Anda di halaman 1dari 12

Skip to content

 KEDAI AROMA

 PESAN MESIN

 KEDAI AROMA

 PESAN MESIN
CERITA ATSIRI

Minyak Atsiri Jahe


POSTED ONDECEMBER 21, 2014 AuthorAno

Tanaman jahe emprit emprit (Zingiber officinale) telah lama dikenal dan tumbuh baik
di negara kita. Jahe emprit merupakan salah satu rempah-rempah penting.
Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma
dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai
minuman. Jahe emprit juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu
tradisional. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, dikenal paling tidak terdapat
3 varietas jahe emprit, yaitu jahe emprit besar (disebut juga jahe emprit gajah atau
jahe emprit badak), jahe emprit kecil (atau jahe emprit emprit), dan jahe emprit
merah (atau jahe emprit sunti).
sortir
jahe
Sifat khas jahe emprit disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe emprit.
Aroma harum jahe emprit disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya
menyebabkan rasa pedas. Diantara ketiga varietas jahe emprit tersebut, yang paling
banyak dan paling sering digunakan dalam pengolahan minyak atsiri dari rimpang
jahe emprit adalah jenis jahe emprit kecil atau yang sering disebut jahe emprit
emprit. Kegunaan minyak atsiri jahe emprit antara lain digunakan untuk antiseptik,
antispasmodik, aprodisiak, karminatif, diaforetik, ekspektoran dan masih banyak lagi
fungsi lainnya.

Umbi jahe emprit memiliki beberapa bagian diantaranya kulit bagian luar, kortex
bagian luar, kortex bagian dalam, endodermis, glandula minyak dan bundle vascular.
Pada jaringan kortex terdapat glandula minyak sebagai sumber minyak atsiri.
Penampang
Jahe
Rimpang jahe emprit sebagian besar tersusun atas pati 40 – 60%, protein 9 – 10%,
Lipid (6 – 10%), Oleoresins (4-7,5%), minyak atsiri (1 – 3,3%).

presentasi bagai
jahe oleh Merck
Rimpang jahe emprit mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa
seskuiterpen, zingiberene, zingeron, oleoresin, camphena, limonen, borneol, sineol,
sitral, zingiberal, Phelandrene. Kandungan utama minyak jahe emprit adalah
zingiberene dengan total kandungan 30% – 35% dari total minyak atsiri. Senyawa ini
juga mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Perbedaan perlakuan antara bahan
baku basah dan kering juga berakibat pada kandungan kimia yang berbeda pula.
Pada bahan baku kering ditemukan Zingiberene dan Curcumen sedangkan pada jahe
emprit basah/segar tidak didapati Curcumen.
komponen
minyak jahe oleh Cornell
Bahan baku merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi rendemen. Mulai dari
pemilihan bibit, kondisi dimana bibit tumbuh, perlakuan bahan sebelum disuling.
Sebelum dilakukan penyulingan ukuran umbi jahe emprit diperkecil, agar uap dapat
dengan mudah mengangkut minyak pada jahe emprit. Pengecilan bahan ini dalam
penyulingan minyak atsiri lazim disebut dengan kominusi. Kominusi dapat dilakukan
dengan cara iris, tumbuk dan parut.

Selain itu umur panen jahe emprit harus memenuhi syarat. Umur panen yang
memenuhi syarat untuk disuling adalah jahe emprit yang telah berumur tujuh bulan
hingga satu tahun. Pada umur satu tahun ini, glandula minyak yang ada pada jahe
emprit sudah cukup mengandung minyak yang dibutuhkan. Sedangkan jika jahe
emprit dipanen pada masa awal, biasanya dipanen pada umur 3 bulan untuk
komoditi bumbu masak, kandungan minyak masih sangat sedikit, dimana
pertumbuhan glandula minyak belum tersebar merata.

Pada saat penyulingan, perbedaan metode distilasi juga dapat mempengaruhi


banyak sedikitnya rendemen. Perbedaan rendemen yang diperoleh dari masing –
masing metode distilasi dipengaruhi oleh persebaran uap dan transportasi uap pada
ketel bahan.Dalam proses penyulingan, persebaran uap dan ukuran bahan
mempunyai satu korelasi cukup erat. Untuk material dengan ukuran luas permukaan
bahan besar tidak optimum disuling dengan metode uap, karena kepadatan material
membuat persebaran uap tidak merata di dalam ketel. Material yang terlalu
padat menyebabkan jalur uap tidak terdistribusi ke seluruh area permukaan bahan,
lazimnya disebut dengan jalur tikus. Jalur tikus pada proses penyulingan sangat tidak
diharapkan. Bahan baku dengan luas permukaan yang besar lebih optimum disuling
dalam keadaan terendam air. Pergerakan bahan di dalam ketel lebih leluasa sehingga
air yang kemudian membentuk uap dapat dengan mudah menuju permukaan ketel
untuk menuju kondensor.
Rendemen yang dihasilkan akan berbeda jika jahe emprit dengan keadaan diiris
disuling dengan metode distilasi air. Karena glandula tidak sobek secara sempurna,
bahkan masih ada yang utuh tidak dapat ditembus oleh uap tanpa tekanan. Namun
jika disuling dengan menggunakan uap bertekanan yaitu metode distilasi uap,
beberapa bagian minyak terangkut oleh uap. Jahe emprit tersusun sebagian besar
oleh pati, tekanan uap panas dapat membuat jahe emprit teraglutinasi sehingga
menghalangi uap masuk ke glandula minyak yang ada pada badan jahe emprit yang
ada di bagian tengah sehingga transportasi minyak pada uap kurang sempurna.

Seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini tentang sifat fisika minyak atsiri jahe
emprit dari metode distilasi dan perlakuan bahan yang berbeda, sifat fisika
merupakan parameter untuk mengetahui kualitas minyak atsiri jahe emprit.

Sifat Fisika Minyak Jahe


Menurut SNI 06-1312 -1998 dan Essential Oil Association karakteristik minyak atsiri
adalah :

SNI minyak jahe


Sedangkan BALITTRO melakukan penyulingan jahe emprit yang berasal dari Jawa
Tengah dengan spesifikasi sebagai berikut :

Jahe Balittro, Bapak Ma’mun


dan Ibu Shinta
Perbedaan putaran optik ini menjadi salah satu kendala terhadap kualitas minyak
atsiri jahe emprit Indonesia khususnya daerah Jawa Tengah. Namun sebenarnya
perbedaan putaran optik ini sudah dikemukakan oleh Bacon sejak Tahun 1912. Selain
minyak Jawa Tengah, minyak jahe yang memiliki putaran optik positif adalah minyak
Filipina +5.9 dan Jepang+9.40. Namun pada penelitian kali ini, penulis mendapatkan
putaran optik negatif dengan menggunakan bahan baku dari Jawa Tengah, hal
tersebut dimungkinkan karena perbedaan proses penyulingan. Namun saat ini,
putaran optik bukan lagi menjadi masalah, saat ini pengepul lokal lebih
mementingkan berapa persen kontendari Zingiberene.

Minyak yang dihasilkan dari beberapa metode yang berbeda memiliki variasi warna
beragam. Pemakaian tekanan uap yang lebih tinggi dan semakin kecil luas
permukaan bahan menyebabkan minyak memiliki warna lebih gelap. Dapat dilihat
perbedaan antara metode distilasi air – parut dan distilasi air – tumbuk. Luas
permukaan distilasi air tumbuk cendrung lebih kecil dari pada parut. Selain itu juga
suhu yang digunakan semakin tinggi juga mempengaruhi warna. Warna minyak yang
diperoleh dari metode distilasi air dengan perlakuan parut adalah kuning jernih
dengan aroma jahe emprit segar namun lembut tidak menyengat. Dengan metode
distilasi air ini minyak tidak berwarna gelap dikarenakan suhu air sebagai media
transportasi minyak tidak terlalu panas.

jahe gosong
terjadi ketika system kohobasi tidak terjadi pada penyulingan air
Warna minyak yang diperoleh pada metode distilasi air dengan perlakuan tumbuk
adalah kuning kecoklatan memiliki bau jahe emprit yang khas dengan diselingi
aroma lemon. Walaupun metode distilasinya menggunakan distilasi air namun
minyak yang dihasilkan lebih gelap dibandingkan dengan metode distilasi air dengan
perlakuan bahan diparut. Warna minyak yang diperoleh pada metode distilasi uap
dengan perlakuan tumbuk kuning kecoklatan, namun lebih coklat dibanding dengan
metode distilasi air dengan perlakuan tumbuk. Warna lebih gelap dikarenakan
adanya tekanan uap yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode distilasi air.

Warna minyak yang diperoleh dari metode distilasi uap-air dengan perlakuan bahan
di tumbuk menampakkan warna kuning kecoklatan. Dari hasil perlakuan bahan
ditumbuk memberikan pengaruh pada warna yang diperoleh. Warna minyak yang
diperoleh dari metode distilasi uap dengan perlakuan bahan di iris memiliki warna
paling gelap diantara metode distilasi dan perlakuan bahan lainnya. Warna minyak
yang mendapat perlakuan tekanan yang lebih tinggi memiliki warna yang lebih gelap
dikarenakan suhu uap yang lebih panas dari pada titik didih air membuat perubahan
warna pada minyak.

Semakin rapat jaringan pati yang terkena suhu tinggi, semakin gelap warna minyak
yang dihasilkan. Karena terjadi proses karamelisasi pati. Saat berada dalam ketel
terkena suhu tinggi dan mendadak terkondensasi. Karamel memberikan warna coklat
kemerahan dan kuning kecoklatan. Minyak jahe emprit yang dihasilkan seluruhnya
memiliki bau khas jahe emprit yang dihasilkan oleh α-zingiberen, ar-kurkumen dan
β-sesquipellandren, selain itu juga aroma seperti lemon yang cukup kuat tercium
dikarenakan aroma sitral yang cukup tinggi.

