FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
PARU
Oleh :
Pembimbing :
Mengetahui,
Penguji :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjaga jalan napas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil
sekresi lendir yang menumpuk pada jalan napas. Tidak hanya lendir yang
akan disingkirkan oleh refleks batuk tetapi juga gumpalan darah dan benda
asing.1
(TB) terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman - kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi.3
menyebabkan 1,5 juta kematian pada 2013 dan 9 juta orang jatuh sakit.4Pada
tahun 2014, TB membunuh 1,5 juta orang dengan laki – laki 890.000,
Tuberculosis Report WHO (2014), terdapat 6 juta kasus baru dan kurang
dari dua pertiga (63%) dari 9,6 juta orang diperkirakan telah menderita
2
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Sulawesi Utara tercatat ±6889
orang atau 0,3% dari total penduduk mengidap TB dan di Kota Manado
diawali adanya demam, batuk berdarah dan tidak ada nafsu makan sehingga
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mycobacterium tuberculosis (M. tbc). Kuman batang tahan asam ini dapat
mikobakteria patogen, tetapi hanya strain bovin dan human yang patogenik
M. xenopi.9
B. Etiologi
positif atau gram-negatif. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat
kecuali mikobakteria.10
4
Gambar 2.1 Mikroskopik Mycobacterium tuberculosis
Sumber:International Journal of Life Sciences Research. Diagnosis of Pulmonary
Tuberculosis Using Conventional Smear Microscopy and Culture Methods in a
Tertiary Care Hospital.
C. Epidemiologi
menyebabkan 1,5 juta kematian pada 2013 dan 9 juta orang jatuh sakit.4
Pada tahun 2014, TB membunuh 1,5 juta orang dengan laki – laki 890.000,
Tuberculosis Report WHO (2014), terdapat 6 juta kasus baru dan kurang
dari dua pertiga (63%) dari 9,6 juta orang diperkirakan telah menderita TB.5
orang atau 0,3 % dari total penduduk mengidap TB dan di Kota Manado
(0,4%) dan Papua Barat (0,4%), sedangkan Sulawesi Utara sebesar (0,3%),
5
persentasinya sama dengan provinsi Aceh, Bangka Belitung, Jogjakarta,
D. Patofisiologi
yang terinfeksi.3
6
Jika replikasi bakteri tidak terkontrol, tuberkel membesar dan basil
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, yang kadang – kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ
lainnya.3
E. Manifestasi Klinis
1. Infeksi Awal
atau dispenia
yang aktif
negative.
7
3. Progresif Terlambat
anemia
4. Laten
F. Diagnosis
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
pemeriksaan radiologi.14
8
1. Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan Mikrobiologi
a. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit.
zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan.
9
b. Pewarnaan Tan Thiam Hok
sediaandikeringkan di udara.
c. Pewarnaan Fluorokrom
kemudian dicuci dengan air bebas klorin atau H2O destilata dan
10
3. Pemeriksaan Radiologi
gejala.
toraks.
pemeriksaan klinis/laboraturis.
11
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan
dalam posisi berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila
proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral
12
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan
dengan klavikula.
1. Tuberkulosis Primer
pleura.. Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu
13
komplikasi yang mungkin timbul adalah Pleuritis eksudatif,
14
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks
PA dan lateral
15
2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang
dewasa atau timbul reinfeksi pada seseorang yang semasa
kecilnya pernah menderita tuberculosis primer, tetapi tidak
diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari
tuberculosis sekunder7
16
G. Pengobatan
resisten obat akibat monoterapi. Dengan KDT pasien tidak dapat memilih
obat yang diminum, jumlah butir obat yang harus diminum lebih sedikit
dokter juga diperkecil karena berdasarkan berat badan. Dosis harian KDT
17
H. Pencegahan&Pengendalian
dapat mendeteksi kasus – kasus dan menemukan sumber infeksi secara dini.
preventif yang ditujukan baik untuk mereka yang sudah terinfeksi maupun
dari terapi dan keuntungan yang akan diterima oleh individu tersebut.3
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama :Tn. PR
Agama :Islam
Pekerjaan :Wiraswasta
Suku :Minahasa
Anamnesa
Pasien dating dengan keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu. Batuk
disertai dengan darah. Darah yang keluar kurang lebih 1 botol aqua besar
(tadi pagi). Sesak nafas (+) 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Demam (+)
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam turun setelah minum obat
penurun panas namun naik lagi. Mual (+), muntah (-), pusing (+), nyeri ulu
hati (-), keringat malam hari (+), penurunan berat badan (+), BAB dan BAK
19
Pemeriksaan Fisik
20
- Atas Akral hangat
RCT < 2 detik
- Bawah Akral hangat
RCT < 2 detik
Edema tungkai (-)
Kulit Elastis
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hematologi
Leukosit : 14720 uL
Eritrosit : 5.05 10^6/ul
Hb : 13.4 g/dl
Ht : 40.2 %
Trombosit : 280 10^3/ul
MCH : 26.5 pg
MCHC : 33.2 g/dl
MCV : 79.7
Kimia Klinik
SGOT : 28 U/L
SGPT : 18 U/L
Ureum : 28 mg/dl
Creatinin : 0.9 mg/dl
GDS : 103 mg/dl
21
b. Radiologi
Diagnosa
Dilihat dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
menunjukkan bahwa pasien ini menderita TB paru.
