PENDAHULUAN
2. Tentang Ilmu
3. Harta
4.panca indra
1
Kita harus menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sebagai seorang
muslim agar tercipta kehidupan yang harmonis sesuai dengan tuntutan al Qur'an dan
hadist. Dengan begitu kita akan menjadi orang yang mampu mempertanggung
jawabkan semua perbuatan kita di hadapan allah dan masyarakat, bangsa dan Negara.
2
4..1 Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian tanggung jawab.
2. Mengetahui hadist tentang tanggung jawab manusia.
3. Mengetahui ayat Al-Qur’an tentang tanggung jawab.
4. Mengetahui macam-macam pertanggung jawaban dalam islam.
5. Mengetahui pengertian amal perbuatan.
6. Mengetahui hadist tentang amal perbuatan.
7. Mengetahui macam-macam amal perbuatan.
8. Mengetahui pengertian hukuman.
9. Mengetahui dasar-dasar penjatuhan hukuman.
10. Mengetahui syarat-syarat pelaksanaan hukuman.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kebulatan tekat setelah rampungnya seluruh proses dan dimulainya suatu langkah
pelaksanaan. [3]
B. Hadist tentang tanggung jawab manusia
Dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata ”saya mendengar rasulullah SAW,
bersabda: ”setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki
adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas semua keluarganya.
Seorang bawahan adalah pemimpin bagi harta majikannya, da ia bertanggung jawab
atas keselamatan dan keutuhan hartanya itu. Dan kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas segala yang dipimpinnya”. (H.R.Bukhari Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa ajarab Islam sangat menjunjung tinggi tanggung
jawab seseorang. Tanggung jawab ada hubungannya dengan bak dan kewajiban.
Orang-orang yang kaya bertanggung jawab atas harta yang dimilikinya, dan
berkewajiban untuk menunaikan zakat/infaq dari harta tersebut. Dia juga berhak untuk
mempergunakannya sebagaimana yang dikehendakinnya asal sesuai dengan aturan
Allah SWT. Hadits ini juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya semua manusia itu
adalah pemimpin. Dengan demikian, semua orang mempertangungjawabkan segala
sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Disebutkan dalam hadis tadi, umpamanya
seseorangn pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya itu.
5
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS.ash-Shaffat:102)
3. Al Mudtastsir ayat 38
“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. Al-
Mudatstsir: 38)
6
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah
pemimpin keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin dirumah suaminya dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya..." (H.R. Bukhari dan Muslim)
7
4. Tanggung jawab kepada pada bangsa / Negara
Setiap manusia atau individu merupakan warga negara suatu negara. Dalam
berpikir, berbuat, bertindak, dan bertingkah laku manusia terikat dengan norma-norma
atau ukuran-ukuran yang dibuat dan berlaku di negara tersebut. Sehingga manusia tidak
dapat berbuat seenaknya sendiri. Apabila ia melakukan perbuatan salah, maka harus
bertanggung jawab kepada negara.
8
2..1 Amal Perbuatan
A. Pengertian
Secara bahasa “amal” berasal dari bahasa arab yang berarti perbuatan atau
tindakan. Pengertian amal dalam pandangan islam adalah setiap amal saleh , atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian amal dalam
islam tidak hanya terbatas dalam pada ibadah,.
Amal adalah setiap perilaku makhluk hidup yang disertai suatu maksud ,
apakah perlaku tersebut baik ataupun buruk.
Firman Allah : “Dan katakanlah : bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu , dan kamu akan
dikembalikkan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata lalu
diberitakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Surah Al-Taubah : 105)
9
5. Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-
orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan
amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia
tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari).
6. Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah
harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni
sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia
berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja,
tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika
memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok
yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua)
sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu
pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa
ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga
dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat
dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu
pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka
aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang,
serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya
sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
10
2. Mendamaikan orang yang berselisih
Allah berfirman,
“Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya.” (QS.Al-Hujurat:9)
“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara
sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)
11
3..1 Hukuman
A. Pengertian
Menurut harfiah, hukum artinya : " Menetapkan sesuatu atas sesuatu". Sedangkan
ejaan dalam bahasa Arab ialah al-hukm. Secara ringkas ia berarti : "ketetapan". Sebab
itu berdasarkan ilmu bahasa, hukum Islam yang mana bersumber dari tuhan disebut
"hukumullah" berarti ketetapan Allah. Telah menjadi keyakinan yang pasti dalam
Islam bahwa yang menetapkan hukum itu ialah Allah SWT., "Tak ada hakim selain
dari Allah".
Menurut sarjana Ushul Fiqhi, defenisi hukum (al-Hukum) dirumuskan sebagai
berikut : " Titah Allah (sunah Rasul) tentang laku perbuatan manusia mukallaf
(dewasa), baik yang diperintahkan, yang dilarang, maupun yang dibolehkan. Demikian
pula dengan keadaan-keadaan tertentu menjadi sebab, atau syarat, atau menjadi
penghalang bagi berlakunya.
1. Hukum yang bersifat perintah, larrangan atau pilihan. Golongan ini bernama
hukum takliefy. Hukum takliefy terbagi atas lima, yang dikenal dengan hukum
lima yaitu : wajib, sunat, haram. makruh dan mubah
2. Hukum yang bersifat menunjukkan keadaan-keadaan tertentu yang
dikwalifikasi sebagai sebab atau syarat, atau halangan (ma'ani) bagi berlakunya
hukum. Golongan ini bernama ( hukum wadh'i )
12
2. Surat An-Nisa ayat 135
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar sebagai penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah baik terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dari kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih
mengetahui kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Janganlah kamu memutarbalikkan kata-kata atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.”10 (Q.S. An-Nisa, 4:135)
13
Surat Al-Isra’ ayat 15 “…dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami
mengutus seorang rasul”.
Surat Al-Baqarah ayat 286 “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya….”
Hukuman harus dijatuhkan kepada orang yang melakukan tindak pidana dan
tidak mengenai orang lain yang tidak bersalah. Syarat ini merupakan salah satu dasar
dan prinsip yang ditegakkan oleh syariat islam dan ini telah dibicarakkan berkaitan
dengan masalah pertanggungjawaban.
Hukuman harus berlaku untuk semua orang tanpa adanya diskriminasi, baik
pangkat, jabatan, status, atau keudukannya. Didalam hukum pidana islam, persamaan
yang sempurna itu hanya terdapat dalam jarimah dan hukuman had atau qishash, karena
keduanya merupakan hukuman yang telan ditentukkan oleh syara’. Setiap orang yang
melakukan jarimah hudud akan dihukum dengan hukuman yang sesuai dengan jarimah
yang dilakukkannya. Sedangkan persamaan yang dituntut dari hukuman ta’zir adalah
persamaan dalam aspek dampak hukuman terhadap pelaku, yaitu mencegah, mendidik,
dan memperbaikimya.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Safitra, khanza. 2017. Ayat Al-Qur’an Tentang Tanggung Jawab. Tersedia [online]:
https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ayat-al-quran-tentang-tanggung-
jawab
16
17