Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1..1 Latar belakang

Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku dan


perbuatan yang disengaja maupun tidak sengaja. Kita harus menumbuhkan rasa
tanggung jawab dalam diri kita seorang muslim agar tercipta kehidupan yang harmonis
sesuai dengan tuntunan al Qur'an dan hadis. Pertanggung jawaban manusia dihadapan
allah hal yang sangat penting bagi manusia yang berkualitas , berakhlak mulia dan bisa
memberi manfaat kepada yang lainnya. Pada hakikatnya segala perbuatan atau segala
sesuat yang dilakukan pada manusia dimuka bumi tidak lepas dari tanggung jawab di
akhirat.

Dalam prespektif islam manusia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai


abdullah dan khalifatullah. Didalam kedua kedudukan ini tidak luput dari pertanggung
jawaban. Setiap beramal tidak asal beraktivitas tetap harus dengan perencanaan yang
berkesinabungan agar hasi yang di peroleh dapat memberi kepuasan dan kedamaian
terhadap amal-amalan yang sesuai dengan koridorilahi. Pertanggung jawaban hidup di
diakhirat kelak merupakan wujud dan keadilan allah swt, dan menunjukan bahwa
pencipta langit dan bumi dari segala isinya termasuk didalamnya manusia tidaklah sia-
sia. Dalam hadist rasulullah SAW menegaskan bahwa pada hari akhirat seseorang akan
diminta pertangung jawaban seperti:

1. Umur atau waktu

2. Tentang Ilmu

3. Harta

4.panca indra

1
Kita harus menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sebagai seorang
muslim agar tercipta kehidupan yang harmonis sesuai dengan tuntutan al Qur'an dan
hadist. Dengan begitu kita akan menjadi orang yang mampu mempertanggung
jawabkan semua perbuatan kita di hadapan allah dan masyarakat, bangsa dan Negara.

Pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah adalah hal yang sangat penting


bagi manusia dan tanggung jawab sebagai khalifa di bumi ini hendaknya bisa
menjadikan manusia yang berkualitas, berakhlak mulia dan bisa member manfaat
kepada yang lainnya.

2..1 Identifikasi masalah

Tanggung jawab manusia terhadap amal perbuatannya selama di dunia


menurut prepektif alQur'an dan hadist

3..1 Rumusan Masalah


1. Pengertian tanggung jawab ?
2. Hadist tentang tanggung jawab manusia ?
3. Ayat Al-Qur’an tentang tanggung jawab ?
4. Macam – macam tanggung jawab dalam islam ?
5. Pengertian amal perbuatan ?
6. Hadist tentang amal perbuatan ?
7. Macam-macam amal perbuatan ?
8. Pengertian hukuman ?
9. Dasar-dasar penjatuhan hukum ?
10. Syarat-syarat pelaksanaan hukuman ?

2
4..1 Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian tanggung jawab.
2. Mengetahui hadist tentang tanggung jawab manusia.
3. Mengetahui ayat Al-Qur’an tentang tanggung jawab.
4. Mengetahui macam-macam pertanggung jawaban dalam islam.
5. Mengetahui pengertian amal perbuatan.
6. Mengetahui hadist tentang amal perbuatan.
7. Mengetahui macam-macam amal perbuatan.
8. Mengetahui pengertian hukuman.
9. Mengetahui dasar-dasar penjatuhan hukuman.
10. Mengetahui syarat-syarat pelaksanaan hukuman.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1..1 Tanggung jawab


A. Pengertian Tanggung Jawab

Pengertian tanggung jawab dalam kamus bahasa Indonesia adalah keadaan


wajib menanggung segala sesuatunya.[1] Jadi segala perbuatan yang dilakukan harus
diperhitungkan dan memiliki dampak, baik itu positif maupun negatif.
Tanggung jawab adalah perbuatan dimana seseorang berani menanggung apa
yang telah diucapkan dan dilakukan. Sikap tanggung jawab ini tentunya sangat penting
bagi kehidupan di dunia, baik dalam hal beribadah ataupun hubungan sosial. Tanpa
adanya rasa tanggung jawab maka sudah pasti kehidupan akan berantakan.
Dalam al-Qur’an tanggung jawab juga banyak ayat yang berbicara mengenai
tanggung jawab, salah satunya diungkapkan dalam surat al-Isra’ ayat 36:
Artinya: “janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.”[2]
Dalam ayat ini jelas bahwa segala apa yang didengar, dilihat dan tersirat dalam
hati manusia kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Allah. Menurut Quraish
Shihab ayat ini menegaskan bahwa manusia akan dituntut mempertanggungjawabkan
kerja alfi’ad atau hatinya. Adapun pertanggung jawaban yang tersirat dalam hati ada
tiga kategori. Petama, disebut dengan hajis, yaitu sesuatu yang terlintas dalam
pikiran secara spontan dan berakhir seketika. Kedua, disebut dengan khathir yaitu
sesuatu yang terlintas sejenak kemudian terhenti. Ketiga, disebut dengan hadist
nafs yaitu bisikan-bisikan hati yang dari saat ke saat muncul dan
bergejolak. Keempat, disebut dengan/ hamm yaitu kehendak melakukan sesuatu
sambil memikirkan cara-cara pencapaiannya. Kelima, disebut dengan ‘azm yakni

4
kebulatan tekat setelah rampungnya seluruh proses dan dimulainya suatu langkah
pelaksanaan. [3]
B. Hadist tentang tanggung jawab manusia
Dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata ”saya mendengar rasulullah SAW,
bersabda: ”setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki
adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas semua keluarganya.
Seorang bawahan adalah pemimpin bagi harta majikannya, da ia bertanggung jawab
atas keselamatan dan keutuhan hartanya itu. Dan kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas segala yang dipimpinnya”. (H.R.Bukhari Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa ajarab Islam sangat menjunjung tinggi tanggung
jawab seseorang. Tanggung jawab ada hubungannya dengan bak dan kewajiban.
Orang-orang yang kaya bertanggung jawab atas harta yang dimilikinya, dan
berkewajiban untuk menunaikan zakat/infaq dari harta tersebut. Dia juga berhak untuk
mempergunakannya sebagaimana yang dikehendakinnya asal sesuai dengan aturan
Allah SWT. Hadits ini juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya semua manusia itu
adalah pemimpin. Dengan demikian, semua orang mempertangungjawabkan segala
sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Disebutkan dalam hadis tadi, umpamanya
seseorangn pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya itu.

C. Ayat Al-Qur’an tentang tanggung jawab


1. An-Naml ayat 18
“Hingga apabila mereka (rombongan Nabi Sulaiman) sampai di lembah semut
berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu,
agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari” (QS.an-Naml:18)

2. Ash-Shaffat ayat 102


“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi

5
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS.ash-Shaffat:102)

3. Al Mudtastsir ayat 38
“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. Al-
Mudatstsir: 38)

4. Al Baqarah ayat 195


“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195)

5. Al-Maidah ayat 38-39


“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertobat (di antara
pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka
sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah: 38-39)

D. Macam – macam tanggung jawab


1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Berdasarkan sifatnya manusia adalah makhluk bermoral. Namun manusia juga
seorang pribadi, dan sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai pendapat, perasaan,
dan angan-angan sendiri untuk berbuat mapupun bertindak. Oleh karena itu, sudah
barang tentu apabila perbuatan dan tindakan tersebut dihadapkan pada orang lain, bisa
saja mengundang kekliruan, maka perlu diberi tanggung jawab dirinya sendiri.
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan

6
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah
pemimpin keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin dirumah suaminya dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya..." (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Tanggung jawab kepada keluarga


Keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdiri suami istri, ayah ibu, dan anak-
anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga, kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Allah SWT
berfirman yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimi dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S. At Tahrim: 6)

3. Tanggung jawab kepada masyarakat


Manusia merupakan anggota masyarakat, mengingat kenyataan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan
sebagainya manusia terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan
perbuatannya harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Kekuatan manusia
pada hakikatnya tidak terletak pada kemampuan fisik ataupun kemampuan jiwanya
saja, namun terletak juga pada kemampuan manusia bekerjasama dengan manusia lain.

Dengan manusia lain seorang manusia dapat menciptakan kebudayaan yang


dapat membedakan manusia dengan makhluk hidup lain. Kenyataan ini menimbulkan
kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia
pada dasarnya berkat bantuan atau kerjasama dengan orang lain di dalam masyarakat.
Inilah tanggung jawab manusia yang utama dalam hidup kaitannya dengan masyarakat.

7
4. Tanggung jawab kepada pada bangsa / Negara
Setiap manusia atau individu merupakan warga negara suatu negara. Dalam
berpikir, berbuat, bertindak, dan bertingkah laku manusia terikat dengan norma-norma
atau ukuran-ukuran yang dibuat dan berlaku di negara tersebut. Sehingga manusia tidak
dapat berbuat seenaknya sendiri. Apabila ia melakukan perbuatan salah, maka harus
bertanggung jawab kepada negara.

5. Tanggung jawab kepada tuhan


Allah SWT berfirman yang artinya :
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.“ ( Q.S. Az Zariyat : 56 ).
Manusia ada karena diciptakan tuhan atau tidak ada dengan sendirinya. Sebagai ciptaan
tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana yang ada pada
dirinya, yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya. Selain
itu, manusia sebagai ciptahan tuhan tentunya memiliki keterkaitan dengan tujuan
Tuhan menciptakannya. Oleh karena itu, manusia bertanggung jawab kepada tuhan
atas hal tersebut dan hal-hal yang dilakukannya selama hidup.

8
2..1 Amal Perbuatan

A. Pengertian
Secara bahasa “amal” berasal dari bahasa arab yang berarti perbuatan atau
tindakan. Pengertian amal dalam pandangan islam adalah setiap amal saleh , atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian amal dalam
islam tidak hanya terbatas dalam pada ibadah,.
Amal adalah setiap perilaku makhluk hidup yang disertai suatu maksud ,
apakah perlaku tersebut baik ataupun buruk.
Firman Allah : “Dan katakanlah : bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu , dan kamu akan
dikembalikkan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata lalu
diberitakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Surah Al-Taubah : 105)

B. Hadist amal perbuatan


1. Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari
dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”
(HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907].
2. Seorang yang melakukan perbuatan di dalam batu besar yang tidak ada pintu
maupun lubang anginnya, pasti akan diketahui manusia apapun yang terjadi (mau tidak
mau). (H.R Al-Hakim).
3. Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal
perbuatan tanpa iman. (HR. Ath-Thabrani)
4. Barangsiapa melakukan amal perbuatan yang bukan atas perintah kami maka
itu tertolak. (HR. Muslim).

9
5. Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-
orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan
amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia
tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari).
6. Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah
harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni
sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia
berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja,
tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika
memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok
yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua)
sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu
pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa
ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga
dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat
dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu
pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka
aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang,
serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya
sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

C. Macam-macam amal perbuatan


1. Berbakti kepada orang tua
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah
melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua
dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah
berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah
kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

10
2. Mendamaikan orang yang berselisih
Allah berfirman,
“Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya.” (QS.Al-Hujurat:9)
“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara
sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)

3. Ucapan yang baik


Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan
mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada
tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak
mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan
janganlah kalian berpecah belah.
Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar),
banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta.”

11
3..1 Hukuman
A. Pengertian
Menurut harfiah, hukum artinya : " Menetapkan sesuatu atas sesuatu". Sedangkan
ejaan dalam bahasa Arab ialah al-hukm. Secara ringkas ia berarti : "ketetapan". Sebab
itu berdasarkan ilmu bahasa, hukum Islam yang mana bersumber dari tuhan disebut
"hukumullah" berarti ketetapan Allah. Telah menjadi keyakinan yang pasti dalam
Islam bahwa yang menetapkan hukum itu ialah Allah SWT., "Tak ada hakim selain
dari Allah".
Menurut sarjana Ushul Fiqhi, defenisi hukum (al-Hukum) dirumuskan sebagai
berikut : " Titah Allah (sunah Rasul) tentang laku perbuatan manusia mukallaf
(dewasa), baik yang diperintahkan, yang dilarang, maupun yang dibolehkan. Demikian
pula dengan keadaan-keadaan tertentu menjadi sebab, atau syarat, atau menjadi
penghalang bagi berlakunya.

Dalam ajaran agama Islam, hukum terbagi atas dua yaitu :

1. Hukum yang bersifat perintah, larrangan atau pilihan. Golongan ini bernama
hukum takliefy. Hukum takliefy terbagi atas lima, yang dikenal dengan hukum
lima yaitu : wajib, sunat, haram. makruh dan mubah
2. Hukum yang bersifat menunjukkan keadaan-keadaan tertentu yang
dikwalifikasi sebagai sebab atau syarat, atau halangan (ma'ani) bagi berlakunya
hukum. Golongan ini bernama ( hukum wadh'i )

B. Dasar-dasar penjatuhan hukuman


1. Surat Shad ayat 26

Artinya: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah dimuka


bumi ini, maka berikanlah keputusan (hukuman) di antara manusia dengan adil dan
janganlah mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapatkan
siksa yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shad, 38:26)

12
2. Surat An-Nisa ayat 135

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar sebagai penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah baik terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dari kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih
mengetahui kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Janganlah kamu memutarbalikkan kata-kata atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.”10 (Q.S. An-Nisa, 4:135)

Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya, sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda


“Qadhi-qadhi (hakim-hakim) itu ada tiga golongan, dua golongan di neraka dan satu
golongan di surga. Seorang hakim yang memutus dengan curang (tidak benar)
sedangkan dia mengetahui kebenaranya, maka dia di neraka. Dan seorang memutus
dengan kebodohan dan merusak hak orang lain, dia juga di neraka. Dan seorang hakim
yang memutus dengan jujur (benar) maka dia di surga” (H.R. At-Turmudzi)

