Anda di halaman 1dari 11

ANALISA PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT

(Nomor : 333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.-)

“WANPRESTASI”

Oleh : Elma Tiana (150710101459)

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan No.


333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST. merupakan kasus perdata khususnya mengenai
Sengketa Wanprestasi yang terjadi antara dua perusahan yaitu PT. BUNGA
TANJUNG RAYA sebagai Penggugat dalam hal ini diwakili oleh Batara S
sebagai Direktur Perseroan, dan PT. CIPTA EKATAMA NUSANTARA
sebagai tergugat yang sedang melakukan kerjasama dibidang pembangunan unit
rumah dengan type 38/38 di wilayah tajur halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

A. Mengenai Duduk Perkara

Kronologi

Penggugat telah mengajukan surat gugatan pada tanggal 20 juli 2012 yang pada
pokoknya menerangkan telah terjadi sebuah kesepakatan kerja antara pihak
Penggugat dan Tergugat dalam sebuah Adendum Perjanjian Pelaksanaan Kontrak
Kerja Sama (“KKS 08”) tertanggal 20 Mei 2010 dalam sebuah proyek
pembangunan rumah type 36/38 di tajur halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
dimana dalam kesepakatan tersebut terdapat ketentuan bahwa :

1. Pembayaran hasil kerja adalah termyn dimana pihak pertam akan


membayar hasil kerja Pihak Kedua dengan Termyn I progres 50% dibayar
25% = 877.500.000- Termyn II Progres 100% dibayar 70% = Rp.
2.457.000.000,- sistem pembayaran akan dibuktikan oleh pembuat berita
acara bersama yang dinyatakan sah setelah diperiksa oleh pengawas kedua
belah pihak, pembayaran akan dilakukan 14 hari setelah pengajuan Invoice
(Pasal 5 butir 1 KKS).
2. Retensi Sebesar 5% = Rp. 175.500.000,- akan dibayarkan 90 hari kalender
(3 bulan) setelah BAST (Berita Acara Serah Terima) pekerjaan 100%
ditandatangani oleh kedua belah pihak (pasal 5 butir 2 KKS).

Setelah kerjasama itu berjalan pihak Penggugat kemudian telah selesai


melaksanakan kewajibannya kepada Tergugat terkait Pelaksanaan Pekerjaan
Perumahan yang berlalokasi di tajur halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara penuh oleh Penggugat sesuai dengan
BAST I (Bukti P-2) dan Invoice tanggal 26 Desember 2011 sebesar Rp.
73.710.000, juga Berita Acara PembayaranNo. 009/BAP-II/CEN-
BTR/XII/2011 (Bukti P-3) dan BAST II (Bukti P-4) dan Invoice tanggal 22
Februari 2012 Sebesar Rp. 93.040.000,- sesuai Berita Acara Pembayaran No.
010/BAP III/CEN-BTR/II/2012 (Bukti P-5).

Dalam proses pembangunan sempat ada biaya pemotongan terhadap


Penggugat sebesar Rp. 8.750.000,- untuk biaya perbaikan rumah sebanyak 35 unit
rumah, sesuai Berita Acara Potongan Biaya Perbaikan Rumah 21 Februari
2012 yang juga ditandatangani oleh kedua belah pihak perusahaan selaku
penanggung jawab proyek tersebut.

Duduk Perkara

Namun setelah semua proses kerjasama itu berjalan dan bahkan Penggugat
telah melaksanakan kewajibannya secara penuh. Pihak Tergugat masih belum
memenuhi Kewajibannya untuk membayar masa retensi sebesar 5% dari nilai
pekerjaan seluruhnya yaitu sebesar 175.500.000,- sesuai dengan tercantum Pasal 5
butir 2 KKS 08 namun dikurangi sebesar Rp. 8.750.000 untuk biaya perbaikan
rumah sebelumnya sesuai Berita Acara Pemotongan kewajiban tergugat menjadi
Rp/ 166.750.000,-.

Sampai gugatan a-quo Penggugat ajukan terhadap Tergugat, pihak Tergugat


belum juga melaksanakan kewaibannya tanpa adanya alasan yang jelas padahal
Penggugat telah memberikan surat peringatan Somasi II Our Ref
198/AA.XI/2012 pada 6 juni 2012.

Akibat perbuatan pihak Tergugat tersebut pihak Penggugat mengalami


kerugian materil berupa Nilai Pokok Kewajiban tergugat berdasarkan Perjanjian
dalam perkara a quo adalah sebesar 166.750.000,-, dan juga bunga sebesar 6%
berdasarkan hukum perdata dan suku bungan Bank Indonesia perbulan sejak jatuh
tempo dalam perjanjian.

