(Nomor : 333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.-)
“WANPRESTASI”
Kronologi
Penggugat telah mengajukan surat gugatan pada tanggal 20 juli 2012 yang pada
pokoknya menerangkan telah terjadi sebuah kesepakatan kerja antara pihak
Penggugat dan Tergugat dalam sebuah Adendum Perjanjian Pelaksanaan Kontrak
Kerja Sama (“KKS 08”) tertanggal 20 Mei 2010 dalam sebuah proyek
pembangunan rumah type 36/38 di tajur halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
dimana dalam kesepakatan tersebut terdapat ketentuan bahwa :
Duduk Perkara
Namun setelah semua proses kerjasama itu berjalan dan bahkan Penggugat
telah melaksanakan kewajibannya secara penuh. Pihak Tergugat masih belum
memenuhi Kewajibannya untuk membayar masa retensi sebesar 5% dari nilai
pekerjaan seluruhnya yaitu sebesar 175.500.000,- sesuai dengan tercantum Pasal 5
butir 2 KKS 08 namun dikurangi sebesar Rp. 8.750.000 untuk biaya perbaikan
rumah sebelumnya sesuai Berita Acara Pemotongan kewajiban tergugat menjadi
Rp/ 166.750.000,-.
Pada hari persidangan yang telah ditetapkan dari pihak Penggugat telah hadir
kuasanya yaitu Daniel Alfredo SH dan Arthur Polnaja, SH serta dari Pihak
Tergugat diwakili oleh Irchammi Chabiburachman, SH.MH dan A. M. Amal
Tomagola, SH. Sebelum pemeriksaan perkara dimulai Majelis Hakim telah
berusaha untuk mendamaikan kedua pihak dengan Menunjuk Bpk. Dwi Sugiarto,
SH.Mh sebagai Mediator, namun usaha mediasi tersebut tidak membuahkan hasil.
Atas gugatan yang dilayangkan oleh pihak Penggugat tersebut pihak Tergugat
kemudian menyampaikan jawaban pada 28 November 2013 yang pada pokoknya
menyangkal secara tegas dalil Penggugat, pihak tergugat juga mengakui dalil
gugatan kewajibannya menyatakan kewajibannya menjadi sebesar Rp.
166.750.000,- namun menolak gugatan bahwa pihak tergugat belum
melaksanakan kewajibannya tanpa alsan yang jelas padahal telah diperingatkan
oleh surat Somasi. Pihak Tergugat mengatakan bahwa “apa yang dikatakan oleh
pihak penggugat tersebut tidak benar, tergugat bukan tidak berniat untuk tidak
membayar kewajiban, akan tetapi Tergugat telah berulangkali mengingatkan
pihak Penggugat untuk segera memusyawarahkan terlebih dahulu kepada Sdr.
Aldus Romplas mengenai hutang Penggugat yang telah selesai melaksanakan
pembuatan Saluran air di proyek perumahan tersebut yang notabene masih
menjadi tanggung jawab dari pihak Penggugat yang pada saat itu belum selesai
pengerjaanya”. Dan pihak Tergugat telah mengundang pihak Penggugat untuk
membicarakan hal tersebut namun tidak pernah memenuhi undangan dari
Tergugat. Dan bahkan menurut Tergugat, Penggugat telah membuat surat
pernyataan tertulis oleh Penggugat untuk menyelesaikan permasalahan hutangnya
dengan Sdr. Adlus Rompas sebesar Rp. 77.515.000,-.
Oleh karena itu tergugat mengklaim bahwa pembayaran sisa tagihan kepada
pihak Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000 yang sebelumnya 166.750.000
dikurangi tagihan Aldus Romplas sebesar 77.515.000,- jadi kewajiban pelunasan
Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000,- . namun pihak
Penggugat tidak pernah mau melakukan kesepakatan atau merundingkan maslah
tersebut yang menjadi sebab tergugat menunda pembayaran kewajiban kepada
Penggugat, jadi Tergugat menunda membayar kewajiban dan menyebabkan
masalah mejadi berlarut-larut adalah atas kelakuakn dari pihak Penggugat sendiri,
bukan kesalahan dari pihak Tergugat.Bahkan dalam hal ini pihak Tergugat
mencurigai sejak awal Penggugat mempunyai niat tidak baik karena pemberian
pekerjaan kepada Sdr. Adlus Rompas tidak dibuatkan Surat Perintah Kerja (SPK)
dan hanya merupakan perjanjian gentlement Agreement saja, dan dengan ini
memanfaatkan kelemahan perjanjian ini untuk menghindari pembayaran
kewajiban kepada Sdr. Adlus Rompas.
Yang kemudaian berbagai hal tersebut, pihak Tergugat memohon kepada
Majelis Hakim untuk menolak gugatan Penggugat sebagian terutama yang
menyangkut suku bunga, pelaksanaan terlebih dahulu dan permohonan sita
jaminan. Serta ketetapan lain yang berkaitan dengan kewajiban Tergugat kepada
Penggugat berupa materil serta hutang Penggugat keapda Aldus Romplas.
B. Keputusan
Masalah Pembuktian
Pertimbangan Hukum
Melihat perkembangan dan jawab jinawab antara pihak Penggugat dan pihak
Tergugat selama persidangan serta adanya berbagai bukti dan keterangan yang
diberikan oleh saksi serta pada pokoknya Gugatan dari Penggugat adalah bahwa
Tergugat telah melakukan Wanprestasi maka Majelis Hakim menilai bahwa
pokok permaslahan ini ada pada apakah benar secara hukum tergugat telah
cidera janji/wanprestasi dengan tidak membayar retensi sebesar
5%sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam adendum perjanjian pada
20 mei 2012 (Bukti P-1). Untuk menjawab ini Majelis Hakim kemudian
menggunakan dimensi yuridis apakah Tergugat dapat dinyatakan secara hukum
telah melakukan Wanprestasi dengan suatu pihak, dapat dinyatakan melakukan
Wanprestasi apabila ;
Fakta Hukum
Pada hari Kamis tanggal 18 April 2013 kemudian Majelis Hakim yang diketuai
oleh Hakim Ahmad Rosidin, SH.MH dan Hakim anggota Amin Sutikno,
SH.MH dan Eddy Suwanto, SH.MH serta dibantu Penitera Pengganti Sri
Tasliyah, SHputusan sebagaiamana dijelsakan tadi dibacakan didalam
persidangan.
*kalimat yang di cetak tebal dan digaris bawah dinilai oleh penyusun mempunyai
nilai penting atau menunjukan alur yang terjadi dalam berjalannya persidangan
Dalam hal ini hakim benar-benar menilai bahwa setiap perjanjian yang
disetujui dalam suatu perjanjian akan menjadi Hukum yang mengikat bagi kedua
belah pihak, tidak boleh merugikan orang lain dan juga tidak boleh
menguntungkan orang lain, serta hanya bias gugur apabila kedua belah pihak yang
mengikatkan diri sepakat untuk melepasnya, sebagaimana dalam :
Pasal 1338 KUH Perdata ;“Semua Persetujuan yang dibuat sesuai dengan
Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya, persetujuan ini tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang diatur oleh
Undang-Undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Pasal 1320 KUH Perdata ;“Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu
dipenuhi empat syarat: 1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, 2).
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3). Suatu pokok persoalan tertentu,
4). Suatu sebab yang tidak terlarang.
sehingga hakim dalam memberikan keputusan cenderung kembali melihat apa isi
dari perjanjian tersebut, karena dalam isi perjanjian tersebutlah fakta hukum yang
mengikat kedua belah pihak berada, seperti keterikatan keduanya secara hokum
dalam suatu perikatan perjanjian kerjasama dalam Bukti (P-1) yang dibawa oleh
penggugat.
Dikabulkannyapetitum 2 dan 3
Sebenarnya dalam KUH Perdata telah disebutkan secara jelas bahwa sejak
dalam keadaan bagaimana seseorang dapat dikategorikan telah melakukan
Wanprestasi atau Kelalaian, dalam Pasal 1238 KUH Perdata dikatakan “debitur
dinyatakan lalai dengan surat perintah atau dengan akta sejenis atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan itu sendiri. Yaitu apabila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang di
tentukan”.
Bunyi dari Pasal ini cukup jelas untuk menyatakan bahwa pihak Tergugat
telah melakukan Wanprestasi, yaitu tidak melakukan kewajiban untuk memenuhi
Prestasi sesuai dengan Adendum perjanjian kerjasama pada waktu tempo yang
telah disepakati.
Karena inilah dalam kasus Wanprestasi ini dari seluruh gugatan yang
layangkan oleh Penggugat, Majelis Hakim memutuskan sebagian gugatan di
terima dan sebagian lagi ditolak.
Dari semua alur yang telah dipaparkan diatas dapat kita lihat bagaimana
hakim menjadi pihak ketiga dalam menyelesaikan sengketa dan memberikan
putusan seadil-adilnya. Dari proses awal disediakannya mediator untuk
melakukan mediasi, sampai tahap pencarian fakta hukum yang ada dari berbagai
bukti dan keterangan saksi dan pada akhirnya memutuskan mengadili perkara
dengan mengabulkan sebagian gugatan dan menolak sebagaian.