Kti Eko Febrianto (Nim. P00320015014) PDF
Kti Eko Febrianto (Nim. P00320015014) PDF
Oleh :
EKO FEBRIANTO
NIM. P00320015014
i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P00320015014
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
EKO FEBRIANTO
iii
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Bajo/Indonesia
Kab. Morowali
iv
MOTTO
v
ABSTRAK
Kata Kunci : Diabetes Melitus, ROM, Asuhan Keperawatan, RSUD Kota Kendari
Pustaka : 15 (2008-2017)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan Kasus Diabetes Melitus
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
terhormat :
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
4. Bapak Sahmad, S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Nurfantri, S.Kep, Ns, MSc, selaku
5. Bapak Abdul Syukur, S.Kep, Ns, M.M, Ibu Fitri Wijayati, S.Kep, Ns, M.Kep,
dan Ibu Dian Yuniar SR, SKM, M.Kep, selaku dosen penguji I, penguji II, dan
vii
6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
7. Kepada Kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin
8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberikan
10. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan bimbingan
Kesehatan Kendari dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu persatu,
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik
yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis
Penulis.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KEASLIAN PENELITIAN ..................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................iv
MOTTO ..................................................................................................................v
ABSTRAK ..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................6
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................6
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................7
ix
G. Analisa Data dan Penyajian Data ..............................................42
H. Etika Penelitian .........................................................................42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................72
B. Saran .........................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau
bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Hormon yang mengatur gula darah adalah insulin. Efek umum diabetes yang
pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah merupakan
diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu menyerap
ataupun tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Hal ini berdampak
pada gula darah menjadi menumpuk di dalam darah pasien. Pada kondisi
seperti ini tekanan gula darah penderita akan tinggi. (Setiati S, dkk, 2015)
1
Diabetes melitus sangat rentan terhadap gangguan fungsi yang bisa
menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan sekresi insulin
sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan
maupun setelah terjadi luka. Diabetisi dianjurkan untuk tidak berjalan tanpa
alas kaki, memakai kaus kaki atau sepatu yang sempit, menghindari bahan
kimia dan benda tajam guna menipiskan penebalan yang terjadi pada telapak
kaki, menggunakan cincin pada jari kaki, memakai sepatu bertumit itnggi dan
sepatu yang ujungnya runcing ke depan, serta jangan merokok. (Husaini, 2007
2
Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah
melakukan latihan jasmani yang dilakukan sehari-hari secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu dari 4 pilar
dicegah dengan aktivitas fisik atau latihan jasmani. Beberapa manfaat latihan
merupakan kegiatan jasmani menurut cara dan aturan tertentu yang bertujuan
Salah satu bentuk latihan jasmani yang dapat dilakukan oleh pasien DM
adalah latihan ROM (Range Of Motion) aktif kaki. ROM (Range Of Motion)
merupakan salah satu intervensi keperawatan berupa latihan fisik yang dapat
Sedangkan menurut Alimul, H.A. Aziz (2009), Latihan ROM aktif maupun
3
pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi
berupa ROM ekstremitas bawah dapat meningkatkan otot dan reflek tendon,
memperbaiki sensasi dan nilai ABI (Ankle Brachial Index), serta mengurangi
latihan ROM aktif kaki. ROM aktif pada ekstremitas bawah dilakukan sebanyak 2
kali sehari selama 24 hari dalam sebulan. (Widyawati, 2010 dalam Lukita Y.I,
2016)
diabetes telah meningkat dari 108 juta di tahun 1980 menjadi 422 juta pada
tahun telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun
berpenghasilan menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta
kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya
disebabkan oleh glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah dari
semua kematian akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.
4
WHO memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh di
prevalensi DM di Indonesia dari 5,7 % pada tahun 2007 menjadi 6,9 % atau
dengan jumlah kasus 2.768 pada tahun 2014, menjadi urutan ke-5 dengan
jumlah kasus 3.206 pada tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 menjadi
urutan ke-3 dengan jumlah kasus 2.983. (Profil Dinkes Prov. Sultra, 2016)
melitus tercatat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 131 penderita, pada tahun
2016 sebanyak 136 penderita, dan pada tahun 2017 sebanyak 209 penderita.
belakang diatas maka peneliti tertarik membuat laporan Karya Tulis Ilmiah
5
B. Rumusan Masalah
dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
D. Manfaat Studi Kasus
aktivitas.
aktivitas.
3. Bagi Peneliti
melitus.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (Tanto. C,
dkk, 2014)
2. Etiologi
a. DM tipe 1
8
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
absolute.
1) Autoimun
2) Idiopatik
b. DM tipe II
menjadi 3 yaitu:
insulin.
c. DM tipe lain
9
4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma
insulin
3. Patofisiologi
terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada beta, karena itu
disebut pulau pulau langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan
darah.
dalam darah tidak akan masuk kedalam sel dengan akibat kadar glukosa
dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes melitus
tipe.
Pada keadaan diabetes melitus tipe II, jumlah insulin bisa normal,
10
kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan DM tipe II, jumlah lubang
masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa)
dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal.
Pada DM tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitas nya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk
4. Manifestasi klinis
a. Poliuria
b. Polidipsia
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensor
11
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu
minum (polidipsia).
c. Poliphagia
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot
(Purwanto. H, 2016)
5. Penatalaksanaan
Tujuannya :
12
Penatalaksanaan DM :
a. Diet
1) Karbohidrat 60 – 70%
2) Protein 12 – 20 %
3) Lemak 20 – 30 %
b. Latihan
alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan
latihan.
c. Pemantauan
e. Pendidikan
13
6. Pemeriksaan penunjang
sewaktu
puasa
pemeriksaan :
mg/dl)
14
c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
d. Tes saring
1) GDP, GDS
e. Tes diagnostik
1) Mikroalbuminuria : urin
15
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)
7. Discharge planning
a. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan berat badan yang ideal
karbohidrat
kuning telur, mentega, saus salad, dan pencuci pencuci mulut berlemak
lainnya
8. Komplikasi
16
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah
buruk.
