Anda di halaman 1dari 15

KEPEMIMPINAN - PANCASILA

Agustus 28, 2016

Kepemimpinan Yang Berkarakter


Pancasila

1. Pengertian Kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau


memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
Adapun pengertian kepemimpinan pancasila
menurut para ahli :
1. Ary Murty
Kepemimpinan Pancasila adalah kepamimpinan yang berasas,
berjiwa, dan beramal pancasila. Sebagai keterpaduan antara
penguasaan nilai-nilai luhur yang berakar pada budaya
Nusantara dengan penguasaan nilai-nilai kemajuan universal.
Adapun nilai-nilai budaya Nusantara meliputi keterjalinan hidup
manusia dengan tuhannya, keserasian hidup antara sesama
manusia serta lingkungan alam, kerukunan dan
mempertemukan cita-cita hidup di dunia dan akhirat. Nilai-nilai
kemajuan universal meliputi pendayagunaan Sains dan
Teknologi secara efektif dan efisien dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan ketangguhan bangsa disegala
aspek kehidupan.
2. Wahjosumidjo
Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan
modern yang selalu menyumberkan diri pada nilai-nilai dan
norma-norma pancasila.

Kepemimpinan Pancasila adalah suatu perpaduan dari


kepemimpinan yang bersifat universal dengan kepemimpinan
indonesia, sehingga dalam kapemimpinan pancasila
menonjolkan dua unsur, yaitu “Rasionalitas” dan “semangat
kekeluargaan”.
Kepemi mpi nan Pancasila dapat diartikan sebagai
kepemimpinan yang dijiwai Pancasila, disemangati azas
kekeluargaan, memancarkan wibawa serta menumbuhkan daya
mampu untuk membawa serta masyarakat, berbangsa dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kepemimpinan yang diharapkan adalah kepemimpinan
moderen, kepemimpinan Pancasila perlu memiliki ciri-ciri
tentang sifat kepemimpinan modern.
Di antara sifat-sifat kepemimpinan modern adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi jauh ke depan;
Dalam menentukan kebijaksanaan dan memecahkan
persoalan, masa yang akan akan datang selalu diperhitungkan.
Karena kita bukan hidup untuk masa lampau, tetapi hidup
untuk menyongsong masa yang akan datang.
b. Berlandaskan pola pikir ilmiah;
Dalam mengambil keputusan mengikuti penentuan
masalah/ problem, penentuan data/i nformas i yang
diperl uk an, pengumpulan data dan informasi, analisis
data, penarikan simpulan. Dengan demikian,
dihindari pengambilan keputusan yang didasarkan pada emosi atau
intuisi semata-mata ataupun situasi senang dan tidak senang.
c. Berpegang pada prinsip efesien dan efektif;
Menentukan cara yang perlu diambil dalam
menyelesaikan s u a t u kegiatan dengan waktu yang
sesingkat-singkatnya, biaya, sarana dan tenaga yang
minimal tetapi tercapai hasil yang maksimal. Cara ini perlu
dipadukan dengan nilai atau azas Pancasila sehingga
tercapai keselarasan, keserasian dan keseimbangan.

2. Nilai-Nilai Yang Dijadikan Sumber Pedoman Bagi


Pemimpin
Nilai Moral Pancasila Sebagai Sumber Kepemimpinan :
 Sila I : Iman dan taqwa - Saling menghormati - Kebebasan
ibadah
 Sila II : Hak-hak dan kewajiban Azasi - Toleransi dan
kemanusiaan – Kerjasama
 Sila III : Patriotisme, Nasionalisme - Persatuan, Kesatuan -
Bhinneka Tunggal Ika
 Sila IV : Musyawarah, Mufakat - Melaksanakan Putusan
 Sila V : Gotong royong, familier, damai.

3. Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila


Dalam kepemimpinan Pancasila keterpaduan pola
pikir modern dengan dengan pola pikir Pancasila bertumpu pada
azas-azas sebagai berikut:
1. Azas Kebersamaan;
Menurut azas kebersamaan, dalam Kepemimpinan Pancasila
hendaknya:
a. pemimpin dan yang dipimpin merupakan kesatuan organisasi;
b. pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin;
c. pemimpin dan yang dipimpin saling pengaruh mempengaruhi;
d. pemi mpi n dan yang di pimpi n bukan uns ur yang
s ali ng bertentangan sehingga tidak terjadi dualisme;
e. masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan
mempunyai tempat dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-
sendiri dan merupakan suatu golonganyang paling kuat,
tetapi juga tidak menganggap kepentingan
seseorangsebagai pusat;
f. tanpa ada yang dipimpin tidak mungkin ada pemimpin;

2. Azas Kekeluargaan dan Kegotong-royongan


Ciri-ciri kekeluargaan dan Kepemimpinan Pancasila, di antaranya:
a. timbul kerjasama yang akrab;
b. kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik
tumpu;
c. berlandaskan kasih sayang dan pengorbanan;

3. Azas Persatuan dan Kesatuan dalam Ke-bhinekaan;


Kita semua sadar akan kebhinekaan Bangsa Indonesia, baik
dari segi suku, bangsa, adat istiadat, agama, aliran dan
sebagainya. Namun keanekaragaman itu, masing-masing diakui
keberadaannya sendiri-sendiri dan ciri-ciri kepribadiannya dalam
persatuan dan kesatuan.

4. Azas Selaras, Serasi dan Seimbang;


Semua azas tersebut di atas harus dijiwai dan disemangati
oleh azas k es elaras an, k es erasi an dan k eseimbangan,
azas yang tidak menc ari menangnya sendi ri , adu
k ek uatan, atau ti mbul k ontradi ksi , k onflik
dan pertentangan. Adanya perbedaan keanekaragaman
adalah mencerminkan kodrat alam yang masing-masing
memiliki tempat. Kedudukan dan kewajiban serta fungsinya
sendiri-sendiri.
Di negara Indonesia, setiap warga negara diharapkan bersikap
dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
terkandung dalam Pancasila. Seorang pemi mpin
diharapkan menj adi contoh tel adan s erta panutan
orang -orang yang di pi mpi nnya, mau ti dak mau harus
bers ikap dan berti ngkah l aku sesuai
dengan Pancasila. Ia harus melaksanakan butir-butir yang
merupakan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari yang nyata. Perbuatannya tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.

Dikalangan ABRI telah dirumuskan sebelas asas


kepemimpinan, yang telah digali dari nilai-nilai kepemimpinan
di bumi Indonesia. Yang paling penting dari kesebelas asas
tersebut ialah tiga asas pertama, yang sangat ditonjolkan oleh
Ki Hajar Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan prinsip utama
kepemimpinan Pancasila.
Kesebelas asas tersebut ialah :
1) Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan)
Pemimpin yang baik adalah orang yang berani berjalan di
depan, untuk menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di
arena perjuangan, untuk menghadapi rintangan dan bahay-
bahaya dalam merintis segala macam usaha.
2) Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun
motivasi dan kemauan)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau terjun di
tengah-tengah anak buahnya, merasa senasib
sepenanggungan sanggup menggugah dan membangkitkan
gairah serta motivasi kerja, semangat tempur/juang, dan etik
kerja yang tinggi.
3) Tut Wuri Handayani
Pada saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup
berdiri di belakang anak buahnya. Hal ini bukan berarti bahwa
dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di belakang
pengikutnya, dan mengekor di balik kekuatan anak buahnya.
Akan tetapi harus diartikan sebagai mau memberikan dorongan
dan kebebasan, agar bawahannya mau berprakarsa, berani
berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi
dan berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan
saja.
4) Takwa kepada TYME
Pemimpin Indonesia dituntut agar memiliki keyakinan
beragama, keimanan, dan ketakwaan yang teguh terhadap
Tuhan yang Maha Esa. Kesadaran sedemikian menimbulkan
pengertian bahwa setiap insan Indonesia mempeunyai
kedudukan yang sama tingginya di hadapan Tuhan. Kesadaran
tersebut menginsyafkan seorang pemimpin, bahwa dirinya
bukan seorang yang maha super, bukan pula sumber
kewenangan yang mutlak dalam menentukan
permasalahandan kedudukan orang lain, terutama bawahan
dan pengikut-pengikutnya.
5) Waspada purba wisesa (waspada dan berkuasa)
Waspada itu mempunyai ketajaman penglihatan dan juga
mampu menembus penglihatan ke depan, mampu
mengadakan forecasting atau meramal bagi masa mendatang,
atau bersifat futuristik. Sedang ”murba” atau ”purba” itu artinya
mampu mencipta atau mampu mengendalikan menguasai.
6) Ambeg paramarta
Ambeg itu artinya mempunyai sifat-sifat. Paramarta
(sansekerta : paramartha) artinya yang benar, yang hakiki.
Maka ambeg paramartha itu artinya murah, karim, dermawan,
mulia, murni, baik hati. Biasanya ”paramartha” selalu disertai
dengan ”adil” jadi ambeg adil-paramartha berarti : bersikap adil,
mampu membedakan yang penting dan yang tidak penting,
sehingga mendahulukan hal-hal yang perlu dan penting, dan
menomorduakan peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak
penting.
7) Ambeg prasaja (bersifat sederhana)
Ambeg prasaja pada diri pemimpin itu berarti dia bersifat
sederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar,
dan toleran. Sikapnya bersahaja/tunggal, hidupnya juga tidak
berlebih-lebihan, tetap sederhana, dan tidak tamak.
8) Ambeg Satya (setia)
Amberg satya itu ialah bersifat setia, menepati janji, dan
selalu memenuhi segala ucapannya.
9) Gemi Nastiti ( hemat dan teliti-cermat)
Pemimpin yang baik itu sifatnya hemat cermat, dan
berhati-hati, tidak boros. Hemat karena ia mampu
melaksanakan semua pekerjaan dengan efektif dan efisien.
Hemat pula dalam mengelola sumber tenaga manusia,
material, dan harta per,odalan, dan menyingkiri semua tingkah
laku yang tidak memberi manfaat.
Cermat itu dalam bahasa Jawanya ialah nastiti, yaitu
meneliti dengan sangat hati-hati segala karya, perbuatan, dan
peristiwa di sekitarnya. Sedang berhati-hati artinya : pemimpin
itu selalu bernalar, cermat, dan teliti.
10) Blaka ( terbuka, jujur, lurus)
Pimpinan yang baik harus bersikap terbuka, komunikatif.
Dia bersedia memberikan kesempatan kepada bawahan dan
orang lain untuk mengemukakan sugesti usul, pendapat, kritik
yang konstruktif, dan koreksi
11) Legawa (tulus ikhlas)
Legawa artinya rela dan tulus ikhlas, setiap saat dia
bersedia untuk memberikan pengorbanan. Sifat orangnya ialah
pemurah (murah hati), karim, dan dermawan.

