tp
s:
//b
an
te
n.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
a nt
e n.
bps
.g
o .id
STUDI PENYUSUNAN
INDEKS KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA
PROVINSI BANTEN 2017
ISBN : 978-623-7114-01-7
No. Publikasi : 36550.1901
Katalog BPS : 3201006.36
o .id
.g
Ukuran Buku : 17,6 X 25 cm
Jumlah Halaman ps
: viii + 89 Halaman
b
n.
Statistik
a nt
Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, atas
terbitnya publikasi Studi Penyusunan Indeks Ketahanan Pangan
Rumahtangga Provinsi Banten 2017. Publikasi ini memuat hasil studi
pengembangan model, berupa penyusunan Indeks Ketahanan Pangan
.id
Rumahtangga (IKP). IKP yang disusun mencakup 3 (tiga) dimensi ketahanan
o
pangan, yaitu : ketersediaan pangan, keterjangkauan/akses pangan dan
.g
pemanfaatan pangan. b ps
Publikasi studi IKP ini menyajikan capaian pembangunan ketahanan pangan
n.
tahun 2017. Selain itu, juga dilakukan analisis singkat mengenai IKP menurut
a
//b
Disadari, hasil studi IKP yang dimuat dalam publikasi ini masih banyak
ht
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran demi perbaikan di masa
mendatang sangat diharapkan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan, sehingga
publikasi studi IKP ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
.id
Bab I. Pendahuluan ………………………………………………………… 1
o
Latar Belakang ….…………………………………………………… 3
.g
SDGs dan Ketahanan Pangan ……………………………….... 4
b ps
Nawa Cita, RPJMN dan Ketahanan Pangan ………………. 6
RPJMD dan Ketahanan Pangan ……………………………….. 7
n.
.id
Ketahanan Pangan Banten ………….….……….……………… 52
Ketahanan Pangan Regional Banten …….…………………. 56
o
.g
Bab V. Kesimpulan ………………………………………………………….. 59
Lampiran ……………………………………………………………………………… 67
e
a nt
//b
s:
tp
ht
.id
Ketahanan Pangan Hasil Sensus Pertanian 2013 …….. 22
o
Tabel 3.1. Dimensi dan Aspek Ketahanan Pangan Menurut
.g
Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
ps
serta Indeks Ketahanan Pangan Rumahtangga
(IKP) 2017 ………………………………………………………….
b
28
n.
.id
2017 ………………………………………………….………… 53
o
Gambar 4.2. Indeks Ketahanan Pangan Rumahtangga (IKP)
.g
Banten Menurut Lapangan Usaha Pekerjaan
b ps
Utama Rumahtangga, 2017 ……………………………… 55
Gambar 4.3. Indeks Ketahanan Pangan Rumahtangga (IKP)
n.
Pendahuluan
Latar Belakang
.id
bagi manusia. Dalam pemenuhannya, pangan merupakan hak asasi yang
dijamin dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, sebagai
o
.g
komponen utama untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
ps
Adapun ketahanan pangan diartikan sebagai tersedianya pangan dalam
b
jumlah yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman
n.
Sementara itu, Banten menjadi salah satu provinsi andalan Indonesia dalam
penyediaan pangan. Berdasarkan data BPS (Statistik Indonesia 2018),
Banten pada tahun 2015 mampu menyumbang 2,2 juta ton GKG, sehingga
.id
dan konsumsi. Dengan demikian, terwujudnya ketahanan pangan merupakan
o
prestasi tersendiri bagi pemerintah, termasuk pemerintah daerah. Oleh
.g
ps
karena itu, ketahananan pangan menjadi salah satu indikator kinerja dalam
b
RPJMD suatu daerah, termasuk Banten. Implikasinya, ada kebutuhan untuk
n.
pangan rumahtangga.
//b
s:
tp
.id
Ketahanan pangan juga memiliki hubungan yang sinergis dengan beragam
o
.g
tujuan lain yang ada dalam SDGs, terutama tujuan pertama, ketiga, dan
ps
keenam. Dengan mengakhiri kelaparan, peningkatan ketahanan pangan dan
b
nutrisi yang lebih baik, serta mendukung pertanian berkelanjutan dapat
n.
dapat terjadi karena pemenuhan nutrisi dan gizi yang sudah tercukupi,
a
//b
upah yang lebih baik, sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan.
ht
.id
Nawa Cita, RPJMN dan Ketahanan Pangan
o
.g
Nawa Cita adalah sembilan agenda prioritas yang menjadi visi-misi Presiden
ps
Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sembilan agenda ini merupakan
b
upaya untuk melanjutkan semangat dan cita-cita Bung Karno yang dikenal
n.
utama, yakni : (1) norma pembangunan; (2) tiga dimensi pembangunan; (3)
kondisi perlu agar pembangunan dapat berlangsung; serta (4) program-
program quick wins.
Seperti halnya visi-misi Presiden dan Wakil Presiden, visi-misi Gubernur dan
Wakil Gubernur Banten juga dijabarkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Banten 2017-2022. Dimana, pada saat ini
RPJMD tersebut telah diundangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
Provinsi Banten No. 7 Tahun 2017.
Ada lima agenda prioritas yang menjadi visi-misi Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten. Kelima agenda tersebut masing-masing adalah : Pertama,
.id
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Kedua,
o
membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur. Ketiga, meningkatkan
.g
akses dan pemerataan pelayanan
b pspendidikan berkualitas. Keempat,
meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan berkualitas.
n.
Tujuan Studi
.id
Data IKP yang yang dihasilkan dalam studi ini, diharapkan dapat digunakan
o
oleh Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Banten.
.g
ps
Dengan demikian, kebutuhan akan data dan target capaian pembangunan
b
ketahanan pangan menjadi terpenuhi. Implikasinya, angka IKP tersebut ke
n.
Keterbatasan Studi
s:
tp
Angka IKP yang disajikan dalam publikasi ini merupakan hasil studi yang
ht
dilakukan oleh BPS Provinsi Banten. Dimana, pemilihan aspek dan indikator
ketahanan pangannya disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada pada
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Pertanian 2013
Listing (ST2013-L) dan sensus Potensi Desa 2014 (Podes 2014). Oleh karena
itu, angka IKP yang dihasilkan hanya memiliki keterbandingan antar wilayah
dalam lingkup Provinsi Banten saja.
Sistematika Penulisan
Pada Bab II, disajikan tinjauan pustaka IKP, yang berisi uraian tentang
.id
konsep dan teori ketahanan pangan, serta temuan terdahulu mengenai
o
penghitungan indeks ketahanan pangan rumahtangga.
.g
ps
Bab III, disajikan metodologi penghitungan IKP, yang berisi uraian tentang
b
n.
status ketahanan pangan dan capaian menurut dimensi, serta capaian IKP
//b
Tinjauan Pustaka
.id
2013 (ST2013), yang pernah dirilis oleh BPS pada tahun 2014.
o
.g
Definisi Ketahanan Pangan
b ps
n.
.id
e. World Bank (1996), mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses
oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk
o
.g
kehidupan yang sehat dan aktif.
ragam sesuai dengan budaya setempat dari waktu ke waktu agar dapat
a
//b
hidup sehat.
s:
setiap orang dalam segala waktu memiliki akses dan kontrol atas jumlah
ht
pangan yang cukup dan kualitas yang baik demi hidup yang sehat dan
aktif. Ada dua kandungan makna yang tercantum di sini, yakni
ketersediaan dalam artian kualitas dan kuantitas, dan akses dalam artian
hak atas pangan melalui pembelian, pertukaran, maupun klaim.
.id
pangan rumahtangga yaitu :
o
.g
1. Ketersediaan pangan
ps
2. Keterjangkauan atau akses Pangan
b
n.
3. Pemanfaatan pangan
e
a nt
.id
keamanan dan halal serta efisiensi untuk mencegah pemborosan. Sementara
o
.g
dimensi pemanfaatan pangan menyangkut pendidikan masyarakat, agar
ps
mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat
b
mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai dengan tingkat
n.
cukup dan berimbang, akan tidak efektif bagi pembentukan manusia yang
a
//b
.id
Gambar 2.1.
o
.g
Bagan Konseptual Ketahanan Pangan Rumahtangga
b ps
Sumberdaya :
n.
Fisik, Manusia,
Sosial
e
Ketersediaan
nt
Pangan
a
Produksi Pangan
//b
Akses Ekonomi :
ht
Akses Sosial
Konsumsi
Pangan
Pemanfaatan
Pangan
Status Gizi : anak
Output dan dewasa
.id
Pangan bekerja sama dengan World Food Programme (WFP). FSVA dibuat
o
.g
berdasarkan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses
ps
terhadap pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah
b
tersedianya pangan secara fisik di daerah, yang diperoleh baik dari hasil
n.
pemerintah, serta bantuan pangan baik dari pemerintah maupun dari badan
s:
Tabel 2.1.
Aspek Parameter/Indikator
(1) (2)
.id
Ketersediaan Pangan
produksi pangan
o
.g
Persentase penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan
Akses Pangan dan
ps
Persentase desa yang tidak bisa dilalui kendaraan
b
Penghidupan roda empat
e n.
listrik
a
//b
.id
yang seragam yaitu gradasi warna merah dan hijau. Gradasi warna merah
o
.g
menunjukkan variasi tingkat kerawanan pangan dan gradasi warna hijau
ps
menggambarkan kondisi yang lebih baik. Pada kedua kelompok warna
b
tersebut, warna yang semakin tua menunjukkan tingkat yang lebih tinggi
n.
IKP dbentuk dari tiga dimensi ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan,
keterjangkauan/akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Keterbatasan data
pada SPP-ST2013 menyebabkan IKP dihitung melalui pendekatan skoring
jawaban-jawaban pada kuesioner yang dikelompokkan menjadi tiga dimensi.
Keterbatasan itu pula menyebabkan dimensi ketersediaan pangan hanya
diwakili oleh aspek kecukupan pangan. Dimensi keterjangkauan/akses
o .id
Adapun aspek kecukupan asupan dideteksi dari indikator tidak ada balita
.g
ps
yang kurang gizi atau berat badan yang rendah serta indikator tidak adanya
balita yang meninggal karena sakit. Adapun aspek kualitas air diwakili oleh
b
n.
indikator sumber air minum utama dan indikator sumber air untuk memasak.
e
Tabel 2.2.
o .id
Dimensi
.g
Kabupaten/kota
Ketersediaan
Pangan
b ps
Keterjangkauan/
Akses Pangan
Pemanfaatan
Pangan
n.
Tabel 2.2.
Lanjutan
Peringkat
Provinsi atau
Kabupaten/Kota IKP Status Kabupaten/Kota
Pada Level
Nasional
.id
(1) (2) (3) (3)
o
.g
Lebak 80,29 Cukup 227
b ps
Tangerang 82,68 Cukup 167
e n.
Metodologi
.id
Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber
o
daya manusia yang berkualitas.
.g
ps
Dalam undang-undang yang sama, juga disebutkan bahwa ketahanan
b
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
n.
lokasi sampel rumahtangga Susenas Maret 2017, yang dalam hal ini adalah
desa/kelurahan.
Tabel 3.1.
Aspek
.id
Dimensi
UU No. 18 Tahun 2012 IKP 2017
o
.g
(1) (2) (3)
• Kecukupan mutu
• Kecukupan pangan
e
nt
• Keberagaman pangan
dan kecukupan gizi
a
//b
dan keyakinan
ht
• Kesesuaian dengan
budaya
.id
kebutuhan. Dimensi ketersediaan pangan diwakili oleh aspek kecukupan
o
.g
pangan dilihat dari dua indikator, yaitu kecukupan persediaan pangan dan
tidak kekurangan pangan.
b ps
n.
kebutuhan akan pangan selama setahun yang lalu telah tercukupi dalam
//b
rumahtangga tersebut.
s:
tp
o .id
2. Indikator Tidak Kekurangan Pangan
.g
ps
Kekurangan pangan merupakan kondisi tidak mampu mengkonsumsi
b
makanan sesuai kebiasaannya atau tidak mampu mempertahankan pola
n.
makan normal setiap saat selama periode setahun yang lalu dan
e
nt
makan lebih sedikit, makan lebih murah, dan mungkin makanan kurang
//b
bergizi.
s:
tp
o .id
.g
ps
Dimensi Keterjangkauan/Akses Pangan (Aspek Keterjangkauan
b
Fisik, Ekonomi, dan Sosial)
e n.
pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok, pembelian, barter,
a
//b
Akses pangan tergantung pada daya beli rumahtangga yang ditentukan oleh
sumber penghidupan rumahtangga tersebut. Sumber penghidupan
rumahtangga terdiri dari kemampuan rumahtangga, modal/aset (sumber
daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan sosial) dan
penghasilan, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar,
misalnya pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Rumahtangga
yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan
berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak
berkecukupan, tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang
menyebabkan tetap miskin dan rentan terhadap kerawanan pangan.
Dimensi keterjangkauan atau akses pangan terdiri dari satu aspek yaitu
aspek keterjangkauan fisik, ekonomi, dan sosial. Aspek ini dibentuk oleh tiga
indikator yaitu indikator pangan yang diproduksi di desa/kelurahan setempat,
indikator tidak mengalami kesulitan menjangkau lokasi pembelian dan
indikator harga pembelian tidak tinggi.
