Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
JURUSAN PETERNAKAN
219
KATA PENGANTAR
Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Komunikasi. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah mengenai
komunikasi dan penyuluhan perikanan melalui pendekatan manajemen komunikasi
Dengan adanya tugas ini, penulis berharap kita dapat mengetahui dan memahami konsep
tentang komunikasi dan penyuluhan perikanan melalui pendekatan manajemen komunikasi .
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini, mudah-mudahan bantuan yang diberikan mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini pasti masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisannya. Akhir kata semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang1
1.2.TujuanPraktikum2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Penyuluhan3
2.3. Perencanaan Program Penyuluhan4
2.4. Materi Penyuluhan Perikanan5
2.5. Penyuluhan Perikanan: Perubahan Berencana bagi
Kesejahteraan Masyarakat7
2.6. Penyuluhan Perikanan di Era Desentralisasi8
2.7. Model Penyuluhan Perikanan Alternatif8
III. ANALISA
3.1. Lokasi Penelitian10
3.2. Keadaan Umum10
3.3. Masalah11
3.4. Identifikasi Masalah12
3.5. Evaluasi dan Rekonsiderasi15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan16
4.2. Saran16
DAFTAR PUSTAKAiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perencanaan program
penyuluhan perikanan, sehingga pembaca diharapkan menyadari pentingnya perencanaan
program penyuluhan perikanan dalam pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia.
Selain itu pembaca diharapkan memahami tentang pembuatan perencanaan program
penyuluhan perikanan itu sendiri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Agar penyuluhan dapat berlangsung dengan baik diperlukan pendidikan dan komunikasi
untuk berbagi informasi. Hal ini dapat dilakukan oleh fasilitator, baik yang berasal dari suatu
sistem sosial itu sendiri (internal agent of change) atau yang berasal dari luar sistem sosial itu,
seperti penyuluh lapangan atau pekerja pembangunan dari sebuah lembaga swadaya
masyarakat (LSM).
Penyuluhan senantiasa mengalami perubahan seperti perubahan organisasi, perencanaan
strategi, re-organisasi, dan penetapan prioritas baru. Pada prinsipnya, penyuluhan ialah proses
yang sistematis untuk membantu petani, nelayan, pembudidaya, atau komunitas agar mampu
memecahkan masalahnya sendiri (self-help). Karena itu penyuluhan memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan partisipannya.
2.5. Penyuluhan Perikanan: Perubahan Berencana bagi Kesejahteraan Masyarakat
Kegiatan pembangunan sektor perikanan baik di darat maupun di laut tidak terlepas dari daya
dukung lingkungan, keberlangsungan sumberdaya alam dan keterpaduan berbagai pihak
terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sektor perikanan dan
kelautan memiliki dua bidang usaha yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap (Siti
Amanah dan Yulianto, 2002).
Sama seperti petani subsisten, nelayan kecil juga berada di strata sosial terbawah. Bedanya,
nelayan menghadapi tantangan alam yang lebih berat. Kondisi laut selalu berubah, dan hasil
tangkapan tidak menentu. Ritme kerja nelayan harus sesuai dengan dinamika angin dan laut.
Malam melaut, pagi mendarat.
Modal, pendidikan, kesehatan, dan pemasaran ikan yang mereka tangkap terbatas.
Pemecahan masalah tesebut memerlukan program pengembangan kapasitas para nelayan
kecil itu. Penyuluhan dapat memberi kontribusi pada peningkatan kemampuan nelayan.
Melalui penyuluhan, akan terjadi perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap nelayan.
Bisnis mereka akan berkembang, demikian pula lingkungan hidup dan sosial budaya
masyarakat setempat.
Selanjutnya, penyuluhan dapat juga dipadukan dengan teori perubahan berencana (Lippitt
dkk, 1958) untuk membangun masyarakat pesisir agar mampu mengelola berbagai usaha
perikanan. Dalam hubungan ini, ketujuh tahap perubahan berencana itu ialah:
a. Menimbulkan kebutuhan untuk berubah (unfreezing).
b. Menciptakan hubungan untuk berubah.
c. Diagnosis masalah klien.
d. Memilih masalah, tujuan dan alternatif pemecahan masalah .
e. Transformasi menuju perubahan nyata.
f. Generalisasi dan stabilisasi perubahan (freezing).
g. Mengakhiri hubungan agen pembangunan dan klien. Hubungan baru dapat dijalin lagi
dalam situasi lain.
2.6. Penyuluhan Perikanan di Era Desentralisasi
Seiring perubahan global dan isu lingkungan strategis, layanan penyuluhan perikanan juga
mengalami perubahan-perubahan. Subejo (2002) mengindikasikan bahwa transformasi
penyuluhan perikanan sedang berlangsung di berbagai negara. Perubahan terjadi pada
organisasi, sistem penugasan, dan praktek sistem penyuluhan perikanan dan
pedesaan.Tantangan untuk mengintrodusir suatu sistem institusi baru yang lebih sesuai
menjadi pertimbangan dalam mereformasi sistem penyuluhan perikanan. Jika hal tersebut
dikesampingkan maka system pelayanan penyuluhan akan menjadi suatu yang usang dan
ketinggalan.
Salah satu isu utama dalam penyuluhan adalah desentralisasi. Searah dengan semangat
desentralisasi, kebijakan nasional telah memberikan ruang gerak desentralisasi melalui
kebijakan ”otonomi daerah”. Melalui otonomi daerah diharapkan dapat mendukung dan
meningkatkan kinerja penyuluhan perikanan. Terkait dengan hal tersebut, Saragih (2005)
berpendapat bahwa dengan adanya otonomi daerah, telah diberikan kebebasan kepada
regional agricultural services untuk mengambil inisiatif dalam mendesain kebijakan spesifik
lokal, sementara itu pemerintah pusat melalui Menteri Kelautan dan Perikanan
bertanggungjawab hanya pada penyusunan dan manajemen strategi, kebijakan nasional dan
standar-standar. Dengan dukungan anggaran yang besar, pemerintah lokal memiliki lebih
banyak sumber daya serta kebebasan yang lebih besar untuk mengembangkan kebijakan
spesifik lokal dan teknologi lokal melalui kajian/penelitian di lembaga penelitian lokalnya.
Dengan otonomi daerah ini, tanggung jawab pembangunan perikanan dalam kendali kepala
daerah bukan lagi pegawai/dinas perikanan.
BAB III
ANALISA
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Anturan, Buleleng, Bali. Desa Anturan merupakan salah satu
desa pesisir yang ada di Kabupaten Buleleng yang berjarak 8 km ke arah Barat dari Singaraja
sebagai Ibukota Kabupaten dan berjarak 87 km dari Denpasar sebagai ibukota Provinsi. Desa
Anturan letaknya berdekatan dengan kawasan wisata pantai Lovina. Luas desa Anturan
adalah 247 ha yang secara administratif berbatasan dengan:
• Laut Jawa di Sebelah Utara
• Desa Selat, Kecamatan Sukasada di Sebelah Selatan
• Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng di Sebelah Barat dan
• Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng di Sebelah Timur.
Secara geografis Desa Anturan merupakan dataran rendah dengan ketinggtan 0 – 15 m dari
permukaan Laut, dengan suhu berkisar antara 28° sampai dengan 32° C.
3.2. Keadaam Umum
Hampir sebagian besar tanah di Desa Anturan dimanfaatkan untuk keperluan pertanian yakni
sebesar 91.33 %. Penggunaan lainnya adalah untuk perumahan dan kegunaan lain
sebagaimana tampak pada Tabel 2. Tabel 1. Keadaan lahan dan penggunaannya.
JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) PERSENTASE (%)
Jalan 2,00 0,84
Sawah dan ladang 217,00 91,33
Bangunan umum 6,00 2,53
Pemukiman/perumahan 12,00 5,05
Makam 0,60 0,25
Jumlah 237,60 100,00
Pada tahun 2001 jumlah penduduk Desa Anturan adalah 4437 orang yang terdiri
atas 2134 orang Iaki-laki dan 2303 orang perempuan, sedangkan pada tahun 2002, rneningkat
rnenjadi 4579 (kenaikan sebanyak 3.2 %). Dari sekian banyak penduduk Desa Anturan
penduduk terbanyak berusia lebih dari 18 tahun.
Penduduk Desa Anturan dapat dikatakan telah memahami arti pentingnya pendidikan, hal ini
tampak dari tingkat pendidikan yang relatif tinggi yakni 44.01 % penduduknya telah
mengenyam bangku SMA. Diantara penduduk ada yang telah mengenyam pendidikan
Perguruan Tinggi, yaitu sebesar lebih kurang 4,92 %. Mata pencaharian penduduk desa
Anturan beragam, yaitu tani, buruh tani, nelayan, karyawan, pensiunan, pedagang dan penjual
jasa. Desa Anturan sebagai desa agraris dan berbatasan langsung dengan laut, memiliki
populasi petani dan nelayan yang cukup besar.
Sebagian besar penduduk memilih usaha utama di bidang pertanian dan perkebunan dan
perikanan (80 %), kegiatan lainnya adalah memandu wisata, dan membuat kerajinan tangan.
Usaha tani padi milik penduduk dikelola oleh Subak selaku kelembagaan adat lokal yang
mengatur pengairan. Desa Anturan memiliki saluran irigasi sepanjang 100 meter dengan
pompa air dan pembagi air masing-masing 1 buah. Kegiatan perikanan yang ada di desa
Anturan sebagian besar merupakan perikanan tangkap (85 %), sedangkan sisanya merupakan
layanan jasa wisata bahan dengan menggunakan perahu motor. Terdapat 35 perahu motor, 13
perahu layar, dan 25 buah sampan.
3.3. Masalah
Dari keadaan penduduk dapat diketahui bahwa Desa Anturan ini merupakan desa yang
memiliki potensi berkembang dibidang perikanan. Letak desa yang berdekatan dengan
kawasan wisata pantai Lovina serta letak administratif yang berbatsan dengan Laut Jawa,
dapat memberikan lahan pekerjaan / usaha seperti penangkapan ikan, usaha ikan hias dan
pemandu wisata bahari. Namun terdapat permasalahan yang dihadapi nelayan setempat yaitu
keterbatasan teknologi penangkapan keterbatasan pengalaman dan keterampilan dalam
pengolahan hasil perikanan dan masalah pemasaran. Hasil perikanan tangkap sebaglan besar
dijual dalam bentuk basah dan nelayan perempuan di desa tersebut bertugas menjual hasil
tangkapan di pinggir jalan Raya Anturan. Saat hasil berlimpah, dan tidak terjual semua,
nelayan hanya mengolah ikan menjadi pindang, padahal hasil perikanan tersebut bisa diolah
dalam bentuk lain yang lebih tahan lama, seperti presto, ikan asin, kerupuk, terasi dan
sebagainya. A1asan yang dikemukakan adalah terbatasnya modal, dan ketiadaan waktu.
Nelayan membutuhkan sarana pemasaran yang memadai mengingat sulitnya memasarkan
ikan, belum ada fasilitas pelelangan lkan. Meskipun telah ada kerja sama dengan hotel dan
restoran setempat untuk membeli lkan, namun jumlahnya tidak begitu besar sehlngga nelayan
masih memiliki lkan yang belum terjual. Dengan demikian, permasalahan yang dihadapi
nelayan desa Anturan adalah:
1. Keterbatasan dalam teknologi penangkapan ikan
2. Perempuan nelayan belum memiliki motivasi melakukan pengolahan hasil
tangkapan;
3. Keterbatasan modal untuk melakukan pembesaran skala usaha
4. Perlunya Lembaga Pemasaran Hasil Perlkanan untuk menampung hasil tangkapan.
1. Penijauan dan analisis umum keadaan Lokasi Desa Anturan, Bali ini bertujuan agar dapat
mengetahui seberapa besar potensi dan permasalahan yang dihadapi. Dari peninjuan yang
dilakukan Desa Anturan ini merupakan desa yang memiliki potensi yang besar, terlihat dari
letak administraif yang berbatasan dengan Laut Jawa disebelah Utara, dan letak Desa yang
berdekatan dengan lokasi wisata Pantai Lovina sehingga banyak masyarakat dapat melakukan
usaha penangkapan ikan, usaha ikan hias dan pemandu wisata. Peninjauan umum ini juga
berfungsi untuk mengetahui keadaan penduduk di Desa Anturan sehingga dapat menetapkan
sasaran dan teknologi penyuluhan seperti apa yang dapat di berikan.
2. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat nelayan ini dapat diketahui dengan menganalisis
data yang telah didapat dari penijauan yang dilakukan, kemudian langkah selanjutnya yaitu
dengan melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan yaitu dengan mewawancarai 7
orang Informan yakni Ketua Kelompok Nelayan, tiga anggota kelompok nelayan, dua
perempuan nelayan dan seorang staf Pemerintahan Desa. Hasil wawancara menunjukkan
bahwa permasalahan yang dihadapi nelayan setempat adalah keterbatasan teknologi
penangkapan, keterbatasan pengalaman dan keterampilan dalam pengolahan hasil perikanan
dan masalah pemasaran. Hasil perikanan tangkap sebagian besar dijual dalam bentuk basah
dan nelayan perempuan di desa tersebut bertugas menjual hasil tangkapan di pinggir jalan
Raya Anturan. Saat hasil berlimpah, dan tidak terjual semua, nelayan hanya mengolah Ikan
menjadi pindang, padahal hasil perikanan tersebut bisa diolah dalam bentuk lain yang lebih
tahan lama, seperti presto, ikan asin, kerupuk, terasl dan sebagainya. A1asan yang
dikemukakan adalah terbatasnya modal, dan ketiadaan waktu.
Nelayan membutuhkan sarana pemasaran yang memadai mengingat sulitnya memasarkan
ikan, belum ada fasilitas pelelangan lkan. Meskipun telah ada kerja sama dengan hotel dan
restoran setempat untuk membeli ikan, namun jumlahnya tidak begitu besar sehingga nelayan
masih memiliki ikan yang belum terjual. dengan demikian, permasalahan yang dihadapi
nelayan desa Anturan adalah:
a) Keterbatasan dalam teknologi penangkapan
b) Perempuan nelayan belum memlliki motivasi melakukan pengolahan hasil tangkapan;
c) Keterbatasan modal untuk melakukan pembesaran skala usaha
d) Perlunya Lembaga Pemasaran Hasil Perikanan untuk menampung hasil tangkapan.
3. Penetapan tujuan dan Cara penyampaian tujuan ini diidentifikasi dari masalah yang
dihadapi sehingga pada kasus Desa Anturan ini penetapan Tujuan penyuluhan perikanan di
desa Anturan ini ditetapkan sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan nelayan dalam teknologi
b) penangkapan ikan dengan mempertimbangkan kelestarian sumberdaya ikan
c) Meningkatkan motivasi nelayan dan anggota keluarganya dalam melakukan pengolahan
ikan hasil tangkapan
d) Meningkatkan kemampuan manajemen usaha penangkapan dan pengolahan, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.
Agar tujuan dapat dicapai, diperlukan langkah-langkah kegiatan atau rencana pelaksanaan
penyuluhan. cara pencapaian tujuan• perlu mempertimbangkan kemampuan sumber daya dan
fasilitas yang tersedia. Penyusunan cara mencapai tujuan ini sangat penting karena nelayan
akan memiliki gambaran tentang seberapa jauh tujuan penyuluhan itu mampu membantu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi, sekaligus nantinya rencana kegiatan
Ini mampu memotivasi nelayan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan. Terdapat lima
aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana kegiatan tersebut, yaitu: (a)Tingkat
kemampuan petani-nelayan dan keluarganya;
(b) Sarana dan prasarana penyuluhan;
(e) Situasi lingkup kegiatan penyuluhan yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan budaya.
(d) Tingkat kemampuan penyuluh dan petugas penyuluhan;
(e) Biaya yang tersedia (Deptan, 1990).
Rencana kerja ini mencakup apa yang menjadi tujuan, bagaimana metodenya, kapan, dimana
kegiatan itu akan dilakukan, bagaimana bentuk kegiatan, dan organisasi atau siapa yang
melaksanakan kegiatan tersebut. Rencana kerja penyuluhan termasuk dalam kalender kerja
yang menggambarkan kegiatan yang akan dilaksanakan, dan disusun berdasarkan urutan
waktu kegiatan.
Terdapat tiga metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program
penyuluhan yaitu:
a) Pendekatan perorangan, misalnya kegiatan kunjungan perorangan, konsultasi ke rumah,
penggunaan surat atau telpon, dan magang.
b) Pendekatan kelompok, misalnya kursus tani-nelayan, demonstrasi cara atau hasil,
kunjungan kelompak, karyawisata, diskusi kelompok, ceramah, pertunjukan film, slide,
karyawisata, penyebaran brosur, buletin, folder, liputan, asah terampil, sarasehan, rembug
utama atau madya, temu wicara, temu usaha, temu karya, temu lapang dll.
c) Pendekatan massal seperti pameran, Pekan Nasional (Penas), Pekan Daerah (Peda),
Pertunjukan Aim atau wayang, drama, penyebaran pesan melalui Siaran radio, televisi, Surat
Kabar, Selebaran atau Majalah, Pemasangan Poster atau Spanduk dan sebagainya.
Guna memperjelas cara pencapaian tujuan, maka dalam perencanaan dapat dibuat matriks
yang berisikan analisis keadaan, tujuan, masalah, kegiatan untuk menyelesaikan masalah,
metode yang digunakan, sasaran, lokasi, biaya dan sumber biaya, penanggung jawab,
pelaksana dan pihak lain yang terkait.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Permasalahan perikanan terjadi di berbagai wilayah. Penyuluhan yang dilakukan pun tidak
bisa diseragamkan. Perbedaan latar belakang pendidikan, budaya, kemampuan, modal,
perkembangan teknologi, pemerintah daerah, dan motivasi masyarakat mengharuskan kita
membuat penyuluhan yang sesuai dengan sasaran dan juga tujuan yang telah ditetapkan.
Karena itulah perencanaan dalam penyuluhan akan sangat penting dalam menentukan tingkat
keberhasilan dari penyuluhan yang hendak dilakukan.
Penyuluhan dapat dilakukan dengan 3 macam pendekatan, yaitu dengan pendekatan
perorangan, pendekatan kelompok, dan pendekatan massal. Selain itu penyuluhan juga dapat
bersifat persuasif, edukatif, komunikatif, akomodatif dan fasilitatif.
Dibutuhkan pengontrolan/ pengawasan untuk mengetahui apakah penyuluhan yang telah
dilakukan berpengaruh pada kegiatan perikanan masyarakat yang diberikan penyuluhan.
Setelah itu diperlukan evaluasi sehingga untuk kedepannya penyuluhan yang akan dilakukan
dapat menghindari kesalahan yang telah dibuat maupun menambahkan kekurangan yang
belum ada pada penyuluhan sebelumnya.
4.2 Saran
Hendaknya sebelum melakukan penyuluhan dilakukan persiapan yang matang mengenai
masalah yang dihadapi masyarakat, tujuan dari penyuluhan, dan bagaimana cara mencapai
tujuan tersebut sehingga penyuluhan yang nantinya akan dilakukan benar-benar menjawab
permasalah yang dihadapi oleh masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan. Hendaknya
masyarakat sasaran juga dilibatkan dalam tahap perencanaan penyuluhan untuk memahami
dengan jelas permasalahan yang masyarakat tersebut hadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Fayyadh Arkana Yahya. 2013. Atualisasi Peran Penyuluh Perikanan dalam Mendukung
Akselerasi Pembangunan Perikanan.
http://fayyadharkanayahya.blogspot.com/2013/08/atualisasi-peran-penyuluh-perikanan.html.
16 maret 2014