Anda di halaman 1dari 14

Definisi Obstruksi Saluran Napas Atas

Obstruksi saluran napas atas adalah sumbatan pada saluran napas atas yakni hidung,
faring dan laring yang disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor dan
kelumpuhan nervus rekuren bilateral sehingga ventilasi pada saluran pernapasan
terganggu.
Sumbatan saluran napas atas adalah salah satu keadaan suatu keadaan darurat yang
harus segera diatasi untuk mencegah kematian. Sumbatan dapat bersifat sebagian, dapat
juga sumbatan total. Pada sumbatan ringan dapat menyebabkan sesak, sedangkan
sumbatan yang lebih berat namun masih ada sedikit celah dapat menyebabkan sianosis
(berwarna biru pada kulit dan mukosa membran yang disebabkan kekurangan oksigen
dalam darah), gelisah bahkan penurunan kesadaran. Pada sumbatan total bila tidak
ditolong dengan segera dapat menyebabkan kematian.1,3

Penyebab dan Gejala Klinis Obstruksi Saluran Napas Atas


Obstruksi saluran napas bagian atas disebabkan oleh kelainan kongenital,
trauma, tumor, infeksi, paralysis satu atau kedua plika vokalis, maupun karena benda
asing.2

Tabel 1. Etiologi sumbatan saluran napas atas2


Jenis Kelainan
Kongenital Atresia koane
Stenosis supraglotis, glottis dan subglotis
Laringomalasia
Sindroma Pierre Robins

Radang Epiglotitis
Sindroma Croup
Angina Ludwig
Abses retrofaring
Tonsilitis
Traumatik Patah tulang wajah atau mandibula
Trauma Laring
Menelan bahan kaustik
Paralysis n. laringeus rekurens bilateral
Tumor Papiloma laring
Tumor ganas laring
Lain-lain Benda asing
Oedem angioneurotik

2.1.1 Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang
menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring. Faring meluas dari dasar
cranium sampai tepi bawah cartilago cricoidea di sebelah anterior dan sampai tepi
bawah vertebra cervicalis VI di sebelah posterior. Dinding faring terutama dibentuk
oleh dua lapis otot-otot faring. Lapisan otot sirkular di sebelah luar terdiri dari tiga
otot konstriktor. Lapisan otot internal yang terutama teratur longitudinal, terdiri dari
muskulus palatopharyngeus, musculus stylopharingeus, dan musculus
salphingopharingeus. Otot-otot ini mengangkat faring dan laring sewaktu menelan
dan berbicara. Faring adalah tempat dari tonsil dan adenoid. Dimana terdapat
jaringan limfe yang melawan infeksi dengan melepas sel darah putih ( limfosit T
dan B). Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan
laringofaring.4,5
Nasofaring disebut juga Epifaring, Rinofaring. merupakan yang terletak
dibelakang rongga hidung,diatas Palatum Molle dan di bawah dasar tengkorak.
Dinding samping ini berhubungan dengan ruang telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Bagian tulang rawan dari tuba Eustachius menonjol diatas ostium tuba
yang disebut Torus Tubarius. Tepat di belakang Ostium Tuba. Terdapat cekungan
kecil disebut Resesus Faringeus atau lebih di kenal dengan fosa Rosenmuller; yang
merupakan banyak penulis merupakan lokalisasi permulaan tumbuhnya tumor
ganas nasofaring.4

Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke
belakang adalah vertebra servikalis. struktur yang terdapat di rongga orofaring
adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior
dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. Laringofaring batas
laingofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior adalah
laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebre servikal.4
Gambar 5. Anatomi Faring

Faring mendapat darah dari beberapa sumberdan kadang kadang tidak beraturan. Yang
utama berasal dari cabang A. karotis eksterna ( cabang faring asendens dan cabang
fausial ) serta dari cabang A. maksila interna yakni cabang palatina superior. Persarafan
motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif. pleksus
ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glosofaring dan serabut
simpatis. cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang
ekstensif ini keluar cabang cabang untuk otot otot faring kecuali M. stilofaring yang
dipersarafi langsung oleh cabang N. glosofaring ( N.IX ).

Diagnosis Obstruksi Saluran Napas Atas


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang.
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak adalah :
a. Serak (disfoni) sampai afoni
b. Sesak napas (dispnea)
c. Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.

d. Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,


supraklavikula dan interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-
otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen yang adekuat.
e. Gelisah karena pasien haus udara (air hunger)
f. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.3
Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas,
dibagi 4 stadium menurut Jackson: 3
Stadium I : Retraksi tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu
inspirasi dan pasien masih tenang.
Stadium II : Retraksi pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalan,
ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah epigastrium.
Pasien sudah mulai gelisah. Stridor terdengar saat inspirasi.
Stadium III : Retraksi selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di
Infrakalvikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.
Stridor saat inspirasi dan ekspirasi
Stadium IV : Retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah dan tampak sangat
ketakutan serta sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus, maka
pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernafasan paralitik karena
hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur dan akhirnya meninggal
karena asfiksia.

Pemeriksaan
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
letak dan penyebab sumbatan, diantaranya adalah :3
a. Laringoskop. Dilakukan bila terdapat sumbatan pada laring. Laringoskop
dapat dilakukan secara direk dan indirek.
b. Nasoendoskopi
c. X-ray. Dilakukan pada foto torak yang mencakup saluran nafas bagian atas.
Apabila sumbatan berupa benda logam maka akan tampak gambaran
radiolusen. Pada epiglotitis didapatkan gambaran thumb like.
d. Foto polos sinus paranasal

e. CT-Scan kepala dan leher


f. Biopsi
Tindakan pada Obstruksi Saluran Napas Atas

Pada prinsipnya penanggulangan pada obstruksi atau obstruksi saluran


napas atas diusahakan supaya jalan napas lancar kembali.
Tindakan konservatif : Pemberian antiinflamasi, antialergi, antibiotika

serta pemberian oksigen intermiten, yang


dilakukan pada obstruksi laring stadium I yang
disebabkan oleh peradangan.
Tindakan operatif/resusitasi : Memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut

(intubasi orotrakea) atau melalui hidung (intubasi


nasotrakea), membuat trakeostoma yang dilakukan
pada obstruksi laring stadium II dan III, atau
melakukan krikotirotomi yang dilakukan pada
obstruksi laring stadium IV.

Untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian atas ada tiga cara, yaitu :

2.5.1 Intubasi Endotrakea


Intubasi endotrakeal adalah memasukan suatu lubang atau pipa melalui mulut
atau melalui hidung kedalam trakea.
a) Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi intubasi endotrakea:

1. Untuk mengatasi sumbatan saluran napas atas


2. Membantu ventilasi
3. Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial
4. Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari

lambung
Kontraindikasi intubasi endotrakea adalah trauma jalan napas atau
obstruksi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan intubasi seperti pada
kasus trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra

servikal.3,14
b) Alat untuk intubasi
1. Laringoskopi
2. Pipa endotrakea
3. Pipa orofaring atau nasofaring
4. Plester
5. Forsep intubasi
6. Suction3,14

c) Teknik intubasi endotrakeal

Intubasi endotrakeal merupakan tindakan penyelamat (life saving


procedure) yang dapat dilakukan tanpa atau dengan analgetika topikal dengan
xylocain 10%. Posisi pasien tidur terlentang, leher sedikit fleksi dan kepala
ekstensi. Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri,
dimasukan melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong kekiri. Spatel
diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkat keatas,
sehingga pita suara dapat terlihat, dengan tangan kanan pipa endotrakea
dimasukan melalui mulut terus melalui celah antara kedua pita suara kedalam
trakea. 1,3
Pipa endotrakea dapat juga dimasukan melalui salah satu lubang hidung
sampai rongga mulut dan dengan cunan magili ujung pipa endotrakea dimasukan
kedalam celah antara kedua pita suara sampai ke trakea. Kemudian balon diisi
udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik. Apabila menggunakan spatel
laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur terlentang itu, pundaknya harus
diganjang dengan bantal pasir sehingga kepala mudah diekstensikan maksimal.
Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan
dimasukan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal
ke atas bersama-sama sehingga laring jelas terlihat. 3
Pipa endotrakea dipegang dengan tangan kanan dan dimasukan melalui
celah pita suara sampai ditrakea. Kemudian balon diisi udara dan pipa
endotrakea di fiksasi dengan plester. Memasukan pipa endotra kea harus hati-hati
karena dapat menyebabkan trauma pita suara, laserasi pita suara timbul
granuloma dan stenosis laring atau trakea. 3
Gambar 15. Teknik Pelaksanaan Intubasi Endotrakea 3

Krikotiroidotomi
Krikotiroidotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam
keadaan gawat napas. Dengan cara membelah membran krikotiroid untuk dipasang
kanul. Membran ini terletak dekat kulit, tidak terlalu kaya darah sehingga lebih
mudah dicapai. Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya
darurat.

a) Klasifikasi

Krikotiroidotomi dibagi menjadi 2 macam yaitu needle cricothyroidotomy


dan surgical cricothyroidotomy.

1. Needle cricothyroidotomy
Pada needle cricothyroidotomy, sebuah semprit dengan jarum digunakan
untuk melubangi melewati membran krikoid yang berada sepanjang trakea.
Setelah jarum menjangkau trakea, kateter dilepaskan dari jarumnya dan
dimasukkan ke tenggorokan dan dilekatkan pada sebuah kantung berkatup.

2. Surgical cricothyroidotomy
Pada surgical cricothyroidotomy, dokter dan tim medis lainnya membuat insisi
melewati membran krikoid sampai ke trakea dengan tujuan
memasukkan pipa untuk ventilasi pasien. 15
b) Teknik Krikotirodotomi
- Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi
atlantooksipitalis.
- Puncak tulang rawan tiroid mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan
kiri.
- Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke bawah
sampai ditemukan kartilago krikoid. Membran krikotiroid terletak di antara
kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum kemudian
dibuat sayatan horizontal pada kulit.
- Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah.
- Setelah tepi bawah kartilago terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah.
- Kemudian masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa
plastik untuk sementara.

Gambar 16 . Krikotirotomi yang Dilakukan pada Obstruksi Laring Stadium IV 3


Krikotirodotomi merupakan kontraindikasi pada anak dibawah 12 tahun,
demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat
laryngitis. Stenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama karena
kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan disekitar subglotis,
sehingga terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya segera diganti dengan
trakeostomi dalam waktu 48 jam.3

3. Trakeostomi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior
trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas. Menurut letak stoma, trakeostomi dibedakan
letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea
ketiga. Sedangkan menurut waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi
dalam 1) trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan sarana sangat
kurang) 2) trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan
secara baik.3
Indikasi trakeostomi
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan
gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi dan pasien dengan crtical ill
yang memerlukan intubasi cukup lama (7-21 hari). Gangguan yang
mengindikasikan perlunya trakeostomi; 1,3
- Untuk mengatasi obstruksi laring yang menghambat jalan nafas.
- Mengurangi ruang rugi (dead air space) disaluran nafas atas seperti daerah
rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh
oksigen yang masuk kedalam paru, tidak ada yang tertinggal diruang rugi
itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas
vitalnya berkurang.
- Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat
mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan
koma.
- Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai
fasilitas untuk bronkoskopi.
- Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig),
epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui
mekanisme serupa.
- Cedera parah pada wajah dan leher
- Setelah pembedahan wajah dan leher
- Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan
sehinggamengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi

Tindakan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium


2 dan 3. Tindakan ini akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru hingga
50 % nya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga yang
dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
Tetapi hal ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi. 3

b) Teknik Trakeostomi

Penderita tidur telentang dengan kaki lebih rendah 30˚ untuk menurunkan
tekanan vena di daerah leher. Punggung diberi ganjalan sehingga terjadi
ekstensi. Leher harus lurus, tidak boleh laterofleksi atau rotasi. Dilakukan
desinfektan daerah operasi dengan betadin atau alkohol. Anestesi lokal subkutan,
prokain 2% atau silokain dicampur dengan epinefrin atau adrenalin 1/100.000.
Anestesi lokal atau infiltrasi ini tetap diberikan meskipun trakeostomi dilakukan
secara anestesi umum.
Selanjutnya dilakukan insisi, insisi vertikal dimulai dari batas bawah
krikoid sampai fossa suprasternum, insisi ini lebih mudah dan alir sekret lebih
mudah. Insisi horizontal dilakukan setinggi pertengahan krikoid dan fossa
sternum, membentang antara kedua tepi depan dan medial
m.sternokleidomastoid, panjang irisan 4-5 cm. Irisan mulai dari kulit, subkutis,
platisma sampai fasia colli superfisial secara tumpul. Bila tampak ismus, maka
ismus disisikan ke atas atau ke bawah. Bila mengalami kesukaran dan tidak
memungkinkan, potong saja.
Bila sudah tampak trakea maka difiksasi dengan kain tajam. Kemudian
suntikkan anestesi lokal kedalam trakea sehingga tidak timbul batuk pada waktu
memasang kanul. Stoma dibuat pada cincin trakea 2-3 bagian depan, setelah
dipastikan trakea yaitu dengan menusukkan jarum suntik dan letakkan benang
kapas tersebut. Kemudian kanul dimasukkan dengan bantuan dilator. Kanul
difksasi dengan pita melingkar leher, jahitan kulit sebaiknya jahitan longgar agar
udara ekspirasi tidak masuk ke jaringan dibawah kulit.
Gambar 17. Trakeostomi yang dilakukan pada obstruksi laring
stadium II dan III3

c) Perawatan Pasca Trakeostomi segera setelah trakeostomi dilakukan:


- Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya
komplikasi
- Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi
- Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa
trakeostomi
Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat
dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering
diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu
segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam
jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah
di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan
kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi.3

4. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)


Perasat heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di
hipofaring. Prinsip mekanisme perasat heimlich adalah dengan memberi tekanan
pada paru. Diibaratkan paru sebagai sebuah botol plastik berisi udara yang
tertutup oleh sumbatan. Dengan memencet botol plastik itu sumbatan akan
terlempar keluar. Perasat heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga
pada anak. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur lambung, ruptur hati dan
fraktur iga.
Teknik perasat heimlich:
- Penolong berdiri di belakang pasien sambil memeluk badannya.
- Tangan kanan dikepalkan dan dengqan bantuan tangan kiri, kedua tangan
diletakkan pada perut bagian atas.
- Kemudian dilakukan penekanan pada rongga perut kearah dalam dan kearah atas
dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda
asing akan terlempar keluar. Pada anak, penekanan cukup dengan memakai jari
telunjuk dan jari tengah kedua tangan.
- Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, dapat dilakukan dengan cara
penolong berlutut dengan kedua kaki pada kedua sisi pasien. Kepalan tangan
diletakkan di bawah tangan kiri di daerah epigastrium.
- Dengan hentakan tangan kiri ke bawah dan ke atas beberapa kali udara dalam
paru akan mendorong benda asing keluar.3

Gambar 18. Perasat heimlich3

Anda mungkin juga menyukai