Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM ACARA PIDANA

LAPORAN PEMANTAUAN PERSIDANGAN

Oleh: Gregorius Yoseph Laba (101180008)

Rabu, 11 Desember 2019 bertempat di Ruang Sidang Tipikor Pengadilan Negeri


Jakarta Pusat telah berlangsung persidangan atas perkara nomor: 103/Pid.Sus-
TPK/2019/PN.Jkt.Pst. Sidang dibuka pukul 17:30 WIB oleh seorang hakim ketua didampingi
2 hakim anggota dengan agenda pemeriksaan keterangan saksi. Sebelumnya, hakim
menyampaikan latar belakang agenda persidangan dan kemudian menyatakan bahwa sidang
terbuka untuk umum.

Fair trial adalah prinsip yang merupakan indikator dari terbangunnya masyarakat dan
sistem hukum yang adil. Tanpa penerapan prinsip peradilan yang adil ini orang-orang yang tak
berasalah akan banyak memasuki sistem peradilan pidana dan kemungkinan ini bertujuan agar
orang-orang yang tidak bersalah dan kemungkinan besar akan menerima sanksi pidana1.

Berikut beberapa catatan pantauan persidangan disandingkan dengan prinsip fire trial
dan KUHAP.

1. Pernyataan sidang terbuka untuk umum

Ini merupakan prinsip yg wajib disampaikan oleh Hakim Ketua saat membuka persidangan.
Pengaturannya terdapat pada pasal 153 ayat (3) KUHAP yang berbunyi, "Untuk keperluan
pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum
kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-ana”.

Menurut Yahya Harahap, pernyataan sidang terbuka untuk umum bertujuan agar
persidangan di pengadulan dijalankan secar jelas, terang, dilihat dan diketahui masyarakatserta

1
Penerapan Prinsip yang Adil dalam Sistem Peradilan Pidana. Institut for Criminal Justice Reform. 21 Janurati
2018. Diakases pada 11 Desember 2019. https://icjr.or.id/penerapan-prinsip-yang-adil-dalam-sistem-peradilan-
pidana/
tidak boleh ada persidangan gelap dan bisik-bisik. Kenyataan ini terlihat dengan hadirnya
beberapa masyarakat yang terut menyaksikan proses persidangan. Dengan demikian, perkara
tersebut menjadi milik publik, tidak lagi milik dari mereka yang berperkara saja.

Tak hanya dalam KUHAP, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman juga mengatur tentang persidangan terbuka untuk umum, yaitu:

a. Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-
undang menentukan lain;
b. Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum;
c. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Karena perkara yang dipantau merupakan kasus tindak pidana korupsi maka tidak berlaku
pengecualian terhadap keterbukaan persidangan yang dikhususkan dalam ranah hukum
keluarga, pidana anak, kasus kesusilaan dan kasus yang berkaitan dengan rahasia militer,
rahasia negara, ketertiban umum dan keselamatan negara.
Namun, salah satu aspek teknis yang luput diperhatikan petugas pengadilan adalah pintu
persidangan yang tertutup. Menurut Yahya Harahap, setiap orang yang hendak mengikuti
jalannya persidangan, dapat hadir memasuki ruangan sidang. Pintu dan jendela ruangan sidang
pun terbuka, sehingga dengan demikian makna prinsip persidangan terbuka untuk umum
benar-benar tercapai. Dalam perkara yang dipantau, pintu ruangan terlihat tertutup selama
persidangan berlangsung sehingga tidak ada lagi orang dari luar yang masuk yang
disperkenankan masuk ke dalam2.

2. Posisi duduk

Sebelum persidangan dimulai, terdakwa dipersilahkan oleh hakim ketua untuk mengambil
tempat di kursi terdakwa di depan hakim.Sementara itu, di samping kanan hakim terdapat 5
orang Jaksa dan di samping kiri hakim terdapat 2 orang Penasehat Hukum Terdakwa. Adapun
pengaturan mengenai posisi duduk ini diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 22
tahun 1969 tentang Formasi di Persidangan Pengadilan Negeri.