17
Saraf Kerusakan saraf karena 1. Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir yg terjadi secara tiba-
secara normal dan karena tiba atau secara
aliran darah berkurang perlahan.
2. Berkurangnya rasa,
kesemutan dan nyeri
di tangan dan kaki.
3. Kerusakan saraf
menahun.
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg 1. Tekanan darah yg
otonom mengendalikan tekanan naik-turun
darah dan saluran 2. Kesulitan menelan
pencernaan dan perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah 1. Luka, infeksi dalam
ke kulit dan hilangnya rasa (ulkus diabetikum)
yg menyebabkan cedera 2. Penyembuhan luka
berulang yg jelek
18
9. Pathway Diabetes Melitus
Ulkus
Peningkatan asam amino
Penurunan dalam sirkulasi
Kerusakan Perbaikan jaringan
integritas kulit Penurunan masa otot
Kelemahan
Kemampuan fisk
terbatas
Intoleransi aktivitas
Aktivitas dibantu Hambatan
sebagian/seluruh mobilitas fisik
Sumber : http://www.asuhanperawat.com/2013/02/asuhan-keperawatan-
klien dengan.html
19
B. Konsep Kebutuhan Aktivitas
1. Pengertian
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon, ligamen,
a. Tulang
dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi
pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung
20
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu
c. Ligamen
ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis)
dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
21
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain
2009)
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
22
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
tulang.
4. Jenis latihan
dan sendi.
pendek.
badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur
23
penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe
2 dan obesitas.
hari.
tubuh.
dilarang beraktivitas.
A Aziz. 2009)
24
1) Posisi fowler
2) Posisi sim
3) Posisi trendelenburg
5) Posisi lithotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-
lain.
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang
denyut nadi.
25
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
6) Rotasi bahu
dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu
26
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan
postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi
dada.
lain-lain.
27
tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90
jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi
28
C. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas
1. Pengkajian
29
c. Kemampuan fungsi motorik
baik kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,
d. Kemampuan mobilitas
posisi.
h. Perubahan fisiologis
30
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-
lain.
i. Pola Kesehatan
1) Aktivitas / Istirahat
terkena.
2) Sirkulasi
3) Neurosensori
(parestesis).
trauma lain).
31
5) Keamanan
2. Diagnosa Keperawatan
diabetik.
(NOC)
1. Hambatan Mobilitas Fisik Setelah Label NIC : Bed
dilakukan rest-care
Definisi : Keterbatasan
asuhan 1. Tempatkan 1. Memberikan
dalam pergerakan fisik
keperawatan pasien pada kenyamanan
pada bagian tubuh tertentu
….x 24 jam tempat tidur pada klien
atau pada satu atau lebih
diharapkan terapeutik
ekstremitas. Suatu kondisi
pasien mampu yang sesuai
dimana individu tidak saja
dalam 2. Jaga agar 2. Memberikan
kehilangan kemampuan
mobilisasi tempat tidur kenyamanan
bergeraknya secara total,
secara mandiri tetap bersih, pada klien
tetapi juga mengalami
dengan kriteria kering, dan untuk tirah
penurunan aktivitas.
hasil: rapi baring yang
Batasan karakteristik : NOC label : cukup lama
1. Postur tubuh tidak Mobility
stabilselama 3. Pasang side 3. Mengurangi
Kemampuan
melakukan aktifitas rail (pembatas resiko jatuh
klien
rutin tempat tidur) pada klien
mencapai
32
2. Keterbatasan keseimbangan.
kemampuan Kemampuan 4. Ubah posisi 4. Mencegah
melakukan klien klien dekubitus
keterampilan motorik menggerakan setidaknya
kasar otot. setiap 2 jam
3. Keterbatasan Kemampuan 5. Observasi 5. Mendeteksi
kemampuan klien kondisi kulit ada tanda-
melakukan menggerakan tanda infeksi
ketererampilan sendi. 6. Bantu 6. Membantu
motorik halus Kemampuan pemenuhan klien dalam
4. Tidak ada koordinasi klien ADL beraktivitas
gerak atau gerakan berpindah.
tak ritmis Label NIC :
5. Keterbatasan ROM Exercise Therapy
6. Sulit berbalik : Joint Mobility
7. Perubahan gaya 7. Lakukan 7. Mengetahui
berjalan (missal pengkajian keterbatasan
menjadi pelan, sulit mengenai sendi klien
memulai langkah, keterbatasan
kaki diseret, goyah pergerakan
pada posisi lateral) sendi dan
8. Penurunan waktu fungsi sendi
reaksi klien.
9. Gerakan menjadi 8. Anjurkan klien 8. Membantu
napas pendek untuk pemulihan
10. Usaha yang kuat melakukan sendi klien
untuk perubahan latihan Range
gerak (peningkatan of Motion
perhatatian dalam (ROM) secara
aktivitas lain, aktif maupun
mengontrol perilaku, pasif sesuai
focus dalam tidak indikasi secara
mampu beraktivitas) reguler.
11. Gerak lambat 9. Lindungi klien 9. Mencegah
12. Gerakan dari trauma terjadinya
33
menyebabkan tremor selama komplikasi
Faktor – Faktor yang melakukan lebih lanjut
Berhubungan latihan.
1. Pengobatan
2. Terapi pembatasan 10. Kembangkan/ 10. Dapat
gerak berikan memeberikan
3. Kurang pengetahuan reinforcement motivasi
mengenai manfaat positif selama kepada klien
pergerakan fisik latihan. untuk
4. IMT diatas 75 % berlatih dan
sesuai dengan usia cepat pulih
5. Kerusakan sensori Kolaboratif
34
kontraktur
18. Keterbatasan daya
tahan kardiovaskuler
19. Berhubungan dengan
metabolisme seluler
20. Keterbatasan
dukungan lingkungan
fisik atau social
21. Kepercayaaan
terhadap budaya
berhubungan dengan
aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan
umur
4. Evaluasi
35
BAB III
Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang studi keadaan secara
Kota Kendari.
Studi kasus ini mengambil subyek satu partisipan yaitu partisipan yang
Kriteria Inklusi :
Tenggara.
36
2. Kriteria ekslusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
2015). Kriteria ekslusi : Pasien yang mengalami cacat fisik yang dapat
C. Fokus Studi
mobilitas fisik.
Melati Kamar C.4 pada klien Tn. L dengan hasil, Data Subjektif : Klien
mengatakan sakit pada kaki kirinya dan susah untuk beraktivitas sehari-
beraktivitas karena sakit pada kaki kiri akibat diabetes melitus dengan
37
tahanan, namun kurang dari normal), klien nampak terbaring di tempat
tidur, nampak ada luka gangren diabetik pada kaki sebelah kiri,
karakteristik luka : luka tampak merah muda pada bagian tengah, area
sekitar luka nampak pucat, pus (+) sekitar luka, panjang luka ± 15 cm,
lebar luka ± 10 cm, kedalaman ± 1 cm, luka berbau amis. Glukosa darah
bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas. Suatu kondisi dimana
individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara total, tetapi juga
5. Terapi latihan mobilitas sendi yaitu penggunaan gerakan tubuh baik aktif
Pada penelitian ini, latihan ROM dilakukan 2 kali dalam sehari dan waktu
7-10 menit setiap latihan. Saat melakukan gerakan ROM kita tidak boleh
memaksa jika pada persendian yang tidak bisa di gerakkan, jadi gerakan
yang diberikan harus sesuai dengan kondisi pasien. Dengan kriteria hasil :
38
Tabel 3.1
SKALA TARGET OUTCOME (PERGERAKAN SENDI)
Umum Daerah Kota Kendari pada hari Jum’at, tanggal 6 Juli 2018.
Sumber data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer
dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian
39
penelitian ini diperoleh dari status pasien dan rekam medik di RSUD Kota
Kendari.
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek
a. Wawancara
b. Observasi
1) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
40
b) Palpasi
dan konsistensi.
c) Perkusi
d) Auskultasi
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil penelitian lain untuk
kepentingan penelitian.
41
G. Analisis Data dan Penyajian Data
hasil awal dan akhir dengan teori dan penelitian terdahulu. (Nursalam, 2015)
H. Etika Penelitian
izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Kota Kendari.
responden.
42
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
4. Beneficience
ketidaknyamanan fisik .
5. Full disclosure
keputusan secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan
selengkap-lengkapnya.
43
BAB IV
1. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 6 Juli 2018 pukul 13:20 WITA dengan No. Rekam
Medis 16-36-23, klien masuk RSUD Kota Kendari tanggal 4 Juli 2018, dari
pendidikan terakhir klien SMP. Klien bertempat tinggal di Jl. KH. Agus
tanggal 04 Juli 2018 dirawat di ruang Melati kamar C.4. Keluhan utama
yaitu klien mengatakan nyeri pada area luka diabetik kaki sebelah kiri, yang
faktor pencetus nyeri akibat kadar gula klien yang tinggi. Keluhan lain
yaitu klien mengatakan merasa lemas, letih, pusing, klien mengatakan tidak
44
Upaya yang telah dilakukan keluarga sebelum dirawat di rumah
sakit yaitu mengompres dengan air hangat pada luka klien, dan memberikan
obat antibiotik (ampicillin), namun upaya yang telah dilakukan ini tidak
pernah dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit yang sama yaitu Diabetes
Genogram :
77
Keterangan :
= Laki - Laki
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Garis Perkawian
= Garis Keturunan
= Tinggal Serumah
= Klien
45
Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa tidak ada
oleh klien.
: 140/80 mmHg, Nadi (N) : 82 x/menit, Suhu (S) : 36°C, Pernafasan (P): 22
x/menit, Berat Badan (BB) saat ini 57 kg dan Tinggi Badan (TB) 163 cm.
bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada deviasi septum hidung, hasil
auskultasi suara nafas bronkil dan tidak ditemukan suara nafas tambahan.
palpasi tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, peneliti melakukan
auskultasi suara jantung normal, akral teraba dingin, CRT > 3 detik.
lemah, sclera ikterus, pupil isokor kanan kiri, konjungtiva anemis, kelopak
mata membuka dan menutup, keadaan telinga simetris, leher dan bahu:
normal, rasa pahit normal. Penglihatan kanan dan kiri agak rabun, perabaan
46
Pengkajian sistem pencernaan B5 (bowel) hasil inspeksi pada mulut
tidak ditemukan adanya tanda-tanda radang, tidak ada halositosis, tidak ada
stomatitis, dan tidak terdapat nyeri tekan pada tenggorokan, rektum normal,
klien tampak terbatas, skala kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu
bagian atas tidak ada masalah, sedangkan pada ekstermitas bawah terdapat
nyeri otot, adanya udema pada daerah betis kaki, akral teraba dingin, turgor
kulit baik, kulit dan badan klien tampak bersih, kepala dan rambut juga
tampak bersih, dan tampak luka gangren pada daerah kaki sebelah kiri
dengan karakteristik luka tampak merah muda pada bagian tengah, sekitar
luka nampak pucat, pus (+), panjang luka ± 15 cm, lebar luka ± 10 cm
sebelum sakit dengan porsi makan 2-3 x/hari dengan porsi dihabiskan, jenis
pantangan makanan yang tinggi serat atau yang manis-manis, klien tidak
porsi makan klien 1-2 kali/hari, dengan porsi makan tidak di habiskan, jenis
menu makan bubur, dan sayur, klien tidak diperbolehkan makan makanan
47
Untuk pola minum klien sebelum sakit frekuensi klien minum 6-8
gelas/hari dihabiskan, jenis minuman klien air putih dan teh, minuman yang
disukai air putih, minuman yang tidak disukai yaitu minuman beralkohol.
Sedangkan pola minum saat sakit frekuensi minum klien 3-5 gelas/hari
berwarna kekuningan dengan bau amoniak, dan tidak ada kesulitan dalam
berkemih.
dalam BAB.
Pola istirahat dan aktivitas klien sebelum sakit untuk tidur siang dan
tidur malam baik, sedangkan saat sakit, tidur siang dan tidur malam
Tabel 4.1
Pola Aktivitas dan Latihan
SMRS MRS
AKTIVITAS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian / berdandan
48
Eliminasi / toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Keterangan :
Skor 0 = Mandiri
1 = Alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung / tidak mampu
Pada interaksi sosial, klien sering dijaga oleh anaknya, selama sakit
klien juga sering dibesuk oleh kerabat dan tetangga. Beberapa kali klien
berharap agar cepat sembuh dari penyakitnya, dan selama dirawat kegiatan
gr/IV/8 jam.
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Kimia Darah
Hasil
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Glukosa Sewaktu 313 < 200 mg/dl
49
2. Diagnosa Keperawatan
a. Klasifikasi Data
No Data Masalah
1. DS :
- Klien mengatakan sering
mengeluh sakit pada kaki
kirinya.
- Klien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-
hari.
- Klien mengatakan merasa
lemah dan letih setelah
beraktivitas.
- Klien mengatakan kram pada
Hambatan Mobilitas
pergelangan kaki.
Fisik
DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih setelah
beraktivitas
- Klien nampak tidak nyaman
setelah beraktivitas
- Aktivitas klien nampak dibantu
oleh keluarga
- Pergerakan klien terbatas
- Pergerakan sendi kurang
50
- Kekuatan otot :
5 5
3 2
- Klien nampak terbaring di
tempat tidur
- Tampak ada luka gangren
diabetik pada kaki sebelah kiri
- Karakteristik luka :
Luka tampak merah muda
pucat
Panjang luka ± 15 cm
Lebar luka ± 10 cm
Kedalaman ± 1 cm
51
b. Analisa Data
setelah beraktivitas.
Gangren diabetik
- Klien mengatakan
kram pada pergelangan
Hambatan mobilitas
kaki. fisik
DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih
setelah beraktivitas
- Klien nampak tidak
nyaman setelah
beraktivitas
- Aktivitas klien nampak
dibantu oleh keluarga
- Pergerakan klien
terbatas
52
- Pergerakan sendi
kurang
- Kekuatan otot :
5 5
3 2
- Klien nampak
terbaring di tempat
tidur
- Tampak ada luka
gangren diabetik pada
kaki sebelah kiri
- Karakteristik luka :
Luka tampak merah
tengah
nampak pucat
Panjang luka ± 15 cm
Lebar luka ± 10 cm
Kedalaman ± 1 cm
53
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
(NOC)
1. Hambatan Setelah dilakukan 1. Tentukan 12. Mengetahui
mobilitas asuhan batasan keterbatasan sendi
54
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal
No Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
55
kiri (5) kurang
- Pergelangan tangan - Klien nampak
kanan dan kiri (5) terbaring di
- Siku kanan dan kiri
tempat tidur
(5)
- Tampak ada luka
- Bahu kanan dan
gangren pada
kiri (5)
kaki kiri klien
- GDS : 313 mg/dl
3. Melakukan ROM
pasif atau ROM - TTV :
(5 = tidak ada
deviasi dari kisaran P : Intervensi
normal). dilanjutkan.
- Pergelangan tangan
dan kiri (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Bahu (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kanan (3 = deviasi
sedang dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
56
kiri (2 = deviasi
yang cukup besar
dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (3 =
deviasi sedang dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (2 =
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal).
- Panggul kanan dan
kiri (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).
4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
14:20 Hasil :
Keluarga / anak klien
belum mengerti cara
melakukan ROM
pasif dan aktif.
57
menggerakkan kaki beraktivitas.
kirinya karena luka
gangren. O:
- KU. Lemah
2. Mendukung latihan - Klien nampak
ROM aktif, sesuai letih setelah
jadwal yang teratur beraktivitas
dan terencana
- Klien nampak
09:20 Hasil :
tidak nyaman
- Rahang (5)
setelah
- Punggung (5)
beraktivitas
- Jari kanan dan kiri
- Aktivitas klien
(5)
- Jempol kanan dan nampak dibantu
kiri (5) oleh keluarga
- Pergelangan tangan - Pergerakan klien
kanan dan kiri (5) terbatas
- Siku kanan dan kiri - Pergerakan sendi
(5) kurang
- Bahu kanan dan - Klien nampak
kiri (5)
terbaring di
tempat tidur
3. Melakukan ROM
- Tampak ada luka
pasif atau ROM
gangren pada
dengan bantuan,
sesuai indikasi kaki kiri klien
09:30 Hasil : - GDS : 317 mg/dl
58
dan kiri (5 = tidak P : Intervensi
ada deviasi dari dilanjutkan.
