Oleh:
Andi Ayumar1, Andi Yulia Kasma1
1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
ABSTRAK:
Lansia pada umumnya mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses
menua (aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang
saling berinteraksi. Arthritis rheumatoid adalah penyakit yang menyerang sendi dan
struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Penderita arthritis rheumatoid di seluruh
dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, WHO melaporkan bahwa 20% penduduk dunia
terserang penyakit arthritis rheumatoid. Adapun data yang diperoleh dari Dinkes Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2010 kejadian AR sebanyak 650 jiwa dari 1.248.436 jiwa
usia lanjut. Di Puskesmas Tompobulu lansia yang berkunjung menderita rematik tercatat
pada tahun 2013 sebanyak 145 lansia.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian arthritis rheumatoid pada lansia. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Tompobulu Kabupaten Gowa sebanyak 706 lansia tahun 2013. Sampel dalam
penelitian ini adalah lansia sebanyak 56 sampel dengan cara accidental sampling. Data
dianalisis dengan uji alternatif Chi-square melalui program SPSS 11,5. Hasil penelitian
diperoleh bahwa ada hubungan antara umur (p=0,041 <α=0,05), faktor genetik (p=0,000 <
α=0,05), perilaku kesehatan (p=0,000 < α=0,05), pengetahuan (p=0,010 < α=0,05) dengan
kejadian arthritis rheumatoid , dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p=0,503 >
α=0,05) dengan kejadian arthritis rheumatoid. Dalam penelitian ini disimpulkan tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian arthritis rheumatoid. Ada hubungan antara
umur, faktor genetik, perilaku kesehatan dan pengetahuan dengan kejadian arthritis
rheumatoid. Diharapkan pihak kesehatan dapat memberikan pengetahuan tentang
beberapa penyakit dan masyarakat dapat memperhatikan perilaku kesehatannya.
Kata Kunci : Arthritis Rheumatoid, Umur, Jenis Kelamin, Faktor Genetik, Perilaku
Kesehatan, Pengetahuan.
terdapat 15 sampel yang tidak menderita teori yang berisiko tinggi menderita arthritis
arthritis rheumatoid, sedangkan dari 20 rheumatoid adalah perempuan.
sampel yang berumur 60-74 tahun terdapat Prevalensi lebih tinggi wanita
17 sampel yang menderita arthritis dibandingkan dengan laki-laki, lebih dari
rheumatoid dan terdapat 3 sampel yang 75% penderita arthritis rheumatoid adalah
tidak menderita arthritis rheumatoid. Hasil wanita (Siswono, 2006). Arthritis
penelitian ini memperlihatkan adanya rheumatoid sebagai keluhan atau tanda
hubungan anatara umur dengan kejadian dengan keluhan utama sistem
arthritis rheumatoid dengan nilai ρ (0,041) < muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan, dan
α (0,05). spasme otot serta adanyan tanda utama
Peneliti menganalisa bahwa umur yaitu pembengkakan sendi, kelemahan
ada hubungan dengan kejadian arthritis otot, dan gangguan gerak (Meiner &
rheumatoid pada lansia karena gangguan Luekenotte, 2006).
rematik akan meningkat dengan Karakteristik jenis kelamin dan
bertambahnya umur. hubungan dengan sifat keterpaparan dan
Jadi kesimpulan peneliti, gangguan tingkat kerentangan terhadap suatu
rematik akan meningkat dengan penyakit memegang peranan tersendiri.
meningkatnya umur, karena pada yang Rasio jenis kelamin harus selalu
berusia lanjut lapisan pelindung persendian dipertimbangkan pada peristiwa penyakit
mulai menipis dan cairan tulang mulai tertentu.
mengental, menyebabkan tubuh menjadi Dari 19 sampel yang berjenis
kaku dan sakit saat digerakkan. Sehingga kelamin laki-laki terdapat 14 sampel
peneliti menganalisa lansia sangat rentang (73,7%) yang menderita arthritis
berisiko mengalami rematik. rheumatoid dan 5 sampel (26,7%) tang
tidak menderita arthritis rheumatoid,
2. Hubungan Antara Jenis Kelamin sedangkan dari 37 sampel yang berjenis
dengan Kejadian Arthritis kelamin perempuan terdapat 24 sampel
Rheumatoid (64,9%) yang menderita arthritis
Jenis kelamin mempunyai rheumatoid dan 13 sampel (35,1%) yang
hubungan ketepaparan dan tingkat tidak menderita arthritis rheumatoid.
kerentangan, karena adanya perbedaan Bedasarkan hasil uji statistik
masalah kesehatan untuk jenis kelamin didapatkan ρ (0,503) > α (0,05), sehingga
laki-laki dan perempuan dan karena dapat disimpulkan bahwa tidak ada
adanya perbedaan anatomi dan fisiologi, hubungan antara jenis kelamin dengan
adanyan perbedaan kebiasaan hidup dan kejadian arthritis rheumatoid.
terdapatnya perbedaan tingkat kesadaran Penelitian ini juga sejalan dengan
berobat serta perbedaan aktifitas antara penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ana
laki-laki dan perempuan dari perbedaan Lestari Antika (2013) bahwa tidak ada
tersebut tentu pula akan membawa hubungan antara jenis kelamin dengan
perbedaan distribus dan frekuensi. penyakit arthritis rheumatoid pada lansia.
Dari hasil peneliti, jenis kelamin Karena pada saat usia diatas 50
tidak berhubungan dengan kejadian arhritis tahun perempuan lebih banyak berisiko
rheumatoid pada lansia karena dari 56 mengalami remati dari pada laki-laki.
responden, jenis kelamin laki-laki sebanyak Perempuan lebih sering terkena
14 responden (73,7%) memiliki persentase osteoarthritis lutut dan sendi, sedangkan
lebih tinggi dari perempuan yang menderita laki-laki sering terkena osteoarthritis paha,
arthritis rheumatoid sedangkan menurut pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun rekuensi
875
osteoarthritis kurang lebih sama pada laki- responden kemungkinan besar akan
laki dan perempuan tetapi diatas 50 tahun terkena juga.
frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan 4. Hubungan antara perilaku kesehatan
adanya peran hormonal pada prognosi dengan kejadian arthritis rheumatoid
osteoarthritis. Kesehatan masyarakat sangat
Penelitian ini menyatakan bahwa dipengaruhi oleh perilaku kesehatan,
jenis kelamin perempuan dengan jumlah seperti beberapa jenis makan dan latihan
penderita sebanyak 24 orang sedangkan fisik. Jenis makanan yang dapat
laki-laki sebanyak 14 orang. Lebih banyak mempengaruhi penyebab langsung
diderita oleh perempuan karena terjadinya penyakit sebagai media transmisi
dipengaruhi oleh peran hormonal yang dan sebagai faktor yang mempengaruhi
mencetus terjadinya arthritis rheumatoid. perjalanan penyakit. Latihan fisik seperti
Penelitian ini menggambarkan perempuan beolahraga yang teratur dapat mencegah
lebih berisiko untuk menderita panyakit kerusakan sendi dan otot. Beberapa
arthritis rheumatoid dibanding laki-laki. aktifitas yang memepengaruhi terjadinya
penyakit pada lanjut usia terutama pada
3. Hubungan antara faktor genetik bagian sendi dan otot seperti beraktifitas
dengan kejadian arthritis rheumatoid yang berat.
Faktor genetik atau keturunan Perilaku hidup penduduk lanjut
hanya berpengaruh pada beberapa jenis usia terpaksa berubah karena harus
rematik tertentu, faktor keturunan menyesuaikan diri dengan mundurnya
mempunyai peran terjadinya Osteoatritis. secara alamiah fungsi alat indra dan
Dari 27 sampel memiliki faktor anggota tubuh mereka, baik secara fisik,
genetik terdapat 25 sampel (92,6%) yang mental, maupun emosional. Kemampuan
menderita arthritis rheumatoid dan 2 mereka juga lambat laun menurun akibat
sampel (7,4%) yang tidak menderita adanya cacat tubuh dan berbagai penyakit
arthritis rheumatoid, sedangkan tidak generatif yang diderita, sehingga mereka
memiliki faktor genetik terdapat 13 sampel mempunyai ketergantungan yang besar
(44,8%) yang menderita arthritis pada keluarga dan orang lain.
rheumatoid dan 16 sampel (55,2%) yang Mengkonsumsi makanan yang
teidak menderita arthritis rheumatoid. tinggi purin secara berlebihan pada
Bedasarkan hasil uji statistik akhirnya akan menimbulkan penyakit,
didapatkan ρ (0,000) < α (0,05), sehingga berbagai makanan yang tinggi purin seperti
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan daging unggas (angsa), jeroan, makanan
antara faktor genetik dengan kejadian yang diawetkan serta beberapa minuman
arthritis rheumatoid. yang diawetkan dapat menimbulkan
Penelitian ini sejalan dengan penyakit diantaranya arthritis rheumatoid.
penelitian yang dilakukan oleh Mutia Latihan fisik secara teratur dapat meredam
Sahida (2012) yang menyatakan ada tekanan dan kerusakan yang lebih lanjut.
hubungan antara riwayat genetik dengan Dari 35 sampel perilaku kurang
kejadian arthritis rheumatoid. sehat terdapat 34 sampel (97,1%) yang
Jadi kesimpulan peneliti, faktor menderita arthritis rheumatoid dan 1
riwayat genetik mempunyai peran penting sampel (2,9%) yang tidak menderita
terhadap terjadinya arthritis rheumatoid. arthritis rheumatoid, sedangkan dari 21
Apabila ada anggota keluarga sampel yang sampel yang berperilaku sehat baik
menderita arhritis rheumatoid, maka terdapat 4 sampel (19,0%) yang menderita
arthritis rheumatoid dan 17 sampel (81,0%) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang tidak menderita arthritis rheumatoid. antara pengetahuan dengan kejadian
Berdasarkan hasil uji statistik arthritis rheumatoid pada lansia.
diperoleh ρ (0,000) < α (0,05) sehingga Penelitian ini sejalan dengan
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penelitian Dwi Ana Lestari Antika (2013)
antara perilaku kesehatan (Perilaku hidup bahwa ada hubungan antara pengetahuan
sehat) dengan kejadian arthritis dengan penyakit arthritis rheumatoid pada
rheumatoid. lansia. Hal ini disebabkan sebagian besar
Penelitian ini sejalan dengan pengetahuan responden adalah kurang dan
penelitian Deiby marchelina m sigilipu di simpulkan bahwa ada hubungan antara
(2013) yang menyatakan bahwa ada pengetahuan dengan kejadian arthritis
hubungan antara perilaku hidup sehat rheumatoid pada lansia.
dengan rematik. Penelitian ini sejalan dengan teori
Mengkonsumsi makanan yang yang ada bahwa menurut Nugroho (2000),
banyak mengandung purin dapat umumnya setelah seseorang memasuki
meningkatkan kadar asam urat yang tahap lansia maka akan mengalami
menyebabkan terjadinya pengkristalan penurunan fungsi kognitif (proses belajar,
dalam sendi. Latihan fisik seperti persepsi, pemahaman, pengertian dan lain-
berolahraga (latihan gerak) yang rutin lain) dan psikomotor (gerakan, tindakan,
sangat penting karena dapat meredam koordinasi).
tekanan dan kerusakan yang lebih lanjut. Pada umur menjelang lansia
kemampuan penerimaan atau mengingat
5. Hubungan Antara Pengetahuan suatu pengetahuan akan berkurang.
dengan Kejadian Arthritis Intelegensi lanjut usia akan menurun
Rheumatoid sehingga menyebabkan kurangnya
Pengetahuan adalah hasil dari tahu kemampuan dalam memahami suatu
dan ini terjadi setalah orang melakukan pengetahuan umum serta informasi.
penginderaan terhadap suatu objek. Dapat disimpulkan bahwa semakin
Pengetahuan dapat diperoleh dengan tinggi pengetahuan seseorang, tentang
berbagai cara, baik inisiatif sendiri atau penyakit rematik maka semakin tinggi pula
orang lain, dengan melihat atau mendengar pencegahan untuk mangalami rematik dan
sendiri tentang kenyataan atau melalui alat resiko mengalami rematik semakin sedikit.
komunikasi. Selain itu pengetahuan juga
dapat diperoleh melalui pengalaman dan KESIMPULAN DAN SARAN
proses belajar yang baik yang bersifat Kesimpulan
formal maupun informal. 1. Ada hubungan antara umur dengan
Dari 38 sampel yang memiliki kejadian arthritis rheumatoid pada
pengetahuan kurang terdatap 30 sampel lansiadi Puskesmas Tompobuli
(78,9%) yang menderita atrhritis Kabupaten Gowa.
rheumatoid dan 8 sampel yang tidak 2. Tidak ada hubungan antara jenis
menderita arthritis rheumatoid, sedangkang kelamin dengan kejadin arthritis
dari 18 sampel yang ber pengetahuan rheumatoid pada lansia di Puskesmas
cukup terdapat 8 sampel (44,4%) yang Tompobulu Kabupaten Gowa.
menderita arthritis rheumatoid, dan 10 3. Ada hubungan antara Faktor genetik
sampel (55,6%) yang tidak menderita atau keturunan dengan kejadian
arthritis rheumatoid. arthritis rheumatoid pada lansia di
Berdasarkan hasil uji statistik Puskesmas Tompobulu Kabupaten
diperoleh ρ (0,010) < α (0,05) sehingga Gowa.
877