C. Syarat-syarat pelaksaan hukuman


1. Hukuman harus ada dasarnya dari ‘syara

Hukum dianggap mempunyai dasar (syar,iyah) apabila ia didasarkan kepada


sumber-sumber syara’ seperti : Al-Qur’an, As-Sunnah, jima’, atau undang-undang
yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (ulil amri) seperti dalam hukuman
ta’zir, dalam hal hukuman ditetapkan oleh ulil amri maka disyaratkan tidak boleh
bertetntangan dengan ketentuan-ketentuan syara’. Apabila bertentangan maka
ketentuan hukuman tersebut menjadi batal. Perbuatan dianggap salah jika ditentukan
oleh nas. Prinsip ini yang dalam bahasa hokum disebut dengan istilah asas legalitas.
Hukum pidana islam mengenal asas ini secara substansial sebagaimana disebutkan
dalam beberapa ayat, diantaranya :

13
Surat Al-Isra’ ayat 15 “…dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami
mengutus seorang rasul”.

Surat Al-Baqarah ayat 286 “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya….”

2. Hukuman harus bersifat pribadi (perorangan)

Hukuman harus dijatuhkan kepada orang yang melakukan tindak pidana dan
tidak mengenai orang lain yang tidak bersalah. Syarat ini merupakan salah satu dasar
dan prinsip yang ditegakkan oleh syariat islam dan ini telah dibicarakkan berkaitan
dengan masalah pertanggungjawaban.

3. Hukuman harus bersifat universal dan berlaku umum

Hukuman harus berlaku untuk semua orang tanpa adanya diskriminasi, baik
pangkat, jabatan, status, atau keudukannya. Didalam hukum pidana islam, persamaan
yang sempurna itu hanya terdapat dalam jarimah dan hukuman had atau qishash, karena
keduanya merupakan hukuman yang telan ditentukkan oleh syara’. Setiap orang yang
melakukan jarimah hudud akan dihukum dengan hukuman yang sesuai dengan jarimah
yang dilakukkannya. Sedangkan persamaan yang dituntut dari hukuman ta’zir adalah
persamaan dalam aspek dampak hukuman terhadap pelaku, yaitu mencegah, mendidik,
dan memperbaikimya.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tanggung jawab adalah perbuatan dimana seseorang berani menanggung apa


yang telah diucapkan dan dilakukan. Sikap tanggung jawab ini tentunya sangat penting
bagi kehidupan di dunia, baik dalam hal beribadah ataupun hubungan sosial. Tanpa
adanya rasa tanggung jawab maka sudah pasti kehidupan akan berantakan.
Dalam al-Qur’an tanggung jawab juga banyak ayat yang berbicara mengenai tanggung
jawab, salah satunya diungkapkan dalam surat al-Isra’ ayat 36
Secara bahasa “amal” berasal dari bahasa arab yang berarti perbuatan atau
tindakan. Pengertian amal dalam pandangan islam adalah setiap amal saleh , atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT.
"hukum" ialah nama bagi segala "Titah Tuhan" atau "Sabda Nabi", baik itu
mengandung 'perintah', 'larangan' atau pun ia bersifat "pilihan". Ataupun titah itu
menyatakan sebab, syarat, dan halangan suatu pekerjaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia : Edisi


Ketiga,(Jakarta; Balai Pustaka, 2007) h. 118
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an)
vol. 7, (Jakarta; Lentera Hati, 2004), cet.ke-2, h. 466

Ihwanuddin, Muhammad. 2011. Hadist Tanggung Jawab. Tersedia [online] :


https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/17/hadis-tentang-tanggung-jawab-
manusia/

(10 Desember 2019)

Supyan, Ahmad. 2018. Pengertian Tanggung Jawab san Macam-macam. Tersedia


[online] : http://teropongpelajar.blogspot.com/2018/01/pengertian-dan-macam-
macam-tanggung-jawab.html

(10 Desember 2019)

Safitra, khanza. 2017. Ayat Al-Qur’an Tentang Tanggung Jawab. Tersedia [online]:
https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ayat-al-quran-tentang-tanggung-
jawab

(10 Desember 2019)

Anonim, 2016. Pengertian Hukum Menurut Agama Islam. Tersedia [online] :


https://www.ilmusaudara.com/2016/11/pengertian-hukum-menurut-agama-islam.html

(10 Desember 2019)

Oemiy, 2010. Macam-Macam Hukuman dalam Islam. Tersedia [online] :


https://oemiy.wordpress.com/2010/12/30/macam-macam-hukuman-dalam-hukum-
pidana-islam/

(10 Desember 2019)

16
17

Anda mungkin juga menyukai