Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menetukan kadar multikomponen campuran asetosal,
parasetamol dan kofein secara spektrofotometer ultraviolet.
B. Dasar Teori
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen
yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan
karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya
dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herliani, 2008).
Pengukuran menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis ini didasarkan pada hubungan antara
berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan (diteruskan) atau yang diabsorpsi dengan
tebalnya cuplikan dan konsentrasi dari komponen penyerap. Berdasarkan hal inilah maka untuk
dapat mengetahui konsentrasi sampel berdasarkan data serapan (A) sampel, perlu dibuat suatu
kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara berkas radiasi yang diabsorpsi (A) dengan
konsentrasi (C) dari serangkaian zat standar yang telah diketahui (Henry dkk, 2002).
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis
tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %) (Misra et al, 2008). Kafein
(1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang secara luas tersebar di banyak jenis
tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai produk makanan dan minuman seperti teh,
kopi dan coklat. Dalam bidang farmasi, kafein biasanya digunakan untuk pengobatan jantung,
stimulant pernapasan dan juga sebagai peluruh kencing (Yu dkk, 2009). Kafein berbentuk serbuk
atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal, putih, tidak berbau dan rasa pahit. Agak
sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam
eter p (Dirjen POM, 1979). Memiliki rumus struktur sebagai berikut:
Struktur Parasetamol
Asam asetilsalisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisilat asetat dan yang paling terkenal
adalah aspirin. Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau serbuk granul
kristal yang berwarna putih.. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 135oC. Asam
asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15, Asam
asetilsalilsilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat (Dirjen POM, 1979).
F. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar campuran multikomponen asetosal, parasetamol,
dan kofein yang terdapat dalam sediaan obat ‘poldanmig’ dengan menggunakan spektrofotometri
ultraviolet. Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada
senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari
molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung
pada struktur elektronik dari molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat
dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Radiasi ultraviolet dan sinar
tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π
terkonjugasi dan atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital
terluarnya dari tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut
sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif.
Dalam percobaan ini, metode analisis yang digunakan adalah metode kurva kalibrasi. Dalam metode
ini dibuat suatu larutan standar dari asetosal, parasetamol dan kofein dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari larutan tersebut diukur spektrofotometer UV-Vis. Langkah selanjutnya adalah
membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang
melewati titik nol dengan slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah
absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke
dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada
kurva kalibrasi.
Karena menggunakan metode analisis kurva kalibrasi maka larutan standar (senyawa murni obat)
dibuat dalam 5 konsentrasi. Dalam percobaan ini dibuat larutan baku dengan konsentrasi masing-
masing untuk parasetamol dan kofein yaitu 5; 4; 3; 2; 1; mg/ml dan asetosal dengan konsentrasi 2,5;
2; 1,5; 1; 0,5 mg/ml. Sebelum dilakukan pengukuran serapan, maka masing-masing komponen harus
ditentukan panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Alasan penggunaan panjang
gelombang maksimum (λ maks) yakni panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal
karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum
bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Dari percobaan ini diperoleh panjang
gelombang maksimum untuk asetosal adalah 297 nm, parasetamol 305,8 nm, dan kofein 301,6 nm.
Larutan blanko yang digunakan adalah etanol. Digunakan blanko etanol karena pelarut yang
digunakan untuk melarutkan sampel adalah etanol. Penggunaan etanol sebagai pelarut dikarenakan
ketiga sampel yaitu asetosal, parasetamol dan kofein hanya sedikit larut dalam air. Seperti diketahui
bahwa ketiga sampel tersebut terdiri dari gugus polar dan gugus nonpolar dimana apabila dilarutkan
dengan air maka hanya bagian polar yang dapat larut. Oleh karenanya maka digunakan pelarut
etanol karena etanol memiliki gugus polar dan non polar sama halnya seperti sampel. Sehingga
bagian yang polar akan melarutkan bagian polar pada sampel dan bagian nonpolar akan melarutkan
bagian nonpolar pada sampel.
Setelah persamaan garis diperoleh maka kadar asetosal, parasetamol dan kofein masing-masing
dapat dihitung. Pengukuran konsentrasi obat dalam sampel berdasarkan hokum lambert-beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada
beberapa pembatasan, yaitu : Sinar yang digunakan dianggap monokromatis; penyerapan terjadi
dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama; senyawa yang menyerap dalam
larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut; tidak terjadi
fluorensensi atau fosforisensi ; serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Hasil
perhitungan yaitu untuk asetosal besar kadarnya adalah 17,01%, parasetamol 21,894% dan kadar
kofein 31,914%.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Henry,A. Suryadi MT. Arry Y,. 2002. “Analisis Spektrofotometri UV-Vis Pada Obat Influenza Dengan
Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier”. KOMMIT. Universitas Gunadarma
Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain. 2008. Study of Extraction and HPTLC – UV Method
for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of
Green Pharmacy: 47-51.
Yu Chi Li, Tai Man Louie, Ryan Summers, Yogesh Kale, Sridhar Gopishetty, and Mani Subramanian,
Two Distinct Pathways for Metabolism of Theophylline and Caffeine Are Coexpressed in
Pseudomonas putida CBB5, JOURNAL OF BACTERIOLOGY, July 2009, p. 4624–4632 Vol. 191, No. 14.
Center for Biocatalysis & Bioprocessing and Department of Chemical & Biochemical Engineering,The
University of Iowa, Iowa City, Iowa 52242 Received 26 March 2009/Accepted 7 May 2009