Anda di halaman 1dari 3

RABIES

No. Dokumen : SOP/UKP/RJ/ /2019


No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 15 Mei 2019
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Dasep Hidayat, SKM


LIMBANGAN NIP.196504021992031008

1. Pengertian Rabies adalah infeksi virus yang menjalar ke otak melalui saraf perifer.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosis dan
penatalaksanaan medis kasus rabies.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Limbangan Nomor
........................... tentang Layanan Klinis.
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur 1. Penentuan diagnosis rabies berdasarkan anamnesis keluhan gejala flu,
malaise, anoreksia, parestesia daerah gigitan, agitasi, demam tinggi yang
persisten, kesadaran fluktuatif, nyeri pada faring, kejang, hipersalivasi,
hidrofobia, dan aerofobia dengan riwayat gigitan dan hewan yang menggigit
mati dalam 1 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan luka gigitan yang sudah sembuh
bahkan telah dilupakan, gatal dan parestesi pada luka bekas gigitan yang
sudah sembuh, mioedema, tanda ensefalitis, jika terjadi disfungsi batang
otak: hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom,
sindroma abnormalitas ADH, paralitik/ paralisis flaksid.
3. Edukasi: pasien yang digigit hewan tersangka rabies harus di vaksinasi dan
laporkan kasus rabies ke dinas kesehatan setempat.
4. Penatalaksanaan:
 Isolasi pasien dan pada awal luka gigitan harus dicuci dengan air sabun
5-10 menit, debridement, dan desinfektan.
 Tindakan suportif: penanganan gagal jantung dan gagal nafas
 Pemberian serum anti rabies (SAR) bila serum heterolog dosis 40
IU/kgBB disuntikan infiltrasi pada luka, bila serum homolog dosis 20
IU/kgBB dengan cara yang sama.
 Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari IM pada otot
deltoid.
6. Diagram Alir

Anamnesis:
Keluhan gejala flu, malaise, anoreksia, parestesia daerah gigitan,
agitasi, demam tinggi yang persisten, kesadaran fluktuatif, nyeri
pada faring, kejang, hipersalivasi, hidrofobia, dan aerofobia
dengan riwayat gigitan dan hewan yang menggigit mati dalam 1
minggu.

Luka gigitan yang sudah sembuh bahkan telah dilupakan, gatal dan parestesi pada luka
bekas gigitan yang sudah sembuh, mioedema, tanda ensefalitis, jika terjadi disfungsi
batang otak: hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom,
sindroma abnormalitas ADH, paralitik/ paralisis flaksid

Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik

Diag banding:
Tetanus, Ensefalitis, Intoksikasi obat, Herpes simplex, Ensefalitis post
vaksinasi

Edukasi:
Pasien yang digigit hewan tersangka rabies harus di vaksinasi dan laporkan kasus rabies
ke dinas kesehatan setempat.

Penatalaksanaan:
 Isolasi pasien dan pada awal luka gigitan harus dicuci dengan air sabun 5-10
menit, debridement, dan desinfektan.
 Tindakan suportif: penanganan gagal jantung dan gagal nafas
 Pemberian serum anti rabies (SAR) bila serum heterolog dosis 40 IU/kgBB
disuntikan infiltrasi pada luka, bila serum homolog dosis 20 IU/kgBB dengan
cara yang sama.
 Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari IM pada otot deltoid.

Rujuk ke Sp.Saraf
Apabila setelah dugaan diagnosis
ditegakkan

7. Hal-hal yang -
harus
diperhatikan
8. Unit Terkait Pendaftaran
Rawat Jalan ( poli umum, apotik)
Ruang Tindakan
9. Dokumen Rekam Medis
Terkait

2
10. Rekaman
Historis NO Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai Diberlakukan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai