Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

SECTIO CAESARIA (SC)

A. DEFINISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim (Mansjoer, 2010)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2011)

B. ETIOLOGI
Manuaba (2008) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
 Letak kepala tengadah : Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
 Presentasi muka : Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
 Presentasi dahi : Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
C. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a) Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b) Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (tranversal)
 Sayatan huruf T (T Insisian)
c) Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
d) Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-
kira 10cm

D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi. (Manuaba, 2008)

E. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu:
perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio
caesarea menurut Doenges (2010),antara lain :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira -kira 600-800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. P e n g a r u h a n e s t e s i d a p a t m e n i m b u l k a n m u a l d a n m u n t a h
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

F. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post
operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum
atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
3. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
 Luka kandung kemih
 Embolisme paru – paru
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

4. Urinalisis / kultur urine

5. Pemeriksaan elektrolit . ( Doengoes M. 2010 )


H. Penatalaksanaan Medis Post SC
Menuurut (Manuaba, 2008)
1. Pemberian cairan : Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet : Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.
3. Mobilisasi : Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi, Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Hari kedua post operasi, penderita
dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler). Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri
pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi : Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
 Antibiotik
 Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
 Obat-obatan lain
6. Perawatan luka : Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
7. Perawatan rutin : Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa
keperawatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
 Riwayat kesehatan sekarang: Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan
ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan.
 Riwayat kesehatan keluarga : Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.

b. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinnya
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
3. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi
dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
5. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran
sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
7. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
9. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body
image dan ideal diri
10. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan
2. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang yang salah
3. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kunuing
4. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar dari telinga.
5. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
6. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae
7. Abdomen
Tampak insisi post op SC, namun pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae
masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.
9. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun
d. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi SC
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
penyakit
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi

b) Intra Operasi SC
1. Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
2. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan

c) Post SC
1. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang bernar.
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, nyeri luka operasi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun

e. Intervensi Keperawatan
a. Preo Operasi Sc
Diagnosa Kep. NOC NIC
Kurang  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan  Kowledge : health Behavior pasien dan keluarga
berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Jelaskan patofisiologi dari
dengan tidak keperawatan selama …. pasien penyakit dan bagaimana hal
mengenal sumber menunjukkan pengetahuan tentang ini berhubungan dengan
informasi penyakit proses penyakit dengan kriteria anatomi dan fisiologi, dengan
hasil: cara yang tepat.
- Pasien dan keluarga  Gambarkan tanda dan gejala
menyatakan pemahaman yang biasa muncul pada
tentang penyakit, kondisi, penyakit, dengan cara yang
prognosis dan program tepat
pengobatan  Gambarkan proses penyakit,
- Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar  Identifikasi kemungkinan
- Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara yang
mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang  Sediakan informasi pada
dijelaskan pasien tentang kondisi,
perawat/timkesehatan dengan cara yang tepat
lainnya  Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

Diagnosa Kep. NOC NIC


Ansietas  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan  Koping kecemasan)
dengan kurangnya Setelah dilakukan asuhan selama  Gunakan pendekatan yang
informasi tentang ……………klien kecemasan menenangkan
prosedur teratasi dgn kriteria hasil:  Nyatakan dengan jelas
pembedahan, - Klien mampu mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
penyembuhan dan dan mengungkapkan gejala pasien
perawatan post cemas  Jelaskan semua prosedur dan
operasi - Mengidentifikasi, apa yang dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik untuk  Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan dan
- Vital sign dalam batas normal mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah,  Berikan informasi faktual
bahasa tubuh dan tingkat mengenai diagnosis, tindakan
aktivitas menunjukkan prognosis
berkurangnya kecemasan  Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
 Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas:........

b. Intra Operasi Sc

Diagnosa Kep. NOC NIC


Perubahan Perfusi  Circulation status Peripheral Sensation
Jaringan b.d Kriteria Hasil : Management
perdarahan Mendemonstrasikan status sirkulasi (Manajemen sensasi perifer)
yang ditandai dengan : - Periksa kulit dan
o Tekanan systole dan diastole membran mukosa untuk
dalam rentang yang diharapkan kemerahan, kehangatan
o Tidak ada ortostatik hipertensi ekstrim, edema atau
o Tidak ada tanda tanda peningkatan kering
tekanan intrakranial (tidak lebih - Pantau warna dan suhu
dari 15 mmHg)
kulit
- Monitor adanya daerah
Mendemonstrasikan, kemampuan
tertentu yang hanya peka
kognitif yang ditandai dengan :
o Berkomunikasi dengan jelas dan terhadap panas/
sesuai dengan kemampuan dingin/tajam/tumpul
o Menunjukkan perhatian, - Monitor adanya paretese
konsentrasi dan orientasi - lnstruksikan keluarga
o Memproses informasi untuk mengobservasi
o Membuat keputusan dengan benar kulit jika ada isi atau
laserasi
- Gunakan sarung tangan
untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
- Monitor adanya
tromboplebitis
·
Diagnosa Kep. NOC NIC
Devisit Volume
Cairan b.d perdarahan · Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
Fluid balance · Monitor status hidrasi (
Hydration kelembaban membran
Nutritional Status : Food and mukosa, nadi adekuat, tekanan
Fluid Intake darah ortostatik ), jika
Setelah dilakukan tindakan diperlukan
keperawatan selama….. defisit · Monitor hasil lab yang sesuai
volume cairan teratasi dengan dengan retensi cairan (BUN ,
kriteria hasil: Hmt , osmolalitas urin,
- Mempertahankan urine albumin, total protein )
output sesuai dengan usia · Monitor vital sign setiap
dan BB, BJ urine normal, 15menit – 1 jam
- Tekanan darah, nadi, suhu · Kolaborasi pemberian cairan
tubuh dalam batas normal IV
- Tidak ada tanda tanda · Monitor status nutrisi
dehidrasi, Elastisitas turgor · Berikan cairan oral
kulit baik, membran mukosa · Berikan penggantian
lembab, tidak ada rasa haus nasogatrik sesuai output (50 –
yang berlebihan 100cc/jam)
- Orientasi terhadap waktu · Dorong keluarga untuk
dan tempat baik membantu pasien makan
- Jumlah dan irama · Kolaborasi dokter jika tanda
pernapasan dalam batas cairan berlebih muncul
normal meburuk
- Elektrolit, Hb, Hmt dalam · Atur kemungkinan tranfusi
batas normal · Persiapan untuk tranfusi
- pH urin dalam batas normal · Pasang kateter jika perlu
- Intake oral dan intravena · Monitor intake dan urin
adekuat output setiap 8 jam

c. Post Operasi Sc

Diagnosa Kep. NOC NIC


Nyeri akut - Pain Level  Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan - pain control, komprehensif termasuk lokasi,
dengan injury - comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik jalan lahir. Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. Pasien  Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukan
(tahu penyebab nyeri, dukungan
mampu menggunakan  Kontrol lingkungan yang dapat
tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk mengurangi nyeri, ruangan, pencahayaan dan
mencari bantuan) kebisingan
 Melaporkan bahwa nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang dengan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menggunakan manajemen menentukan intervensi
nyeri  Ajarkan tentang teknik non
 Mampu mengenali nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
(skala, intensitas, frekuensi distraksi, kompres hangat/ dingin
dan tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk
 Menyatakan rasa nyaman mengurangi nyeri
setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
 Tanda vital dalam rentang  Berikan informasi tentang nyeri
normal seperti penyebab nyeri, berapa
 - Tidak mengalami lama nyeri akan berkurang dan
gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kal

Diagnosa Kep. NOC NIC


Risiko tinggi infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan § Immune Status - Pertahankan teknik
trauma jaringan / luka § Knowledge : Infection control aseptif
kering bekas operasi § Risk control - Batasi pengunjung bila
Setelah dilakukan tindakan perlu
keperawatan selama…… pasien - Cuci tangan setiap
tidak mengalami infeksi dengan sebelum dan sesudah
kriteria hasil: tindakan keperawatan
§ Klien bebas dari tanda dan - Gunakan baju, sarung
gejala infeksi tangan sebagai alat
§ Menunjukkan kemampuan pelindung
untuk mencegah timbulnya - Ganti letak IV perifer
infeksi dan dressing sesuai dengan
§ Jumlah leukosit dalam batas petunjuk umum
normal - Gunakan kateter
§ Menunjukkan perilaku hidup intermiten untuk
sehat menurunkan infeksi
§ Status imun, gastrointestinal, kandung kencing
genitourinaria dalam batas - Tingkatkan intake nutrisi
normal - Berikan terapi
antibiotik:............................
.....
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
- Monitor adanya luka
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Mansjoer Arief. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga. Berencana (Edisi 2).
Jakarta : EGC.

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri . Jakarta : EGC.

Sarwono Prawirohardjo. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina. Pustaka.

Wilkinson, J.M & Ahern, R.N.. (2014). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 9. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai