Anda di halaman 1dari 10

I.

Judul :Pembuatan Formula Enteral F 135


II. Praktikum ke- : 10 (sepuluh)
III. Prinsip :
Formula enteral harus dapat mengalir dalam pipa makanan ukuran 8 – 14
French. Makanan fase rehabilitasi harus hipoosmolar dan rendah laktosa,
rendah serat, porsi makanan sedang dan frekuensi makan sering.
IV. Tujuan umum : Mahasiswa Mampu Membuat Formula Enteral F
135
Tujuan khusus : Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu :
1) Membuat formula enteral F 135
2) Menyajikan hasil formula enteral F 135
3) Menyembutkan indikasi formula yang dibuat
4) Menyebutkan frekuensi dan jumlah pemberian (ml/gram/hari)
V. Tinjauan Pustaka :
KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.KEP
disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro).Meskipun
sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient
kepada defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia
prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan
intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP.

Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan Kwashiorkor, Marasmus, dan


Marasmic Kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein.
Marasmus disebabkan karena kurang energi dan Manismic Kwashiorkor
disebabkan karena kurang energi dan protein.KEP umumnya diderita oleh
balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang
mengalami Kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan, depigmentasi
kulit, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang
mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek
hitam pada kulit.

Gizi buruk merupakan masalah KEP tingkat berat yang timbul setelali
proses yang berlangsung cukup lama yang disebabkan karena asupan gizi
yang rendah, penyakit infeksi, dan disertai dengan pola asuh yang kurang
memadai. Gizi buruk atau severe malnutrition menurut klasifikasi World
Health Organization (WHO) dilentukan berdasarkan indikator antropometri
berat badan menurut tinggi atau panjang badan (BB/PB) yaitu kategori
severe wasting (z-skor BB/PB <-3 median standar) dan ada atau tidaknya
edema.
Sampai saat ini, upaya penanganan KEP yang dilakukan adalah dengan
memberikan asupan gizi protein lebih pada balita melalui susu formula baik
F-7S, F -100 maupun F-135. Pemberian susu fomula ini dilakukan secara
bertahap dengan rentang waktu yang sudah ada standar untuk setiap susu
formula tergantung dengan fase penderita KEP.
Pemberian formula 75, 100 dan 135 pada pasien gizi buruk, diberikan
pada fase stabilisasi, transisi, rehabilitasi serta tindak lanjut. Tujuan tahap
stabilisasi yaitu mencegah teljadinya keadaan lebih buruk yakni
hipoglikemia dan dehidrasi.Pada tahap stabilisasi makanan yang di berikan
dalam bentuk cair, rendah kalori dan protein berupa makanan formula yang
di berikan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan gizi buruk.Adapun
tujuan tahap rehabilitasi yaitu mengejar ketertinggalan berat badan yang di
alami oleh pasien gizi buruk.Makanan yang diberikan pada tahap rehabilitasi
bisa juga berupa makanan lumat.Tujuan tahap lanjutan yaitu
mempertalmnkan pcningkalan status gizi yang telahdicapai atau leblh
meningkat status gizi yang ada dan menyesuaikan dengan pola makanan
yang ada dl rumah.Jadi pemberian formula dapat meningkatkan berat badan
pada pasien gizi buruk.
Berdasarkan penjelasan diatas, KEP merupakan masalah gizi tingkat
berat yang timbul setelah proses yang berlangsung cukup lama yang
disebabkan karena asupan gizi yang rendah, penyakit infeksi, dan disertai
dengan pola asuh yang kurang memadai. Dimana penanganan untuk pasien
KEP ini membutuhkan perawatan dan diet khusus. Maka untuk mengatasi
masalah tersebut dibutuhkan konsumsi diet tinggi energi dan tinggi
protein.Salah satu nutrisi enteral yang bisa digunakan yaitu F-75, F-IOO, F-
l35.

