BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) dikenal dengan sebutan penyakit gula darah atau
kencing manis. DM merupakan salah satu penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia
(Syafrudin, Damayani, & Demalfan, 2011). Jumlah penderita DM di dunia
semakin bertambah setiap tahunnya. Hal ini dapat disebabkan karena
peningkatan jumlah populasi, usia, prevalensi obesitas dan penurunan
aktivitas fisik (Puji, 2015).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai
dengan peningkatan gula darah atau sering disebut dengan kondisi
hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin dari
pankreas (ADA, 2012). Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai
kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi (Syafrudin, Damayani, &
Demalfan, 2011).
Menurut hasil penelitian Nangge, dkk (2018), di wilayah kerja Puskesmas
Ranomut kota Manado, berdasarkan hasil uji statistik Pearson chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05 ) diperoleh hasil p value 0,000 <
0,05 menunjukkan adanya hubungan obesitas dengan kejadian diabetes
melitus. Menurut Harsari, dkk (2018), di Poli Endokrin RSUD dr Soetomo
Surabaya, berdarkan hasil uji Pearson nilai p 0,04 dan nilai koefisien korelasi
0,256 menunjukkan hubungan antara status gizi dan GDP pasien DMT2.
Diabetes mellitus mempuyai 2 tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM
tipe 1 merupakan DM yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak
dengan kerusakan sel beta pankreas akibat faktor autoimun, genetik atau
idiopatik, sedangkan DM tipe 2 merupakan DM yang umumnya didapat
setelah dewasa akibat resistensi insulin terkait perubahan gaya hidup
(Riskesdas, 2013).
1
2
2
3
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendiskusikan dengan peserta (petugas kesehatan atau perawat) di RSUD
Koja Jakarta Utara tentang Seminar Diabetes Mellitus pada Pasien di
Ruang Tenggiri.
2. Tujuan Khusus
a) Kelompok dan peserta dapat berdiskusi mengenai pengkajian dengan
menggunakan 11 pola gordon pada pasien Diabetes Mellitus di ruang
Tenggiri
b) Kelompok dan peserta dapat berdiskusi mengenai asuhan keperawatan
pada pasien Diabetes Mellitus di ruang Tenggiri
c) Kelompok dan peserta dapat berdiskusi tentang penelitian-penelitian
terbaru mengenai Diabetes Mellitus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
namun lebih sering terjadi pada anak-anak. Penderita DM tipe 1
membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa
darahnya (IDF, 2015). DM tipe ini sering disebut juga Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), yang berhubungan dengan
antibody berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies
(IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA).
b. Diabetes Mellitus tipe 2
DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang paling sering
terjadi, mencakup sekitar 85% pasien DM. Keadaan ini ditandai oleh
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. DM tipe ini lebih
sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada
orang dewasa muda dan anak-anak (Greenstein dan Wood, 2010).
c. Diabetes tipe spesifik lain
Diabetes tipe ini biasanya terjadi karena adanya gangguan genetik pada
fungsi sel beta, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas dan dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
d. Gestational Diabetes
Diabetes tipe ini terjadinya peningkatan kadar gula darah atau
hiperglikemia selama kehamilan dengan nilai kadar glukosa darah
normal tetapi dibawah dari nilai diagnostik diabetes mellitus pada
umumnya.
5
2.4. Penyebab Diabetes Mellitus
a. DM tipe I, diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
1. faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I
2. faktor imunologi (autoimun)
3. faktor ligkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. DM tipe II, disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Faktor resiko yang berhubugan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II : usia, besitas, riwayat dan keluarga (NANDA, 2015).
6
mudah mengantuk, mata kabur, gatal disekitar kemaluan terutama wanita,
serta gigi mulai goyah dan mudah lepas (Tjokroprawiro, 2011).
Adapun manifestasi klinis dari diabetes mellitus berdasarkan
klasifikasinya yaitu :
2.6. Patofisiologi
7
Patofisiologi pada DM tipe 1 terdiri atas autoimun dan non-imun. Pada
autoimun-mediated DM, faktor lingkungan dan genetik diperkirakan menjadi
faktor pemicu kerusakan sel beta pankreas. Tipe ini disebut tipe 1A.
Sedangkan tipe non-imun, lebih umun daripada autoimun. Tipe non-imun
terjadi sebagai akibat sekunder dari penyakit lain seperti pankreatitis atau
gangguan idiopatik (Brashers dkk, 2014).
DM tipe 2 adalah hasil dari gabungan resistensi insulin dan sekresi insulin
yang tidak adekuat, hal tersebut menyebabkan predominan resistensi insulin
sampai dengan predominan kerusakan sel beta. Kerusakan sel beta yang ada
bukan suatu autoimun mediated. Pada DM tipe 2 tidak ditemukan pertanda
autoantibodi. Pada resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar
mungkin tinggi tetapi pada keadaan gangguan fungsi sel beta yang berat
kondisinya dapat rendah. Pada dasarnya resistensi insulin dapat terjadi akibat
perubahan-perubahan yang mencegah insulin untuk mencapai reseptor
(praresptor), perubahan dalam pengikatan insulin atau transduksi sinyal oleh
resptor, atau perubahan dalam salah satu tahap kerja insulin pascareseptor.
Semua kelainan yang menyebabkan gangguan transport glukosa dan
resistensi insulin akan menyebabkan hiperglikemia sehingga menimbulkan
manifestasi DM (Rustama dkk, 2010).
8
2.7. Pathway
Pegerusakan
Imunologik
Gula dalam darah tidak
hiperglikemik Protein ↓
Batas ambang ginjal Aliran dalam
darah lambat
Koma diabetik Kerusakan pada
glukosuria
Iskemik jaringan antibodi
Kekebalan tubuh
Dieresis osmotik Ketidakefektifan
menurun
perfusi jaringan
Poliuria perifer
Kehilangan
Kehilangan elektrolit
kalori Neuropati sensori
dalam sel Resiko Infeksi
perifer
sel kehilangan bahan
Dehidrasi
untuk metabolisme Nekrosis luka
Klien tidak merasa
sakit
Resiko Syok
Protein dan
gangrene Kerusakan
lemak dibakar
Merangsang integritas
hipotalamus jaringan
BB menurun
9
Pusat lapar dan
Kelemahan
haus
polifagia
an nutrisi kurang
tubuh
10
11
2.8. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
a. Umur Trisnawati dan Setyorogo (2013) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kelompok umur < 45 tahun memiliki resiko lebih rendah
mengalami diabetes mellitus dibandingkan dengan kelompok umur >45
tahun. Menurut Riset Kesehatan dasar (2013) penderita diabetes mellitus
yang berusia 45-54 tahun di Indonesia sebanyak 9,70 % dan meningkat
menjadi 11,20 % pada usia >55 tahun. Garnita (2012) menyatakan bahwa
peningkatan resiko diabetes mellitus pada umur >40 tahun disebabkan
karena pada usia 40 tahun mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa
sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan sel beta pankreas untuk
memproduksi hormon insulin.
b. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Resiko diabetes mellitus akan
diturunkan 15% pada anak yang memiliki riwayat salah satu orang tua
menderita diabetes mellitus dan akan meningkat menjadi 75 % pada anak
yang memiliki riwayat kedua orang tua menderita diabetes mellitus
(Diabetes UK, 2010 dalam Rahayu, Hudha & Umah. 2015). Resiko
menderita diabetes mellitus dari ibu 10-30% dibanding dengan ayah yang
menderita diabetes mellitus karena penurunan gen dalam kandungan lebih
besar (kaban, 2007 dalam Rahayu, Hudha & Umah 2015). Apabila saudara
kandung menderita diabetes mellitus maka akan beresiko 10% mengalami
diabetes mellitus sedangkan jika saudara kembar identik menderita
diabetes mellitus maka akan beresiko 90% menderita diabetes mellitus
(Desvita, 2012).
c. Aktivitas fisik, menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), persentase
penduduk Indonesia dengan faktor resiko diabetes mellitus berdasarkan
aktifitas fisik yang kurang sebanyak 26,1% pada populasi 10 tahun keatas.
Hasdianah (2012) orang yang malas untuk melakukan olahraga akan
meningkatkan resiko terjadinya diabetes mellitus karena meningkatnya
kalori yang tertimbun dalam tubuh akan menyebabkan disfungsi pankreas.
Benett, dkk. (2005) dalam Rajasa, Afriwardi & Zein (2016) menyatakan
bahwa olahraga atau aktifitas fisik akan menurunkan resiko diabetes
mellitus. Aktifitas olahraga harus dilakukan dengan frekuensi kurang lebih
12
3 kali seminggu dengan durasi 30-45 menit setiap berolahraga (Rajasa,
Afriwardi & Zein. 2016). Menurut Rahayu, Hudha & Umah (2015)
olahraga ringan sampai sedang selama 30 menit dapat meningkatkan
sensitifitas hormon insulin.
d. Obesitas, Trisnawati dan Setyorogo (2013) individu yang mengalami
obesitas memiliki resiko 7,14 kali lebih besar terkena diabetes mellitus
dari pada individu dengan Indeks Massa Tubuh normal. Hasdianah (2012)
menyatakan bahwa individu dengan berat badan lebih dari 90 kg memiliki
resiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus. Resiko yang lebih
tinggi pada individu obesitas ini berhubungan dengan resistensi insulin
sehingga dapat mengganggu toleransi glukosa (Khotimah., Pranowowati &
Afandi 2013).
e. Kadar kolesterol tinggi, hasil penelitian Trisnawati dan Setyorogo (2013)
kadar kolesterol tinggi akan meningkatkan kadar lemak bebas dalam tubuh
yang nantinya akan meningkatkan resiko terjadinya diabetes mellitus.
Menurut American Diabetes Association (2016) faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus saat kadar HDL kolesterol 250 mg/dL (2,82 mmolL).
Peningkatan kadar lemak akan menurunkan translokasi pengangkutan
glukosa kemembran plasma dan akan menyebabkan resistensi insulin pada
jaringan otot dan adiposa (Garnita, 2012).
f. Pola makan, Betteng, Pangemanan & Mayulu (2014) menyatakan bahwa
individu yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman manis dapat
meningkatkan resiko mengalami diabetes mellitus karena dengan
mengkonsumsi makanan manis dapat meningkatkan kadar glukosa dalam
darah. Menurut Rahayu, Hudha & Umah (2015) pola konsumsi yang tidak
sehat seperti mengkonsumsi makanan cepat saji dan mengkonsumsi
makanan yang tidak seimbang akan menyebabkan berbagai penyakit salah
satunya diabetes mellitus. Garnita (2012) menyatakan bahwa
mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat, konsumsi protein dan
lemak yang berlebih serta kurang mengkonsumsi buah dan sayur juga
dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus.
13
g. Hipertensi, American Diabetes Association (2016) menyatakan bahwa
faktor resiko terjadinya diabetes mellitus saat tekanan darah > 140/90
mmHg atau pada penderita hipertensi yang sedang melakukan terapi
hipertensi. Menurut Zieve (2012) dalam Trisnawati dan Setyorogo (2013)
hipertensi akan menyebabkan penebalan pembuluh darah arteri sehingga
pembuluh darah akan menyempit dan nantinya akan mengganggu
pengangkutan glukosa dari dalam darah.
h. Merokok, Khotimah, Pranowowati &.Afandi (2013) menyatakan bahwa
asap rokok dapat meningkatkan kadar gula darah sedangkan nikotin 17
dapat merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid
yang dapat meningkatkan kadar gula darah serta merokok juga dapat
menurunkan kerja insulin sehingga menyebabkan resistensi insulin. Cindy
(2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa merokok dapat
mempengaruhi kadar HbA1c pada penderita diabetes mellitus, dimana
HbA1c pada penderita diabetes mellitus yang merokok lebih tinggi
dibanding dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes mellitus yang
tidak merokok.
i. Stres menyebabkan peningkatan produksi hormon kortisol sehingga akan
membuat penderita diabetes mellitus sulit tidur, depresi, tekanan darah
turun dan nantinya akan membuat individu tersebut lemas dan
memperbanyak makan serta akan menyebabkan obesitas (Trisnawati dan
Setyorogo. (2013). Menurut Baradero, dkk. dan Syarifudin dalam Darmaja
(2015) stres akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis sehingga
hipotalamus akan mengeluarkan katekolamin yang berlebihan yang akan
menyebabkan meningkatnya glikogenesis dan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah.
2.9. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi yang dapat terjadi pada DMT2 antara lain adalah: 1)
komplikasi akut diabetes mellitus yang meliputi: hiperglikemia, hipoglikemia,
dan ketoasidosis diabetik. 2) Komplikasi kronis yang meliputi :
makrovaskuler dan mikrovaskuler (Smeltzer & Bare, 2010).
14
Hiperglikemia terjadi akibat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
karena kurangnya insulin, tanpa tersedianya karbohidrat untuk bahan bakar
sel, hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke glukosa
(glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa (glukoneogenesis).
Respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya kadar glukosa darah.
Hipoglikemia terjadi bila kadar glukosa darah 50 – 60 mg/dl. Reaksi
hipoglikemia mungkin terjadi akibat: 1) Dosis insulin yang berlebihan. 2)
Menghindari makanan atau makan lebih sedikit dari biasanya. 3) Pemakaian
tenaga yang berlebihan tanpa penambahan kompensasi karbohidrat. 4)
Ketidakseimbangan nutrisi dan cairan disebabkan mual dan muntah. 5)
Asupan alkohol (Black & Hawks, 2009).
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya jumlah insulin atau
secara nyata jumlah insulin tidak memadai. Defisit produksi insulin ini
mengganggu metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tiga manafestasi
klinis (fitur) utama ketoasidosis diabetik adalah : hiperglikemia, dehidrasi dan
kehilangan elektrolit serta asidosis (Smeltzer & Bare, 2010).
Komplikasi makrovaskuler meliputi : penyakit jantung koroner,
Hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan infeksi. Sedangkan
komplikasi Mikrovaskuler meliputi : retinopati, nefropati dan neuropati.
Komplikasi vaskular jangka panjang diabetes mellitus melibatkan pembuluh
darah kecil (mikroangiopati), pembuluh darah sedang dan pembuluh darah
besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes
mellitus yang menyerang kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik),
glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf perifer( neuropati diabetik)
dan otot serta kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran
histopatologis berupa aterosklerosis.
2.10. Penanganan Diabetes Mellitus
Tujuan utama dari pengobatan diabetes mellitus adalah untuk menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah sebagi upaya untuk mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler dan komplikasi neuropatik (Smeltzer & Bare,
2010). Penatalaksanaan diabetes melitus menurut PERKENI (2011) dan
Smeltzer dan Bare (2010) terdiri dari lima komponen, yang terdiri dari : 1)
15
Edukasi, 2) Terapi Gizi Medis (TGM) atau perencanaan makan, 3) Latihan
jasmani, 4) Terapi farmakologis dan 5) Pemantauan kadar glukosa darah dan
keton.
16
bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Pasien yang
relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi diabetes melitus dapat dikurangi
(PERKENI, 2011). Beberapa kegunaan latihan fisik secara teratur
bagi penderita DMT2 menurut Arsa, Lima, Santos, Cambri,
Campbell, Lewis, dan Simoes (2015) adalah meningkatkan uptake
glukosa oleh jaringan selama dan sesudah latihan/exercise,
menurunkan hiperglikemia, memperbaiki sensitivitas insulin dan
meningkatkan translokasi transpor glukosa, menurunkan tekanan
darah dan resistensi pembuluh darah perifer, serta meningkatkan
enzim anti oksidan.
d. Terapi farmakologis atau pengobatan diabetes secara menyeluruh
mencakup diet yang benar, olah raga yang teratur, dan obat - obatan
yang diminum atau suntikan insulin. Penderita DMT2 umumnya perlu
minum obat anti diabetes secara oral atau tablet. Sedangkan suntikan
insulin diperlukan pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi
suntikan insulin dan tablet. Pada sebuah uji klinis terkontrol-plasebo
yang dilakukan oleh kelompok penelitian program pencegahan
diabates di Amerika Serikat didapatkan hasil bahwa program
perubahan gaya hidup intensif yaitu rekomendasi gaya hidup standar
(diet rendah kalori, rendah lemak dan aktivitas fisik sedang) ditambah
metformin (850 mg, 2 x sehari) efektif mengurangi risiko kejadian
DMT 2 sebesar 50% (Black & Hawks, 2009).
e. Monitoring keton dan gula darah. Ini merupakan komponen
penatalaksanaan yang dianjurkan kepada pasien DMT 2. Monitor
level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia dan pasien
dapat melakukan keempat pilar diatas untuk menurunkan resiko
komplikasi dari DMT2. Pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan secara mandiri/sendiri yang disebut dengan self-monitoring
blood glucose (SMBG). SMBG memungkinkan penderita DMT2
17
untuk mendeteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia,
serta berperan dalam memelihara normalisasi glukosa darah sehingga
pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka panjang.
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi penderita DMT2 yang tidak
stabil dan cenderung untuk mengalami ketosis atau hiperglikemia,
serta hipoglikemia tanpa gejala ringan (Smeltzer & Bare, 2010).
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Betawi
Alamat : Jl. H. Manggar VII, No 4, RT 12/06
Tanggal Masuk : 20-11-2019
Tanggal Pengkajian : 21-11-2019
Diagnose Medis : DM Tipe II
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Klien atas nama Ny. K berusia 54 tahun, Klien datang ke IGD RSUD
KOJA pada tanggal 20 November 2019 pukul 08.00 WIB, klien dibawa
ke rumah sakit oleh anaknya. Klien datang dengan keluhan lemas, merasa
pusing dibagian sebelah kanan seperti dipukul, skala nyeri 3, klien
mengatakan demam sudah 2 hari, merasa mual tetapi tidak ada muntah,
klien sudah menderita penyakit DM selama 20 tahun yang lalu, klien
meminum obat Glibenclamide 2x5 mg pagi dan sore sebelum makan.
1) Pengkajian fisik saat ini
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 169/73 mmHg
N : 75 x/menit
19
S : 36,6 oC
RR : 21 x/mnt
d. Kepala : normosepal, tidak ada lesi, bersih, penyebaran
rambut merata berwarna hitam dan putih
e. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
f. Hidung : simetris dan bersih
g. Telinga : simetris, bersih, ada serumen dan tinnitus tidak ada
h. Mulut : bersih, bibir simetris, jumlah gigi, gigi terdapat
Karies, lidah berwarna putih, bibir tidak
sianosis, mukosa bibir kering
i. Leher : tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
j. Thorax
Paru-paru : Inspeksi : simetris
Palpasi : taktil fremitus teraba kanan
dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar SI dan S2 reguler
tidak terdapat bunyi
tambahan
k. Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 9 x/menit
Palpasi : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
l. Ekstremitas : terasa kesemutan di kedua kaki, setiap kali
kesemutan dirasakan selama 5 menit, jari-jari dan telapak kaki
20
tidak terasa saat disentuh, dijempol kaki kanan terdapat luka kecil
tetapi saat di IGD keluar nanah.
m. Genetalia : tidak terpasang DC, bersih, tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan :
Resiko Cedera
21
Klien mengatakan bahwa dia mempunyai penyakit Diabetes Mellitus (DM)
sudah sejak 20 tahun yang lalu, meminum obat setelah terdiagnosa DM,
klien meminum obat Glibenclamide 2x5mg pagi dan sore dan rutin minum
obat, tetapi untuk hipertensi pasien tidak meminum obat rutin, dan tidak
mengontrol makan makanan yang rendah garam, tetapi untuk penyakit DM
klien Menurut klien sehat itu penting, dapat melakukan aktivitas tanpa
terganggu, pasien rutin kontrol 2 minggu sekali setiap hari rabu
b. Pola Nutrisi-Metabolik
22
Sebelum terdiagnosa Diabetes tidak
Mellitus Frekuensi : 9 x/menit
Berat badan : 130 Kg Gula darah : 546 gr/dl
Tinggi badan : 150 cm Data lain yang menunjang:
IMT :
Berat badan : 64 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 28,4 kg/m2
c. Pola Eliminasi
1. BAK 1. BAK
Frekuensi : ≤ 5x/hari Frekuensi : 5x/hari
Warna : kuning jernih Warna : kuning jernih
Keluhan yang berhubungan Keluhan yang berhubungan
dengan BAK : suka bangun dengan BAK : suka bangun
malam karena ingin pipis 3 malam karena ingin pipis 2
kali (Poliuri) kali (Poliuri)
2. BAB 2. BAB
Frekuensi : 1x/hari Frekuensi : 1 x/hari
Waktu : Waktu :
( ) Pagi ( ) Siang ( ) Pagi ( ) Siang
( ) Malam ( ) Tidak ( ) Malam ( ) Tidak
tentu tentu
Warna : coklat Warna : hitam
Bau : khas Bau : khas
23
Konsistensi : semi padat Konsistensi : Keras
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
Keseimbangan cairan
Intake : minum : cc output : urin : cc
Infus : cc feses : cc
Obat : cc IWL : cc
Total : cc Total :
Balance :
Hasil Laboratorium :
Natrium (Na) : 133 mEq/L
Kalium (K) : 4.78 mEq/L
Clorida (Cl) : 98 mEq/L
Masalah Keperawatan :
5555 5555
24
5555 5555
2. Sistem Pernafasan
Jalan nafas : bersih
Otot bantu nafas : tidak ada
Frekuensi : 20 x/menit
Irama : teratur
Inspeksi : simetris
Palpasi : taktil fremitus teraba kanan dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
3. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer
1. Nadi : 89 x/menit
2. Irama : teratur
3. Denyut : kuat
4. TD : 169/73 mmHg
5. Distensi vena jugularis : tidak ada
6. Warna kulit : pucat
7. Pengisian kapiler : <2 detik
8. Edema : Tidak ada
Sirkulasi jantung
1. Denyut apical : 108 x/menit
2. Irama : teratur
3. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar SI dan S2 reguler dan
25
tidak terdapat bunyi tambahan
4. Sistem Hematologi :
(tanggal 20 November 2019)
Hemoglobin : 9,0 g/dL
Hematocrit : 28,9 %
Leukosit : 17,18 ribu/μL
Trombosit : 370 ribu/μL
5. Sistem Saraf
Tingkat Kesadaran : composmentis
GCS : E: 4 M: 6 V: 5
Peningkatan tekanan intracranial : tidak ada
6. Sistem Integumen
Terdapat luka kecil di jempol kaki kanan terdapat pus.
Masalah Keperawatan : - Intoleransi Aktivitas
26
dan tidak memiliki masalah tentang dirinya. Klien adalah seorang ibu
dari 5 anak dan nenek dari 6 cucu, sedangkan suami klien sudah
meninggal dunia 3 tahun yang lalu
27
Klien seorang ibu dan memiliki 5 orang anak kandung, dan memiliki 6
orang cucu, klien saat ini bekerja sebagai penjahit dan berjualan namun
karena sakit klien tidak bisa melakukan pekerjaanya seperti biasa, klien dan
keluarganya serta dilingkungannya memiliki hubungan yang baik.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit pola seksual dan reproduksi klien normal ditandai dengan
fungsi reproduksi klien yang baik, klien memiliki 5 anak kandung, klien
mengatakan tidak pernah mengalami atau memiliki masalah pada organ
reproduksinya, tidak mempunyai riwayat penyakit reproduksi sebelumnya.
Klien mengatakan sudah menopause sejak usia 50 tahun, sebelum
menopause klien mengatakan haid lancer, walaupun suka merasakan nyeri
dibagian perut bawah saat haid.
Saat sakit, Saat ini klien mengatakan tidak ada masalah atau keluhan pada
organ reproduksinya
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan
28
( ) Pemecahan masalah
( ) Makan
( ) Tidur
( ) Minum Obat
( ) Cari pertolongan
( ) Lain-lainn (marah, diam, dll)
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Saat ditanyakan mengenai agama, klien tampak bingung untuk
menjawabnya lalu klien mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan dan
penting untuk hidup. saat di dirumah klien mengatakan shalat 5 waktu,
klien juga mengatakan sudah biasa mengatasi penyakitnya, lalu klien juga
mengatakan bahwa dia tetap semangat menghadapi penyakitnya, meskipun
jenis penyakit yang diderita tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa
dikontrol.
Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada hal
yang bertentangan antara agama dengan kesehatan. Aktivitas agama atau
kepercayaan yang dilakukan saat di rumah sakit klien tidak melakukan
sholat karena takut jatuh saat menggambil wudhu, klien hanya berzikir dan
berdoa saja.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
2) Pemeriksaan radiologi
Tidak ada hasil radiologi
29
3) Hasil konsultasi
30
Masalah
No Data Subjektif Data Objektif
Keperawatan
31
3 Klien mengatakan Keadaan umum klien Resiko Cedera
penglihatannya sudah lemah b/d
berbayang Saat ditest penglihatan
Klien mengatakan jika dengan membaca papan
melihat dari jarak dekat nama dengan jarak kurang
dan jauh penglihatannya lebih 30 cm dan klien
seperti buram, lebih kurang dapat
tidak jelas di sebelah membacanya
kanan
Klien mengatakan
menggunakan kacamata
(+1/+1)
32
pasien dan keluarga
mengenai Manajemen
diabetes
6. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dubutuhkan pasien
33
5. Tidak ada keluhan
kesemutan
(parase)
6. Klien dapat
melakukan senam
kaki DM
34
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. K
Usia : 54 tahun
Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam
35
mengatakan sakit kepala menggunakan kacamata
sebelah kanan seperti di (+1/+1).
pukul-pukul, klien 6. SMRS: klien
mengatakan mengatakan makan
penglihatannya sudah 3x/hari nafsu makan baik
berbayang, klien dan hanya makan ¼ porsi
mengatakan jika melihat saja,
dari jarak dekat dan jauh 7. MRS: klien mengatakan
penglihatannya seperti makan 3x/hari tidak nafsu
buram,klien mengatakan makan karena mual tetapi
menggunakan kacamata tidak muntah dan hanya
(+1/+1). makan 2-3 sendok setiap
3. Memonitor keton urin makan
Hasil: Pemeriksaan 8. Pasien dan keluarga
laboratorium (21/11/19) mengatakan sudah
urin lengkap: keton urin (- memahami tentang
) Negatif Manajemen diabetes
4. Mengkaji pola makan
pasien saat ini dan O: 1. Klien tampak lemas
sebelumnya 2. klien tampak kering,
Hasil: SMRS: klien elastisitas kulit kurang
mengatakan makan 3. klien tampak Lebih
3x/hari nafsu makan baik banyak tidur
dan hanya makan ¼ porsi 4. klien dilakukan
saja, MRS: klien Pemeriksaan gula darah
mengatakan makan pada jam 18.00 = 409
3x/hari tidak nafsu makan mg/dl, dan jam 24.00
karena mual tetapi tidak =260 mg/dl
muntah dan hanya makan 5. Pemeriksaan
2-3 sendok setiap makan laboratorium (21/11/19)
5. Menginstruksikan pada urin lengkap: keton urin (-
pasien dan keluarga ) Negatif
36
mengenai manajemen 6. klien mendapatan
diabetes Aprida 3x12 ui
Hasil: Pasien dan 7. klien mendpatkan diet
keluarga mengatakan TKTP, RG, DM,
sudah memahami tentang kebuuhan zat gizi, energy:
Manajemen diabetes 1500 kkal, protein: 56 gr,
6. Berkolaborasi pemberian Lemak: 41 gr, karbohidrat
insulin 225 gr, jadwal pemberian
Hasil: klien mendapatan diet 3x makan utama ½
Aprida 3x12 ui porsi, 2x snack diberikan
7. Berkolaborasi dengan ahli asupan secara bertahap
gizi pemberian dier sesuai 8. Hasil TTV: TD: 169/73
kondisi pasien mmHg, ND: 72x/menit,
Hasil: klien mendpatkan RR: 21x/menit, SH: 36,6ºc
diet TKTP, RG, DM,
kebuuhan zat gizi, energy: A: Masalah teratasi
1500 kkal, protein: 56 gr, sebagian
Lemak: 41 gr, karbohidrat P: Intervensi dilanjutkan
225 gr, jadwal pemberian 8. Monitor kadar glukosa
diet 3x makan utama ½ darah, sesuai indikasi
porsi, 2x snack diberikan 9. Monitor tanda dan
asupan secara bertahap gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
10. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
11. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
37
12. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dubutuhkan pasien
38
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam
39
penglihatannya seperti mengatakan menggunakan
buram,klien mengatakan kacamata (+1/+1).
menggunakan kacamata
(+1/+1). O: 1. Klien tampak lemas
3. Mengkaji pola makan 2. Klien tampak kering,
pasien saat ini dan elastisitas kulit kurang
sebelumnya 3. Klien tampak Lebih
Hasil: MRS hari 1: klien banyak tidur
mengatakan makan 4. Klien dilakukan
3x/hari tidak nafsu makan Pemeriksaan gula darah
karena mual tetapi tidak pada jam 06.00 = 227
muntah dan hanya makan mg/dl, jam 12.00 =307
2-3 sendok setiap makan. mg/dl, dan jam 18.00 =
Hari 2: klien mengatakan 234 mg/dl
makan 3x/hari sudah 5. Klien mendapatan
mulai nafsu makan dan Aprida 3x12 ui
hanya makan 4 sendok 6. klien mendapatkan diet
saja TKTP, RG, DM,
4. Berkolaborasi pemberian kebuuhan zat gizi, energy:
insulin 1500 kkal, protein: 56 gr,
Hasil: klien mendapatan Lemak: 41 gr, karbohidrat
Aprida 3x12 ui 225 gr, jadwal pemberian
5. Berkolaborasi dengan ahli diet 3x makan utama ½
gizi pemberian dier sesuai porsi, 2x snack diberikan
kondisi pasien asupan secara bertahap
Hasil: klien mendapatkan 7. TTV TD: 125/61
diet TKTP, RG, DM, mmhg, ND: 86x/menit,
kebuuhan zat gizi, energy: RR: 20x/menit, SH:
1500 kkal, protein: 56 gr, 36,7ºC
Lemak: 41 gr, karbohidrat
225 gr, jadwal pemberian A: Masalah teratasi
diet 3x makan utama ½ sebagian
40
porsi, 2x snack diberikan P: Intervensi dilanjutkan
asupan secara bertahap 1. Monitor kadar glukosa
darah, sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
3. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
4. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dubutuhkan pasien
41
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam
42
buram,klien mengatakan mg/dl, jam 12.00 = 353
menggunakan kacamata mg/dl, dan jam 18.00 =
(+1/+1). 422 mg/dl
3. Mengkaji pola makan 4. Klien mendapatan
pasien saat ini dan Aprida 3x12 ui
sebelumnya 5. Klien mendapatkan diet
Hasil : MRS Hari 2: klien TKTP, RG, DM,
mengatakan makan kebuuhan zat gizi, energy:
3x/hari sudah mulai nafsu 1500 kkal, protein: 56 gr,
makan dan hanya makan Lemak: 41 gr, karbohidrat
4 sendok saja,. Hari 3: 225 gr, jadwal pemberian
klien mengatakan makan diet 3x makan utama ½
3x/hari sudah mulai nafsu porsi, 2x snack diberikan
makandan banyak asupan secara bertahap
sebanyak ¼ porsi 6. TTV: TD: 151/78
4. Berkolaborasi pemberian mmhg, ND: 90x/menit,
insulin RR: 20x/menit, SH:
Hasil: klien mendapatan 36,4ºC
Aprida 3x12 ui
5. Berkolaborasi dengan ahli A: Masalah teratasi
gizi pemberian diet sesuai sebagian
kondisi pasien P: Intervensi dilanjutkan
Hasil: klien mendapatkan 1. Monitor kadar
diet TKTP, RG, DM, glukosa darah, sesuai
kebuuhan zat gizi, energy: indikasi
1500 kkal, protein: 56 gr, 2. Monitor tanda dan
Lemak: 41 gr, karbohidrat gejala hiperglikemia:
225 gr, jadwal pemberian polyuria, polydipsia,
diet 3x makan utama ½ polifagia, kelelahan,
porsi, 2x snack diberikan malaise, pandangan
asupan secara bertahap kabur atau sakit
kepala
43
3. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
4. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dubutuhkan
Pasien
Nama : Ny. K
44
Usia : 54 tahun
Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam
45
penglihatannya sudah 3x/hari nafsu makan baik
berbayang, klien dan hanya makan ¼ porsi
mengatakan jika melihat saja,
dari jarak dekat dan jauh 7. MRS: klien mengatakan
penglihatannya seperti makan 3x/hari tidak nafsu
buram,klien mengatakan makan karena mual tetapi
menggunakan kacamata tidak muntah dan hanya
(+1/+1). makan 2-3 sendok setiap
10. Memonitor keton urin makan
Hasil: Pemeriksaan 8. Pasien dan keluarga
laboratorium (21/11/19) mengatakan sudah
urin lengkap: keton urin (- memahami tentang
) Negatif Manajemen diabetes
11. Mengkaji pola makan
pasien saat ini dan O: 1. Klien tampak lemas
sebelumnya 2. klien tampak kering,
Hasil: SMRS: klien elastisitas kulit kurang
mengatakan makan 3. klien tampak Lebih
3x/hari nafsu makan baik banyak tidur
dan hanya makan ¼ porsi 4. klien dilakukan
saja, MRS: klien Pemeriksaan gula darah
mengatakan makan pada jam 18.00 = 409
3x/hari tidak nafsu makan mg/dl, dan jam 24.00
karena mual tetapi tidak =260 mg/dl
muntah dan hanya makan 5. Pemeriksaan
2-3 sendok setiap makan laboratorium (21/11/19)
12. Menginstruksikan pada urin lengkap: keton urin (-
pasien dan keluarga ) Negatif
mengenai manajemen 6. klien mendapatan
diabetes Aprida 3x12 ui
Hasil: Pasien dan 7. klien mendpatkan diet
keluarga mengatakan TKTP, RG, DM,
46
sudah memahami tentang kebuuhan zat gizi, energy:
Manajemen diabetes 1500 kkal, protein: 56 gr,
13. Berkolaborasi pemberian Lemak: 41 gr, karbohidrat
insulin 225 gr, jadwal pemberian
Hasil: klien mendapatan diet 3x makan utama ½
Aprida 3x12 ui porsi, 2x snack diberikan
14. Berkolaborasi dengan ahli asupan secara bertahap
gizi pemberian dier sesuai 8. Hasil TTV: TD: 169/73
kondisi pasien mmHg, ND: 72x/menit,
Hasil: klien mendpatkan RR: 21x/menit, SH: 36,6ºc
diet TKTP, RG, DM,
kebuuhan zat gizi, energy: A: Masalah teratasi
1500 kkal, protein: 56 gr, sebagian
Lemak: 41 gr, karbohidrat P: Intervensi dilanjutkan
225 gr, jadwal pemberian 13. Monitor kadar glukosa
diet 3x makan utama ½ darah, sesuai indikasi
porsi, 2x snack diberikan 14. Monitor tanda dan
asupan secara bertahap gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
15. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
16. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
17. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
47
dubutuhkan pasien
48
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam
49
penglihatannya seperti mengatakan menggunakan
buram,klien mengatakan kacamata (+1/+1).
menggunakan kacamata
(+1/+1). O: 1. Klien tampak lemas
8. Mengkaji pola makan 2. Klien tampak kering,
pasien saat ini dan elastisitas kulit kurang
sebelumnya 3. Klien tampak Lebih
Hasil: MRS hari 1: klien banyak tidur
mengatakan makan 4. Klien dilakukan
3x/hari tidak nafsu makan Pemeriksaan gula darah
karena mual tetapi tidak pada jam 06.00 = 227
muntah dan hanya makan mg/dl, jam 12.00 =307
2-3 sendok setiap makan. mg/dl, dan jam 18.00 =
Hari 2: klien mengatakan 234 mg/dl
makan 3x/hari sudah 5. Klien mendapatan
mulai nafsu makan dan Aprida 3x12 ui
hanya makan 4 sendok 6. klien mendapatkan diet
saja TKTP, RG, DM,
9. Berkolaborasi pemberian kebuuhan zat gizi, energy:
insulin 1500 kkal, protein: 56 gr,
Hasil: klien mendapatan Lemak: 41 gr, karbohidrat
Aprida 3x12 ui 225 gr, jadwal pemberian
10. Berkolaborasi dengan ahli diet 3x makan utama ½
gizi pemberian dier sesuai porsi, 2x snack diberikan
kondisi pasien asupan secara bertahap
Hasil: klien mendapatkan 7. TTV TD: 125/61
diet TKTP, RG, DM, mmhg, ND: 86x/menit,
kebuuhan zat gizi, energy: RR: 20x/menit, SH:
1500 kkal, protein: 56 gr, 36,7ºC
Lemak: 41 gr, karbohidrat
225 gr, jadwal pemberian A: Masalah teratasi
diet 3x makan utama ½ sebagian
50
porsi, 2x snack diberikan P: Intervensi dilanjutkan
asupan secara bertahap 6. Monitor kadar glukosa
darah, sesuai indikasi
7. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia:
polyuria, polydipsia,
polifagia, kelelahan,
malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala
8. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
9. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
10. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dubutuhkan pasien
51
No Diagnosa Hari/tgl
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
. Keperawatan Jam
52
buram,klien mengatakan mg/dl, jam 12.00 = 353
menggunakan kacamata mg/dl, dan jam 18.00 =
(+1/+1). 422 mg/dl
8. Mengkaji pola makan 4. Klien mendapatan
pasien saat ini dan Aprida 3x12 ui
sebelumnya 5. Klien mendapatkan diet
Hasil : MRS Hari 2: klien TKTP, RG, DM,
mengatakan makan kebuuhan zat gizi, energy:
3x/hari sudah mulai nafsu 1500 kkal, protein: 56 gr,
makan dan hanya makan Lemak: 41 gr, karbohidrat
4 sendok saja,. Hari 3: 225 gr, jadwal pemberian
klien mengatakan makan diet 3x makan utama ½
3x/hari sudah mulai nafsu porsi, 2x snack diberikan
makandan banyak asupan secara bertahap
sebanyak ¼ porsi 6. TTV: TD: 151/78
9. Berkolaborasi pemberian mmhg, ND: 90x/menit,
insulin RR: 20x/menit, SH:
Hasil: klien mendapatan 36,4ºC
Aprida 3x12 ui
10. Berkolaborasi dengan ahli A: Masalah teratasi
gizi pemberian diet sesuai sebagian
kondisi pasien P: Intervensi dilanjutkan
Hasil: klien mendapatkan 6. Monitor kadar
diet TKTP, RG, DM, glukosa darah, sesuai
kebuuhan zat gizi, energy: indikasi
1500 kkal, protein: 56 gr, 7. Monitor tanda dan
Lemak: 41 gr, karbohidrat gejala hiperglikemia:
225 gr, jadwal pemberian polyuria, polydipsia,
diet 3x makan utama ½ polifagia, kelelahan,
porsi, 2x snack diberikan malaise, pandangan
asupan secara bertahap kabur atau sakit
kepala
53
8. Kaji pola makan
Pasien saat ini dan
sebelumnya
9. Kolaborasi dengan
pemberian insulin
sesuai program
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dubutuhkan
Pasien
Keperawatan Jam
TD=
N= O : 1. Keadaan umum
S= klien lemah
54
4. Menganjurkan dan beri 3. tidak ada sensasi
latihan senam kaki
Hasil= tumpul dan tajam pada
kaki
ekstremitas bawah
A: Masalah teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
1. Memonitor adanya
daerah tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam
/tumpul
2. Memonitor adanya
paretase
3. Memonitor tanda-
tanda vital
4. Menganjurkan dan
beri latihan senam
kaki
Keperawatan Jam
55
jaringan perifer Hasil: dikedua kaki, dengan
N= klien lemah
kaki
ekstremitas bawah
A: Masalah teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
1. Memonitor adanya
daerah tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam
/tumpul
56
2. Memonitor adanya
paretase
3. Memonitor tanda-
tanda vital
4. Menganjurkan dan
beri latihan senam
kaki
Keperawatan Jam
TD=
N= O : 1. Keadaan umum
kaki
57
ekstremitas bawah
A: Masalah teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
1. Memonitor adanya
daerah tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam
/tumpul
2. Memonitor adanya
paretase
3. Memonitor tanda-
tanda vital
4. Menganjurkan dan
beri latihan senam
kaki
Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam
58
dan riwayat penyakit
terdahulu Pasien. O:
Hasil: klien menderita - Keadaan umum
DM kurang lebih klien lemah
selama 20 tahun, - Klien tidak
dalam jangka waktu mengalami cidera
yang cukup lama fisik
menimbulkan
komplikasi. A : Masalah belum tertasi
komplikasi DM yang
paling sering P : Intervensi dilanjutkan
menimbulkan efek
pada mata adalah
retinopati diabetic
(gangguan pada saraf
mata). Klien
membutuhkan
bantuan untuk
melakukan aktivitas
fisik untuk
meminimalkan resiko
cedera karena tidak
dapat melihat dengan
jelas.
8. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan).
Hasil: Menjauhkan
barang-barang
disekitar pasien yang
59
berpotensi
menimbulkan bahaya
seperti gelas kaca
yang pecah bila
tersenggol.
9. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani Pasien.
Hasil: keluarga selalu
menjaga pasien
disamping tempat
tidurnya dan ikut
membantu pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik,
Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam
60
terdahulu Pasien. - Keadaan umum
Hasil: klien menderita klien lemah
DM kurang lebih - Klien tidak
selama 20 tahun, mengalami cidera
dalam jangka waktu fisik
yang cukup lama
menimbulkan A : Masalah belum tertasi
komplikasi.
komplikasi DM yang P : Intervensi dilanjutkan
paling sering
menimbulkan efek
pada mata adalah
retinopati diabetic
(gangguan pada saraf
mata). Klien
membutuhkan
bantuan untuk
melakukan aktivitas
fisik untuk
meminimalkan resiko
cedera karena tidak
dapat melihat dengan
jelas.
3. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan).
Hasil: Menjauhkan
barang-barang
disekitar pasien yang
berpotensi
61
menimbulkan bahaya
seperti gelas kaca
yang pecah bila
tersenggol.
4. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani Pasien.
Hasil: Keluarga selalu
menjaga pasien
disamping tempat
tidurnya dan ikut
membantu pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik,
Diagnosa Hari/tgl
No Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan Jam
62
dan riwayat penyakit O:
terdahulu Pasien. - Keadaan umum
Hasil: klien menderita klien lemah
DM kurang lebih - Klien tidak
selama 20 tahun, mengalami cidera
dalam jangka waktu fisik
yang cukup lama
menimbulkan A : Masalah belum tertasi
komplikasi.
komplikasi DM yang P : Intervensi dilanjutkan
paling sering
menimbulkan efek
pada mata adalah
retinopati diabetic
(gangguan pada saraf
mata). Klien
membutuhkan
bantuan untuk
melakukan aktivitas
fisik untuk
meminimalkan resiko
cedera karena tidak
dapat melihat dengan
jelas.
3. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan).
Hasil: Menjauhkan
barang-barang
disekitar pasien yang
63
berpotensi
menimbulkan bahaya
seperti gelas kaca
yang pecah bila
tersenggol.
4. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani Pasien.
Hasil: keluarga selalu
menjaga pasien
disamping tempat
tidurnya dan ikut
membantu pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik,
64
DAFTAR PUSTAKA
ADA, (2012). Medical Advice for People with Diabetes in Emergency Situations.
American : American Diabetes Association Journal.
Black, M., J. & Hawks, H., J. (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Continuity of Care. Philadephia : W.B. Saunders
Company.
65
Harsari, R., H. dkk. (2018). Hubungan Status Gizi dan Kadar Glukosa: Cross
Sectional. EJKI, 6(2), 105-109.
Hasdianah, (2012). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak –
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.
IDF. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition. Dunia : International Diabetes
Federation.
LeMone, P., Burke, K., M. & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Praptini, P., E. (2011). Menu 30 hari & Resep untuk Diabetes. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rahayu, T., H., Hudha, A., M. & Umah, U.,S. (2015). Perbandingan Self
Awareness Pola Konsumsi Makanan dan Olahraga dengan Riwayat
Keluarga Memiliki dan Tidak Memiliki Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada
Mahasiswa UMM. Jurnal Keperawatan, 6 (1).
66
Rajasa, R., E., Afriwardi & Zein, S., B.(2016). Hubungan Tingkat Keteraturan
Berolahraga Terhadap Komplikasi Penyakit pada Pasien DM Tipe 2 di
Politeknik Endokrin RSUP Dr.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas.
Smeltzer, S. & Bare, (2010). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippin cott.
Syafrudin, S., K., Damayani, A., D. & Demalfan, (2011). Himpunan Penyuluhan
Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
67