Pengobatan
o Medikamentosa:
Berat
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Badan
- Rifampisin 150 mg
22
- INH 75 mg
- Pirazinamid 400 mg
- Etambutol 275 mg
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Djojodibroto D. Respirologi (Respiratory Medicine). 2007 [cited 2015
Oktober 5]. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=pGouqExB2WYC&lpg=PA53&dq=r
eflekss%20batuk&pg=PA52#v=twopage&q&f=true
2. Suharyo. Determinasi Penyakit Tuberkulosis di daerah Pedesaan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2013;1:85-91.
3. Prince SA, Wilson LM. Tuberkulosis Paru – paru. Dalam: Wijaya C, editor.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. EGC; 1995.
4. Article: Digital health for the End TB Strategy: An Agenda for Action.
Available at: http://www.who.int/tb/publications/digitalhealth-TB-
agenda/en/
5. Article: Global tuberculosis report 2015. Available at:
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/
6. Rumanga WR, Rombot DV, Palandeng HMF. Gambaran Autopsi Verbal
Pasien yang Meninggal karena Tuberkulosis di Kota Manado. Jurnal
Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2015.
7. Noer HMS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI; 1996.
8. Karuniawati A, Risdiyani E, Nilawati S, Prawoto, Rosana Y, Alisyahbana B,
et al. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom sebagai
Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan Mikroskopik
Sputum. Kesehatan. 2005;9:29-33.
9. Mims. C, Dockrell. HM, Goering. RV, Roitt.I, Wakelin. D, Zuckerman. M.
Lower respiratory tract infection. Medical Microbiology. 3rd ed. Europe:
Elsevier; 2004. p. 232-5.
10. Brook GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick
& Adelberg. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2007.
11. Ariani NW, Rattu AJM, Ratag B. Faktor – faktor yang berhubungan dengan
Keteraturan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Modayag, Kabupaten Bolaang Mangondow Timur. [Thesis].
[Manado(ID)]: Universitas Sam Ratulangi; 2015.
12. Robert L, Serafino W. Tuberculosis 2: Pathophysiology and microbiology
of pulmonary tuberculosis. South Sudan Medical Journal. 2013;6:10-2.
13. Knechel NA, RN, MSN, ACNP. Tuberculosis: Pathophysiology, Clinical
Features, and Diagnosis. Critical Care Nurse. 2009;29:34-43.
14. Werdhani RA. Patofisiologi, Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkulosis. 2002
[cited 2015 Oktober 5]. Available from:
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf.
15. Wijaya A. Tuberkulosis Paru. 2011 [cited 2015 Oktober 5]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter%20II.pd
f.
16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. 2013 [cited 2015 Oktober 5].
Available from:
http://kncv.or.id/images/xplod/publication/pedoman%20nasional%20pelay
anan%20kedokteran%20%20tuberkulosa%20utk%20web%20(1).pdf.
24
17. Artikel: General Pathology, Infection & Tuberculosis (2013-2014).
Available at:
http://www1.mans.edu.eg/FacMed/english/dept/pathology/lectures/Infecti
n,%20TB.pdf
18. Artikel: Standar Prosedur Operasional Pemeriksaan Mikroskopis TB,
KEMENKES RI 2012. Available at:
http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Media%20Kit/Pedoman%20Lab/Bo
oklet%20SPO%20Mikroskopis%20TB.pdf
19. International Journal of Life Sciences Research. Diagnosis of Pulmonary
Tuberculosis Using Conventional Smear Microscopy and Culture Methods
in a Tertiary Care Hospital. January - March 2015 [cited 2015 Oktober 20].
Available at: www.researchpublish.com
20. Buku Standard Operational Procedures (SOP) in Microbiology. 2000. Hal.
66-71.
21. MentriKesehatan RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). 2009.
Hal. 12-72.
22. Zulkifli A, Asril B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Ed.3
Departemen IPD FKUI. Jakarta 2006. Hal 988-994.
23. American Society for Microbiology. Mycobacterium tuberculosis
Pathogenesis and Molecular Determinants of Virulence. July 2003. p. 463–
496.
24. Johnson. AG, Ziegler. RJ, Fitzgerald. TJ, Lukasewycz. OA, Hawley. LB.
Bacteriology. Kelly. SE, Vogel. NA, Reed. KA, Forsyth. L, Leary JM.
Microbiology and Immunology. 2nd ed. America: Harwal; 1993. p.89-93.
25. Ting WY, Huang SF, Lee MC, Lin, Lee CY, Feng JY, et al. Gender
Disparities in Latent Tuberculosis Infection in High-Risk Individuals: A
Cross-Sectional Study. PLOS One. 2014;9:1-8.
26. Munir SM, Nawas A dan Soetoyo DK. Pengamatan Pasien Tuberkulosis
Paru dengan Multidrug Resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP
Persahabatan. Respirasi Indonesia. 2010;30:92-104.
27. Article: Global tuberculosis report 2014. Available at:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/137094/1/9789241564809_eng.pd
f
28. Article: Overview of Tuberculosis Epidemiology in the United States.
Available at: http://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter1.pdf
29. Artikel: WHO The End TB Strategy 2015. Available at:
http://www.who.int/tb/post2015_TBstrategy.pdf
30. Bhargava1 A, Chatterjee M, Jain Y, Chatterjee B, Kataria A, Bhargava M,
et al. Nutritional Status of Adult Patients with Pulmonary Tuberculosis in
Rural Central India and Its Association with Mortality. PLOS One.
2013;8:1-11.
31. Manalu HSP. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kejadian TB Paru dan
Upaya Penanggulangannya.
32. Artikel: Stop TB - Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia,
KEMENKES RI 2011. Available at:
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/tb/stranas_tb-2010-2014.pdf
25