MODUL
Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
Oleh:
AGUS SUHARSONO
Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan selamat dan terima kasih kepada Penyusun dan semua pihak
yang telah membantu penyelesaian materi modul tersebut.
Plmam Arifin
NIP 196706271992011001
DTSD Pajak II
KUP
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
Latihan ........................................................................................................ 20
Rangkuman ................................................................................................ 20
Tes Formatif................................................................................................ 21
Kewajiban Mendaftar NPWP bagi Wanita Kawin dan Anak Yang Belum
Dewasa ....................................................................................................... 30
Latihan ........................................................................................................ 65
Rangkuman ................................................................................................ 65
Bentuk Pencatatan...................................................................................... 90
Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak Untuk Masa Pajak ....... 106
Ruang Lingkup, Kriteria, dan Jenis Pemeriksaan untuk Tujuan Lain 180
SP2 dan Surat Yang Berisi Perubahan Tim Pemeriksa Pajak .......... 186
Jika Hasil Verifikasi Tidak Terdapat Pajak Kurang Bayar ........ 205
Latar Belakang Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak .............. 216
Jika Ketetapan Pajak Rusak, Tidak Terbaca, Hilang, atau Tidak Dapat
Ditemukan................................................................................................. 222
Jika SPT Menggunakan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat ......... 223
Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak .... 224
Bentuk Dan Isi Nota Penghitungan, Surat Ketetapan Pajak Dan Surat
Tagihan Pajak .................................................................................. 227
SKPPKP Atas Penelitian Terhadap PKP Yang Berisiko Rendah ..... 259
Jika Setelah Terbit SKPLB Terdapat Data Baru Lebih Bayar .................... 260
Surat Tagihan Pajak Atas PKP Gagal Produksi dan Telah Mendapat
Pengembalian Pajak Masukan......................................................... 276
Pembetulan............................................................................................... 313
Upaya Hukum Dalam Pasal 36 Ayat (1) Undang-Undang KUP ................. 345
Upaya Hukum Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang KUP Secara Jabatan... 377
Imbalan Bunga Tahun Pajak 2001 sampai dengan 2007 ................. 439
Imbalan Bunga Tahun Pajak 1995 sampai dengan 2000 ................. 441
Kewajiban Pihak Lain Memberi Data dan Informasi Kepada DJP .... 489
Jenis Data Dan Informasi Yang Wajib Disampaikan Ke DJP ........... 492
Pihak Yang Wajib Menyampaikan Data Dan Informasi Ke DJP ....... 493
Implikasi.................................................................................................... 551
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pembagian Keseluruhan Materi KUP .................................................. 1
Gambar 3-2 Kewajiban Pembukuan atau Pencatatan bagi Wajib Pajak ............ 72
Gambar 9-2 CircumNavigation SKP, STP, & Upaya Hukum ......................... 312
Gambar 9-5 Skema Upaya Hukum Pasal 36 Undang-Undang KUP ................ 346
Gambar 9-6 Proses Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang KUP ........................... 349
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Jangka Waktu Pendaftaran NPWP .................................................... 38
Tabel 4-1 Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak ........................... 106
Tabel 7-1 Bentuk Dan Isi Nota Penghitungan, Surat Ketetapan Pajak dan Surat
Tagihan Pajak ................................................................................. 227
Tabel 9-2 Syarat Pengajuan Surat Permohonan Keberatan Sebelum dan Sesudah
Tahun 2007 ..................................................................................... 329
Tabel 10-2 Imbalan Bunga karena Keberatan, Banding, atau Peninjauan Kembali
........................................................................................................ 444
Tabel 11-1 Perkembangan Bab Ketentuan Khusus Undang-Undang KUP ...... 473
Tabel 11-2 Instansi Pemerintah, Lembaga, Asosiasi, Dan Pihak Lain Yang Wajib
Memberikan Data Dan Informasi Kepada DJP ................................ 494
Tabel 11-4 Tindak Pidana, Sanksi, dan Dasar Hukum ..................................... 513
Study Tip
DTSD Pajak II
xxii
KUP
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Diklat Teknis Substantif Dasar (DTSD) Pajak merupakan diklat tingkat dasar yang
diperuntukkan bagi semua pagawai yang baru masuk dalam organisasi Direktorat
Jenderal Pajak. DTSD Pajak ada dua jenis, yaitu DTSD Pajak I untuk pegawai
yang masuk pada golongan II dan DTSD Pajak II untuk pegawai baru yang masuk
pada golongan III. Modul ini berada pada lingkungan DTSD Pajak I untuk pegawai
yang baru lulus dari Program Diploma III Akuntasi Pemerintahan Sekolah Tinggi
Akuntansi Pemerintahan.