2
Sovia Hassanah. Arti Persidangan Terbuka Untuk Umum. Hukum Online. 3 Februari 2017.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5891989a80d7d/arti-persidangan-terbuka-untuk-umum/
3. Hakim menanyakan kondisi terdakwa

Hakim Ketua membuka dialog dengan menanyakan kondisi kesehatan Terdakwa dan
kesanggupan Terdakwa menjalani persidangan hingga selesai. Dalam beberapan kasus jika
terdakwa mengalami kendala kesehatan maka berlaku unfit to stand trial atau not fit to stand
trial. Istilah ini digunakan untuk seseorang yang tidak cakap atau tidak layak disidangkan di
pengadilan. Pada kasus yang dipantau, terdakwa mengaku sedang mengalami proses
pengobatan namun menyatakan sanggup menjalani persidangan hingga selesai.

4. Terkait Bantuan Hukum bagi Terdakwa

Selain menanyakan kondisi kesehatan terdakwa, hakim ketua juga menanyakan adanya
pendampinga oleh Penasehat Hukum atau tidak. Bantuan hukum merupakan salah satu
penerapan prinsip fire trial yang diatur dalam pasal .....Hal ini dipertegas kembali dalam
pasal.....yang menyatakan bahwa dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana
sebelum dimulai penyiksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahu kepadanya tentang
haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkara itu wajib didampingi
oleh penasihat hukum (pasal 65 KUHAP) . Dalam persidangan yang dipantau, terdapat 2 orang
Penasihat Hukum yang mendampingi Terdakwa.

5. Terkait Penahanan
Hakim Ketua juga menanyakan apakah Terdakwa sedang menjalani proses penahanan atau
tidak. Adapun pengaturan mengenai penahanan diatur dalam pasal 21 KUHAP. Dalam perkara
tersebut, Jaksa menyatakan bahwa terhadap Tergugat tidak dilakukan penahanan karena
Terdakwa sangat kooperatif dan tidak ada kekhawatiran bahwa Terdakwa akan melarikan diri,
menghilangkan barang bukti, dan mengulang kembali tindak pidana itu.

6. Pemanggilan Saksi

Setelah hakim berdialog dengan Terdakwa, hakim mempersilahkan Terdakwa untuk duduk
di samping Penasihat Hukumnya dan memanggil saksi untuk menempati kursi pemeriksaan di
depan hakim. Empat orang saksi dibacakan namanya lalu masing-masing mengambil posisi
duduk di kursi pemeriksaan sesuai urutan yang dibacakan. Selanjutnya, Hakim Ketua
melakukan pencocokan identitas para saksi serta menanyakan kesediaan kondisi kesehatan dan
kesediaan saksi untuk diperiksa sesuai pasal 160 ayat (2) KUHAP. Sesuai ketentuan pasal
tersebut, para saksi juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan keluarga dengan
Terdakwa. Dari 4 orang saksi tersebut 2 orang saksi merupakan saksi yang dihadirkan oleh
Jaksa sedangkan 2 lainnya merupakan saksi yang dihadirkan oleh Kuasa Hukum Terdakwa.
Karena keempat saksi tersebut beragama Islam mereka diambil sumpahnya sesuai dengan
keyakinan Islam secara bersama-sama dengan mengucapkan kata-kata yang dibacakan Hakim
Ketua dan dipandu oleh seorang juru sumpah dengan menggunakan Al Quran. Adapun
pengaturan mengenai sumpah diatur dalam pasal 160 ayat (4) KUHAP. Setelah pengambilan
sumpah, hakim mempersilahkan 2 orang saksi dari Kuas Hukum untuk meninggalkan ruang
sidang sedangkan 2 saksi yang dihadirkan Jaksa tetap dalam kedudukannya untuk dilanjutkan
proses pemeriksaannya. Hal ini bertujuan agar saksi yang dihadirkan Penasihat Hukum tidak
mengetahu keterangan dari saksi yang dihadirkan oleh Jaksa.

7. Jumlah Hakim yang Hadir di Persidangan


Jumlah hakim saat memeriksa saksi dalam perkara yang dipantau adalah sebanyak 3 orang.
Hal ini sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) UU
Kekuasaan Kehakiman.
(1) Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan
majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
(2) Susunan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari seorang hakim ketua dan
dua orang hakim anggota.

8. Peran Hakim anggota yang sama sekali pasif


Catatan kritis lain dalam persidangan yang dipantau adalah peran hakim anggota yang
sangat pasif. Kedua hakim anggota tersebut terlihat tidak serius dalam memeriksa keterangan
saksi karena sama sekali tidak memberikan pertanyaan kepada saksi.

Anda mungkin juga menyukai