4. Sumber Kepemimpinan Pancasila


Ada tiga sumber pokok Kepemimpinan Pancasila, yaitu:
1. Pancasila, UUD 1945, dan GBHN
2. Nilai-nilai kepemimpinan universal
3. Nilai-nilai spiritual nenek moyang.
Hal-hal yang dapat dianggap sebagai sumber kepemimpinan
Pancasila antara lain berupa :
a. Nilai-nilai positif dari modernisme
b. Intisari dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-
norma kepemimpinan yang ditulis oleh para nenek moyang.
c. Refleksi dan kontemplasi mengenai hakikat hidup dan tujuan
hidup bangsa pada era pembangunan dan zaman modern,
sekaligus juga refleksi mengenai pribadi selaku ”manusia utuh”
yang mandiri dan bertanggung jawab dengan misi hidupnya
masing-masing.

5. Landasan Kepemimpinan Pancasila


Selanjutnya, pada tingkat, jenjang serta di bidang apa pun,
pemimpin harus mempunyai
landasan pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti
yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
Keempat macam landasan pokok kepemimpinan itu ialah :
1. Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr.
R. Sosrokartono ):
a) Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
b) Nglurung tanpa bala (melurug tanpa balatentara)
c) Menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan)
d) Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa
kehilangan)
2. Landasan Kepemimpinan
a) Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta,
konsekuen dalam janjinya.
b) Sifat pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya
interest-interest, dapat melihat jauh ke depan/waskita
c) Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka
d) Sifat guru : memberikan teladan baik.

3. Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara 1)


a) Ruwangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara)
b) Wajib melu angrungkebi (wajib ikut bela negara)
c) Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri untuk bersikap
berani)

6. KEPEMIMPINAN PANCASILA DALAM PERSPEKTIF


PEMIMPIN YANG ADA DI INDONESIA

Kepemimpinan pancasila, teori ini mengisyaratkan bahwa


kepemimpinan itu harus didasarkan pada nilai-nilai pancasila
seperti yang dijelaskan oleh lima sila yang ada pada idiologi
negara ini.
Kepemimpinan pancasila menurut Drs. Sukarna dalam
bukunya yang berjudul “kepemimpinan dalam administrasi
Negara” adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Thesis (percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa)
Kepemimpinan Thesis adalah kepemimpinan yang
religius dan melaksanakan hal-hal yang harus diperbuat yang
diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap
larangan Tuhan dan agamanya. Kepemimipinan ini didasarkan
pada sila pertama yaitu ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Konsep kepemimpinan thesis ini sangat susah diterapkan
karena merupakan konsep ideal suatu kepemimpinan, dan
merupakan das sein namun das sollennya tidak semua
pemimpin mampu mewujudkannya. Kepemimpinan tipe ini
sangat dipengaruhi oleh ajaran agama yang dianutnya,
misalnya Islam dengan gaya nabi panutannya yaitu Nabi
Muhammad, kemudian Kristen dengan tokoh panutannya yaitu
Jesust Crist, serta Hindu dan Budha dengan Dewa yang
mereka yakini sebagai tokoh panutan dalam bertindak.

