalu otoriter
atau terlalu melindungi/menyayangi, motivasi:penerimaaan
umpan balik negatif yang konsisten selam tahap perkembangan
balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan

5
hoby dan akivitas sehari-hari, pengalaman aniaya fisik, baik
sebagai perilaku, korban maupun sebagai saksi, self kontrol :
tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas,
rasa takut akan tidak diakui,gaya hidup tidak berdya,
kepribadian:mudah marah pasif dan cenderung tertutup(amanta,
1982).
c) Faktor sosial budaya
Faktor psikologis yang berkaitan dengan masalah
ketidakberdayaan adalh pendidikan rendah, kehilangn
kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya:pensiun,defisit memori, defisit motorik, status
finansial atau orang yang terdekat yang berlangsung lebih dari 6
bulan), adanya norma individu atu masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal), dalam kehiduppan
sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak
mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secar aktif,
enggan bergaul ddan kadang menghindar dari ornag lain,
pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyrakat
baik secara aktif maupun secara pasif.
b. Faktor presipitasi
a) Biologis
Faktor presipitasi biologis pada pasien dengan
ketidakberdayaan adalah menderita penyatikt kronis dalam 6
bulan terakhir, menderita penyakit akut yang menyebabkan
ketidak mampuan brerkomunikasi, dalam 6 bulan terakhir, tidak
mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atua trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal, dan
limbic, terdapat gangguan sistem endokrin , penggunaan
alkohol, obat-obatan dan kafein dan tembakau( kumar et al.,
2013).

6
b) Psikologis
Faktor peresipitasi psikologis pada pasien dengan
ketidakberdayaan adalah perubahan gaya hidup akibat menderita
penyakit kronis, tidak dapat menjalankan pekerjaan atau hoby,
perasaan malu dan rendah diri karena ketidak mampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari hari konsep diri:gangguan
pelaksanaan peran karna ketidakmampuan melakukan
tangguang jawab peran, kehilangan kemandirian atau perasaan
ketergantungan dengan orang lain.
d) Sosial budaya
Faktor presipitasi sosial budaya pada pasien dengan
ketidakberdayaan adalah kehilangan pekerjaan dan penghasilan
akibat kondisi kesehatan, hambatan interaksi interpersonal
akibat penyakitnya maupun penyabab yang lain, kehilangan
kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuan
(misalnya:pensiun, defisit memori, defisit motorik, status
finansial atau orang terdekat yang berlangsuung dalm 6 bulan
terakhir).adanya perubahan dari status kuratif menjadi status
paliatif, efek pembatasan mobilitas kurang dapat menjalankan
kegiatan agama dan keyakinanya dan ketidakmampuan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.
E. Faktor Penilaian Terhadap Stressor (Wilkinson, 2007)
1) Kognitif
a Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi.
b Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap
kemampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
c Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
d Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kendali atau pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau hasil.
e Mengungkapkan ketidakpuasan karena ketergantungan dengan
orang lain.
f Kurang dapat berkonsentrasi.

7
2) Afektif
a Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang
terjadi dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program
pengobatan.
b Marah
c Iritabilitas, ketidaksukaan.
d Perasaan bersalah
e Takut terhadap pengasingan oleh pemberian perawatan
f Perasaan cemas atau ansietas

3) Fisiologis
a Perubahan tekanan darah
b Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan
c Muka tegang
d Dada berdebar-debar dan keluar keringat dingin.
e Gangguan tidur, terutama kalau disertai dengan ansietas.
4) Perilaku
a Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas.
b Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika
ditantang.
c Tidak memantau kemajuan pengobatan.
d Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil keputusan
pada saat diberikan kesempatan.
e Kepasifan hingga apatis
f Perilaku menyerang
g Menarik diri
h Perilaku mencari perhatian
i Gelisah atau tidak bisa tenang
5) Sosial
a Enggan untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
b Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
c Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain

8
F. Faktor Sumber Koping
1) Personal Ability
a Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari sumber
informasi, kemampuan mengidentifikasi masalah yang
berhubungan ketidakberdayaan, kekuatan dan factor pendukung
serta keberhasilan yang pernah dicapai. Kemampuan
mempertimbangkan alternative aktivitas yang realistik.
Kemampuan melaksanakan rencana kegiatan dan memantau
kemajuan dari kondisi pengobatannya.
b Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas yang
dapat dikendalikan oleh pasien.
c Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi secara
efektif terutama dalam pencarian sumber informasi untuk
mengatasi ketidakberdayaannya.
d Pengetahuan : Kemampuan memahami perubahan fisik dan peran
atau kondisi kesehatan dan kehidupannya.
e Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang realistis,
mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan secara matang.
2) Sosial Support
a Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
b Kualitas dukungan social yang diberikan keluarga, anggota
masyarakat tentang keberadaan pasien saat ini.
c Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan kegiatan
atau perkumpulan di masyarakat
d Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang mempunyai
norma tidak bertentangan dengan nilai budaya yang ada.
3) Material Aset
a Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan
stabil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas,
SKTM atau BPJS.

9
c Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk
mengantisipasi kebutuhan hidup.
d Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses pelayanan
kesehatan yang ada.
4) Positive Bellief
a Keyakinan dan nilai: Pasien mempunyai keyakinan bahwa
penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya
perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada
kehidupannya.
b Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat
menjalani hidup dengan semangat
c Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik
mencegah daripada mengobati.

G. Faktor Mekanisme Koping


1) Konstuktif
a Menilai pencapaian hidup yang realistis.
b Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan fisik
dan peran yang dialami akibat penyakitnya.
c Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan
keterbatasan yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya.
d. Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait perubahan
status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.
e. Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran
dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif
menghasilkan sesuatu.
f. Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami.
g. Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan.
2) Destruktif

10
a. Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan
aktivitas harian (pasif).
b. Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan
yang dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut.
c. Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan perubahan
kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan atau depresi.
d. Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain,
kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik
diri dan isolasi sosial.
e. Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir
pada penyerangan terhadap orang lain.
f. Ketergantungan terhadap orang lain (regresi).
g. Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya
(represi/supresi).

H. Manifestasi Klinis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas
sebelumnya.

Objektif

1) Bergantung pada orang lain.

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1) Merasa diasingkan
2) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran
3) Menyatakan kurang control
4) Menyatakan rasa malu
5) Merasa tertekan (depresi)

11
Objektif
1) Tidak berpartisipasi pada orang lain
2) Pengasingan.

G. Asuhan Keperawatan pada klien dengan ketidakberdayaan

1. Pengkajian pasien

Asuhan keperawataan pada klien dengan ketidakberdayaan


didasari atas pertimbangan respon individu, pola koping dan
karakteristik klien pada kondisi subjektif atau dapat divalidasi melalui
respon verbal, emosional, partisipasi dalam kegiatan sehari-hari dan
keterlibatan serta tanggung jawab klien dalm perawatan dirinya.
Batasan karakerisitik terkait perasaan subjektif terhadap pola
pengambilan keputusan , tanggung jawab dan peran klien melalui
intervensi keperawatan.

Tindakan keperawatan pada klien dengan ketidakberdayaan


dikembangkan berdasarkna pada pengkajian komprehensif pada sumber
daya yang dimiliki klien untuk menurunkan perasaan ketidakberdayaan.
Sumber daya klien meliputi kekuatan fisik, energy, harapan, motivasi,
pengetahuan, konsep diri positif, dukungan psikologis, dan dukungan
social (Departement of Health, 2010). Aspek psikologis, kognitif,
lingkungan dan keputusan klien juga menjadi sumber kekuataatan
dalam menentukan intervensi ketidakberdayaan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa ketidakberdayaan yang menjadi core problem klien,


akan mengakibatkan munculnya masalah kesehatan jiwa dan
psikososial lainnya seperti deficit perawatan diri, isolasi social, dan
distress spiritual

3. Intervensi dan Implementasi

a. Ketidakberdayan b/d interaksi interpersonal tidak memuaskan

12
1. Promosi Koping
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
2. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan
social
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan peran yang dialami
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
Edukasi
1. Anjurkan mengingkapkan perasaan dan persepsi
2. Anjurkan keluarga terlibat
b. Distress Spiritual b/d pengasingan social
1. Promosi Koping
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
2. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan
social
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan peran yang dialami
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
Edukasi
1. Anjurkan mengingkapkan perasaan dan persepsi
2. Anjurkan keluarga terlibat
c. Isolasi social b/d ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan
1. Terapi Aktivitas
Observasi
1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
2. Monitor respons emosional, fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas

13
3. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas.
Terapeutik
1. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsistensi sesuai kemampuan fisik, psikologis dan
social
2. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
Edukasi
1. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
2. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual,
kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi okupasidalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Tentang Keputusasaan


A. Pengertian
Keputuasaan merupakan kondisi subjektif yang ditandai
dengan individu memandang hanya ada sedikit atau bahkan tidak
alternatif atau pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi
energy demi kepentingannya sendiri. Keputusasan merupakan
kondisi subjektif seseorang individu melihat tidak ada alternative
atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energinya yang dimilikinya (Departement Of Health, 2010).
Sedangkan ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika
seseorang individu atau kelompok merasa kurang control
terhadap kejadian atau situasi tertentu.
B. Penyebab

Beberapa factor yang terkait dengan keputusasaan yaitu


perasaan terbuang, adanya penurunan kondisi fisiologis,
kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual, kehilangan
kepercayaan pada nilai penting, stress jangka panjang,

14
pembatasan aktivitas jangka panjang yang mengakibatkan
isolasi social. Berdasarkan aspek biologis, psikologis dan social,
kondisi keputusasaan dapat disebabkan oleh kondisi berikut ini:

1. Aspek biologis
Kondisi biologis yang menyebabkan terjadinya
keputusasan adalah ada riwayat keluarga dengan depresi ,
status nutrisi: riwayat anoreksia dan BB kurang atau
berlebih , status kesehatan secara umum; adanya riwayat
penyakit kronis, ketidakseimbangan sistem saraf dan
elektrolit.
2. Aspek Psikologis
Kondisi psikologis yang menyebabkan terjadinya
keputusasaan adalah gangguan dalam komunikasi verbal,
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (perpisahan
atau penolakan), gangguan konsep diri: ideal diri yang tidak
realistis, motivasi yang kurang atau tidak ada dukungan
social, Self control yang kurang.
3. Aspek Sosial
Kondisi social yang menyebabkan terjadinya
keputusasaan adalah riwayat pendidikan: tidak sekolah/ putus
sekolah, pekerjaan dan pendapata: tidak bekerja atau pernah
bekerja tapi diberhentikan serta social ekonomi yang rendah,
belum menikah atau kegagalan dalam berumah tangga ,
spiritualitas yang kurang/ tidak menjalankan perintah agama,
pengalaman social masyarakat: pernah ditolak di kelompok
sebaya (Piter, H.Z, 2011).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keputusasaan terjadi akibat adanya ketidakberdayaan yang


dialami secara berkepanjangan. Ketidakberdayaan berasal dari
depresi serta akibat kehilangan kontrol. Seseorang yang
mengalami keputusasaan merasa dirinya tidak memiliki harapan
sama sekali atau henya memiliki sedikit harapan hidup, merasa

15
tidak memiliki penyelesaian untuk setiapp masalah yang ia
hadapi. Kkeputusasaan yang dialami oleh seorang individu dapat
menyebabkan berbagai masalah diantaranya individu akan
kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual, kehilangan nilai
penting serta pembatasan social.

a. Faktor predisposisi
1. Faktor resiko biologis
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat
pasien kehilangan nafsu makannya.
2. Faktor resiko psikologis
Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien
didiagnosis HIV oleh dokter, pasien sering mengurung
diri di kamar dan sering uring-uringan saat ada anggota
keluarga yang ingin membujuknya. Ppasien tidak
memiliki semangat untuk sembuh, ia merasa sudah tidak
memiliki harapan.
3. Faktor resiko sosiokultural
Sejak pasien didiagnosis oleh dokter
mengidap HIV, hubungan pasien dengan lingkungan
sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering
menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu
dengan keadaannya. Keluarga pasien merasa sangat
sedih karena dukungan dan semnagatnya tidak dapat
membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien
menjadi tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari
keputusasaan yang dialami. Pasien merasa hidupnya
tidak akan lama lagi.
b. Faktor presipitasi
1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien
kehilangan nafsu makannya.
2. Origin

16
- Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan
lingkungan di sekitarnya
- Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi
tidak dengan lingkungan dan teman-temannya
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu
dekat. Pasien mengalami stress secara terus-menerus dan
berkepanjangan.

4. Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat
dirasakan pasien. Pasien merasa tidak ada harapan sembuh
serta merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

D. Respon terhadap stress/tanda gejala/penilaian terhadap respon


1. Kognitif
Pasien merasa kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi,
pesimis, menyalahkan dirinya sendiri, kehilangan minat
motivasi, tidak dapt menyambil keputusan.
2. Afektif
Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian,
keputusasaan, rasa bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga
diri pasien rendah, dan ansietas.

3. Fisiologis
Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit
punggung, sakit kepala, dan diare.

4. Perilaku
Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis,
kebersihan diri pasien kurang, perubahan tingkat aktifitas dan
sangat tergantung.

5. Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan

17
pasien tidak mampu mengatasi masalahnya.

D. Tanda dan Gejala Keputusasaan


Tanda dan gejala keputusasaan yag dialami klien dapat
dikaji dari ungkapan klien terhadap situasi kehidupannya tanpa
harapan dan terasa hampa (“Saya tidak dapat melakukan sesuatu”)
, sering mengeluh dan tampak murung, Nampak kurang bicara atau
tidak mau berbicara sama sekali, menunjukkan kesedihan, afek
datar atau tumpul, menarik diri dari lingkungan, kontak mata
kurang, mengangkat bahu tanda masa bodoh, menunjukkan gejala
fisik kecemasan (takikardi, takipneu), menurun atau tidak adanya
selera makan, peningkatan waktu stidur, penurunan keterlibatan
dalam perawatan, bersikap pasif, penurunan keterlibatan atau
perhatian pada orang lain yang bermakna.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1) Mengungkapkan keputusasaan

Objektif

1) Berperilaku pasif

Gejala dan Tanda Minor

1) Sulit tidur

2) Selera makan menurun

Objektif

1) Afek datar

2) Kurang inisiatif

3) Meninggalkan lawan bicara

4) Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan

5) Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara

18
E. Pathway

A.
Tekanan Hidup Status
kesehatan
Tidak memiliki
tujuan hidup
Respon imun

Merasa tidak Lemah dan letih


yakin menjalani
hidup Merasa
bernasib buruk Tidak memiliki
energi
Kehilangan dan
merasa tidak
memiliki apa- KEPUTUSASAAN ketidakberdayaa
apa n
Merasa sedih DEFISIT
PERAWATAN
DIRI
Menarik diri
Ketidakmampuan dari lingkungan
Koping sosial

ISOLASI SOSIAL

19
E. Asuhan Keperawatan Tentang Keputusasaan
1. Pengkajian Klien dengan Keputusasaan
Berdasarkan hasil pengkajian didapat bahwa klien dengan
keputusasaan memiliki factor penyebab seperti pola asuh dalam
keluarga yang tidak adekuat dan kurangnya support dari keluarga
atau teman.

2. Diagnosa Keperawatan dan Data yang Mungkin di temukan

Diagnosa Data yang mungkin ditemukan


Keputusasaan b/d Kurangnya komunikatif, lebih banyak diam,
kehilangan kepercayaan hubungan dengan anak-anaknya kurang, pesimis
pada kekuatan spiritual.
Ketidakmampuan koping Kurangnya komunikatif, hubungan interpersonal
keluarga b.d hubungan dengan anak-anaknya kurang, tidak mempunyai
keluarga ambivalen aktivitas di dalam atau di luar rumah

3. Intervensi dan Implementasi

a Keputusasaan b/d kehilangan kepercayaan pada kekuatan


spiritual.

1) Dukungan Emosi

Observasi

1. Identifikasi fungsi marah , frustasi dan amuk bagi pasien


2. Identifikasi hal yang telah memicu emosi
Terapeutik
1. Fasilitasi mengungkapkan perasaaan cemas, marah atau
sedih
2. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis
merangkul, menepuk nepuk)
3. Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu

20
Edukasi
1. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis
ansietas, marah, sedih)
2. Anjurkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Kolaborasi
1) Rujuk untuk konseling, jika perlu
2. Terapi Kognitif Perilaku
Observasi
1. Identifikasi gejala, factor lingkungan, budaya , biologis
yang mempengaruhi
2. Identifikasi masalah yang menimbulkan distorsi pikiran
dan persepsi negative.