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Bahu (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kanan (3 = deviasi
sedang dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kiri (2 = deviasi
yang cukup besar
dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (3 =
deviasi sedang dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (2 =
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal).
- Panggul kanan dan
kiri (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).
4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
59
10:00 Hasil :
Keluarga / anak klien
mampu mengerti
cara melakukan
ROM pasif dan aktif,
seperti leher, jari
tangan, pergelangan
tangan, siku,
pergelangan kaki,
dan lutut.
60
- Jempol kanan dan kaki kiri klien
kiri (5) - GDS : 278 mg/dl
- Pergelangan tangan - TTV :
kanan dan kiri (5) TD : 140/90 mmHg
- Siku kanan dan kiri S : 36OC
(5) N : 70 x/menit
- Bahu kanan dan P : 18 x/menit
kiri (5)
- Pergelangan kaki
kanan (4) A : Masalah belum
- Lutut kanan (4) teratasi.
61
kanan (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kiri (2 = deviasi
yang cukup besar
dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (4 =
deviasi ringan dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (2 =
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal).
- Panggul kanan dan
kiri (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).
4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
11:30 Hasil :
Keluarga / anak klien
mampu mengerti
cara melakukan
ROM pasif dan aktif,
seperti leher, jari
tangan, jempol,
pergelangan tangan,
siku, pergelangan
62
kaki, dan lutut.
2. Mendukung latihan
O:
ROM aktif, sesuai
- KU. Baik
jadwal yang teratur
- Klien nampak
dan terencana
rileks
08:15 Hasil :
- Nampak
- Rahang (5)
aktivitas klien
- Leher (5)
meningkat
- Punggung (5)
- Pergerakan sendi
- Jari kanan dan kiri
(5) nampak
- Jempol kanan dan meningkat
kiri (5) - Tampak ada luka
- Pergelangan tangan gangren pada
kanan dan kiri (5) kaki kiri klien
- Siku kanan dan kiri - TTV :
(5) TD : 160/90 mmHg
- Bahu kanan dan S : 36,2OC
kiri (5) N : 88 x/menit
- Pergelangan kaki P : 20 x/menit
kanan (4)
- Lutut kanan (4) A : Masalah teratasi.
- Panggul kanan dan
kiri (4) P : Intervensi
63
3. Melakukan ROM dihentikan (pasien
pasif atau ROM pulang).
dengan bantuan,
sesuai indikasi
08:30 Hasil :
- Leher (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Jari kanan dan kiri
(5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan tangan
dan kiri (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Bahu (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kanan (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Pergelangan kaki
kiri (3 = deviasi
sedang dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (4 =
deviasi ringan dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (3 =
deviasi sedang dari
64
kisaran normal).
- Panggul kanan dan
kiri (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
09:00 Hasil :
Keluarga / anak klien
mampu mengerti
cara melakukan
ROM pasif dan aktif,
seperti rahang, leher,
jari tangan, jempol,
pergelangan tangan,
siku, pergelangan
kaki, lutut, dan
panggul.
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi
kasus yang penulis lakukan dari tanggal 6-9 Juli 2018, maka pada bagian ini
penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau
Tn. L, berumur 77 tahun dengan diabetes melitus dengan luka gangren dalam
65
pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang melati kamar C.4 Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses
klien baik data subjektif maupun objektif. Tekhnik pengumpulan data yang
mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien cukup kooperatif dan
teori pada tahap pengkajian pasien diabetes mellitus pada luka gangren,
keluhan utama ialah adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka. lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh, turgor kulit menurun, adanya luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus
dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih, Penyebaran lemak,
66
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
yang ada pada teori tetapi tidak ada pada studi kasus, begitupun pada data
yang ada pada studi kasus tetapi tidak ada dalam teori adalah adanya rasa
kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun, obesitas, refleks
lambat, kacau, diaforesis, gelisah. Sedangkan, semua data yang ada pada kasus
terdapat pada teori. Adanya kesenjangan ini disebabkan karena setiap manusia
dalam memberikan respon baik bio, psiko, social dan spiritual terhadap
berbeda pula serta kemungkinan data-data yang ada dalam kasus masih
merupakan gejala awal dari penyakit sehingga data-data yang ada pada teori
tanggung gugat perawat. Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus
yang dilakukan pada Tn. L diagnosa yang diangkat penulis yaitu hambatan
mobilitas fisik.
pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas. Suatu kondisi
67
oleh penulis karena pada saat pengkajian ditemukan data klien mengatakan
sakit pada kaki kirinya dan susah untuk beraktivitas sehari-hari serta
hasil : klien susah beraktivitas karena sakit pada kaki kiri akibat diabetes
melitus dengan luka ganggren, keadaan umum lemah, klien nampak letih
sendi kurang Kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu menahan tahanan
penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3 (mampu tahanan penuh)
kurang dari normal), klien nampak terbaring di tempat tidur, nampak ada luka
gangren diabetik pada kaki sebelah kiri, karakteristik luka : luka tampak merah
muda pada bagian tengah, area sekitar luka nampak pucat, pus (+) sekitar luka,
panjang luka ± 15 cm, lebar luka ± 10 cm, kedalaman ± 1 cm, luka berbau
amis. Glukosa darah sewaktu adalah 313 mg/dl, Tanda – Tanda Vital : TD :
saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil analisa data serta tidak adanya
makhluk unik, dalam hal ini respon individu terhadap stress atau penyakit
dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari
intervensi keperawatan yaang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &
68
Perry, 2005). Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana
tindakan yang tepat. Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah
didapatkan untuk diterapkan secara aktual pada pasien Tn. L dengan Diabetes
fungsi sendi, dukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan
terencana, lakukan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai indikasi, dan
teori (NIC) yaitu : menentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap
fungsi sendi [Hasil : Klien mampu melakuakan pergerakkan sendi dengan mandiri],
mendukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan terencana
[Hasil : Rahang (5), Leher (5), Punggung (5), Jari kanan dan kiri (5), Jempol kanan
dan kiri (5), Pergelangan tangan kanan dan kiri (5), Siku kanan dan kiri (5), Bahu
69
kanan dan kiri (5), Pergelangan kaki kanan (4), Lutut kanan (4), dan Panggul kanan
dan kiri (4)], melakukan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai indikasi
[Hasil : Leher (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal), Jari kanan dan kiri (5 =
tidak ada deviasi dari kisaran normal), Pergelangan tangan dan kiri (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran normal), Siku (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal), Bahu (5
= tidak ada deviasi dari kisaran normal), Pergelangan kaki kanan (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran normal), Pergelangan kaki kiri (3 = deviasi sedang dari kisaran
normal), Lutut kanan (4 = deviasi ringan dari kisaran normal), Lutut kiri (3 = deviasi
sedang dari kisaran normal), dan Panggul kanan dan kiri (5 = tidak ada deviasi dari
ROM pasif, ROM dengan bantuan atau ROM aktif [Hasil : Keluarga / anak
klien mampu mengerti cara melakukan ROM pasif dan aktif, seperti rahang, leher,
jari tangan, jempol, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, lutut, dan panggul].
gula darah dalam tubuh dan meningkatkan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
hambatan mobilitas fisik dan dievaluasi pada hari senin tanggal 9 Juli 2018
dengan hasil masalah hambatan mobilitas fisik teratasi dimana pada data
70
subyektif pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya berkurang serta aktivitas
mampu dilakukan dengan sendiri dan data obyektif keadaan umum pasien
baik, ekspresi wajah pasien nampak rileks, nampak aktivitas klien meningkat,
71
BAB V
A. Kesimpulan
keperawatan di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari dari
tanggal 6 – 9 Juli 2018 dengan mengacu pada tujuan yang dicapai, maka
spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga
untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu
menganalisa data pada klien dengan diabetes mellitus pada luka gangren
dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori
72
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan
pada pasien diabetes melitus dengan luka ganggren berdasarkan ilmu dan
selama 4 hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 09 Juli 2018
B. Saran
73
klien dengan kasus diabetes melitus, dan mengkonsumsi obat secara teratur
kultural kepada klien. Petugas kesehatan baik itu perawat agar selalu
status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya kerja sama yang baik
klien.
3. Bagi Peneliti
melitus.
74
DAFTAR PUSTAKA
Husaini & Fajriah. N.N., dkk. (2013). Kejadian Ulkus Diabetik Pada Pasien
Diabetes Melitus Yang Merokok. Jurnal Ilmiah Kesehatan 5 (2).
Diperoleh tanggal 4 April 2018,
https://media.neliti.com/media/publications/96546-ID-kejadian-ulkus-
diabetik-pada-pasien-diab.pdf
https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/download/4781/3893
Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Jakarta : Kemenkes RI
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda
s%202013.pdf
RSUD Kota Kendari. (2018). Profil RSUD Kota Kendari. Kendari : Staf Rekam
Medik RSUD Kota Kendari
Setiati, S. dkk. (2015). Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. Jakarta : EGC
75
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Di akses tanggal 26 Maret
2018,
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-tomydadiya-
234-1-tomydad-0.pdf
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2017/en/
Widyawati & Lukita, Y.I. (2016). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Aktif Kaki
Terhadap Risiko Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. Jamber : Universitas Jamber. Di akses tanggal 26 Maret
2018,
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/76381/Yulfa%20
Intan%20Lukita%20-%20122310101034%20-1.pdf?sequence=1
76
Lampiran 1.
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Diagnosa Media :
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur / Tanggal Lahir :
4. Status Perkawinan :
5. Agama :
6. Suku Bangsa :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. Pendapatan :
10. Alamat :
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Hubungan dengan klien :
5. Alamat :
77
3. Lokasi dan penyebarannya :
4. Skala keluhan :
5. Mulai dan lamanya keluhan :
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – Tanda Vital
1. Tekanan darah :
2. Pernafasan :
3. Nadi :
4. Suhu badan :