Setelah penggugat melakuakan Gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


Penggugat menuntut selain agar tergugat membayar kerugian materil yang
dijelaskan sebelumnya juga pihak Penggugat memohon agar ada putusan terlebih
dahulu guna mencegah kerugian yang lebih besar bagi Penggugat, dan memohon
sita jaminan agar gugatan tersebut tidak sia-sia.

Pada hari persidangan yang telah ditetapkan dari pihak Penggugat telah hadir
kuasanya yaitu Daniel Alfredo SH dan Arthur Polnaja, SH serta dari Pihak
Tergugat diwakili oleh Irchammi Chabiburachman, SH.MH dan A. M. Amal
Tomagola, SH. Sebelum pemeriksaan perkara dimulai Majelis Hakim telah
berusaha untuk mendamaikan kedua pihak dengan Menunjuk Bpk. Dwi Sugiarto,
SH.Mh sebagai Mediator, namun usaha mediasi tersebut tidak membuahkan hasil.

Ditengah persidangan berlangsung, Majelis Hakim menerima surat perihal


permohonan Intervensi dari Aldus Rompas yang dalam hal ini dikuasakan kepada
Kuasa Tergugat. Yang kemudian ditanggapi oleh pihak Pengugat agar Majelis
Hakim dimohon untuk menolak prmohonan Intervensi dalam perkara tersebut dan
menyatakan perkara tersebut dapat dilanjutkan kembali antra pihak terkait yang
berperkara. Mengingat mengenai adanya permohonan Intervensi dalam perkara ini
telah diputus oleh majelis dalam putusan sela 12 desember 2012 menolak
permohonan Intervensi Aldus Romplas.

Atas gugatan yang dilayangkan oleh pihak Penggugat tersebut pihak Tergugat
kemudian menyampaikan jawaban pada 28 November 2013 yang pada pokoknya
menyangkal secara tegas dalil Penggugat, pihak tergugat juga mengakui dalil
gugatan kewajibannya menyatakan kewajibannya menjadi sebesar Rp.
166.750.000,- namun menolak gugatan bahwa pihak tergugat belum
melaksanakan kewajibannya tanpa alsan yang jelas padahal telah diperingatkan
oleh surat Somasi. Pihak Tergugat mengatakan bahwa “apa yang dikatakan oleh
pihak penggugat tersebut tidak benar, tergugat bukan tidak berniat untuk tidak
membayar kewajiban, akan tetapi Tergugat telah berulangkali mengingatkan
pihak Penggugat untuk segera memusyawarahkan terlebih dahulu kepada Sdr.
Aldus Romplas mengenai hutang Penggugat yang telah selesai melaksanakan
pembuatan Saluran air di proyek perumahan tersebut yang notabene masih
menjadi tanggung jawab dari pihak Penggugat yang pada saat itu belum selesai
pengerjaanya”. Dan pihak Tergugat telah mengundang pihak Penggugat untuk
membicarakan hal tersebut namun tidak pernah memenuhi undangan dari
Tergugat. Dan bahkan menurut Tergugat, Penggugat telah membuat surat
pernyataan tertulis oleh Penggugat untuk menyelesaikan permasalahan hutangnya
dengan Sdr. Adlus Rompas sebesar Rp. 77.515.000,-.

Oleh karena itu tergugat mengklaim bahwa pembayaran sisa tagihan kepada
pihak Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000 yang sebelumnya 166.750.000
dikurangi tagihan Aldus Romplas sebesar 77.515.000,- jadi kewajiban pelunasan
Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000,- . namun pihak
Penggugat tidak pernah mau melakukan kesepakatan atau merundingkan maslah
tersebut yang menjadi sebab tergugat menunda pembayaran kewajiban kepada
Penggugat, jadi Tergugat menunda membayar kewajiban dan menyebabkan
masalah mejadi berlarut-larut adalah atas kelakuakn dari pihak Penggugat sendiri,
bukan kesalahan dari pihak Tergugat.Bahkan dalam hal ini pihak Tergugat
mencurigai sejak awal Penggugat mempunyai niat tidak baik karena pemberian
pekerjaan kepada Sdr. Adlus Rompas tidak dibuatkan Surat Perintah Kerja (SPK)
dan hanya merupakan perjanjian gentlement Agreement saja, dan dengan ini
memanfaatkan kelemahan perjanjian ini untuk menghindari pembayaran
kewajiban kepada Sdr. Adlus Rompas.
Yang kemudaian berbagai hal tersebut, pihak Tergugat memohon kepada
Majelis Hakim untuk menolak gugatan Penggugat sebagian terutama yang
menyangkut suku bunga, pelaksanaan terlebih dahulu dan permohonan sita
jaminan. Serta ketetapan lain yang berkaitan dengan kewajiban Tergugat kepada
Penggugat berupa materil serta hutang Penggugat keapda Aldus Romplas.

B. Keputusan

Masalah Pembuktian

Penggugat mengajuka Replik pada 19 Desember 2012 lalu kemudian disusul


dengan pengajuan duplik oleh tergugat pada 29 januari 2013, dalam tahap
pembuktian Penggugat menguatkan dalil gugatan dengan menyertakan berbagai
bukti seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Bukti (P-1, P-2, P-3, P-4, P-5)
dan menghadirkan dua orang saksi yaitu Hisar Sitanggang dan Saksi Sukarno.
Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh pihak Tergugat yang juga
melampirkan beberapa bukti (T-1, T-2, T-3, T-4) dan tiga orang saksi yaitu
Aldus Romplas, Sugeng dan H. Maulana Yusuf. Sampai pada 26 Maret 2013
kedua belah pihak telah mengajukan kesimpulannya masing-masing secara
tertulis.

Pertimbangan Hukum

Melihat perkembangan dan jawab jinawab antara pihak Penggugat dan pihak
Tergugat selama persidangan serta adanya berbagai bukti dan keterangan yang
diberikan oleh saksi serta pada pokoknya Gugatan dari Penggugat adalah bahwa
Tergugat telah melakukan Wanprestasi maka Majelis Hakim menilai bahwa
pokok permaslahan ini ada pada apakah benar secara hukum tergugat telah
cidera janji/wanprestasi dengan tidak membayar retensi sebesar
5%sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam adendum perjanjian pada
20 mei 2012 (Bukti P-1). Untuk menjawab ini Majelis Hakim kemudian
menggunakan dimensi yuridis apakah Tergugat dapat dinyatakan secara hukum
telah melakukan Wanprestasi dengan suatu pihak, dapat dinyatakan melakukan
Wanprestasi apabila ;

a. Tidak memenuhi prestasi


b. Terlambat memeuhi prestasi
c. Memenuhi prestasi secara tidak baik
d. Melakukan sesuatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

dikaitakan dengan ketentuan hukum tentang perjanjian khususnya;

Pasal 1313 KUHPerdata

Pasal 1338 KUHPerdata dan,

Pasal 1320 KUHPerdata

Fakta Hukum

Maka Majelis Hakim mempertimbangkan, bahwa ditemukan fakta kedua belah


pihak telah mengikatkan diri dalam suatu adenduam kerjasama dan pihak
Penggugat telah melaksanakan kewajibannya secara penuh dibuktikan dengan
bukti (P-2, P-3, P-4, dan P-5) namun demikian pihak tergugat masih belum
melakuakn kewajibannya untuk membayar retensi sebesar 5% dari nilai pekerjaan
secara keseluruhan sesuai dengan bukti P-1 Psal 5 butir 2 KKS 08 dipotong
dengan biaya perbaikan rumah yang seharusnya telah dilaksanakan 90 hari
kalender setelah BAST II 22 februari 2012 atau selambat-lambatnya 22 mei 2012,
hal ini juga diperkuat dengan berbagai keterangan dari para saksi yang
membenarkan adanya fakta hukum ini. Kemudian majelis hakim juga menilai
bahwa bukti yang diajukan tergugat (T-1 s/d T-4) tidak ada relevansinya dengan
perkara a quo maka harus dikesampngkan.

Putusan Majelis Hakim

Atas pertimbangan Majelis Hakim inilah maka Petitum 2 dan 3 dari


Penggugat harus dikabulkan namun terhadap tuntutan bunga sebesar 6%
ditolak karna dinilai terlalu besar dan tidak memenuhi nilai keadilan, maka agar
penggugat tidak terlalu dirugikan dikenakan tambahan bungan menjadi sebesar
1%/bulan. Atas dasar semua hal dan pertimbangan majelis hakim ini maka
gugatan Penggugat dinyatakan sebagian dikabulkan dan sebagian lagi
dinyatakan ditolak dan kemudian memberikan pembayaran biaya perkara
kepada pihak tergugat sebagai pihak yang kalah.

Pada hari Kamis tanggal 18 April 2013 kemudian Majelis Hakim yang diketuai
oleh Hakim Ahmad Rosidin, SH.MH dan Hakim anggota Amin Sutikno,
SH.MH dan Eddy Suwanto, SH.MH serta dibantu Penitera Pengganti Sri
Tasliyah, SHputusan sebagaiamana dijelsakan tadi dibacakan didalam
persidangan.

*kalimat yang di cetak tebal dan digaris bawah dinilai oleh penyusun mempunyai
nilai penting atau menunjukan alur yang terjadi dalam berjalannya persidangan

C. Penalaran/Alasan Putusan Hakim

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Hakim dalam tugasnya


mencari keadilan seadil-adilnya dalam memutuskan sebuah perkara sengketa
melakukan pencarian hukum (rechfinding) dengan metode dan sudut pandang
Yuridis. Dimana setelah hakim melihat fakta-fakta hukum yang ada ia kemudian
mencari kriteria-kriteria seseorang yang melakukan Wanprestasi. Karena itu
Majelis Hakim kemudian dalam keputusannya menyatakan bahwa Petitum 2 dan
3 dikabulkan yaitu tuntutan yang berisi (2) Menyatakan Tergugat telah melakukan
Wanprestasi dan (3) Menghukum tergugat untuk memenuhi kewajibannya sesuai
dengan Adendum Perjanjian sebesar Rp. 166.750.000,- (seratus enam puluh enam
juta tujuh ratus lima puluh riburupiah) .

Dalam hal ini hakim benar-benar menilai bahwa setiap perjanjian yang
disetujui dalam suatu perjanjian akan menjadi Hukum yang mengikat bagi kedua
belah pihak, tidak boleh merugikan orang lain dan juga tidak boleh
menguntungkan orang lain, serta hanya bias gugur apabila kedua belah pihak yang
mengikatkan diri sepakat untuk melepasnya, sebagaimana dalam :

Pasal 1313 KUHPerdata ;“Suatu Persetujuan adalah suatu perbuatan di


mana suatu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau
lebih”

Pasal 1338 KUH Perdata ;“Semua Persetujuan yang dibuat sesuai dengan
Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya, persetujuan ini tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang diatur oleh
Undang-Undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Pasal 1340 KUH Perdata;“Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak


yang membuatnya, persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga, persetujuan
tidak dapat memberikan keuntungan kapada pihak ketiga, selain ditentukan
dalam pasal 1317.

Pasal 1320 KUH Perdata ;“Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu
dipenuhi empat syarat: 1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, 2).
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3). Suatu pokok persoalan tertentu,
4). Suatu sebab yang tidak terlarang.
sehingga hakim dalam memberikan keputusan cenderung kembali melihat apa isi
dari perjanjian tersebut, karena dalam isi perjanjian tersebutlah fakta hukum yang
mengikat kedua belah pihak berada, seperti keterikatan keduanya secara hokum
dalam suatu perikatan perjanjian kerjasama dalam Bukti (P-1) yang dibawa oleh
penggugat.

Dikabulkannyapetitum 2 dan 3

Dalam petitum 2 yang dikabulkan oleh Majelis Hakim disebutkan bahwa


hakim menyatakanTergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi terhadap
Penggugat sehubungan dengan kewajiban Tergugat berdasarkan Addendum
Perjanjian Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Pembangunan unit rumahType 36/84,
Nomor : 08/PPKKS/Unit Rumah/CEN BTR/V/10 tertanggal 20 Mei 2010. Namun
dalam putusan ini tidak dicantumkan sumber Hukum Hakim mengambil
keputusan bahwa tergugat telah melakukan Wanprestasi kecuali ciri-ciri yang
disebutkanya itu :

a. Tidak memenuhi prestasi


b. Terlambat memeuhi prestasi
c. Memenuhi prestasi secara tidak baik
d. Melakukan sesuatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

Meskipun memang cirri –ciri ini pun memenuhi Kriteria mengenai


Wanprestasi dalam tafsiran yang lebih luas dan umum khususnya oleh para
majelis hakim.

Sebenarnya dalam KUH Perdata telah disebutkan secara jelas bahwa sejak
dalam keadaan bagaimana seseorang dapat dikategorikan telah melakukan
Wanprestasi atau Kelalaian, dalam Pasal 1238 KUH Perdata dikatakan “debitur
dinyatakan lalai dengan surat perintah atau dengan akta sejenis atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan itu sendiri. Yaitu apabila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang di
tentukan”.
Bunyi dari Pasal ini cukup jelas untuk menyatakan bahwa pihak Tergugat
telah melakukan Wanprestasi, yaitu tidak melakukan kewajiban untuk memenuhi
Prestasi sesuai dengan Adendum perjanjian kerjasama pada waktu tempo yang
telah disepakati.

Meskipun tergugat beralasan tidak melaksanakan kewajiban kepada


Penggugat adalah karena ulah penggugat sendiri yang tidak mau merundingkan
terlebih dahulu permaslahan hutangnya terhadap Sdr. Adlus Rompas yang
menangani penyediaan saluran air dalam proyek yang saat itu masih dalam
tanggungjawab Penggugat, namun menurut hakim hal ini sama sekali tidak ada
relvansinya sama sekali. Sehingga tidak cukup beralasan untuk mengatakan
bahwa Tergugat tidak melakukan Wanprestasi. Karena prihal hutang Penggugat
terhadap Sdr. Aduls Romplas atau pihak ketiga tidak pernah diatur dalam
addendum perjanjian kerjasama.

Sehingga alas an ini tidak bias mengugurkan kewajiban Tergugat untuk


memenuhi prestasinya setelah Penggugat secara penuh telah menyelesaikan
pekerjaan, yang dibuktikan oleh beberapa bukti yaitu bukti BAST I (Bukti P-2)
dan Invoice tanggal 26 Desember 2011 sebesar Rp. 73.710.000, juga Berita
Acara PembayaranNo. 009/BAP-II/CEN- BTR/XII/2011 (Bukti P-3) dan BAST
II (Bukti P-4) dan Invoice tanggal 22 Februari 2012 Sebesar Rp. 93.040.000,-
sesuai Berita Acara Pembayaran No. 010/BAP III/CEN-BTR/II/2012 (Bukti P-
5) serta dibenarkan oleh saksi-saksi dari kedua belah pihak.

Hakim melakukan pertimbangan hukum benar-benar dengan kaca mata


Yuridis dan Fakta yang muncul dalam persidangan baik dari jawab-jinawab para
pihak terkait, bukti, maupun keterangan para saksi yang memberikan benang
merah isu hukum yang ada, dimana ia melihat sebagaian besar kepada isi dari
Perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang bersengketa ditambah dengan
pertimbangan-pertimbangan yang di dapat dari fakta yang ada agar dapat dicapai
keadilan seadil-adilnya. Jadi sampai pada langkah ini berdasarkan fakta hukum
yang ada, hakim memutuskan harus mengabulkan Petitum 2 dan 3 yang
diajukan oleh penggugat yaitu menyatkan tergugat telah melakukan Wanprestasi
dan menyatakan Tergugat berkewajiban untuk memberikan hak penggugat yang
harusnya mereka dapatkan sesuai dengan isi perjanjian.

Adapun mengenai tuntutan Penggugat dalam petitum 3 mengenai pembayaran


suku bunga sebesar 6% perbulan tetap dikabulkan, namun tidak tidak sebesar suku
bunga sebanyak 6% melainkan hanya sebesar 1% perbulan. Dengan pertimbangan
bahwa pembebanan suku pembayaran suku bunga sebesar 6% dinilai terlalu berat
dan tidak memenuhi nilai keadilan, sehingga diturunkan menjadi 1% agar
Tergugat juga tidak menderita kerugian terlalu banyak. Disinilah terlihat
bagaimana penalaran hakim sebagai pemangku jabatan untuk menjadi pihak
ketiga dalam menyelesaikan sengketa perdata, dimana putusan dikeluarkan
berdasarkan fakta hokum yang ada dari bukti dan pengakuan saksi untuk
memenuhi tuntutan namun juga mempertimbangkan aspek keadilan dari sudut
tergugat guna mencapai makna keadilan yang seadil-adilnya. Dan selanjutnya
mengadili tergugat untuk membayar biaya pengadilan sebagai pihak yang kalah.

Karena inilah dalam kasus Wanprestasi ini dari seluruh gugatan yang
layangkan oleh Penggugat, Majelis Hakim memutuskan sebagian gugatan di
terima dan sebagian lagi ditolak.

Dari semua alur yang telah dipaparkan diatas dapat kita lihat bagaimana
hakim menjadi pihak ketiga dalam menyelesaikan sengketa dan memberikan
putusan seadil-adilnya. Dari proses awal disediakannya mediator untuk
melakukan mediasi, sampai tahap pencarian fakta hukum yang ada dari berbagai
bukti dan keterangan saksi dan pada akhirnya memutuskan mengadili perkara
dengan mengabulkan sebagian gugatan dan menolak sebagaian.

Anda mungkin juga menyukai