.id
besar pangan diproduksi di desa/kelurahan setempat, maka akan
o
memudahkan orang-orang sekitar dalam mencukupi kebutuhannya.
.g
Tempat tinggal yang dekat dengan tempat produksi akan memudahkan
ps
untuk mendapatkan pangan. Selain itu, persediaan pangan akan terus
b
n.
ada karena mudahnya akses yang dapat dijangkau, tanpa perlu mencari
e
o .id
❖ 3, bila terdapat pasar dengan bangunan permanen dan atau pasar
.g
dengan bangunan semi permanen,
b ps
❖ 2, bila sama sekali tidak ada kedua jenis pasar tersebut dan jaraknya
n.
❖ 1, bila sama sekali tidak ada kedua jenis pasar tersebut dan jaraknya
a
//b
❖ 0, bila sama sekali tidak ada kedua jenis pasar tersebut dan jaraknya
tp
.id
bawah garis kemiskinan akan diberikan skor 0.
o
.g
Dimensi Pemanfaatan Pangan
b ps
e n.
kecukupan asupan untuk melihat status kesehatan yang diukur dengan dua
ht
❖ 1, bila mengkonsumsi 1.400 kkal s.d 1.999,99 kkal per kapita sehari,
.id
kalori mempengaruhi derajat kesehatan, menjadikan seseorang rentan
penyakit, gizi buruk dan balita pendek (stunting).
o
.g
Aturan pemberian skor untuk indikator asupan protein adalah sebagai
berikut :
b ps
n.
❖ 2, bila mengkonsumsi lebih dari 100 persen AKG per kapita sehari,
e
nt
❖ 1, bila mengkonsumsi 80% AKG s.d 99,99% AKG per kapita sehari,
a
//b
❖ 3, untuk jawaban air kemasan bermerk, air isi ulang dan ledeng,
Indikator kedua yang mengukur aspek kualitas air adalah sumber air
utama untuk masak. Pemanfaatan air untuk masak menggambarkan
dimensi pemanfaatan pangan rumahtangga. Air yang digunakan untuk
.id
memasak, baik atau tidaknya akan memengaruhi kesehatan bagi
o
.g
anggota rumahtangga. Semakin baik kualitas air yang dimanfaatkan
ps
untuk memasak akan menghindarkan anggota rumahtangga mengalami
b
kesehatan yang buruk.
e n.
Seperti indikator sumber air utama untuk minum, sumber air utama
nt
Rincian 1616A yang berisi pertanyaan “Apa sumber air utama yang
s:
❖ 3, untuk jawaban air kemasan bermerk, air isi ulang dan ledeng,
Tabel 3.2.
.id
(Bobot = ⅓) kuantitas pangan (Bobot = ½)
o
• Tidak kekurangan
.g
pangan (Bobot = ½)
Keterjangkauan/Akses
b ps
• Keterjangkauan fisik, • Pangan diproduksi di
Pangan ekonomi, dan sosial desa/kelurahan
n.
• Tidak mengalami
kesulitan menjangkau
a
lokasi pembelian
//b
(Bobot = ⅓)
s:
• Kecukupan asupan
protein (Bobot = ½)
dimensi dan setiap indikator dalam satu aspek masing-masing akan memiliki
bobot yang sama, seperti terlihat pada Tabel 3.2 di atas.
.id
Dimensi ketersediaan pangan hanya terdiri dari satu aspek dan dua
o
.g
indikator. Dengan rumus penghitungan indeks dimensinya adalah
sebagai berikut :
b ps
n.
X
e
nt
11k
k=1
IKP_X1 = × 100%
a
6
//b
s:
Keterangan :
tp
θ X
k=1
k 21k
IKP_X 2 = × 100%
18
Keterangan :
.id
Dimensi pemanfaatan pangan terdiri dari dua aspek, dengan masing-
o
.g
masing aspek terdiri dari dua indikator. Oleh karena itu sebelum
ps
menghitung indeks dimensinya, terlebih dahulu dilakukan penghitungan
b
indeks masing-masing aspek, yaitu :
e n.
nt
X
a
31k
//b
k=1
IKP_X31 = × 100%
4
s:
tp
Keterangan :
ht
X
k=1
32k
IKP_X32 = × 100%
6
Keterangan :
X32k = Skor indikator ke-k untuk aspek kualitas air dalam dimensi
pemanfaatan pangan
k = 1, 2,3 (indikator untuk aspek kualitas air)
X31 + X32
IKP_X3 =
2
4. Indeks Ketahanan Pangan Rumahtangga (IKP)
o .id
Indeks ketahanan pangan rumahtangga merupakan rata-rata dari ketiga
.g
indeks dimensi ketahanan pangan, yaitu : b ps
n.
3
a nt
Hasil-Hasil IKP
R
Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa, yang secara mandiri
menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat
dan masyarakat. Kedaulatan pangan masuk dalam agenda pembangunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN) 2015-2019.
.id
Adapun ketahanan pangan merupakan langkah awal dalam usaha
pembangunan kedaulatan pangan. Ketahanan pangan sendiri diartikan
o
.g
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
ps
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
b
jumlah maupun mutu, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
e n.
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (Undang-
a
//b
Ketersediaan Pangan
.id
protein 87,3 gram per kapita per hari. Berarti, kondisi ketersediaan pangan
Banten menurut hasil analisis NBM Tahun 2017 tersebut tampak cukup baik.
o
.g
Hal ini karena acuan standar ideal ketersediaan pangan untuk energi adalah
ps
sebesar 2.400 kkal per kapita per hari dan protein 63 gram per kapita per
b
hari (www.disketapang.bantenprov.go.id, 11 Oktober 2018).
e n.
nt
Tabel 4.1.
.id
1. Pandeglang 11,29 1,59
o
.g
2. Lebak 10,69 0,77
3. Tangerang
b ps 8,88 2,58
n.
Tabel 4.2.
.id
(1) (2) (3)
o
A. Bekerja/Berusaha 7,98 1,82
.g
1. Pertanian
b ps
12,44 1,88
Restoran
s:
2,93 1,06
dan Jasa Perusahaan
dipengaruhi oleh daya beli, yang ditentukan oleh besarnya pendapatan dan
harga pangan. Aksesibilitas pangan rumahtangga merupakan aspek kritis
dalam perwujudan ketahanan pangan, karena menjadi salah satu pilar
ketahanan pangan, selain ketersediaan dan pemanfaatan pangan. Dengan
kata lain, meski secara fisik pangan tersedia namun jika rumahtangga tidak
mampu mengaksesnya, maka ketahanan pangan tidak akan terwujud.
Kemampuan akses pangan rumahtangga dikatakan baik apabila
rumahtangga mampu menjangkau pangan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan gizi anggotanya setiap saat.
.id
Sementara itu Hasil ST2013-Listing menunjukkan bahwa rumahtangga di
o
.g
Banten lebih mudah mengakses pangan lokal. Hal ini terlihat dari tingginya
ps
persentase rumahtangga yang menyatakan bahwa pangan yang dikonsumsi
b
memang diproduksi di desa/kelurahan tempat tinggal mereka, yakni sebesar
n.
95,68 persen (Tabel 4.3). Bahkan untuk Kota Serang, persentase yang
e
nt
Tabel 4.3.
.id
(1) (2) (3) (4)
o
.g
2. Lebak 98,77 44,53 98,58
b ps
3. Tangerang 98,45 4,36 94,48
en.
Sumber : Data ST2013-Listing, Podes 2014, Susenas Maret 2017 (Data diolah)
Pemanfaatan Pangan
.id
dan bahkan bagi individu dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Masalah
o
.g
produksi pangan yang hanya terkonsentrasi di wilayah tertentu dan pada
ps
waktu-waktu tertentu, mengakibatkan konsentrasi ketersediaan hanya di
b
sentra-sentra produksi dan pada masa-masa panen pula.
e n.
Di sisi lain, pola konsumsi yang relatif sama antar-individu, antar-waktu, dan
nt
defisit pangan. Oleh karena itu mekanisme pasar dan distribusi antar lokasi
s:
Tabel 4.4.
.id
Aspek Kecukupan
Aspek Kualitas Air
o
Asupan
.g
Sumber Air Sumber Air
Kabupaten/Kota
b ps Minum Masak
Utama dari Utama dari
Asupan Asupan
n.
Air Air
Kalori < Protein <
Permukaan Permukaan
e
Hujan/ Hujan/
a
Lainnya) Lainnya)
//b
Sementara itu asupan kalori dan asupan protein yang menjadi indikator
aspek kecukupan pangan dalam dimensi pemanfaatan pangan, dapat
digunakan untuk melihat tingkat kecukupan gizi rumahtangga. Hal ini karena
rendahnya asupan kalori dan protein berdampak kepada derajat kesehatan,
rentan penyakit, gizi buruk, dan balita pendek (stunting).
.id
menurut kabupaten/kota, Kota Tangerang memiliki persentase rumahtangga
o
.g
tertinggi dalam hal asupan kalori kurang dari 1.400 kkal per kapita per hari.
ps
Sementara Kabupaten Serang memiliki persentase tertinggi untuk asupan
b
protein kurang dari 80% AKG per kapita per hari (Tabel 4.4).
e n.
Ketahanan pangan juga tidak terlepas dari keberadaan dan aksesibilitas air
nt
pangan yang semakin meningkat. Dari sisi pemanfaatan, air bersih dalam
s:
.id
dalam negeri dan cadangan pangan nasional, serta impor apabila kedua
o
sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Dimensi ketersediaan
.g
pangan diwakili oleh satu aspek yaitu aspek kecukupan pangan, dengan
ps
menggunakan indikator kecukupan persediaan pangan dan indikator tidak
b
n.
kekurangan pangan.
e
nt
cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok, pembelian,
barter, hadiah, pinjaman, dan bantuan pangan. Dimensi keterjangkauan
s:
tp
pangan terdiri dari satu aspek yaitu aspek keterjangkauan fisik, ekonomi, dan
ht
sosial. Aspek ini dibentuk oleh tiga indikator yaitu indikator pangan
diproduksi di desa/kelurahan setempat, indikator tidak mengalami kesulitan
menjangkau lokasi pembelian, dan indikator harga pembelian tidak tinggi.
Gambar 4.1.
100
88,81
82,09 81,03
80 72,14
60
o .id
40
.g
20
b ps
n.
0
e
nt
Dari sisi dimensi pemanfaatan pangan, nilainya yang rendah itu disebabkan
oleh skor sumber air masak utama yang rendah (Tabel 4.5). Melihat nilai
skor yang dihasilkan, dapat dipastikan bahwa rumahtangga di Banten banyak
yang tidak menggunakan air ledeng (meteran/eceran) dan air isi ulang,
sebagai sumber air utama untuk masak. Tidak menggunakan air ledeng,
karena infrastruktur tersebut biasanya tidak tersedia di daerah perdesaan.
Tabel 4.5.
Skor
Dimensi/Indikator
.id
Nilai
Nilai Capaian
Maksimal
Indikator (persen)
o
Indikator
.g
(1) (2) (3) (4)
1. Dimensi Pemanfaatan Pangan
b ps
n.
Sementara itu bila diamati menurut lapangan usaha pekerjaan utama kepala
rumahtangga, terlihat bahwa ketahanan pangan rumahtangga tertinggi
dimiliki oleh rumahtangga dengan kepala rumahtangga yang bekerja/
berusaha dalam bidang atau lapangan usaha lembaga keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan serta lapangan usaha industri pengolahan, dengan nilai
IKP masing-masing mencapai 86,23 dan 83,79. Sebaliknya, rumahtangga
dengan kepala rumahtangga yang bekerja/berusaha dalam lapangan usaha
pertanian justru mempunyai tingkat ketahanan pangan terendah, dengan
nilai IKP hanya sebesar 74,72 (Gambar 4.2).
Gambar 4.2.
90
86,23
83,79
82,66 82,48
81,42 80,73
80 78,39
74,72
.id
70
o
.g
60
b ps
e n.
50
nt
dan Jasa
Perusahaan
s:
tp
Gambar 4.3.
Buruh/Karyawan/ Pegawai
83,27
Pekerja Keluarga atau Tidak
Dibayar 82,13
.id
Berusaha dibantu buruh
tetap/buruh dibayar 80,68
o
.g
Berusaha dibantu buruh tidak
tetap/buruh tidak dibayar 77,04
Berusaha Sendiri
b ps 79,96
n.
50 60 70 80 90
e
nt
a
Tabel 4.6.
Dimensi
Keterjang-
Kabupaten/Kota Keterse- Peman- IKP Kategori
kauan/
diaan faatan
Akses
Pangan Pangan
Pangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.id
1. Pandeglang 83,73 76,39 68,61 76,24 Cukup
o
.g
2. Lebak 85,26 77,03 64,05 75,43 Cukup
8. Kota Tangerang
96,22 86,54 75,41 86,05 Tinggi
Selatan
Kesimpulan
.id
persediaan pangan yang menjadi salah satu pilar ketahanan pangan, masih
o
menimbulkan tanda tanya. Hal ini karena, terdapat 8,32 persen rumahtangga
.g
di Banten yang tidak mempunyai kecukupan persediaan pangan. Bahkan,
ps
persentase yang pernah mengalami kekurangan pangan juga cukup besar,
b
n.
ada di Banten. Adapun Kota Cilegon dan Kota Serang mempunyai persentase
tertinggi untuk kategori rumahtangga yang pernah mengalami kekurangan
pangan dalam setahun terakhir.