Share this:



Posted in Cerita AtsiriTagged ginger oil, minyak jahe, penyulingan minyak
jahe, phellandrene, putaran optik jahe, sifat fisika minyak jahe, SNI minyak
jahe, zingiber officinale, zingiberenecomment8 Commentson Minyak Atsiri Jahe
Author: Ano
peneliti dan praktisi di bidang minyak atsiri dan kimia bahan alam View all posts by Ano

Post navigation
Trip Atsiri ke Sumatra Barat
Review : Minyak Tawon Makassar
8 Replies to “Minyak Atsiri Jahe”

1. Lotilac says:

November 28, 2015 at 10:05 pm

Berguna banget referensinya… Makasih ya hehehe


REPLY

1. martsiano says:
November 30, 2015 at 4:15 am
Sama-sama
REPLY

1. Nimrod says:
May 23, 2017 at 12:46 pm
Untuk melakukan penyulingan jahe emprit emprit. Hasil yg didapatkan bisa berapa %
ya
REPLY

1. martsiano says:
June 11, 2018 at 9:46 am
rendemen jahe emprit 0.4-0.6% pada terna basah. 1 – 1.2% pada terna kering atau
ampas
REPLY

2. Galang says:

August 1, 2016 at 10:24 pm


Sangat berguna mas…. jadi mas ano apakah penyulingan dengan boiler terpisah masih
baik jika digunakan untuk jahe yang dikeringkan ?
REPLY

3. Pingback: Review : Buku Aroma Karsa

4. Christine Pujowati says:

May 27, 2019 at 10:13 am

Saya mencari minya jahe merah, apakah bs info dmn yg jual home industri nya? Bukan
yg sdh di packaging ber merk.. Terimakasih..
REPLY

1. Ano says:
June 3, 2019 at 2:43 am
kebutuhan berapa banyak bu?
REPLY
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

COMMENT

NAME *

EMAIL *

WEBSITE

Post Comment

Find me on:


ARCHIVES

Archives
RECENT POSTS

 www.distillery.id
 Nyasar
 DIBAWAH NAUNGAN KAKAO
 Pentingnya menanam bahan baku minyak atsiri bagi penyuling
 PT PITA KEUMALA, salah satu Projek Mercusuar Pak Soekarno Pada Minyak Atsiri
 Trend senyawa aromatic chemical berbasis Bioteknologi
 Minyak Atsiri dalam dunia peternakan
 Aroma Sehabis Hujan
 Indonesia, 5 besar pangsa pasar kosmetika dunia
 Perikanan dan Minyak Atsiri
 Java Vetiver Oil, Minyak Akar Wangi Jawa
 Review : Buku Aroma Karsa
 Merawat Benda Cagar Budaya dengan Minyak Atsiri
 Java Cananga Oil, salah satu minyak atsiri dalam list diambang kepunahan
 Minyak Atsiri Java Palmarosa
 Cendana Santalum album
 Pelatihan Gaharu 2016
 Video : Unboxing Ekstrait By Dabney Rose
 Review : Extrait Bunga by Dabney Rose
 Video : Mini Vertical Boiler
 Video : Penyulingan Gaharu di KP Laing – Balittro Solok, Sumatra Barat
 Review : Pelatihan Minyak Atsiri Se- Kalimantan Selatan
 Minyak Atsiri Cengkeh
 Video : Proses uji coba penyulingan Distrik Kalobo, Pulau Salawati, Kab. Raja Ampat,
Papua Barat
 Perawatan Peralatan Penyulingan
 Testimoni : Minyak Gaharu By FA, Lancashire, Inggris (UK)
 Penyimpanan Minyak Atsiri
 Review : Buku Kimia Minyak Atsiri
 Anafilaksis dan Minyak Atsiri
 Review : Pelatihan GMP Minyak Atsiri Kota Solok
 Minyak Atsiri Kayu Manis
 Pemilihan Perangkat Distilasi
 Minyak Atsiri Jeruk Purut
 Video : Agarwood Sinking Chip

 Review : Pelatihan Minyak Atsiri Mei 2015


CONTACT

Jl. Gilang Raya No 30 Mantup Baru RT 15 Baturetno, Banguntapan, Bantul, Jogjakarta


55197
whatsapp : 08222 686 2043
email : martsiano.dirgantara@gmail.com

Find me on:



ARCHIVES

Archives
STATISTIC

 Online Users: 1
 Today's Visits: 264
 Yesterday's Visits: 297
 Total Visits: 66,858
© 2019 ano
Powered by WordPress / Theme by Design Lab

Anda mungkin juga menyukai