2. Kepemimpinan yang humanis (memiliki rasa


kemanusiaan).
Kepemimpinan model ini berdasarkan sila ke-2 pancasila
kita yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka setiap
tindakan kepemimpinan harus berdasarkan perikemanusiaan,
perikeadaban dan perikeadilan.
Perikemanusiaan diartikan sebagai suatu tindakan yang
didasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia. Perikeadaban dimaksudkan sebagai nilai-nilai
manusia yang beradab, yang memiliki etika sosial yang kuat
dan menjunjung tinggi kebersamaan yang harmonis. Kemudian
perikeadilan dianggap sebagai prilaku pemimpin yang adil
kepada setiap orang yang dipimpinnya, adil bukan berarti sama
rata, namun adil sesuai dengan hak dan kewajibannya atau
sesuai dengan porsinya.

3. Kepemimpinan yang unitaris atau nasionalis


(mempersatukan).
Kepemimpinan yang mengacu pada sila ke-3 ini yaitu
persatuan indonesia tidak boleh melepaskan diri dari
nasionalisme yang sehat. Nasionalisme diartikan sebagai
kesetiaan tertinggi dari setiap inividu ditujukan kepada
kepribadian bangsa. Ada 4 fungsi nasionalisme bagi
kepemimpinan administratif menurut Drs. Sukarna, yaitu:
a. Mempersatukan seluruh kekuatan politik, ekonomi, sosial
budaya dan bangsa Indonesia.
b. Mengeliminasi dominasi asing, ataupun yang bersifat asing
dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya
c. Mempertahankan kepribadian bangsa indonsia di tengah
percaturan global.
d. Mengusahakan gengsi dan pengaruh dalam dunia
internasional.

4. Kepemimpinan demokratik
Kepemimpinan administratif yang mengacu pada sila ke-
4 yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan atau dengan kata lain
adalah kepemimpinan demokratis pancasila. Adapun ciri-ciri
kepemimpinan yang demokratis pancasila ini menurut Drs.
Sukarna adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan administartif tunduk dan taat kepada
kehendak serta aspirasi-aspirasi rakyat di dalam segala bidang
baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
b. Kepemimpinan administratif selalu melaksanakan amanat
rakyat yang tertuang dalam falsafah hidupnya sendiri, UUD dan
aturan lain yang ada dibawahnya yang merupakan aspirasi dan
suara rakyat.
c. Kepemimpinan demokratik selalu menjunjung tinggi
falsafah”ambeg paramarta” yaitu mendahulukan kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi, buka ororiter atau tirani
d. Kepemimpinan demokratik harus menjunjung tinggi
penegakan hukum, karena negara kita adalah negara hukum
e. Kepemimpinan administratif mempunyai kewajiban
untuk menegakan HAM
f. Kepemipinan yang demokratik pada dasarnya tidak
memusatkan kekuasaan pada satu tangan, namun
meyerahkannya kepada pembagian yang proporsional.

5. Kepemimpinan social justice (berkeadilan).


Kepemimpinan yang didasarkan pada sila ke-5 yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Kepemimpinan
berkeadilan itulah konsep dasar teori ini, adil dalam hal ini
bukan sama rata dan sama rasa, namu lebih pada adil yang
sesuai dengan hak dan kewajibannya, harus proporsional, oleh
karena itu untuk menerapkan kepemimpinan ini perlu strategi
yang tepat untuk mengasah kemampuan membuat suatu
kebijaksanaan yang benar-benar bijaksana..
Ada beberapa ciri-ciri kepemimpinan yang berkeadilan
(Sukarna, 2006,75), yaitu:
a. Kepemimpinan selalu mendahulukan kepentingan orang yang
mengikutinya atau kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi atau kelompok;
b. Tidak bersifat nepotisme atau mendahulukan orang-orang
terdekat dalam setiap pengambilan;
c. Mampu menegakkan keadilan;
d. Tidak mungkin mewujudkan keadilan sosial jika dalam suatu
negara atau suatu organisasi yang pemimpinnya menganut
paham otoriterisme, karena dalam konsep otoriterisme tidak
meengenal keadilan model ini;
e. Menempatkan pengikutnya diatas segalanya, karena dia
sebagai pelayan pengikutnya.

https://pekanbaru.tribunnews.com/2019/03/04/kisah-kasmenita-jalani-profesi-bidan-bantu-
persalinan-di-tengah-hutan

Anda mungkin juga menyukai