Terapeutik

1. Ciptakan hubungan terapeutik dan kolaboratif yang aktif


2. Lakukan pengamatan dan pemantauan terhadap pikiran
dan perilaku
3. Arahkan pikiran keliru menjadi sistematis.
Edukasi
1) Latih teknik relaksasi (mis pernapasan, latihan otot
progressive)
2) Latih keterampilan koping individu
Kolaborasi
1) Kolaborasi dalam pemberian terapi (mis psikofarmaka,
ECT)
b Ketidakmampuan koping keluarga b/d hubungan keluarga
ambivalen
1. Promosi Koping,
Observasi
1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
2. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap
dukungan social
Terapeutik

21
1. Diskusikan perubahan peran yang dialami
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
Edukasi
1. Anjurkan mengingkapkan perasaan dan perseps
2. Anjurkan keluarga terlibat

Asuhan Keperawatan Jiwa

Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan Pada


Pasien

1. Persiapan Alat
 Bolpoint
 Buku Catatan
2. Langkah Kerja
1) Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi ( kognitif, adektif, dan psikomotor )
mengenal keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
2) Tahap Kerja
a. Mengidentifikasi factor – factor yang dapat menimbulkan
ketidakberdayaan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien, serta memperluas kesadaran diri
c. Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat
dilakukan saat ini

22
d. Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan klien
e. Melatih kegiatan yang dipilih
f. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
3) Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topic pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
a. Bertanggung jawab
b. Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 1 ketidakberdayaan dan keputusasaan pada


keluarga

1. Persiapann Alat
 Bolpoin
 Buku catatan
2. Langkah Kerja
1) Tahap orientasi
d. Mengucapkan salam terapiutik

23
e. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor) mengenai
keluhan yang dirasakan
f. Memperkenalkan nama perawat
g. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
h. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
i. Menjelakan tujuan tindakan yang akan dilakukan
j. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
k. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
l. Menjelaskan kerahasiaan
m. Meminta persetujuan pasien
2) Tahap kerja
h. Membantu keluarga mengidentifikasi maslah dalam merawat
klien
i. Menjelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan yang terjadi
pada klien, tanda gejala, dan faktor penyebab
j. Menjelaskan tentang cara merawat klien dengan
ketidakberdayaan
k. Mengevaluasi kemampuan keluarga untuk merawat klien
3) Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang dirasakan
setelah tindakan keperwatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topic pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik: memberi salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan

24
4. Sikap
 Bertanggun jawab
 Sabar dan sopan

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak


akan mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang control pada
situasi saat ini atau yang akan datang (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, 2017).
Keputuasaan merupakan kondisi subjektif yang ditandai dengan
individu memandang hanya ada sedikit atau bahkan tidak alternatif atau
pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energy demi kepentingannya
sendiri.Ketidakberdayaan disebbakn oleh kurangnya pengetahuan,
ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti; depresi), serta kurangnya
kesempatan untuk membuat keputusan (Departemen of Health, 2010).
Beberapa factor yang terkait dengan keputusasaan yaitu perasaan terbuang,
adanya penurunan kondisi fisiologis, kehilangan kepercayaan pada kekuatan
spiritual, kehilangan kepercayaan pada nilai penting, stress jangka panjang,
pembatasan aktivitas jangka panjang yang mengakibatkan isolasi social.
Keputusasaan terjadi akibat adanya ketidakberdayaan yang dialami secara
berkepanjangan. Ketidakberdayaan berasal dari depresi serta akibat
kehilangan kontrol. Seseorang yang mengalami keputusasaan merasa dirinya
tidak memiliki harapan sama sekali atau henya memiliki sedikit harapan
hidup, merasa tidak memiliki penyelesaian untuk setiapp masalah yang ia
hadapi
3.2 Saran

1) Bagi Institusi Pendidikan

Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan


yang lebih mengenai konsep asuhan keperawatan tentang
ketidakberdayaanan ketidakputuasaan

2) Bagi Mahasiswa

26
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidak lengkapan materi mengenaikonsep asuhan keperawatan tentang
ketidakberdayaan dan ketidakputuasaan. Kami mohon maaf, kamipun
sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna.Oleh karena
itu kami mengharap kritikdan saran yang membangun

27
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi
10. Jakarta :Penebit Buku Kedokteran EGC.

Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A


Davis Company: Philadelphia.

NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2009-2011. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC.

Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai