net/publication/334260559
Analisis Kasus Reklamasi Pantai Utara Jakarta dari Sudut Pandang Asas
Hukum Agraria
CITATIONS READS
0 592
1 author:
Reza Maulana
Jakarta State University
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Reza Maulana on 05 July 2019.
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dan menelaah penyelesaian konflik kasus
Reklamasi yang terjadi di teluk Jakarta. Reklamasi teluk Jakarta hingga saat ini masih menjadi
perdebatan yang tidak kunjung usai walaupun saat ini telah terbangun 4 pulau reklamasi dari
17 pulau yang direncanakan. Reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan
atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna
dengan cara dikeringkan (Bintari & Muara, 2018).Catatan sejarah membuktikan bahwa
rencana Reklamasi teluk Jakarta telah ada sejak era kepemimpinan gubernur DKI Jakarta
Wigoyo Atmodarminto yang berkuasa pada periode 1987-1992. Rencana tersebut pun direspon
positif oleh pemerintah pusat yang pada saat itu dikomandoi oleh Presiden Soeharto. Keppres
No. 52/1995 pun diterbitkan untuk mendukung rencana Reklamasi Teluk Jakarta tersebut.
Keppres No. 52/1995 secara lebih jauh menjelaskan bahwa Reklamasi teluk Jakarta merupakan
wewenang Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. penerbitan Keppres No.52/1995
terkesan terburu-buru karena sebelum diterbitkannya Keppres tersebut Pemerintah Pusat tidak
mengkaji ataupun menganalisis terlebih dahulu dampak lingkungan yang ditimbulkan jika
reklamasi dijalankan. Pembentukan Komisi Penilaian Analisis AMDAL oleh Kementrian
Lingkungan Hidup pun dilakukan setelah Keppres diteken. Sebagai catatan, Pembentukan
Komisi Penilaian Analisis AMDAL dilakukan pada tahun 1996. Komisi Penilaian Analisis
Amdal dibentuk guna mengkaji secara mendalam mengenai dampak Lingkungan hasil
Reklamasi Teluk Jakarta. Hasil analisis yang dilakukan komisi tersebut pun mengejutkan
banyak pihak karena Reklamasi Teluk Jakarta dinyatakan menyalahi AMDAL dan berbahaya
bagi Ekosistem Lingkungan. Atas dasar tersebutlah Kementrian Lingkungan Hidup membuat
surat keputusan No 14 Tahun 2003 tentang ketidaklayakan rencana dan revitalisasi pantai utara
Jakarta. Tidak terima dengan surat keputusan yang dikeluarkan kementrian Lingkungan Hidup,
sebanyak 6 (enam) pengembang mengajukan gugata ke PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara)
yang pada akhirnya gugatan di PTUN tersebut dimenangkan oleh pihak pengembang walapun
prosesnya terus berlajut hingga tingkat kasasi di mahkamah agung.
Jika ditinjau dari perspektif hukum Agraria. Saat ini terdapat 8 asas hukum agraria nasional
yang tertuang didalam Undang-undang pokok agraria No.5 Tahun 1960. 8 (delapan) asas
tersebut adalah sebagai berikut:
A. Asas Kenasionalan
B. Asas pada tingkat tertinggi, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara.
C. Asas mengutamakan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan
bangsa daripada kepentingan perseorangan atau golongan
D. Asas semua hak atas tanah memiliki fungsi sosial
E. Hanya warga negara indonesia yang memiliki hak milik atas tanah
F. Asas persamaan bagi setiap rakyat Indonesia
G. .Asas atas tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh
pemiliknya.
H. Asas tata guna atau penggunaan tanah secara berencana
References
Bintari, A., & Muara, T. (2018). Manajemen Konflik Penyelesaian Kasus Reklamasi Pulau G Pantai
Utara Jakarta. Jurnal Ilmu Pemerintah, 119-144.
Herlina, N., & Nadiroh. (2018). PERAN STRATEGIS RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA)
DALAM RANGKA PEMENUHAN HAK ANAK TERHADAP LINGKUNGAN. Jurnal Pendidikan Usia
Dini, 104-117.
Wagiu, M. (2011). Dampak Program Reklamasi Bagi Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Di Kota
Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis, 12-16.