.id
persentase rumahtangga tertinggi dalam hal asupan kalori kurang dari 1.400
o
kkal per kapita per hari. Sementara Kabupaten Serang memiliki persentase
.g
tertinggi untuk asupan protein kurang dari 80% AKG per kapita per hari.
b ps
Tingkat ketahanan pangan rumahtangga di Banten secara umum termasuk
n.
BPS Provinsi Banten. 2014. Analisis Sosial Ekonomi Petani Di Banten: Hasil
Survei Pendapatan Petani-Sensus Pertanian 2013. Kota Serang:
BPS Provinsi Banten.
.id
Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. 2010. Panduan
Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia, A
o
.g
Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia (FSVA). Jakarta:
Dewan Ketahanan Pangan.
b ps
n.
Jenderal DPR RI
tp
ht
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) (2008), “An
Introduction to the Basic Concepts of Food Security”, Food Security
Information for Action, Practical Guides, Published by the EC - FAO
Food Security Programme, www.foodsec.org/docs/
concepts_guide.pdf
FAO, IFAD and WFP. (2013). The State of Food Insecurity in the World 2013:
The multiple dimensions of food security. Rome, FAO
.id
Nurhemi, Shinta R.I Soekro, dan Guruh Suryani R. 2014. Pemetaan
o
.g
Ketahanan Pangan di Indonesia : Pendekatan TFP dan Indeks
Ketahanan Pangan. Bank Indonesia.
b ps
n.
Setiawan, Deby Eryani., M.H Dewi Susilowati, Hafid Setiadi. 2017. Pola
e
.id
Tingkat Kecukupan Persediaan Pangan
o
.g
Kabupaten/Kota
Tidak
Mempunyai
b ps Kurang Cukup Lebih
1. Pandeglang
e
.id
A. Bekerja/Berusaha 7,98 7,45 14,76 69,81
o
1. Pertanian 12,44 14,36 23,83 49,38
.g
2. Industri Penolahan 6,76 4,00
b ps 11,63 77,61
4. Perdagangan, Hotel
nt
5. Pengangkutan dan
//b
6. Lembaga Keuangan,
tp
1. Pandeglang
.id
1,59 2,47 4,67 91,27
o
2. Lebak 0,77 2,17 3,39 93,67
.g
3. Tangerang 2,58
b ps 2,40 3,27 91,75
n.
.id
A. Bekerja/Berusaha 1,82 1,51 3,17 93,50
o
1. Pertanian 1,88 2,86 5,06 90,20
.g
2. Industri Penolahan 1,46 0,83
b ps 2,59 95,12
4. Perdagangan, Hotel
nt
5. Pengangkutan dan
//b
6. Lembaga Keuangan,
tp
1. Pandeglang
.id
98,90 0,00
o
2. Lebak 98,77 0,00
.g
3. Tangerang
b ps
98,45 0,00
n.
.id
A. Bekerja/Berusaha 95,69 0,48
o
1. Pertanian 99,25 0,00
.g
2. Industri Penolahan 94,79 ps
b 0,72
4. Perdagangan, Hotel
nt
93,84 0,80
dan Restoran
a
5. Pengangkutan dan
//b
96,72 0,00
Komunikasi
s:
6. Lembaga Keuangan,
tp
1. Pandeglang
.id
38,95 40,84 7,01 13,21
o
2. Lebak 44,53 30,35 6,30 18,82
.g
3. Tangerang 4,36
b ps 54,03 10,84 30,77
n.
.id
A. Bekerja/Berusaha 13,78 43,68 16,24 26,30
o
1. Pertanian 35,06 42,82 6,24 15,88
.g
2. Industri Penolahan 6,91 47,41
b ps 18,29 27,38
4. Perdagangan, Hotel
nt
5. Pengangkutan dan
//b
6. Lembaga Keuangan,
tp
1. Pandeglang
.id
1,77 98,23
o
2. Lebak 1,42 98,58
.g
3. Tangerang
b ps
5,52 94,48
n.
