Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) dikenal dengan sebutan penyakit gula darah atau
kencing manis. DM merupakan salah satu penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia
(Syafrudin, Damayani, & Demalfan, 2011). Jumlah penderita DM di dunia
semakin bertambah setiap tahunnya. Hal ini dapat disebabkan karena
peningkatan jumlah populasi, usia, prevalensi obesitas dan penurunan
aktivitas fisik (Puji, 2015).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai
dengan peningkatan gula darah atau sering disebut dengan kondisi
hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin dari
pankreas (ADA, 2012). Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai
kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi (Syafrudin, Damayani, &
Demalfan, 2011).
Menurut hasil penelitian Nangge, dkk (2018), di wilayah kerja Puskesmas
Ranomut kota Manado, berdasarkan hasil uji statistik Pearson chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05 ) diperoleh hasil p value 0,000 <
0,05 menunjukkan adanya hubungan obesitas dengan kejadian diabetes
melitus. Menurut Harsari, dkk (2018), di Poli Endokrin RSUD dr Soetomo
Surabaya, berdarkan hasil uji Pearson nilai p 0,04 dan nilai koefisien korelasi
0,256 menunjukkan hubungan antara status gizi dan GDP pasien DMT2.
Diabetes mellitus mempuyai 2 tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM
tipe 1 merupakan DM yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak
dengan kerusakan sel beta pankreas akibat faktor autoimun, genetik atau
idiopatik, sedangkan DM tipe 2 merupakan DM yang umumnya didapat
setelah dewasa akibat resistensi insulin terkait perubahan gaya hidup
(Riskesdas, 2013).

1
2

Mengubah gaya hidup merupakan pengobatan yang difokuskan pada


penderita DM tipe 2 untuk mengendalikan kadar gula dalam darah (Akmal,
Indahaan, Widhawati, & Sari, 2016). Kadar gula darah yang tidak terkontrol
akan menyebabkan komplikasi jangka pendek, jangka panjang, dan dapat
menyebabkan kematian pada penderita (Krisnatuti, Rasjmida, & Yenyira,
2014). Untuk menghindari terjadinya komplikasi tersebut, penderita DM
perlu mengendalikan dan menjaga kadar gula darah agar tetap berada dalam
batas normal dengan cara mengatur pola makan atau diet (Praptini, 2011).
Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah utama kesehatan umum,
komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit DM antara lain gangguan pada
sistem kardiovaskuler seperti atherosklerosis, retinopati, gangguan fungsi
ginjal dan kerusakan syaraf. Selain itu, DM dapat menyebabkan terjadinya
kecacatan maupun kematian. Orang yang terkena DM mempunyai resiko dua
puluh kali lebih besar mengalami amputasi daripada orang yang tidak
memiliki penyakit DM. Managemen DM yang kurang baik dapat
menimbulkan komplikasi yang serius dan dapat menyebabkan kematian
(Wazaify et all., 2011).
Menurut International Diabetes Federation (IDF) estimasi kejadian DM di
dunia pada tahun 2015 yaitu sebesar 415 juta jiwa dan tahun 2017 meningkat
424,9 juta jiwa. Amerika Utara dan Karibia 44,3 juta jiwa, Amerika Selatan
dan Tengah 29,6 juta jiwa, Afrika 14,2 juta jiwa, Eropa 59,8 juta jiwa, Pasifik
Barat 153,2 juta jiwa, Timur Tengah dan Afrika Utara 35,4 juta jiwa.
Prevalensi kejadian DM di Asia Tenggara sebanyak 78,3 juta jiwa. Indonesia
menduduki peringkat ke-7 di dunia dengan prevalensi sebanyak 10 juta jiwa
setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico. Pada tahun
2040 data tersebut diperkirakan akan terus meningkat, dimana 1 dari 10 orang
dewasa akan menderita DM (IDF, 2015).
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa
penderita diabetes melitus di Indonesia meningkat pada tahun 2018
dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013. Prevalensi Diabetes Melitus
pada tahun 2013 adalah 6,9% sedangkan prevalensi diabetes melitus tahun
2018 adalah sebesar 8,5%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,

2
3

DKI Jakarta merupakan kota yang menempati peringkat pertama dengan


angka prevalensi diabetes melitus tertinggi di Indonesia sebesar 3,4 persen.
Berdasarkan data prevalensi pada RSUD Koja di ruang Tenggiri lantai 8 blok
B terdapat kasus Diabetes Mellitus yang dihitung sejak bulan September
terdapat 46 pasien dan bulan Oktober terdapat 54 pasien yang mengalami
penyakit Diabetes Mellitus.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat angka kejadian diabetes
mellitus di Ruang Tenggiri lt.8 blok B masih meningkat, maka dari itu
kelompok tertarik untuk mengambil kasus diabetes mellitus untuk dibahas
lebih lanjut.

1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendiskusikan dengan peserta (petugas kesehatan atau perawat) di RSUD
Koja Jakarta Utara tentang Seminar Diabetes Mellitus pada Pasien di
Ruang Tenggiri.
2. Tujuan Khusus
a) Kelompok dan peserta dapat berdiskusi mengenai pengkajian dengan
menggunakan 11 pola gordon pada pasien Diabetes Mellitus di ruang
Tenggiri
b) Kelompok dan peserta dapat berdiskusi mengenai asuhan keperawatan
pada pasien Diabetes Mellitus di ruang Tenggiri
c) Kelompok dan peserta dapat berdiskusi tentang penelitian-penelitian
terbaru mengenai Diabetes Mellitus

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang tidak menular yang


melanda beberapa jutaan orang diseluruh dunia. Hal ini terkait dengan
beberapa komplikasi mikro dan makrovaskuler. Hal ini juga merupakan
penyebab utama kematian (Kumar, 2016).

Diabetes mellitus adalah kompleks, penyakit kronis yang membutuhkan


perawatan medis terus-menerus dengan strategi pengurangan risiko
multifaktorial diluar kendali glikemik (ADA, 2016).

Diabetes mellitus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan,
pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner & Suddarth,
2014).

2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2016, klasifikasi


DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain. Namun
jenis DM yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

a. Diabetes Mellitus tipe 1


DM tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolik glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronik. Keadaan
ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas baik oleh proses
autoimun maupun idiopatik. Proses autoimun ini menyebabkan tubuh
kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin karena sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel yang bertugas memproduksi
insulin sehingga produksi insulin berkurang atau terhenti (Rustama dkk,
2010). DM tipe 1 dapat menyerang orang semua golongan umur,

4
namun lebih sering terjadi pada anak-anak. Penderita DM tipe 1
membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa
darahnya (IDF, 2015). DM tipe ini sering disebut juga Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), yang berhubungan dengan
antibody berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies
(IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA).
b. Diabetes Mellitus tipe 2
DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang paling sering
terjadi, mencakup sekitar 85% pasien DM. Keadaan ini ditandai oleh
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. DM tipe ini lebih
sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada
orang dewasa muda dan anak-anak (Greenstein dan Wood, 2010).
c. Diabetes tipe spesifik lain
Diabetes tipe ini biasanya terjadi karena adanya gangguan genetik pada
fungsi sel beta, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas dan dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
d. Gestational Diabetes
Diabetes tipe ini terjadinya peningkatan kadar gula darah atau
hiperglikemia selama kehamilan dengan nilai kadar glukosa darah
normal tetapi dibawah dari nilai diagnostik diabetes mellitus pada
umumnya.

2.3. Kriteria Diagnostik

Kriteria untuk mendiagnosis DMT2 yang ditegakkan atas dasar pemeriksaan


kadar glukosa darah, yaitu jika ditemukan kondisi sebagai berikut : HbA1C ≥
6,5 %, Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L), kadar glukosa
darah sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L), Kadar glukosa darah 2 jam
setelah makan atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTOG) 75 gram yang
dilarutkan dalam air > 200 mg/dl (Ignatavicius & Workman, 2013).

5
2.4. Penyebab Diabetes Mellitus
a. DM tipe I, diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
1. faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I
2. faktor imunologi (autoimun)
3. faktor ligkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. DM tipe II, disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Faktor resiko yang berhubugan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II : usia, besitas, riwayat dan keluarga (NANDA, 2015).

2.5. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus


Tiga serangkai yang klasik tentang gejala DM adalah poliuria (sering
kencing), polidipsia (sering merasa kehausan), dan polifagia (sering merasa
lapar). Gejala awal tersebut berhubungan dengan efek langsung dari kadar
gula darah yang tinggi. Jika kadar gula lebih tinggi dari normal, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Oleh karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan, penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria).
Akibat lebih lanjut adalah penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum (polidipsia). Selain itu, penderita mengalami
penurunan berat badan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih. Untuk mengompensasikan hal tersebut, penderita sering kali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan atau polifagia
(Krisnatuti dkk, 2014).
Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukkan gejala klasik tetapi
penderita tersebut baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau
beberapa tahun mengidap penyakit DM. Gejala ini disebut gejala kronik atau
menahun. Gejala kronik ini yang paling sering membawa penderita DM
berobat pertama kali. Gejalanya berupa kesemutan, kulit terasa panas, terasa
tebal dikulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur, kram,

6
mudah mengantuk, mata kabur, gatal disekitar kemaluan terutama wanita,
serta gigi mulai goyah dan mudah lepas (Tjokroprawiro, 2011).
Adapun manifestasi klinis dari diabetes mellitus berdasarkan
klasifikasinya yaitu :

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

DM sering muncul dan berlangsung tanpa timbulnya tanda dan gejala


klinis yang mencurigakan, bahkan kebanyakan orang tidak merasakan
adanya gejala. Akibatnya, penderita baru mengetahui menderita DM
setelah timbulnya komplikasi. DM tipe 1 yang dimulai pada usia muda
memberikan tanda-tanda yang mencolok seperti tubuh yang kurus,
hambatan pertumbuhan, retardasi mental, dan sebagainya (Agoes dkk,
2013).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Penyandang DM tipe 2 mengalami awitan manifestasi yang lambat dan


sering kali tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan
kesehatan untuk beberapa masalah lain. Manifestasi yang biasa muncul
yaitu poliuria dan polidipsia, polifagia jarang dijumpai dan penurunan
berat badan tidak terjadi. Manifestasi lain juga akibat hiperglikemia:
penglihatan buram, keletihan, parastesia, dan infeksi kulit (Lemone,
Burke,Bauldoff,2015).

2.6. Patofisiologi

Gangguan-gangguan patofisiologi DM dikaitkan dengan ketidakmampuan


tubuh untuk merombak glukosa menjadi energi karena tidak ada atau
kurangnya produksi insulin di dalam tubuh. Insulin adalah suatu hormon
pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk
memasukkan gula ke dalam sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber
energi. Pada penderita DM, insulin yang dihasilkan tidak mencukupi
sehingga gula menumpuk dalam darah (Agoes dkk, 2013).

7
Patofisiologi pada DM tipe 1 terdiri atas autoimun dan non-imun. Pada
autoimun-mediated DM, faktor lingkungan dan genetik diperkirakan menjadi
faktor pemicu kerusakan sel beta pankreas. Tipe ini disebut tipe 1A.
Sedangkan tipe non-imun, lebih umun daripada autoimun. Tipe non-imun
terjadi sebagai akibat sekunder dari penyakit lain seperti pankreatitis atau
gangguan idiopatik (Brashers dkk, 2014).

DM tipe 2 adalah hasil dari gabungan resistensi insulin dan sekresi insulin
yang tidak adekuat, hal tersebut menyebabkan predominan resistensi insulin
sampai dengan predominan kerusakan sel beta. Kerusakan sel beta yang ada
bukan suatu autoimun mediated. Pada DM tipe 2 tidak ditemukan pertanda
autoantibodi. Pada resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar
mungkin tinggi tetapi pada keadaan gangguan fungsi sel beta yang berat
kondisinya dapat rendah. Pada dasarnya resistensi insulin dapat terjadi akibat
perubahan-perubahan yang mencegah insulin untuk mencapai reseptor
(praresptor), perubahan dalam pengikatan insulin atau transduksi sinyal oleh
resptor, atau perubahan dalam salah satu tahap kerja insulin pascareseptor.
Semua kelainan yang menyebabkan gangguan transport glukosa dan
resistensi insulin akan menyebabkan hiperglikemia sehingga menimbulkan
manifestasi DM (Rustama dkk, 2010).

8
2.7. Pathway

Ketidakseimbangan Faktor genetik


Kerusakan sel beta
produksi insulin Infeksi virus

Pegerusakan

Imunologik
Gula dalam darah tidak

dapat dibawa masuk

HIPERGLIKEMIA Vikositas PD ↑ Syok Anabolisme

hiperglikemik Protein ↓
Batas ambang ginjal Aliran dalam

darah lambat
Koma diabetik Kerusakan pada
glukosuria
Iskemik jaringan antibodi

Kekebalan tubuh
Dieresis osmotik Ketidakefektifan
menurun
perfusi jaringan

Poliuria perifer

Kehilangan
Kehilangan elektrolit
kalori Neuropati sensori
dalam sel Resiko Infeksi
perifer
sel kehilangan bahan
Dehidrasi
untuk metabolisme Nekrosis luka
Klien tidak merasa

sakit
Resiko Syok
Protein dan
gangrene Kerusakan
lemak dibakar
Merangsang integritas

hipotalamus jaringan
BB menurun

9
Pusat lapar dan
Kelemahan
haus

Katabolisme lemak Pemecahan protein


Polidipsia dan

polifagia

Asam lemak Keton ureum


Ketidakseimbang

an nutrisi kurang

dari kebutuhan keteasidosis

tubuh

Sumber : NANDA, 2015

10
11
2.8. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
a. Umur Trisnawati dan Setyorogo (2013) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kelompok umur < 45 tahun memiliki resiko lebih rendah
mengalami diabetes mellitus dibandingkan dengan kelompok umur >45
tahun. Menurut Riset Kesehatan dasar (2013) penderita diabetes mellitus
yang berusia 45-54 tahun di Indonesia sebanyak 9,70 % dan meningkat
menjadi 11,20 % pada usia >55 tahun. Garnita (2012) menyatakan bahwa
peningkatan resiko diabetes mellitus pada umur >40 tahun disebabkan
karena pada usia 40 tahun mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa
sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan sel beta pankreas untuk
memproduksi hormon insulin.
b. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Resiko diabetes mellitus akan
diturunkan 15% pada anak yang memiliki riwayat salah satu orang tua
menderita diabetes mellitus dan akan meningkat menjadi 75 % pada anak
yang memiliki riwayat kedua orang tua menderita diabetes mellitus
(Diabetes UK, 2010 dalam Rahayu, Hudha & Umah. 2015). Resiko
menderita diabetes mellitus dari ibu 10-30% dibanding dengan ayah yang
menderita diabetes mellitus karena penurunan gen dalam kandungan lebih
besar (kaban, 2007 dalam Rahayu, Hudha & Umah 2015). Apabila saudara
kandung menderita diabetes mellitus maka akan beresiko 10% mengalami
diabetes mellitus sedangkan jika saudara kembar identik menderita
diabetes mellitus maka akan beresiko 90% menderita diabetes mellitus
(Desvita, 2012).
c. Aktivitas fisik, menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), persentase
penduduk Indonesia dengan faktor resiko diabetes mellitus berdasarkan
aktifitas fisik yang kurang sebanyak 26,1% pada populasi 10 tahun keatas.
Hasdianah (2012) orang yang malas untuk melakukan olahraga akan
meningkatkan resiko terjadinya diabetes mellitus karena meningkatnya
kalori yang tertimbun dalam tubuh akan menyebabkan disfungsi pankreas.
Benett, dkk. (2005) dalam Rajasa, Afriwardi & Zein (2016) menyatakan
bahwa olahraga atau aktifitas fisik akan menurunkan resiko diabetes
mellitus. Aktifitas olahraga harus dilakukan dengan frekuensi kurang lebih

12
3 kali seminggu dengan durasi 30-45 menit setiap berolahraga (Rajasa,
Afriwardi & Zein. 2016). Menurut Rahayu, Hudha & Umah (2015)
olahraga ringan sampai sedang selama 30 menit dapat meningkatkan
sensitifitas hormon insulin.
d. Obesitas, Trisnawati dan Setyorogo (2013) individu yang mengalami
obesitas memiliki resiko 7,14 kali lebih besar terkena diabetes mellitus
dari pada individu dengan Indeks Massa Tubuh normal. Hasdianah (2012)
menyatakan bahwa individu dengan berat badan lebih dari 90 kg memiliki
resiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus. Resiko yang lebih
tinggi pada individu obesitas ini berhubungan dengan resistensi insulin
sehingga dapat mengganggu toleransi glukosa (Khotimah., Pranowowati &
Afandi 2013).
e. Kadar kolesterol tinggi, hasil penelitian Trisnawati dan Setyorogo (2013)
kadar kolesterol tinggi akan meningkatkan kadar lemak bebas dalam tubuh
yang nantinya akan meningkatkan resiko terjadinya diabetes mellitus.
Menurut American Diabetes Association (2016) faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus saat kadar HDL kolesterol 250 mg/dL (2,82 mmolL).
Peningkatan kadar lemak akan menurunkan translokasi pengangkutan
glukosa kemembran plasma dan akan menyebabkan resistensi insulin pada
jaringan otot dan adiposa (Garnita, 2012).
f. Pola makan, Betteng, Pangemanan & Mayulu (2014) menyatakan bahwa
individu yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman manis dapat
meningkatkan resiko mengalami diabetes mellitus karena dengan
mengkonsumsi makanan manis dapat meningkatkan kadar glukosa dalam
darah. Menurut Rahayu, Hudha & Umah (2015) pola konsumsi yang tidak
sehat seperti mengkonsumsi makanan cepat saji dan mengkonsumsi
makanan yang tidak seimbang akan menyebabkan berbagai penyakit salah
satunya diabetes mellitus. Garnita (2012) menyatakan bahwa
mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat, konsumsi protein dan
lemak yang berlebih serta kurang mengkonsumsi buah dan sayur juga
dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus.

13
g. Hipertensi, American Diabetes Association (2016) menyatakan bahwa
faktor resiko terjadinya diabetes mellitus saat tekanan darah > 140/90
mmHg atau pada penderita hipertensi yang sedang melakukan terapi
hipertensi. Menurut Zieve (2012) dalam Trisnawati dan Setyorogo (2013)
hipertensi akan menyebabkan penebalan pembuluh darah arteri sehingga
pembuluh darah akan menyempit dan nantinya akan mengganggu
pengangkutan glukosa dari dalam darah.
h. Merokok, Khotimah, Pranowowati &.Afandi (2013) menyatakan bahwa
asap rokok dapat meningkatkan kadar gula darah sedangkan nikotin 17
dapat merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid
yang dapat meningkatkan kadar gula darah serta merokok juga dapat
menurunkan kerja insulin sehingga menyebabkan resistensi insulin. Cindy
(2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa merokok dapat
mempengaruhi kadar HbA1c pada penderita diabetes mellitus, dimana
HbA1c pada penderita diabetes mellitus yang merokok lebih tinggi
dibanding dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes mellitus yang
tidak merokok.
i. Stres menyebabkan peningkatan produksi hormon kortisol sehingga akan
membuat penderita diabetes mellitus sulit tidur, depresi, tekanan darah
turun dan nantinya akan membuat individu tersebut lemas dan
memperbanyak makan serta akan menyebabkan obesitas (Trisnawati dan
Setyorogo. (2013). Menurut Baradero, dkk. dan Syarifudin dalam Darmaja
(2015) stres akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis sehingga
hipotalamus akan mengeluarkan katekolamin yang berlebihan yang akan
menyebabkan meningkatnya glikogenesis dan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah.
2.9. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi yang dapat terjadi pada DMT2 antara lain adalah: 1)
komplikasi akut diabetes mellitus yang meliputi: hiperglikemia, hipoglikemia,
dan ketoasidosis diabetik. 2) Komplikasi kronis yang meliputi :
makrovaskuler dan mikrovaskuler (Smeltzer & Bare, 2010).

14
Hiperglikemia terjadi akibat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
karena kurangnya insulin, tanpa tersedianya karbohidrat untuk bahan bakar
sel, hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke glukosa
(glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa (glukoneogenesis).
Respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya kadar glukosa darah.
Hipoglikemia terjadi bila kadar glukosa darah 50 – 60 mg/dl. Reaksi
hipoglikemia mungkin terjadi akibat: 1) Dosis insulin yang berlebihan. 2)
Menghindari makanan atau makan lebih sedikit dari biasanya. 3) Pemakaian
tenaga yang berlebihan tanpa penambahan kompensasi karbohidrat. 4)
Ketidakseimbangan nutrisi dan cairan disebabkan mual dan muntah. 5)
Asupan alkohol (Black & Hawks, 2009).
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya jumlah insulin atau
secara nyata jumlah insulin tidak memadai. Defisit produksi insulin ini
mengganggu metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tiga manafestasi
klinis (fitur) utama ketoasidosis diabetik adalah : hiperglikemia, dehidrasi dan
kehilangan elektrolit serta asidosis (Smeltzer & Bare, 2010).
Komplikasi makrovaskuler meliputi : penyakit jantung koroner,
Hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan infeksi. Sedangkan
komplikasi Mikrovaskuler meliputi : retinopati, nefropati dan neuropati.
Komplikasi vaskular jangka panjang diabetes mellitus melibatkan pembuluh
darah kecil (mikroangiopati), pembuluh darah sedang dan pembuluh darah
besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes
mellitus yang menyerang kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik),
glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf perifer( neuropati diabetik)
dan otot serta kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran
histopatologis berupa aterosklerosis.
2.10. Penanganan Diabetes Mellitus
Tujuan utama dari pengobatan diabetes mellitus adalah untuk menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah sebagi upaya untuk mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler dan komplikasi neuropatik (Smeltzer & Bare,
2010). Penatalaksanaan diabetes melitus menurut PERKENI (2011) dan
Smeltzer dan Bare (2010) terdiri dari lima komponen, yang terdiri dari : 1)

15
Edukasi, 2) Terapi Gizi Medis (TGM) atau perencanaan makan, 3) Latihan
jasmani, 4) Terapi farmakologis dan 5) Pemantauan kadar glukosa darah dan
keton.

a. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang memerlukan


perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien harus
belajar untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor seperti diet,
aktivitas fisik, stres fisik, dan stres emosional yang dapat
mempengaruhi pengendalian diabetes. Oleh karena itu penderita
diabetes memerlukan informasi dan edukasi tentang keterampilan
untuk merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau
kenaikan kadar glukosa darah secara mendadak dan perilaku preventif
dalam gaya hidup yang dapat menghindari komplikasi diabetik jangka
panjang. (Smeltzer & Bare, 2010).
b. Terapi gizi Medis atau Perencanaan Makan. Terapi Gizi Medis
(TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total.
Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien
itu sendiri).
c. Latihan (program aktivitas fisik terencana) sangat penting dalam
penatalaksanaan DMT 2 karena efeknya dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
dapat diperbaiki dengan latihan (olah raga) (Smeltzer & Bare, 2010)
Latihan jasmani secara teratur (3- 4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
diabetes melitus. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Selain untuk
menjaga kebugaran juga, latihan jasmani dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki,

16
bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Pasien yang
relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi diabetes melitus dapat dikurangi
(PERKENI, 2011). Beberapa kegunaan latihan fisik secara teratur
bagi penderita DMT2 menurut Arsa, Lima, Santos, Cambri,
Campbell, Lewis, dan Simoes (2015) adalah meningkatkan uptake
glukosa oleh jaringan selama dan sesudah latihan/exercise,
menurunkan hiperglikemia, memperbaiki sensitivitas insulin dan
meningkatkan translokasi transpor glukosa, menurunkan tekanan
darah dan resistensi pembuluh darah perifer, serta meningkatkan
enzim anti oksidan.
d. Terapi farmakologis atau pengobatan diabetes secara menyeluruh
mencakup diet yang benar, olah raga yang teratur, dan obat - obatan
yang diminum atau suntikan insulin. Penderita DMT2 umumnya perlu
minum obat anti diabetes secara oral atau tablet. Sedangkan suntikan
insulin diperlukan pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi
suntikan insulin dan tablet. Pada sebuah uji klinis terkontrol-plasebo
yang dilakukan oleh kelompok penelitian program pencegahan
diabates di Amerika Serikat didapatkan hasil bahwa program
perubahan gaya hidup intensif yaitu rekomendasi gaya hidup standar
(diet rendah kalori, rendah lemak dan aktivitas fisik sedang) ditambah
metformin (850 mg, 2 x sehari) efektif mengurangi risiko kejadian
DMT 2 sebesar 50% (Black & Hawks, 2009).
e. Monitoring keton dan gula darah. Ini merupakan komponen
penatalaksanaan yang dianjurkan kepada pasien DMT 2. Monitor
level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia dan pasien
dapat melakukan keempat pilar diatas untuk menurunkan resiko
komplikasi dari DMT2. Pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan secara mandiri/sendiri yang disebut dengan self-monitoring
blood glucose (SMBG). SMBG memungkinkan penderita DMT2

17
untuk mendeteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia,
serta berperan dalam memelihara normalisasi glukosa darah sehingga
pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka panjang.
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi penderita DMT2 yang tidak
stabil dan cenderung untuk mengalami ketosis atau hiperglikemia,
serta hipoglikemia tanpa gejala ringan (Smeltzer & Bare, 2010).

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Betawi
Alamat : Jl. H. Manggar VII, No 4, RT 12/06
Tanggal Masuk : 20-11-2019
Tanggal Pengkajian : 21-11-2019
Diagnose Medis : DM Tipe II

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Klien atas nama Ny. K berusia 54 tahun, Klien datang ke IGD RSUD
KOJA pada tanggal 20 November 2019 pukul 08.00 WIB, klien dibawa
ke rumah sakit oleh anaknya. Klien datang dengan keluhan lemas, merasa
pusing dibagian sebelah kanan seperti dipukul, skala nyeri 3, klien
mengatakan demam sudah 2 hari, merasa mual tetapi tidak ada muntah,
klien sudah menderita penyakit DM selama 20 tahun yang lalu, klien
meminum obat Glibenclamide 2x5 mg pagi dan sore sebelum makan.
1) Pengkajian fisik saat ini
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 169/73 mmHg
N : 75 x/menit

19
S : 36,6 oC
RR : 21 x/mnt
d. Kepala : normosepal, tidak ada lesi, bersih, penyebaran
rambut merata berwarna hitam dan putih
e. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
f. Hidung : simetris dan bersih
g. Telinga : simetris, bersih, ada serumen dan tinnitus tidak ada
h. Mulut : bersih, bibir simetris, jumlah gigi, gigi terdapat
Karies, lidah berwarna putih, bibir tidak
sianosis, mukosa bibir kering
i. Leher : tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
j. Thorax
 Paru-paru : Inspeksi : simetris
Palpasi : taktil fremitus teraba kanan
dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
 Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar SI dan S2 reguler
tidak terdapat bunyi
tambahan
k. Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 9 x/menit
Palpasi : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
l. Ekstremitas : terasa kesemutan di kedua kaki, setiap kali
kesemutan dirasakan selama 5 menit, jari-jari dan telapak kaki

20
tidak terasa saat disentuh, dijempol kaki kanan terdapat luka kecil
tetapi saat di IGD keluar nanah.
m. Genetalia : tidak terpasang DC, bersih, tidak ada keluhan

b. Status Kesehatan Masa Lalu


1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sudah menderita diabetes mellitus selama 20 tahun,
juga pernah mengalami penyakit gastritis, klien meminum obat
Glibenclamide 2x5 mg pagi dan sore sebelum makan. Klien juga
memiliki riwayat hipertensi tetapi tidak terkontrol, pernah minum obat
tetapi tidak tahu nama obat yang diminum.
2) Pernah dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat pada tahun 2010 karena gastritis
selama 12 hari, lalu pernah dirawat 4 bulan yang lalu karena glukosa
darah naik di RSUD KOJA selama 9 hari.
3) Alergi
Klien tidak memiliki alergi obat, makanan, debu ataupun suhu
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Klien memiliki kebiasaan minum kopi hanya pada saat klien
menginginkannya, klien mengatakan tidak mengkonsumsi rokok
maupun minum alkohol.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Berdasarkan informasi yang didapat dari klien dan keluarga tidak
mengetahui adanya riwayat penyakit dikeluarganya

Masalah Keperawatan :
Resiko Cedera

3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosial-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

21
Klien mengatakan bahwa dia mempunyai penyakit Diabetes Mellitus (DM)
sudah sejak 20 tahun yang lalu, meminum obat setelah terdiagnosa DM,
klien meminum obat Glibenclamide 2x5mg pagi dan sore dan rutin minum
obat, tetapi untuk hipertensi pasien tidak meminum obat rutin, dan tidak
mengontrol makan makanan yang rendah garam, tetapi untuk penyakit DM
klien Menurut klien sehat itu penting, dapat melakukan aktivitas tanpa
terganggu, pasien rutin kontrol 2 minggu sekali setiap hari rabu

Masalah Keperawatan : -Kurang Pengetahuan

b. Pola Nutrisi-Metabolik

Sebelum sakit Saat dirawat

Frekuensi makan : 3 x/hari Frekuensi makan : 3 x/hari


Porsi makan hanya 1/4 (2-3 sendok makan setiap makan)
Nafsu makan :
Nafsu makan : ( ) Baik
(  ) Baik ( ) Tidak, alesan :
( ) Tidak, alesan :  Mual : (  ) Ya ( ) Tidak
 Muntah : ( ) Ya ( )
Jenis makanan : lebih banyak makan Tidak
sayur dan ikan, makan buah papaya  Nafsu makan : ( ) Baik ( )
dan pisang Kurang
 Nyeri di perut : ( ) Ya ( )
Makanan yang tidak Tidak
disukai/alergi/pantangan : Jika ya, karakteristiknya :
( ) Ada (  ) Tidak

 Hepar : ( ) teraba ()


Kebiasaan sebelum makan : tidak
Sering mengemil kentang goring,
 Limpa : ( ) teraba ()
timun labu dan jagung manis
tidak
 Bising usus : (  ) ada ( )

22
Sebelum terdiagnosa Diabetes tidak
Mellitus Frekuensi : 9 x/menit
Berat badan : 130 Kg  Gula darah : 546 gr/dl
Tinggi badan : 150 cm  Data lain yang menunjang:
IMT :
Berat badan : 64 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 28,4 kg/m2

Masalah Keperawatan : - Ketidakstabilan kadar glukosa darah

- Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

c. Pola Eliminasi

Sebelum sakit Saat dirawat

1. BAK 1. BAK
 Frekuensi : ≤ 5x/hari  Frekuensi : 5x/hari
 Warna : kuning jernih  Warna : kuning jernih
 Keluhan yang berhubungan  Keluhan yang berhubungan
dengan BAK : suka bangun dengan BAK : suka bangun
malam karena ingin pipis 3 malam karena ingin pipis 2
kali (Poliuri) kali (Poliuri)

2. BAB 2. BAB
 Frekuensi : 1x/hari  Frekuensi : 1 x/hari
 Waktu :  Waktu :
( ) Pagi ( ) Siang ( ) Pagi ( ) Siang
( ) Malam (  ) Tidak ( ) Malam ( ) Tidak
tentu tentu
 Warna : coklat  Warna : hitam
 Bau : khas  Bau : khas

23
 Konsistensi : semi padat  Konsistensi : Keras
 Keluhan : tidak ada  Keluhan : tidak ada

Keseimbangan cairan
Intake : minum : cc output : urin : cc
Infus : cc feses : cc
Obat : cc IWL : cc
Total : cc Total :
Balance :
Hasil Laboratorium :
Natrium (Na) : 133 mEq/L
Kalium (K) : 4.78 mEq/L
Clorida (Cl) : 98 mEq/L

Masalah Keperawatan :

d. Pola Aktivitas dan Latihan


1. Aktivitas
Kemampuan perawatan
0 1 2 3 4
diri
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0 : mandiri , 1 : alat bantu , 2 : dibantu orang lain , 3 : dibantu orang
lain dan alat , 4: tergantung total
Kekuatan otot : normal

5555 5555

24
5555 5555

Semua aktivitas dibantu oleh keluarga karena klien merasa lemas,


dan kaki selalu terasa kesemutan.

2. Sistem Pernafasan
 Jalan nafas : bersih
 Otot bantu nafas : tidak ada
 Frekuensi : 20 x/menit
 Irama : teratur
 Inspeksi : simetris
Palpasi : taktil fremitus teraba kanan dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler

3. Sistem Kardiovaskuler
 Sirkulasi perifer
1. Nadi : 89 x/menit
2. Irama : teratur
3. Denyut : kuat
4. TD : 169/73 mmHg
5. Distensi vena jugularis : tidak ada
6. Warna kulit : pucat
7. Pengisian kapiler : <2 detik
8. Edema : Tidak ada
 Sirkulasi jantung
1. Denyut apical : 108 x/menit
2. Irama : teratur
3. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar SI dan S2 reguler dan

25
tidak terdapat bunyi tambahan

4. Sistem Hematologi :
(tanggal 20 November 2019)
Hemoglobin : 9,0 g/dL
Hematocrit : 28,9 %
Leukosit : 17,18 ribu/μL
Trombosit : 370 ribu/μL

5. Sistem Saraf
 Tingkat Kesadaran : composmentis
 GCS : E: 4 M: 6 V: 5
 Peningkatan tekanan intracranial : tidak ada

6. Sistem Integumen
Terdapat luka kecil di jempol kaki kanan terdapat pus.
Masalah Keperawatan : - Intoleransi Aktivitas

e. Pola Kognitif dan Persepsi


Nyeri : ( ) Ya ( ) Tidak
P : sakit kepala
Q : seperti dipukul-pukul
R : di daerah kepala sebelah kanan
S : skala 3
T : hilang timbul

Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

f. Pola Persepsi-Konsep Diri


1) Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Sebelum sakit klien mengatakan bersyukur terhadap dirinya,klien
merasa puas terhadap dirinya, klien masih mampu melakukan aktifitas

26
dan tidak memiliki masalah tentang dirinya. Klien adalah seorang ibu
dari 5 anak dan nenek dari 6 cucu, sedangkan suami klien sudah
meninggal dunia 3 tahun yang lalu

Saat sakit klien tetap bersyukur dengan keadaannya, sekalipun klien


merasa lemas, mual dan pusing karena sakit yang dialami bertahun-
tahun, klien tampak percaya diri dan semangat untuk menghadapi
penyakitnya.
 Hal yang dipikirkan saat ini :
Klien saat ini memikirkan ingin segera pulang dan sembuh agar
dapat melakukan aktivitas seperti biasa kembali
 Harapan setelah menjalani perawatan :
Klien mengatakan setelah menjalani perawatan ini dirinya bisa
sehat kembali
 Perubahan yang dirasakan setelah sakit :
Setelah sakit klien mengatakan sulit beraktivitas dan tubuhnya
terasa lemas
2) Tugas perkembangan menurut usia saat ini
(  ) Menikah ( ) Bekerja

Masalah Keperawatan : tidak ditemukan

g. Pola Tidur dan istirahat


 Sebelum sakit :
Klien tidur dengan cukup selama 11 jam, klien tidur dari pukul
20.00 dan bangun pukul 06.00, klien tidur siang selama 1 jam
 Saat sakit :
Klien di rs mengatakan mengalami kesulitan dalam tidurnya, klien
tidur hanya 3 jam dan suka terbangun, klien tidur siang selama 1
jam.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
h. Pola Peran-Hubungan

27
Klien seorang ibu dan memiliki 5 orang anak kandung, dan memiliki 6
orang cucu, klien saat ini bekerja sebagai penjahit dan berjualan namun
karena sakit klien tidak bisa melakukan pekerjaanya seperti biasa, klien dan
keluarganya serta dilingkungannya memiliki hubungan yang baik.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan

i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit pola seksual dan reproduksi klien normal ditandai dengan
fungsi reproduksi klien yang baik, klien memiliki 5 anak kandung, klien
mengatakan tidak pernah mengalami atau memiliki masalah pada organ
reproduksinya, tidak mempunyai riwayat penyakit reproduksi sebelumnya.
Klien mengatakan sudah menopause sejak usia 50 tahun, sebelum
menopause klien mengatakan haid lancer, walaupun suka merasakan nyeri
dibagian perut bawah saat haid.
Saat sakit, Saat ini klien mengatakan tidak ada masalah atau keluhan pada
organ reproduksinya
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan

j. Pola Toleransi Stress-Koping


1) Adakah orang terdekat dengan pasien : orang terdekat klien yaitu anak
ke 4
2) Interaksi dalam keluarga
 Pola komunikasi : baik
 Pembuat keputusan : anak ke 4
 Kegiatan keamasyarakatan : pengajian, arisan
3) Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : keluarga menjadi khawatir
dengan keadaan klien
4) Masalah yang mempengaruhi pasien : klien merasa setelah 20 tahun
menderita DM harus menjaga pola makan, padahal banyak makanan
yang ingin klien nikmati tanpa pantangan.
5) Mekanisme koping dalam menghadapi stress

28
( ) Pemecahan masalah
( ) Makan
(  ) Tidur
( ) Minum Obat
( ) Cari pertolongan
( ) Lain-lainn (marah, diam, dll)
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Saat ditanyakan mengenai agama, klien tampak bingung untuk
menjawabnya lalu klien mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan dan
penting untuk hidup. saat di dirumah klien mengatakan shalat 5 waktu,
klien juga mengatakan sudah biasa mengatasi penyakitnya, lalu klien juga
mengatakan bahwa dia tetap semangat menghadapi penyakitnya, meskipun
jenis penyakit yang diderita tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa
dikontrol.
Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada hal
yang bertentangan antara agama dengan kesehatan. Aktivitas agama atau
kepercayaan yang dilakukan saat di rumah sakit klien tidak melakukan
sholat karena takut jatuh saat menggambil wudhu, klien hanya berzikir dan
berdoa saja.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan

4. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan

2) Pemeriksaan radiologi
Tidak ada hasil radiologi

29
3) Hasil konsultasi

4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain


EKG :

30
Masalah
No Data Subjektif Data Objektif
Keperawatan

1  Klien mengatakan  Keaadan umum klien Ketidakstabilan


mempunyai riwayat DM tampak lemah kadar glukosa
sejak 20 tahun lalu  GDS : 546 mg/dl darah b/d
 Klien mengatakan  Pada pemeriksaan urine gangguan
lemas dan pusing didapatkan data : - metabolisme
 Klien mengatakan Kekeruhan pada urine
mengkonsumsi obat - Peningkatan PH
glibenclamide 2x/hari 5 urine yaitu + 2
mg sebelum makan - Peningkatan glukosa
 Klien mengatakan pada urine yaitu + 3
mudah mengantuk - Pemeriksaan keton
 Klien mengatakan 0,3 mmol/L
sering merasa haus  Kulit tampak kering,
elastisitas kulit kurang
 Klien tampak lebih
banyak tidur

2  Klien mengatakan  Keadaan umum klien Ketidakefektifan


sering merasa lemah perfusi jaringan
kesemutan dikedua  Kaki tampak lemas perifer b/d
kaki, biasanya durasinya  Tidak ada sensasi tumpul penurunan
selama 5 menit dan tajam pada telapak sirkulasi darah
 Klien mengatakan tidak kaki dan jari-jari kaki keperifer
merasakan jika jari dan  CRT >3 pada eksremitas
telapak kaki klien bawah
disentuh

31
3  Klien mengatakan  Keadaan umum klien Resiko Cedera
penglihatannya sudah lemah b/d
berbayang  Saat ditest penglihatan
 Klien mengatakan jika dengan membaca papan
melihat dari jarak dekat nama dengan jarak kurang
dan jauh penglihatannya lebih 30 cm dan klien
seperti buram, lebih kurang dapat
tidak jelas di sebelah membacanya
kanan
 Klien mengatakan
menggunakan kacamata
(+1/+1)

No Diagnose Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Ketidakseimbanga Setelah dilakukan 1. Monitor kadar glukosa
n kadar glukosa tindakan keperawatan darah, sesuai indikasi
darah b/d selama 3x8 jam 2. Monitor tanda dan
gangguan diharapkan gejala hiperglikemia:
metabolisme ketidakseimbangan kadar polyuria, polydipsia,
glukasa Pasien dapat polifagia, kelelahan,
teratasi dengan kriteria malaise, pandangan
hasil: kabur atau sakit
1. Dapat mengontrol kepala
kadar gula darah 3. Monitor keton urin,
2. Pemahaman sesuai indikasi
Manajemen 4. Kaji pola makan
diabetes Pasien saat ini dan
3. Gula darah dalam sebelumnya
batas normal 5. Instruksikan pada

32
pasien dan keluarga
mengenai Manajemen
diabetes
6. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dubutuhkan pasien

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya


perfusi jaringan tindakan keperawatan daerah tertentu yang
perifer b/d selama 3x8 jam hanya peka terhadap
penurunan diharapkan sirkulasi panas/dingin/tajam/tu
sirkulasi darah perifer tetap normal mpul
keperifer dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya
1. Tidak ada tanda paretese
peningkatan 3. Monior tanda-tanda
tekanan vital
intracranial (tidak 4. Anjurkan dan beri
Lebih dari 15 latihan senam kaki
mmHG) diabetes
2. Berkomunikasi
dengan jelas
3. Denyut nadi
perifer teraba kuat
dan regular
4. Tekanan systole
dan diastole dalam
rentang normal

33
5. Tidak ada keluhan
kesemutan
(parase)
6. Klien dapat
melakukan senam
kaki DM

3 Resiko cidera b/d Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan


penurunan fungsi tindakan keperawatan yang aman untuk
penglihatan selama 3x8 jam Pasien.
diharapkan klien tidak 2. Identifikasi kebutuhan
mengalami cidera dengan keamanan Pasien,
kriteria hasil : sesuai dengan kondisi
1. Klien terbebas fisik dan fungsi
dari cedera kognitif Pasien dan
2. Klien mampu riwayat penyakit
menjelaskan terdahulu Pasien.
faktor resiko dari 3. Menghindarkan
lingkungan/perila lingkungan yang
ku personal berbahaya (misalnya
3. Mampu memindahkan
memodifikasi perabotan).
gaya hidup untuk 4. Memasang side rall
mencegah injury tempat tidur.
5. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani Pasien.

34
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. K

Usia : 54 tahun

Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam

1. Ketidakstabilan kadar Rabu, 1. Memonitor kadar glukosa S: 1. Klien mengatakan


glukosa darah b/d 20-11-19 darah, sesuai indikasi mempunyai riwayat DM
gangguan metabolise
Hasil: klien dilakukan sejak 20 tahun lalu
Pemeriksaan gula darah 2. Klien mengalami
pada jam 18.00 = 409 mengatakan BAK ≤ 5
mg/dl, dan jam 24.00 kali/hari, suka terbangun
=260 mg/dl malam karena ingin pipis
2. Memonitor tanda dan 2 kali ( poliuri)
gejala hiperglikemia: 3. Klien mengatakan
poliuri,polifagi, sering merasa haus
polidipsi,kelemahan, (polidipsi)
malaise, pandangan kabur 4. Klien mengatakan sakit
atau sakit kepala kepala sebelah kanan
Hasil: klien mengalami seperti di pukul-pukul,
poliuri BAK ≤ 5 kali/hari, 5. klien mengatakan
suka terbangun penglihatannya sudah
malam karena ingin pipis berbayang, klien
2 kali, dan klien mengatakan jika melihat
menalami polidipsi klien dari jarak dekat dan jauh
mengatakan sering penglihatannya seperti
merasa haus, klien buram,klien mengatakan

35
mengatakan sakit kepala menggunakan kacamata
sebelah kanan seperti di (+1/+1).
pukul-pukul, klien 6. SMRS: klien
mengatakan mengatakan makan
penglihatannya sudah 3x/hari nafsu makan baik
berbayang, klien dan hanya makan ¼ porsi
mengatakan jika melihat saja,
dari jarak dekat dan jauh 7. MRS: klien mengatakan
penglihatannya seperti makan 3x/hari tidak nafsu
buram,klien mengatakan makan karena mual tetapi
menggunakan kacamata tidak muntah dan hanya
(+1/+1). makan 2-3 sendok setiap
3. Memonitor keton urin makan
Hasil: Pemeriksaan 8. Pasien dan keluarga
laboratorium (21/11/19) mengatakan sudah
urin lengkap: keton urin (- memahami tentang
) Negatif Manajemen diabetes
4. Mengkaji pola makan
pasien saat ini dan O: 1. Klien tampak lemas
sebelumnya 2. klien tampak kering,
Hasil: SMRS: klien elastisitas kulit kurang
mengatakan makan 3. klien tampak Lebih
3x/hari nafsu makan baik banyak tidur
dan hanya makan ¼ porsi 4. klien dilakukan
saja, MRS: klien Pemeriksaan gula darah
mengatakan makan pada jam 18.00 = 409
3x/hari tidak nafsu makan mg/dl, dan jam 24.00
karena mual tetapi tidak =260 mg/dl
muntah dan hanya makan 5. Pemeriksaan
2-3 sendok setiap makan laboratorium (21/11/19)
5. Menginstruksikan pada urin lengkap: keton urin (-
pasien dan keluarga ) Negatif

36
mengenai manajemen 6. klien mendapatan
diabetes Aprida 3x12 ui
Hasil: Pasien dan 7. klien mendpatkan diet
keluarga mengatakan TKTP, RG, DM,
sudah memahami tentang kebuuhan zat gizi, energy:
Manajemen diabetes 1500 kkal, protein: 56 gr,
6. Berkolaborasi pemberian Lemak: 41 gr, karbohidrat
insulin 225 gr, jadwal pemberian
Hasil: klien mendapatan diet 3x makan utama ½
Aprida 3x12 ui porsi, 2x snack diberikan
7. Berkolaborasi dengan ahli asupan secara bertahap
gizi pemberian dier sesuai 8. Hasil TTV: TD: 169/73
kondisi pasien mmHg, ND: 72x/menit,
Hasil: klien mendpatkan RR: 21x/menit, SH: 36,6ºc
diet TKTP, RG, DM,
kebuuhan zat gizi, energy: A: Masalah teratasi
1500 kkal, protein: 56 gr, sebagian
Lemak: 41 gr, karbohidrat P: Intervensi dilanjutkan
225 gr, jadwal pemberian 8. Monitor kadar glukosa
diet 3x makan utama ½ darah, sesuai indikasi
porsi, 2x snack diberikan 9. Monitor tanda dan
asupan secara bertahap gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
10. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
11. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program

37
12. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dubutuhkan pasien

38
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam

1. Ketidakstabilan kadar Kamis, 1. Memonitor kadar glukosa S: 1. Klien mengalami


glukosa darah b/d 21-11-19 darah, sesuai indikasi mengatakan BAK ≤ 7
gangguan
Hasil: klien dilakukan kali/hari, suka terbangun
metabolisme
Pemeriksaan gula darah malam karena ingin pipis
pada jam 06.00 = 227 2 kali ( poliuri)
mg/dl, jam 12.00 =307 2. Klien mengatakan
mg/dl, dan jam 18.00 = masih sering merasa haus
234 mg/dl (polidipsi)
2. Memonitor tanda dan 3. MRS hari 1: klien
gejala hiperglikemia: mengatakan makan
poliuri,polifagi, 3x/hari tidak nafsu makan
polidipsi,kelemahan, karena mual tetapi tidak
malaise, pandangan kabur muntah dan hanya makan
atau sakit kepala 2-3 sendok setiap makan.
Hasil: klien mengalami 4. Hari 2: klien
poliuri BAK ≤ 7 kali/hari, mengatakan makan
suka terbangun 3x/hari sudah mulai nafsu
malam karena ingin pipis makan dan hanya makan 4
2 kali, dan klien sendok saja
menalami polidipsi klien 5. Klien mengatakan
mengatakan masih sering masih sakit kepala sebelah
merasa haus, klien kanan seperti di pukul-
mengatakan masih sakit pukul
kepala sebelah kanan 6. Klien mengatakan
seperti di pukul-pukul, penglihatannya sudah
klien mengatakan berbayang
penglihatannya sudah 7. Klien mengatakan jika
berbayang, klien melihat dari jarak dekat
mengatakan jika melihat dan jauh penglihatannya
dari jarak dekat dan jauh seperti buram,klien

39
penglihatannya seperti mengatakan menggunakan
buram,klien mengatakan kacamata (+1/+1).
menggunakan kacamata
(+1/+1). O: 1. Klien tampak lemas
3. Mengkaji pola makan 2. Klien tampak kering,
pasien saat ini dan elastisitas kulit kurang
sebelumnya 3. Klien tampak Lebih
Hasil: MRS hari 1: klien banyak tidur
mengatakan makan 4. Klien dilakukan
3x/hari tidak nafsu makan Pemeriksaan gula darah
karena mual tetapi tidak pada jam 06.00 = 227
muntah dan hanya makan mg/dl, jam 12.00 =307
2-3 sendok setiap makan. mg/dl, dan jam 18.00 =
Hari 2: klien mengatakan 234 mg/dl
makan 3x/hari sudah 5. Klien mendapatan
mulai nafsu makan dan Aprida 3x12 ui
hanya makan 4 sendok 6. klien mendapatkan diet
saja TKTP, RG, DM,
4. Berkolaborasi pemberian kebuuhan zat gizi, energy:
insulin 1500 kkal, protein: 56 gr,
Hasil: klien mendapatan Lemak: 41 gr, karbohidrat
Aprida 3x12 ui 225 gr, jadwal pemberian
5. Berkolaborasi dengan ahli diet 3x makan utama ½
gizi pemberian dier sesuai porsi, 2x snack diberikan
kondisi pasien asupan secara bertahap
Hasil: klien mendapatkan 7. TTV TD: 125/61
diet TKTP, RG, DM, mmhg, ND: 86x/menit,
kebuuhan zat gizi, energy: RR: 20x/menit, SH:
1500 kkal, protein: 56 gr, 36,7ºC
Lemak: 41 gr, karbohidrat
225 gr, jadwal pemberian A: Masalah teratasi
diet 3x makan utama ½ sebagian

40
porsi, 2x snack diberikan P: Intervensi dilanjutkan
asupan secara bertahap 1. Monitor kadar glukosa
darah, sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
3. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
4. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dubutuhkan pasien

41
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam

1. Ketidakstabilan kadar Jumat, 1. Memonitor kadar glukosa S: 1. Klien mengalami


glukosa darah b/d 22-11-19 darah, sesuai indikasi mengatakan BAK ≤ 6
gangguan
Hasil: klien dilakukan kali/hari, suka terbangun
metabolisme
Pemeriksaan gula darah malam karena ingin pipis
pada jam 06.00 = 421 3 kali ( poliuri)
mg/dl, jam 12.00 = 353 2. Klien mengatakan
mg/dl, dan jam 18.00 = masih sering merasa haus
422 mg/dl (polidipsi)
2. Memonitor tanda dan 3. Klien mengatakan
gejala hiperglikemia: sudah tidak sakit kepala
poliuri,polifagi, lagi
polidipsi,kelemahan, 4. MRS Hari 2: klien
malaise, pandangan kabur mengatakan makan
atau sakit kepala 3x/hari sudah mulai nafsu
Hasil: klien mengalami makan dan hanya makan 4
poliuri BAK ≤ 6 kali/hari, sendok saja,.
suka terbangun 5. Hari 3: klien
malam karena ingin pipis mengatakan makan
3 kali, dan klien 3x/hari sudah mulai nafsu
menalami polidipsi klien makandan banyak
mengatakan masih sering sebanyak ¼ porsi
merasa haus, klien
mengatakan sudah tidak O: 1. Klien tampak
sakit kepala, klien kering, elastisitas kulit
mengatakan kurang
penglihatannya sudah 2. Klien tampak Lebih
berbayang, klien banyak tidur
mengatakan jika melihat 3. Klien dilakukan
dari jarak dekat dan jauh Pemeriksaan gula darah
penglihatannya seperti pada jam 06.00 = 421

42
buram,klien mengatakan mg/dl, jam 12.00 = 353
menggunakan kacamata mg/dl, dan jam 18.00 =
(+1/+1). 422 mg/dl
3. Mengkaji pola makan 4. Klien mendapatan
pasien saat ini dan Aprida 3x12 ui
sebelumnya 5. Klien mendapatkan diet
Hasil : MRS Hari 2: klien TKTP, RG, DM,
mengatakan makan kebuuhan zat gizi, energy:
3x/hari sudah mulai nafsu 1500 kkal, protein: 56 gr,
makan dan hanya makan Lemak: 41 gr, karbohidrat
4 sendok saja,. Hari 3: 225 gr, jadwal pemberian
klien mengatakan makan diet 3x makan utama ½
3x/hari sudah mulai nafsu porsi, 2x snack diberikan
makandan banyak asupan secara bertahap
sebanyak ¼ porsi 6. TTV: TD: 151/78
4. Berkolaborasi pemberian mmhg, ND: 90x/menit,
insulin RR: 20x/menit, SH:
Hasil: klien mendapatan 36,4ºC
Aprida 3x12 ui
5. Berkolaborasi dengan ahli A: Masalah teratasi
gizi pemberian diet sesuai sebagian
kondisi pasien P: Intervensi dilanjutkan
Hasil: klien mendapatkan 1. Monitor kadar
diet TKTP, RG, DM, glukosa darah, sesuai
kebuuhan zat gizi, energy: indikasi
1500 kkal, protein: 56 gr, 2. Monitor tanda dan
Lemak: 41 gr, karbohidrat gejala hiperglikemia:
225 gr, jadwal pemberian polyuria, polydipsia,
diet 3x makan utama ½ polifagia, kelelahan,
porsi, 2x snack diberikan malaise, pandangan
asupan secara bertahap kabur atau sakit
kepala

43
3. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
4. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dubutuhkan
Pasien

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. K

44
Usia : 54 tahun

Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam

1. Ketidakstabilan kadar Rabu, 8. Memonitor kadar glukosa S: 1. Klien mengatakan


glukosa darah b/d 20-11-19 darah, sesuai indikasi mempunyai riwayat DM
gangguan metabolise
Hasil: klien dilakukan sejak 20 tahun lalu
Pemeriksaan gula darah 2. Klien mengalami
pada jam 18.00 = 409 mengatakan BAK ≤ 5
mg/dl, dan jam 24.00 kali/hari, suka terbangun
=260 mg/dl malam karena ingin pipis
9. Memonitor tanda dan 2 kali ( poliuri)
gejala hiperglikemia: 3. Klien mengatakan
poliuri,polifagi, sering merasa haus
polidipsi,kelemahan, (polidipsi)
malaise, pandangan kabur 4. Klien mengatakan sakit
atau sakit kepala kepala sebelah kanan
Hasil: klien mengalami seperti di pukul-pukul,
poliuri BAK ≤ 5 kali/hari, 5. klien mengatakan
suka terbangun penglihatannya sudah
malam karena ingin pipis berbayang, klien
2 kali, dan klien mengatakan jika melihat
menalami polidipsi klien dari jarak dekat dan jauh
mengatakan sering penglihatannya seperti
merasa haus, klien buram,klien mengatakan
mengatakan sakit kepala menggunakan kacamata
sebelah kanan seperti di (+1/+1).
pukul-pukul, klien 6. SMRS: klien
mengatakan mengatakan makan

45
penglihatannya sudah 3x/hari nafsu makan baik
berbayang, klien dan hanya makan ¼ porsi
mengatakan jika melihat saja,
dari jarak dekat dan jauh 7. MRS: klien mengatakan
penglihatannya seperti makan 3x/hari tidak nafsu
buram,klien mengatakan makan karena mual tetapi
menggunakan kacamata tidak muntah dan hanya
(+1/+1). makan 2-3 sendok setiap
10. Memonitor keton urin makan
Hasil: Pemeriksaan 8. Pasien dan keluarga
laboratorium (21/11/19) mengatakan sudah
urin lengkap: keton urin (- memahami tentang
) Negatif Manajemen diabetes
11. Mengkaji pola makan
pasien saat ini dan O: 1. Klien tampak lemas
sebelumnya 2. klien tampak kering,
Hasil: SMRS: klien elastisitas kulit kurang
mengatakan makan 3. klien tampak Lebih
3x/hari nafsu makan baik banyak tidur
dan hanya makan ¼ porsi 4. klien dilakukan
saja, MRS: klien Pemeriksaan gula darah
mengatakan makan pada jam 18.00 = 409
3x/hari tidak nafsu makan mg/dl, dan jam 24.00
karena mual tetapi tidak =260 mg/dl
muntah dan hanya makan 5. Pemeriksaan
2-3 sendok setiap makan laboratorium (21/11/19)
12. Menginstruksikan pada urin lengkap: keton urin (-
pasien dan keluarga ) Negatif
mengenai manajemen 6. klien mendapatan
diabetes Aprida 3x12 ui
Hasil: Pasien dan 7. klien mendpatkan diet
keluarga mengatakan TKTP, RG, DM,

46
sudah memahami tentang kebuuhan zat gizi, energy:
Manajemen diabetes 1500 kkal, protein: 56 gr,
13. Berkolaborasi pemberian Lemak: 41 gr, karbohidrat
insulin 225 gr, jadwal pemberian
Hasil: klien mendapatan diet 3x makan utama ½
Aprida 3x12 ui porsi, 2x snack diberikan
14. Berkolaborasi dengan ahli asupan secara bertahap
gizi pemberian dier sesuai 8. Hasil TTV: TD: 169/73
kondisi pasien mmHg, ND: 72x/menit,
Hasil: klien mendpatkan RR: 21x/menit, SH: 36,6ºc
diet TKTP, RG, DM,
kebuuhan zat gizi, energy: A: Masalah teratasi
1500 kkal, protein: 56 gr, sebagian
Lemak: 41 gr, karbohidrat P: Intervensi dilanjutkan
225 gr, jadwal pemberian 13. Monitor kadar glukosa
diet 3x makan utama ½ darah, sesuai indikasi
porsi, 2x snack diberikan 14. Monitor tanda dan
asupan secara bertahap gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
15. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
16. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
17. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang

47
dubutuhkan pasien

48
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam

1. Ketidakstabilan kadar Kamis, 6. Memonitor kadar glukosa S: 1. Klien mengalami


glukosa darah b/d 21-11-19 darah, sesuai indikasi mengatakan BAK ≤ 7
gangguan
Hasil: klien dilakukan kali/hari, suka terbangun
metabolisme
Pemeriksaan gula darah malam karena ingin pipis
pada jam 06.00 = 227 2 kali ( poliuri)
mg/dl, jam 12.00 =307 2. Klien mengatakan
mg/dl, dan jam 18.00 = masih sering merasa haus
234 mg/dl (polidipsi)
7. Memonitor tanda dan 3. MRS hari 1: klien
gejala hiperglikemia: mengatakan makan
poliuri,polifagi, 3x/hari tidak nafsu makan
polidipsi,kelemahan, karena mual tetapi tidak
malaise, pandangan kabur muntah dan hanya makan
atau sakit kepala 2-3 sendok setiap makan.
Hasil: klien mengalami 4. Hari 2: klien
poliuri BAK ≤ 7 kali/hari, mengatakan makan
suka terbangun 3x/hari sudah mulai nafsu
malam karena ingin pipis makan dan hanya makan 4
2 kali, dan klien sendok saja
menalami polidipsi klien 5. Klien mengatakan
mengatakan masih sering masih sakit kepala sebelah
merasa haus, klien kanan seperti di pukul-
mengatakan masih sakit pukul
kepala sebelah kanan 6. Klien mengatakan
seperti di pukul-pukul, penglihatannya sudah
klien mengatakan berbayang
penglihatannya sudah 7. Klien mengatakan jika
berbayang, klien melihat dari jarak dekat
mengatakan jika melihat dan jauh penglihatannya
dari jarak dekat dan jauh seperti buram,klien

49
penglihatannya seperti mengatakan menggunakan
buram,klien mengatakan kacamata (+1/+1).
menggunakan kacamata
(+1/+1). O: 1. Klien tampak lemas
8. Mengkaji pola makan 2. Klien tampak kering,
pasien saat ini dan elastisitas kulit kurang
sebelumnya 3. Klien tampak Lebih
Hasil: MRS hari 1: klien banyak tidur
mengatakan makan 4. Klien dilakukan
3x/hari tidak nafsu makan Pemeriksaan gula darah
karena mual tetapi tidak pada jam 06.00 = 227
muntah dan hanya makan mg/dl, jam 12.00 =307
2-3 sendok setiap makan. mg/dl, dan jam 18.00 =
Hari 2: klien mengatakan 234 mg/dl
makan 3x/hari sudah 5. Klien mendapatan
mulai nafsu makan dan Aprida 3x12 ui
hanya makan 4 sendok 6. klien mendapatkan diet
saja TKTP, RG, DM,
9. Berkolaborasi pemberian kebuuhan zat gizi, energy:
insulin 1500 kkal, protein: 56 gr,
Hasil: klien mendapatan Lemak: 41 gr, karbohidrat
Aprida 3x12 ui 225 gr, jadwal pemberian
10. Berkolaborasi dengan ahli diet 3x makan utama ½
gizi pemberian dier sesuai porsi, 2x snack diberikan
kondisi pasien asupan secara bertahap
Hasil: klien mendapatkan 7. TTV TD: 125/61
diet TKTP, RG, DM, mmhg, ND: 86x/menit,
kebuuhan zat gizi, energy: RR: 20x/menit, SH:
1500 kkal, protein: 56 gr, 36,7ºC
Lemak: 41 gr, karbohidrat
225 gr, jadwal pemberian A: Masalah teratasi
diet 3x makan utama ½ sebagian

50
porsi, 2x snack diberikan P: Intervensi dilanjutkan
asupan secara bertahap 6. Monitor kadar glukosa
darah, sesuai indikasi
7. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
8. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
9. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
10. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dubutuhkan pasien

51
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam

1. Ketidakstabilan kadar Jumat, 6. Memonitor kadar glukosa S: 1. Klien mengalami


glukosa darah b/d 22-11-19 darah, sesuai indikasi mengatakan BAK ≤ 6
gangguan
Hasil: klien dilakukan kali/hari, suka terbangun
metabolisme
Pemeriksaan gula darah malam karena ingin pipis
pada jam 06.00 = 421 3 kali ( poliuri)
mg/dl, jam 12.00 = 353 2. Klien mengatakan
mg/dl, dan jam 18.00 = masih sering merasa haus
422 mg/dl (polidipsi)
7. Memonitor tanda dan 3. Klien mengatakan
gejala hiperglikemia: sudah tidak sakit kepala
poliuri,polifagi, lagi
polidipsi,kelemahan, 4. MRS Hari 2: klien
malaise, pandangan kabur mengatakan makan
atau sakit kepala 3x/hari sudah mulai nafsu
Hasil: klien mengalami makan dan hanya makan 4
poliuri BAK ≤ 6 kali/hari, sendok saja,.
suka terbangun 5. Hari 3: klien
malam karena ingin pipis mengatakan makan
3 kali, dan klien 3x/hari sudah mulai nafsu
menalami polidipsi klien makandan banyak
mengatakan masih sering sebanyak ¼ porsi
merasa haus, klien
mengatakan sudah tidak O: 1. Klien tampak
sakit kepala, klien kering, elastisitas kulit
mengatakan kurang
penglihatannya sudah 2. Klien tampak Lebih
berbayang, klien banyak tidur
mengatakan jika melihat 3. Klien dilakukan
dari jarak dekat dan jauh Pemeriksaan gula darah
penglihatannya seperti pada jam 06.00 = 421

52
buram,klien mengatakan mg/dl, jam 12.00 = 353
menggunakan kacamata mg/dl, dan jam 18.00 =
(+1/+1). 422 mg/dl
8. Mengkaji pola makan 4. Klien mendapatan
pasien saat ini dan Aprida 3x12 ui
sebelumnya 5. Klien mendapatkan diet
Hasil : MRS Hari 2: klien TKTP, RG, DM,
mengatakan makan kebuuhan zat gizi, energy:
3x/hari sudah mulai nafsu 1500 kkal, protein: 56 gr,
makan dan hanya makan Lemak: 41 gr, karbohidrat
4 sendok saja,. Hari 3: 225 gr, jadwal pemberian
klien mengatakan makan diet 3x makan utama ½
3x/hari sudah mulai nafsu porsi, 2x snack diberikan
makandan banyak asupan secara bertahap
sebanyak ¼ porsi 6. TTV: TD: 151/78
9. Berkolaborasi pemberian mmhg, ND: 90x/menit,
insulin RR: 20x/menit, SH:
Hasil: klien mendapatan 36,4ºC
Aprida 3x12 ui
10. Berkolaborasi dengan ahli A: Masalah teratasi
gizi pemberian diet sesuai sebagian
kondisi pasien P: Intervensi dilanjutkan
Hasil: klien mendapatkan 6. Monitor kadar
diet TKTP, RG, DM, glukosa darah, sesuai
kebuuhan zat gizi, energy: indikasi
1500 kkal, protein: 56 gr, 7. Monitor tanda dan
Lemak: 41 gr, karbohidrat gejala hiperglikemia:
225 gr, jadwal pemberian polyuria, polydipsia,
diet 3x makan utama ½ polifagia, kelelahan,
porsi, 2x snack diberikan malaise, pandangan
asupan secara bertahap kabur atau sakit
kepala

53
8. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
9. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dubutuhkan
Pasien

No Diagnosa Hari / Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD

Keperawatan Jam

2. Ketidakefektifa Rabu, 20-11- 1. Memonitor adanya daerah S: 1. Klien mengatakan


tertentu yang hanya peka
n perfusi 2019 terhadap sering merasa kesemutan
panas/dingin/tajam/tumpul
jaringan perifer Hasil: dikedua kaki, biasanya

b/d penurunan 2. Memonitor adanya durasinya selama 5 menit


paretase
sirkulasi darah Hasil: klien masih dalam 2. klien mengatakan tidak

keperifer keadaan lemah merasakan jika jari dan

3. Memonitor tanda-tanda telapak kaki klien


vital
Hasil: disentuh

TD=

N= O : 1. Keadaan umum

S= klien lemah

RR= 2. kaki tampak lemas

54
4. Menganjurkan dan beri 3. tidak ada sensasi
latihan senam kaki
Hasil= tumpul dan tajam pada

telapak kaki dan jari-jari

kaki

4. CRT >3 pada

ekstremitas bawah

A: Masalah teratasi

sebagian

P: intervensi dilanjutkan

1. Memonitor adanya
daerah tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam
/tumpul
2. Memonitor adanya
paretase
3. Memonitor tanda-
tanda vital
4. Menganjurkan dan
beri latihan senam
kaki

No Diagnosa Hari / Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD

Keperawatan Jam

2. Ketidakefektifa Kamis, 21-11- 1. Memonitor adanya daerah S: 1. Klien mengatakan


tertentu yang hanya peka
n perfusi 2019 terhadap masih merasa kesemutan
panas/dingin/tajam/tumpul

55
jaringan perifer Hasil: dikedua kaki, dengan

b/d penurunan 2. Memonitor adanya durasinya selama 5 menit


paretase
sirkulasi darah Hasil: klien mengatakan 2. klien mengatakan tidak

keperifer badannya sudah merasa merasakan jika jari dan

enak telapak kaki klien

3. Memonitor tanda-tanda disentuh


vital
Hasil:

TD= O : 1. Keadaan umum

N= klien lemah

S= 2. kaki tampak lemas

RR= 3. tidak ada sensasi

4. Menganjurkan dan beri tumpul dan tajam pada


latihan senam kaki
Hasil= telapak kaki dan jari-jari

kaki

4. CRT >3 pada

ekstremitas bawah

A: Masalah teratasi

sebagian

P: intervensi dilanjutkan

1. Memonitor adanya
daerah tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam
/tumpul

56
2. Memonitor adanya
paretase
3. Memonitor tanda-
tanda vital
4. Menganjurkan dan
beri latihan senam
kaki

No Diagnosa Hari / Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD

Keperawatan Jam

2. Ketidakefektifa Jumat, 22-11- 1. Memonitor adanya daerah S: 1. Klien mengatakan


tertentu yang hanya peka
n perfusi 2019 terhadap sudah tidak merasa
panas/dingin/tajam/tumpul
jaringan perifer Hasil: kesemutan dikedua kaki,

b/d penurunan 2. Memonitor adanya 2. klien mengatakan tidak


paretase
sirkulasi darah Hasil: merasakan jika jari dan

keperifer 3. Memonitor tanda-tanda telapak kaki klien


vital
Hasil: disentuh

TD=

N= O : 1. Keadaan umum

S= klien lebih baik

RR= 2. kaki tampak lemas

4. Menganjurkan dan beri 3. tidak ada sensasi


latihan senam kaki
Hasil= tumpul dan tajam pada

telapak kaki dan jari-jari

kaki

4. CRT >3 pada

57
ekstremitas bawah

A: Masalah teratasi

sebagian

P: intervensi dilanjutkan

1. Memonitor adanya
daerah tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam
/tumpul
2. Memonitor adanya
paretase
3. Memonitor tanda-
tanda vital
4. Menganjurkan dan
beri latihan senam
kaki

Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam

3. Resiko Cedera b/d Rabu, 6. Menyediakan S:


penurunan fungsi 20-11-19 lingkungan yang - klien mengatakan
penglihatan
aman untuk Pasien. penglihatannya
Hasil: Memasang side masih berbayang.
rall tempat tidur klien. - Klien mengatakan
7. Mengidentifikasi pandangannya
kebutuhan keamanan masih buram baik
Pasien, sesuai dengan melihat dari jarak
kondisi fisik dan dekat maupun
fungsi kognitif Pasien jauh.

58
dan riwayat penyakit
terdahulu Pasien. O:
Hasil: klien menderita - Keadaan umum
DM kurang lebih klien lemah
selama 20 tahun, - Klien tidak
dalam jangka waktu mengalami cidera
yang cukup lama fisik
menimbulkan
komplikasi. A : Masalah belum tertasi
komplikasi DM yang
paling sering P : Intervensi dilanjutkan
menimbulkan efek
pada mata adalah
retinopati diabetic
(gangguan pada saraf
mata). Klien
membutuhkan
bantuan untuk
melakukan aktivitas
fisik untuk
meminimalkan resiko
cedera karena tidak
dapat melihat dengan
jelas.
8. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan).
Hasil: Menjauhkan
barang-barang
disekitar pasien yang

59
berpotensi
menimbulkan bahaya
seperti gelas kaca
yang pecah bila
tersenggol.
9. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani Pasien.
Hasil: keluarga selalu
menjaga pasien
disamping tempat
tidurnya dan ikut
membantu pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik,

Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam

3. Resiko Cedera b/d Kamis, 1. Menyediakan S:


penurunan fungsi 21-11-19 lingkungan yang - klien mengatakan
penglihatan
aman untuk Pasien. penglihatannya
Hasil: Selalu masih berbayang.
memasang side rall - Klien mengatakan
tempat tidur klien. pandangannya
2. Mengidentifikasi masih buram baik
kebutuhan keamanan melihat dari jarak
Pasien, sesuai dengan dekat maupun
kondisi fisik dan jauh.
fungsi kognitif Pasien
dan riwayat penyakit O:

60
terdahulu Pasien. - Keadaan umum
Hasil: klien menderita klien lemah
DM kurang lebih - Klien tidak
selama 20 tahun, mengalami cidera
dalam jangka waktu fisik
yang cukup lama
menimbulkan A : Masalah belum tertasi
komplikasi.
komplikasi DM yang P : Intervensi dilanjutkan
paling sering
menimbulkan efek
pada mata adalah
retinopati diabetic
(gangguan pada saraf
mata). Klien
membutuhkan
bantuan untuk
melakukan aktivitas
fisik untuk
meminimalkan resiko
cedera karena tidak
dapat melihat dengan
jelas.
3. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan).
Hasil: Menjauhkan
barang-barang
disekitar pasien yang
berpotensi

61
menimbulkan bahaya
seperti gelas kaca
yang pecah bila
tersenggol.
4. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani Pasien.
Hasil: Keluarga selalu
menjaga pasien
disamping tempat
tidurnya dan ikut
membantu pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik,

Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam

3. Resiko Cedera b/d Jum’at, 1. Menyediakan S:


penurunan fungsi 22-11-19 lingkungan yang - klien mengatakan
penglihatan
aman untuk Pasien. penglihatannya
Hasil: Selalu masih berbayang.
memasang side rall - Klien mengatakan
tempat tidur klien. pandangannya
2. Mengidentifikasi masih buram baik
kebutuhan keamanan melihat dari jarak
Pasien, sesuai dengan dekat maupun
kondisi fisik dan jauh.
fungsi kognitif Pasien

62
dan riwayat penyakit O:
terdahulu Pasien. - Keadaan umum
Hasil: klien menderita klien lemah
DM kurang lebih - Klien tidak
selama 20 tahun, mengalami cidera
dalam jangka waktu fisik
yang cukup lama
menimbulkan A : Masalah belum tertasi
komplikasi.
komplikasi DM yang P : Intervensi dilanjutkan
paling sering
menimbulkan efek
pada mata adalah
retinopati diabetic
(gangguan pada saraf
mata). Klien
membutuhkan
bantuan untuk
melakukan aktivitas
fisik untuk
meminimalkan resiko
cedera karena tidak
dapat melihat dengan
jelas.
3. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan).
Hasil: Menjauhkan
barang-barang
disekitar pasien yang

63
berpotensi
menimbulkan bahaya
seperti gelas kaca
yang pecah bila
tersenggol.
4. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani Pasien.
Hasil: keluarga selalu
menjaga pasien
disamping tempat
tidurnya dan ikut
membantu pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik,

64
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, F. (2014). Faktor Pendorong Perilaku Diet Tidak Sehat Pada


Mahasiswi. E-journal Psikologi, Vol 2, No 2: 163-170, (Online),
(http://www.portal.fisip-unmul.ac.id/site/?p=2298, diakses 25 November
2019).

ADA, (2012). Medical Advice for People with Diabetes in Emergency Situations.
American : American Diabetes Association Journal.

Agoes, dkk. (2013). Penyakit di Usia Tua. Jakarta : EGC.

Akmal, M. dkk. (2016). Ensiklopedi Kesehatan. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.

American Diabetes Association (ADA), (2016). Diabetes journal: Diagnosis and


classification of diabete mellitus, (Online),
(http://care.diabetesjournals.org, diakses 25 November 2019).

Arsa, G. et al. (2015). Effects of Prior Exercise on Glycemic Responses Following


Carbohydrate Ingestion in Individuals with Type 2 Diabetes. Journal of
Clinical and Translational Research,doi.org/10. 18053/ jctres.
201501.002.

Black, M., J. & Hawks, H., J. (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Continuity of Care. Philadephia : W.B. Saunders
Company.

Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang : Fakultas Kedokteran


Universitas Andalas.

Desvita, F. (2012). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus Di Poli Klinik Khusus
Penyakit dalam Instalasi Rawat Jalan RSUP. DR.M.Djamil Padang. (1),
7-8.

Garnita, D. (2012). Faktor Risiko Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta :


Universitas Indonesia.

Greenstein, B. & Wood, D., F.(2010). The Endocrine System at a Glance.


Jakarta : Erlangga.

65
Harsari, R., H. dkk. (2018). Hubungan Status Gizi dan Kadar Glukosa: Cross
Sectional. EJKI, 6(2), 105-109.
Hasdianah, (2012). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak –
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.

IDF. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition. Dunia : International Diabetes
Federation.

Ignatavicius, D., D. & Workman, M., L. (2013). Medical Surgical Nursing:


Clients Centered Collaborative Care. Missouri: Saunders Elsevier.

Kumar, C.,R. (2016). Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

LeMone, P., Burke, K., M. & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Nangge, M. dkk. (2018). Hubungan Obesitas dengan Kejadian Diabetes Melitus


di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomut Kota Manado: Cross Sectional. E-
Jurnal Keperawatan, 6(1), 1-6.

Nurarif, A., H. & Kusuma, H. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Medi Action.

Pariani, N., M., D. (2019). Slideshare: Laporan pendahuluan asuhan keperawatan


diabetes mellitus, (Online),
(https://www.slideshare.net/utikdesyp/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan-diabetes-mellitus-tipe-2, diakses 25 November 2019).
PERKENI, (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. Indonesia : Pengurus Besar Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).

Praptini, P., E. (2011). Menu 30 hari & Resep untuk Diabetes. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Rahayu, T., H., Hudha, A., M. & Umah, U.,S. (2015). Perbandingan Self
Awareness Pola Konsumsi Makanan dan Olahraga dengan Riwayat
Keluarga Memiliki dan Tidak Memiliki Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada
Mahasiswa UMM. Jurnal Keperawatan, 6 (1).

66
Rajasa, R., E., Afriwardi & Zein, S., B.(2016). Hubungan Tingkat Keteraturan
Berolahraga Terhadap Komplikasi Penyakit pada Pasien DM Tipe 2 di
Politeknik Endokrin RSUP Dr.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas.

Riskesdas, (2013). Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta : Riser Kesehatan Dasar.

Setyorogo, (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Di


Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. Vol 5 No. 1 : 6-11.

Smeltzer, S. & Bare, (2010). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippin cott.

Syafrudin, S., K., Damayani, A., D. & Demalfan, (2011). Himpunan Penyuluhan
Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Tjokroprawiro, A. (2011). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus.


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Wazaify, et al. (2011). Complementary and Alternative Medicine Use Among


Jordanian Patient with Diabetes. Complementary Therapies in Clinical
Practice :17, 71-75.

67

Anda mungkin juga menyukai