B. Kepala
1. Bentuk kepala :
2. Keadaan rambut :
3. Keadaan kulit kepala :
4. Nyeri kepala / pusing :
5. Komentar :
78
C. Penglihatan / Mata
1. Ketajaman penglihatan / visus :
2. Peradangan :
3. Sclera :
4. Pupil :
5. Gerak bola mata :
6. Kongjungtiva :
7. Lapang pandang :
8. Refleks kornea :
9. Rasa nyeri :
10. Pemakaian alat bantu :
11. Komentar :
D. Pendengaran / Telinga
1. Struktur :
2. Nyeri :
3. Cairan :
4. Tanda peradangan :
5. Fungsi pendengaran :
E. Hidung / Penciuman
1. Struktur :
2. Polip :
3. Sinus :
4. Perdarahan :
5. Peradangan :
6. Fungsi penciuman :
7. Komentar :
F. Mulut
1. Keadaan gigi :
2. Problem menelan :
3. Bicara :
4. Rongga mulut :
5. Fungsi mengunyah :
79
6. Fugsi pengecap :
7. Komentar :
G. Leher
1. Vena jugularis :
2. Arteri karotis :
3. Pembesaran tyroid :
4. Pembesaran limfe :
5. Komentar :
H. Pernafasan
1. Bentuk dada :
2. Pergerakan / pengembangan thoraks :
3. Batuk :
4. Sputum :
5. Vocal fremitus :
6. Resonansi :
7. Bunyi nafas :
8. Bunyi nafas tambahan :
9. Komentar :
I. Jantung
1. Ukuran jantung :
2. Denyut jantung :
3. Nyeri dada :
4. Palpitasi :
5. Bunyi jantung :
6. Komentar :
J. Abdomen
1. Warna kulit :
2. Bayangan peristaltik :
3. Keadaan permukaan abdomen :
4. Gerak abdomen :
5. Pembesaran abdomen :
6. Keadaan perkusi abdomen :
80
7. Nyeri tekan :
8. Peristaltik :
9. Komentar :
K. Perkemihan
1. Edema kelopak mata :
2. Nyeri pinggang / punggung :
3. Keadaan kandung kemih :
4. Bau mulut amoniak :
5. Komentar :
L. Reproduksi
1. Siklus menstruasi :
2. Keadaan organ kelamin luar :
3. Pembesaran prostat :
4. Kehamilan :
5. Perdarahan :
6. Komentar :
M. Status neurologis
1. Tingkat keasadaran :
2. Koordinasi :
3. Memori :
4. Orientasi :
5. Kelumpuhan :
6. Gangguan sensasi :
7. Kejang-kejang :
N. Muskeloskeletal
1. Kekuatan otot :
2. Tonus otot :
3. Kekakuan sendi :
4. Trauma :
5. Nyeri :
6. Pola aktivitas :
7. Komentar :
81
O. Kulit
1. Tekstur / integritas :
2. Turgor :
3. Warna :
4. Kelembapan :
5. Lesi :
6. Komentar :
P. Kelamin
1. Penonjolan :
2. Pembesaran kelenjar tyroid :
3. Aktivitas :
4. Perubahan suara :
5. Tremor :
6. Pigmentasi kulit :
7. Komentar :
82
C. Eliminasi BAK dan BAB
1. Buang Air Kecil (BAK)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi berkemih sehari :
c. Warna :
d. Kesulitan berkemih :
e. Perubahan setelah sakit :
2. Buang Air Besar (BAB)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi BAB setiap hari :
c. Warna :
d. Perubahan selama sakit :
D. Istirahat dan Tidur
1. Tidur malam jam :
2. Tidur siang jam :
3. Apakah mudah terbangun :
4. Apa yang menolong untuk tidur nyenyak :
5. Perubahan selama sakit :
83
VIII. KEADAAN SPIRITUAL
A. Keadaan mejalankan ibadah :
B. Status rumah :
C. Kebersihan rumah :
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium :
B. Studi diagnostic :
Kendari, ......................................
84
ANALISA DATA
No. Symptom Etiologi Problem
1.
2.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan
Diagnosa Intervensi Rasional
No Kriteria Hasil
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1.
2.
1.
2.
85
Lampiran 2.
1. Pengertian :
Range of Motion (ROM) adalah segenap gerakan yang dalam keadaan
normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan
2. Tujuan :
1. Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi.
3. Untuk merangsang sirkulasi darah.
4. Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas).
5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
3. Persiapan Pasien :
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan mengidentifikasi pasien
dengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan menjawab
seluruh pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, memberi privasi
pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman.
4. Persiapan Alat :
1. Handuk kecil
2. Lotion/ baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu (misal: minyak telon)
5. Cara Bekerja :
1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Periksa alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
5. Posisikan pasien senyaman mungkin
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
A. Fleksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, kemudian
tangan kanan memegang tangan pasien.
2. Angkat tangan ke atas dari sisi tubuh.
3. Gerakan tangan perlahan-lahan, lemah lembut ke arah kepala sejauh
mungkin.
4. Letakkan tangan di bawah kepala dan tahan untuk mencegah
86
dorongan fleksi, tekuk tangan dan siku.
5. Angkat kembali lengan ke atas kembali ke posisi semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
B. Abduksi dan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, tangan kanan
memegang tangan pasien.
2. Pertahankan posisi tersebut, kemudian gerakkan lengan sejauh
mungkin dari tubuh dalam keadaan lurus.
3. Tekuk dan gerakkan lengan segera perlahan ke atas kepala sejauh
mungkin.
4. Kembalikan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
C. Rotasi Interna dan Eksterna Bahu
1. Tempatkan lengan pasien pada titik jauh dari tubuh, bengkokkan
siku. Pegang lengan atas, tempatkan pada bantal.
2. Angkat lengan dan tangan.
3. Gerakkan lengan ke bawah dan tangan secara perlahanl-lahan ke
belakang sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
D. Penyilangan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di bawah siku dan tangan lain
memegang tangan pasien.
2. Angkat lengan pasien.
3. Posisi lengan setinggi bahu, gerakkan tangan menyilang kepala
sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
E. Supinasi dan Pronasi Lengan
1. Permulaan posisi: pegang tangan pasien dengan kedua tangan,
posisi telunjuk pada telapak tangan, kedua ibu jari di punggung
tangan.
2. Tekuk telapak tangan pasien menghadap wajah pasien.
3. Kemudian tekukkan telapak tangan bagian punggung ke muka
pasien.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
F. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari
1. Pegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan pasien dan
tangan pasien bergengaman dengan tangan perawat.
2. Tekuk punggung tangan ke belakang sambil mempertahankan
posisi jari lurus.
3. Luruskan tangan.
87
4. Tekuk tangan ke depan sambil jari-jari menutup membuat
genggaman, kemudian buka tangan.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
G. Fleksi dan Ekstensi Ibu Jari
1. Pegang tangan pasien, tekuk ibu jari ke dalam telapak tangan
pasien.
2. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan
pasien. Ulangi lebih kurang 3 kali.
3. Gerakan ibu jari pasien memutar/sirkulasi pada satu lingkaran.
H. Fleksi dan Ekstensi Panggul dan Lutut
1. Tempatkan salah satu tangan perawat dibawah lutut pasien, tangan
lain di atas tumit dan menahan kaki pasien.
2. Angkat tungkai kaki dan tekukan pada lutut, gerakan tungkai
kebelakang sejauh mungkin.
3. Luruskan lutut di atas permukaan kaki, kembalikan pada posisi
semula.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
I. Rotasi Interna dan Eksterna Panggul
1. Tempat satu tangan perawat di bawah lutut pasien, tangan lain di
atas tumit kaki pasien.
2. Angkat tungkai dan tekuk membuat sudut yang besar di atas lutut.
3. Pegang lutut dan kaki pasien mendorong ke hadapan perawat.
4. Gerakkan kaki ke posisi semula.
5. Dorong kaki sejauh mungkin dari perawat, gerakkan ke posisi
semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
J. Abduksi dan Adduksi Panggul
1. Tempatkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien, letakkan
tangan lain di bawah tumit.
2. Pegang tungkai dalam keadaan lurus, kemudian angkat ke atas
setinggi 5 cm dari kasur.
3. Tarik kaki kearah luar, ke hadapan perawat.
4. Dorong tungkai ke belakang dan kembalikan ke posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
K. Dorso dan Plantar Fleksi Pergelangan Kaki
1. Pegang tumit pasien dengan tangan perawat, biarkan istirahat pada
tangan perawat.
2. Tekan lengan perawat pada telapak kaki, gerakkan menghadap
tungkai.
3. Pindahkan tangan perawat pada posisi semula.
4. Pindahkan tangan ke ujung kaki dan bagian bawah kaki, dorong
kaki ke bawah pada titik maksimal secara bersamaan, kemudian
88
dorong kembali ke atas pada tumit.
5. Ulangi latihan berikut lebih kurang 3 kali.
L. Eversi dan Inversi Kaki
1. Putar kaki satu persatu ke arah luar.
2. Kemudian kembali ke arah dalam.
3. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
M. Ekstensi dan Fleksi Jari-jari Kaki
1. Mulai dengan menarik ujung jari kaki ke atas.
2. Ujung-ujung jari kaki di dorong ke bawah.
3. Ulang latihan lebih kurang 3 kali.
7. Rapihkan pasien ke posisi semula
8. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
9. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan sarung tangan
10. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela
11. Kaji respon pasien (subyektif dan obyektif)
12. Beri reinforcement positif kepada pasien
13. Buat kontak pertemuan selanjutnya
14. Akhiri kegiatan dengan baik
15. Cuci tangan
6. Hasil :
Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,
respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pegang ekstermitas pada sendi-sendi seperti: elbow, wrist, knee.
Gerakkan sendi secara perlahan-lahan, selanjutnya teruskan. Jika tidak
nyaman/agak nyeri pada sendi, misalnya : adanya arthritis (dukung
ekstermitas pada daerah tersebut).
2. Gerakan setiap sendi melalui ROM lebih kurang 3 kali terus menerus
secara teratur dan perlahan-lahan. Hindarkan pergerakan yang
berlebihan dari persendian pada saat latihan ROM. Hindarkan pada
tekanan yang kuat pada saat pergerakan yang kuat.
3. Hentikan pergerakan bila ada nyeri.
4. Catat adanya ketidak nyamanan (nyeri, kelelahan),
kontraktur/kekakuan sendi, kekuatan otot dan adanya atrofi otot.
5. Apabila ada perasaan nyeri akibat kekejangan/spasme otot, gerakkan
sendi secara perlahan-lahan, jangan berlebihan. Gerakkan dengan
lemah lembut secara bertahap sampai terjadi relaksasi.
6. Aktifitas fungsional untuk menguji lengkap gerak sendi dapat
dilakukan pada pasien yang sudah dapat melakukan pergerakan sendiri
tanpa bantuan.
7. Pergerakkan diuji/diperiksa oleh terapis untuk menentukan adanya
pergerakan daerah sendi. Pergerakan sendi pasien sangat dipengaruhi
oleh kondisi fisik, faktor penyakit dan faktor genetik. Latihan
disesuaikan dengan keadaan klinis pasien.
8. Setiap sendi tubuh mempunyai suatu lingkup pergerakan yang normal.
89
9. Sendi-sendi akan kehilangan lingkup pergerakan sendi ynag normal.
Kekuan akan mengakibatkan suatu keadaan ketidakmampuan yang
menetap. Hal ini sering pada kondisi Neuromuskuler (Hemiplegia).
10. Latihan ROM direncanakan dengan individu, lingkup pergerakan
bervariasi sesuai dengan perbedaan tubuh dan kemampuan serta
golongan umur.
11. Latihan ROM dapat dilakukan kapan saja, dimana keadaan fisik tidak
aktif.
90
Lampiran 3.
Kepada :
Yth. Saudara Responden
di-
Tempat
NIM : P00320015014
EKO FEBRIANTO
91
Lampiran 4.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, tidak keberatan untuk menjadi
Tahun 2018”, dan saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak
Responden
92
Lampiran 5.
93
Lampiran 6.
94
Lampiran 7.
95
Lampiran 8.
96
Lampiran 9.
97
Lampiran 10.
98
Lampiran 11.
Gambar 1.1
Melakukan Intervensi ROM Pasif pada Tn. L
Gambar 1.2
Melakukan Pemeriksaan GDS pada Tn. L
99