.id
A. Bekerja/Berusaha 3,05 96,95
o
1. Pertanian 3,53 96,47
.g
2. Industri Penolahan 2,78 ps
b 97,22
4. Perdagangan, Hotel
nt
3,00 97,00
dan Restoran
a
5. Pengangkutan dan
//b
1,17 98,83
Komunikasi
s:
6. Lembaga Keuangan,
tp
Asupan Kalori
Kabupaten/Kota
1.400 kkal-
<1.400 kkal ≥2.000 kkal
1.999,99 kkal
1. Pandeglang
.id
0,97 20,04 78,99
o
2. Lebak 4,48 22,79 72,73
.g
3. Tangerang 5,20
b ps 26,77 68,03
n.
Asupan Kalori
Lapangan Usaha
1.400 kkal-
<1.400 kkal ≥2.000 kkal
1.999,99 kkal
.id
A. Bekerja/Berusaha 4,43 27,33 68,24
o
1. Pertanian 3,18 24,99 71,83
.g
2. Industri Penolahan 4,71 ps
b 24,06 71,23
4. Perdagangan, Hotel
nt
5. Pengangkutan dan
//b
6. Lembaga Keuangan,
tp
Asupan Protein
Kabupaten/Kota
80% AKG –
< 80% AKG ≥100% AKG
99,99% AKG
1. Pandeglang
.id
8,77 24,70 66,53
o
2. Lebak 16,71 23,77 59,52
.g
3. Tangerang 11,55
b ps 16,74 71,71
n.
Asupan Protein
Lapangan Usaha
80% AKG –
< 80% AKG ≥100% AKG
99,99% AKG
.id
A. Bekerja/Berusaha 11,64 19,11 69,25
o
1. Pertanian 15,03 25,50 59,48
.g
2. Industri Penolahan 8,82 ps
b 16,44 74,74
4. Perdagangan, Hotel
nt
5. Pengangkutan dan
//b
6. Lembaga Keuangan,
tp
.id
pungan pungan
Air Hujan, Ledeng
Kotoran Kotoran
Lainnya
o
<10 m ≥10 m
.g
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pandeglang 2,93
b ps 43,01 34,31 19,76
n.
5. Kota Tangerang
tp
.id
pungan pungan
Air Hujan, Ledeng
Kotoran Kotoran
Lainnya
o
<10 m ≥10 m
.g
(1) (2) (3) (4) (5)
4. Perdagangan, Hotel
0,42 22,71 16,01 60,86
dan Restoran
tp
ht
5. Pengangkutan dan
1,15 25,74 19,19 53,92
Komunikasi
6. Lembaga Keuangan,
Persewaan dan Jasa 0,00 14,84 16,10 69,06
Perusahaan
.id
pungan pungan
Air Hujan, Ledeng
Kotoran Kotoran
Lainnya
o
<10 m ≥10 m
.g
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pandeglang 3,85
b ps 50,47 38,81 6,87
n.
5. Kota Tangerang
tp
.id
pungan pungan
Air Hujan, Ledeng
Kotoran Kotoran
Lainnya
o
<10 m ≥10 m
.g
(1) (2) (3) (4) (5)
4. Perdagangan, Hotel
0,95 51,29 35,30 12,46
dan Restoran
tp
ht
5. Pengangkutan dan
1,30 50,19 36,35 12,16
Komunikasi
6. Lembaga Keuangan,
Persewaan dan Jasa 0,00 44,35 34,51 21,14
Perusahaan
.id
(1) (2) (3) (4) (5)
o
1. Pandeglang 83,73 76,39 68,61 76,24
.g
2. Lebak 85,26
b ps 77,03 64,05 75,43
n.
.id
(1) (2) (3) (4) (5)
o
A. Bekerja/Berusaha 89,12 82,08 72,18 81,14
.g
1. Pertanian 82,29 76,80
b ps 65,05 74,72
2. Industri Penolahan
n.
4. Perdagangan, Hotel
//b
5. Pengangkutan dan
88,42 83,84 72,12 81,42
tp
Komunikasi
ht
6. Lembaga Keuangan,
Persewaan dan Jasa 95,79 84,62 78,27 86,23
Perusahaan
Indeks
Status/Kedudukan dalam Keterjang-
Keterse- Peman- Ketahanan
Pekerjaan Utama kauan/
diaan faatan Pangan
Akses
Pangan Pangan
Pangan
.id
(1) (2) (3) (4) (5)
o
Berusaha sendiri 87,83 81,17 70,76 79,96
.g
Berusaha dibantu buruh
tidak tetap/buruh tidak 85,60
b ps 78,53 66,93 77,04
dibayar
n.
dibayar
tp