Makanan enteral adalah makanan berkonsistensi cair yang diberikan


melalui alat pencernaan pasien, baik secara oral maupun dengan bantuan
tabung (tube). Makanan enteral diperuntukkan bagi pasien yang
kesadarannya menurun dan pasien yang mengalami kesulitan menelan.
Makanan enteral menjadi juga salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien yang mengalami penurunan nafsu makan. Pemberian makanan
enteral terbukti aman bagi tubuh dan ekonomis (Dietitians Association of
Australia, 2015).Umumnya makanan enteral memiliki kerapatan kalori 1
kkal/mL. dan bersifat isotonik. Dalam formulasi standarmengandung 15-
25% kalori sumbernya adalah susu sapi, telur (putih telur),kedelai dan
gandum. Sumber lemak termasuk minyak jagung, minyak bunga matahari,
kedelai, lemak mentega atau lemak dagingsapi(Akbaylar, 2002).Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Windsor et al., (1998), pemberian makanan
enteral pasien penderita pankreatitis dapat mengurangi paparan toksik dan
stres oksidan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Moore et al., (1991)
pemberian makanan enteral lebih efektif mengurangi tingkat kesakitan
dibandingan pemberian makanan parenteral sebelum pasien dioperasi.Jalur
pemberian makanan enteral dengan bantuan tabung (tube) dapat diberikan
melalui jalur gastric (lambung) yaitu NGT (Naso Gastic
modular, formula elemental (formula monomerik dan oligomerik)
(Nilesh, et al., 2011). Formula polimerik diberikan kepada pasien dengan
penyakit kritis (critical ill). Formulasi standar mengandung 45%-60% kalori
dari karbohidrat, 12%-20% kalori dari protein, dan 30%-40% kalori dari
lemak. Formula ini mengandung karbohidrat, lemak, dan protein dalam
bentuk kompleks. Formula polimerik tidak mengandung laktosa, karena
kandunganlaktosa akan menyebabkan distensi abdomen, kram dan diare
(Nilesh, et al., 2011). Formula polimerik memiliki kerapatan kalori 1
kkal/mLdan bersifat isotonik (Akbaylar, 2002). Formula modular adalah
formula khusus yang hanya terdiri atas satu makronutrien yaitu lemak,
karbohidrat, atau proteinsaja (Nilesh, et al., 2011).Formula elemental
didesain untuk pasien yang mengalami gangguan penyerapan makanan dan
gangguan pencernaan seperti penyakit Chron’s dan sindrom usus pendek.
Formula elemental dibagi menjadi formula monomerik dan oligomerik.
Perbedaan kedua formula tersebut adalah sumber nitrogen, pada formua
monomerik terdiri dari asam-asam amino, sedangkan pada formula
oligomerik tersusun atas dipeptide dan tripeptida. Keduanya
dikombinasikan dengan sumber lemak yang mudah diserap yaitu MCT
(Medium Chain Triglyceride), dan juga penambahan maltodekstrin sebagai
sumber karbohidrat (Nilesh, et al., 2011).Makanan enteral homemadedibuat
dengan mengkombinasikan bahan-bahan makanan seperti seperti susu,
telur, daging, buah dan sayuranyang diblender. Makanan enteral homemade
dapat dibuat di rumah pasien atau di rumah sakit (Mokhalalati, et al., 2004)
dan (Nilesh, et al., 2011).
Makanan enteral homemade memiliki keuntungan diantaranya lebih
ekonomis dan mudah disesuaikan dengan kondisi pasien (Mokhalalati, et al.,
2004).MenurutAsosiasi Dietisien Indonesia(2005), pembuatan formula
enteral didasarkan pada perhitungan kebutuhan zat gizi yang disesuaikan
dengan syarat meliputi karbohidrat 60-70%, protein 15-20% dan lemak 20-
25% yang terdiri dari SAFA <7%, MUFA <13%, PUFA <13%

Hilo (atau HiLo) adalah merek susu yang diproduksi oleh


perusahaan Nutrifood Indonesia. Nama Hilo diduga berasal dari kata "High"
dari High Calcium dan "Low" dari Low Fat yang muncul pada tulisan kemasan
produk pertama HiLo yang dirilis pada tahun 2004. Merek HiLo sendiri
terdiri atas beberapa jenis produk dan umumnya, semua produk yang
dikeluarkan di bawah merek HiLo mengutamakan sifat tinggi kalsium dan
rendah lemak. Beberapa varian produk HiLo juga disuplementasi dengan
kondroitin dan glukosamin. Produk HiLo umumnya dijual dalam bentuk susu
bubuk dalam kemasan 250 g atau 500 g. Komposisi Hilo umumnya terdiri
atas susu skim, susu full cream, perasa (vanila, coklat, atau teh hijau),
campuran vitamin & mineral (vitamin A, B, C, D, E, K),
karboksimetilselulosa, fruktosa, dan pemanis aspartam. Selain HiLo Soleha,
HiLo Teen, dan HiLo Kacang Hijau semua produk HiLo disuplementasi
dengan glukosamin dengan kadar 25-500 mg/saji, dan kondroitin dengan
kadar 6,25-125 mg/saji. (Wikipedia, 2018).
Tepung gula, gula tepung, gula halus atau gula icing adalah gula
pasir yang telah digiling/diblender/dihaluskan menjadi halus sehingga
tebentuk menjadi bubuk gula. Dalam pembuatan tepung gula, biasanya
tepung gula ditambah dengan tepung maizena agar tidak mudah
menggumpal. Tepung gula biasanya digunakan untuk taburan pada
kue (seperti kue putri salju), roti, donat dan pembuatan kue dan roti.
(Wikipedia, 2017).
Minyak kelapa merupakan bagian yang paling berharga dari buah
kelapa dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri atau sebagai
minyak goreng. Minyak kelapa dapat diekstraksi dari daging buah kelapa
atau daging kelapa yang dikeringkan. Kandungan minyak pada kopra
umumnya 60 – 65%, sedangkan daging buah kelapa sekitar 43%
(Suhardiman, 1999).

VI. Metodelogi Penelitian :


1) Alat
 Mangkuk
 Panci
 Sendok
 Timbangan
 Gelas Ukur
 Gelas
2) Bahan
 Susu Hilo teen lactona (134g)
 Gula halus 65g
 Minyak Kelapa 70g
 Air 1000CC
3) Prosedur
1. Timbang bahan formula enteral F-135 sesuai yang dibutuhkan
yaitu susu skim hilo teen, gula halus, dan minyak kelapa.
2. Setelah bahan siap, campur terlebih dahulu minyak kelapa, dan
gula halus hingga tercampur rata.
3. Lalu campur sedikit demi sedikit dengan susu skim hilo
4. Campur rata hingga terlihat tidak ada minyak lagi.
5. Total berat dari semua bahan dibagi 3 hal ini karena frekuensi
pemberian adalah 3 kali sehari lalu bungkus formula tersebut
dengan takaran 1 kali saji. Setiap disajikan ke pasien, buat formula
enteral tersebut dengan air hangat-hangat kuku sedikit demi
sedikit sambil diaduk secara perlahan.
6. Formula yang telah disediakan tersebut harus dihabiskan dalam
waktu kurang dari 4 jam

VII. Hasil dan Pembahasan :


a) Hasil

Bahan Nilai Gizi


Berat (g)
Makanan E (kkal) P (g) L (g) KH (g) Na (mg) K (mg)
Susu Skim 134 536 17.87 83.75 98.3 402 923
Gula Halus 65 215.5 0 0 64.9 0.6 1.3
Minyak Kelapa 70 572.73 0 147.35 0 0 0
Jumlah 1 Hari 269 1324.23 17.87 231.1 163.2 402.6 924.3
Jumlah 1 Pori 89.7 441.41 6 77 54.4 134.2 308.1

b) Pembahasan
 Fase rehabilitasi (minggu ke 3-7)
 Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak
terbatas dan sering
 Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
 Protein 4-6 g/kgbb/hari
 Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan
makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI
tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
 Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemberian diet adalah 3 kali sehari. Maka 1000 ml sehari jika
diberikan 3 kali pemberian, setiap pemberian adalah ± 333 ml. Dengan
energi sebesar 1324,23 kkal dengan 3 kali pemberian, maka jumlah
energi per sajian sebesar 441,41 kkal.
Cara pembuatan formula bubuk yaitu : pertama campurkan
minyak kelapa dan gula halus lalu aduk rata, setelah tercampur rata
tambahkan susu skim lactona. Sedangkan untuk formula cair, campuran
formula bubuk dapat langsung di sedu dengan air hangat-hangat kuku
sedikit demi sedikit sampai 1000 ml sambil diaduk secara perlahan.
Tetapi didalam pembuatan formula kelompok kami menggunakan
minyak kelapa terlalu banyak sehingga minyaknya terlihat sangat jelas
saat sudah dicampur menggunakan air hangat dan disajikan.
F-135 akan menghasilkan total Energi 1324,23 kkal, protein 17,87
gram, lemak 147,35 gram, karbohidrat 163,2 gram, natrium 402,6
kalsium 924,3. Dan nilai gizi per porsi dalam penyajian yaitu energy
441,41 kkal, protein 5,9 gram, lemak 49,11 gram, karbohidrat 54,4 ,
natrium 134,2 mg, kalsium 308,1 mg, air hangat 333.

VIII. Kesimpulan dan Saran :


1. Kesimpulan
 Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak
terbatas dan sering
 Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
 Protein 4-6 g/kgbb/hari
 Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan
makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
 Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
2. Saran
Dalam peraktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan uji viskositas dan
osmolaritas pada formula yang dibuat. Dalam pengerjaannya agar
dilakukan lebih teliti dalam memperhitungan nilai gizi pembuatan
formula yang akan dilakukan. Dan mempersiapkan apa saja yang perlu
dilakukan untuk praktikum.

IX. Daftar Pustaka


 https://dwimarsudi87-krete.blogspot.com/2011/02/terapi-balita-gizi-
buruk.html
 http://repository.unimus.ac.id/1988/3/BAB%20II.pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Tepung_gula
 https://id.wikipedia.org/wiki/HiLo
X. Lampiran

Dosen pembimbing :
1. SUSYANI, S.SiT, M.Kes
2. MUZAKAR, SST, M.PH
3. YUNITA NAZARENA, S.GZ, M.Si

Penanggung Jawab Laporan

Siti Ainun Karmilah Putri


PO.71.31.1.16.033

Anda mungkin juga menyukai