Tujuan Diklat ini menciptakan para pegawai Direktorat Jederal Pajak yang dapat
menjelaskan ketentuan hukum formal maupun hukum material. Hukum formal di
bidang perpajakan adalah Undang-Undang KUP. Untuk memudahkan
pemahaman dan proses pembelajaran kelompok KUP dibuat menjadi lima bagian
yaitu 1) Modul KUP 1: Pengantar KUP, NPWP/PKP, Pembayaran, dan Pelaporan
Pajak; 2) Modul KUP 2: Pembukuan, Pemeriksaan, dan Verifikasi; 3) Modul KUP
3: SKP, STP, dan Penagihan; 4) Modul KUP 4: Upaya Hukum dan Imbalan
Bungga; dan 5) Modul KUP 5: Ketentuan Khusus dan Ketentuan Pidana.
Pembagian dalam keseluruhan materi diklat kelompok KUP terlihat dalam Gambar
1.
1
KUP
Prasyarat Kompetensi
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Relevansi Modul
Modul KUP bagi Account Representative Dasar ini sangat bermanfaat bagi peserta
diklat khususnya calon AR. Pemahaman pengetahuan teknis perpajakan
khususnya KUP sangat diperlukan oleh AR dalam melaksanakan tugas. Terlebih
dalam memberikan bimbingan maupun himbauan kepada Wajib Pajak dalam
rangka mengamankan penerimaan pajak. Sebagai ujung tombak dalam
memberikan konsultasi perpajakan sekaligus menghimpun dana untuk
pembiayaan keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, peserta
diklat yang telah memahami modul ini diharapkan dapat mempraktikkan
pengetahuannya secara optimal pada saat nanti diangkat menjadi AR. Keadaan
ini tentunya akan memberikan dampak positif terhadap pelayanan kepada Wajib
Study Tip
Modul adalah gudang ilmu, membaca
adalah pintu masuknya
3
KUP
KEGIATAN
SISTEMATIKA UNDANG-UNDANG BELAJAR 1
Indikator Keberhasilan
Menguraikan Ketentuan Umum
Menjelaskan dan Self Assestment
Merangkum CircumNavigation UU KUP
Bagi kita yang mempunyai latar belakang pendidikan hukum mempelajari Undang-
Undang KUP beserta aturan pelaksanaannya tidak begitu sulit karena kita terbiasa
membaca pasal-pasal sebuah aturan dan belajar cara menafsirkan sebuah
peraturan. Namun harus disadari bahwa pegawai DJP tidak semua, kalau tidak
boleh disebut sebagian besar, berlatar belakang pendidikan hukum. Tidak jarang
latar belakang mereka adalah akuntansi, ekonomi, manajemen, teknik, pertanian,
informatika, perpustakaan, bahkan sarjana statistik. Bagi mereka yang disebut
belakangan mempunyai kesulitan tersendiri dalam mempelajari maksud
peraturan, mereka biasanya menyebutnya sebagai pelajaran ‘anak IPS’ yang
sangat dihindari ketika di SMU. Tetapi setelah masuk sebagai pegawai DJP mau
tidak mau merka harus bisa dan paham membaca dan memahami undang-undang
perpajakan, salah satunya Undang-Undang KUP.
tidak banyak yang paham bahwa secara gramatikal self assessment disebut dalam
penjelasan umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan. Kegiatan Belajar ini akan membahas bahwa sebenarnya
self assessment yang dianut Indonesia bukan self assessment murni tetapi ada
unsur official assessment dan with holding tax sehingga disebut sebagai Self
Assessment++™.
Hukum dapat dibagi menjadi hukum pajak formal dan hukum material, demikian
juga hukum pajak dibagi hukum pajak formal dan hukum pajak material. Hukum
pajak formal adalah hukum pajak yang mengatur tentang bagaimana caranya
hukum pajak material bisa dijalankan dan menjadi nyata. Hukum pajak formal
memuat antara lain cara pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP, cara
pembukuan, cara pemeriksaan, sanksi administrasi, cara penagihan, hak dan
kewajiban Wajib Pajak, cara penyidikan, dan sanksi pidana. Undang-undang pajak
yang termasuk hukum pajak formal adalah sebagai berikut.
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 16 Tahun
2000.
UU No. 19 Tahun 1997 sebagaimana teah diubah dengan Undang-undang
No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pengadilan Pajak.
Perlu diketahui bahwa dalam praktek pemisahan hukum pajak formal dan hukum
pajak material tidak murni benar-benar dipisahkan. Akan tetapi ada juga yang
5
KUP
Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat antara lain norma-
norma yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-
peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan
pajak, berapa besarnya pajak, kapan timbulnya pajak, berapa besarnya tarif dan
pajak yang harus dibayar, hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara
pemerintah dan wajib pajak. Undang-undang pajak yang termasuk dalam hukum
pajak material ialah sebagai berikut.
Lembaran Negara nomor 3312, yang telah berkali-kali diubah terakhir dengan
UU Nomor 12 Tahun 1994.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai diundangkan
Lembaran Negara Nomor 69 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara
nomor 3313.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah diundangkan Lembaran Negara Nomor 41 Tahun 1998.
Hindia Belanda, yang setelah merdeka menjadi Indonesia, dijajah Belanda selama
tiga setengah abad sehingga membuat aturan hukum yang cukup banyak, juga
hukum pajak, antara lain: Aturan Bea Meterai tahun 1921, Ordonansi1 Pajak
Perseroan tahun 1925, Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932, dan Ordonansi
Pajak Pendapatan tahun 1944. Hanya saja hukum pajak warisan kolonial tersebut
dibuat semata-mata hanya untuk menghimpun dana bagi Pemerintah Penjajah
dalam rangka mempertahankan dan memperbesar kekuasaannya di tanah air kita.
Pemungutan pajak saat itu dirasakan oleh rakyat sebagai beban yang berat, sebab
baik penetapan jumlah pajak, jenis pajak maupun tata cara pemungutannya
dilaksanakan di luar rasa keadilan tanpa menghiraukan kemampuan serta
menambah beban penderitaan dan jauh dari pertimbangan dan penghargaan
kepada hak asasi rakyat. Pajak hanyalah merupakan kewajiban semata-mata
yang harus dilaksanakan rakyat secara patuh. Ciri dan corak sistem pemungutan
pajak jaman kolonial antara lain:2
1Ordonansi adalah peraturan pemerintah; surat pemerintah; peraturan kerajaan Jaman Hindia Belanda
2Penjelasan Umum UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP
7
KUP
Selain itu jaminan dan kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban perpajakan
bagi Wajib Pajak lebih diperhatikan, dengan demikian dapat merangsang
peningkatan kesadaran dan tanggung jawab perpajakan di masyarakat. Tugas
administrasi perpajakan tidak lagi seperti yang terjadi pada waktu yang lampau,
dimana administrasi perpajakan meletakkan kegiatannya pada tugas
merampungkan/menetapkan semua SPT guna menentukan jumlah pajak yang
terhutang dan jumlah pajak yang seharusnya dibayar, tetapi menurut ketentuan
undang-undang ini administrasi perpajakan, berperan aktif dalam melaksanakan
pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugas-tugas
pembinaan, penelitian, pengawasan, dan penerapan sanksi administrasi.
Pembinaan masyarakat Wajib Pajak dapat dilakukan melalui berbagai upaya,
antara lain pemberian penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media
masa maupun penerangan langsung dalam masyarakat.
9
KUP
Self Assessment++
b. Ada kerja sama antara Wajib Pajak dan Fiskus, tetapi fiskus sebagai
penentu terakhir dalam bentuk pemberitahuan sederhana dari Wajib Pajak
dan pemberitahuan yang lengkap dari Wajib Pajak.
c. Fiskus menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang
terhutang.
Sistem pemungutan pajak sampai dengan tahun 1967 inisiatif dan kegiatan
dalam penghitungan dan pemungutan pajak sebagian besar ada pada fiskus
(huruf b dan c). Cara tersebut berasal dari jaman Hindia Belanda, dan juga
masih berlaku di Belanda. Sejak disadari, bahwa tatacara pemungutan pajak
dengan sistem tersebut jalannya seret, timbulah gagasan untuk mengubahnya
menjadi self assessment. Sistem self assessment dilakukan antara lain di
Amerika Serikat dan Jepang. Dalam self assessment, kegiatan pemungutan
pajak diletakkan kepada aktivitas dari Wajib Pajak untuk menghitung sendiri
besarnya pendapatan/kekayaan/laba, dan menghitung sendiri besarnya pajak
Pendapatan/Kekayaan/Perseroan yang terutang dan menyetorkannya ke kas
negara. Self assessment dibedakan antara self assessment murni dan semi
self assessment. Self assessment murni berarti menghitung, dan menyetor
pajak sendiri, yang menjadi dasar MPS, sedangkan semi self assessment
pada dasarnya adalah pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri tetapi dihitung
dan disetorkan ke kas negara oleh orang lain, yang menjadi dasar MPO
(Brotodiharjo, 1987, hal. 64-66).
11
KUP
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga sistem
pemungutan pajak yaitu self assessment, official assessment, dan with holding.
Penjelasan Umum Undang-Undang KUP menjelaskan bahwa sistem perpajakan
yang dipakai Indonesia adalah self assessment dan karena kedudukan Undang-
Undang KUP akan menjadi "ketentuan umum" bagi perundang-undangan
perpajakan yang lain maka perlu ditelisik apakah dalam perundang-undangan
perpajakan lain tersebut menerapkan self assessment.
Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang PPN Tahun 1984 mengatur bahwa Pengusaha
yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf
a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h Undang-Undang PPN Tahun 1984, kecuali
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang. PPN adalah pajak
tidak langsung, jadi sebenarnya yang membayar pajak adalah pembeli tetapi yang
wajib memungut, menyetor, dan melaporkan adalah PKP. Jadi, untuk PPN lebih
tepat jika sistem yang digunakan bukan self assessment tetapi ada unsur with
holding. Pembedaan tersebut juga bisa ditilik dari penggunaan frasa bagaimana
kontribusi wajib kepada negara dilaksanakan. Self assessment mengunakan kata
membayar, sedangkan menyetor digunakan untuk pembayaran uang pajak dalam
kas negara oleh orang atau badan yang diberi wewenang memotong pajak dari
wajib pajak yang dituju atau destinataris (Sumitro, 1991, hal. 77).
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang PPh mengatur bahwa pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama
dan bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri wajib dilakukan oleh pemberi kerja, bendahara pemerintah, dana pensiun,
badan yang membayar honorarium, dan penyelenggara kegiatan. Pasal 22 ayat
(1) huruf a Undang-Undang PPh mengatur bahwa Menteri Keuangan dapat
menetapkan bendehara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang. Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang PPh
mengatur bahwa atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan.
Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa apabila Dirjen Pajak
mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut SPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Dirjen Pajak menetapkan jumlah pajak
yang terutang. Ketentuan ini menjadi dasar kewenangan Dirjen Pajak untuk
menerbitkan ketetapan pajak, dan adanya ketetapan pajak merupakan ciri sistem
official assessment.
Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa STP, SKPKB, serta
SKPKBT, dan SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal
diterbitkan. Jika cara kontribusi wajib ke kas negara untuk self assessment adalah
13
KUP
membayar sedangkan untuk with holding adalah membayar maka untuk official
assessment adalah melunasi.
Harus disadari bahwa Undang-Undang KUP bukan hanya untuk pegawai DJP
tetapi semua Wajib Pajak idealnya harus memahaminya karena pajak adalah
kewajiban semua warga negara. Namun, mempelajari Undang-Undang KUP
bukanlah sekedar membaca teks tulisannya saja karena ada penalaran dan
penafsiran hukum untuk memahaminya. Jika Anda mempelajarinya dengan cara
membaca pasal demi pasal secara berurutan bagaikan Anda mendapat
penjelasan menuju lokasi yang belum Anda ketahui secara lisan di telepon. Ingat,
dibalik setiap amplop undangan pernikanan selalu ada gambar denah yang
walaupun sangat tidak presisi untuk disebut sebagai peta tapi membantu Anda
mencapai lokasi yang dituju. Demikian juga dalam mempelajari Undang-Undang
KUP Anda juga perlu sebuah peta agar memahami gambar besarnya terlebih
dahulu baru kemudian mempalari detail-detailnya. Berdasarkan pengalaman
mengajar di Pusdiklat Pajak penulis menemukan metode mempelajari Undang-
Undang KUP dengan sebuah peta yang akhirnya kami sebut sebagai
CircumNavigation Undang-Undang KUP sebagaimana dalam Gambar 1-3.
Metode itu yang digunakan sebagai pendekatan memahami Undang-Undang KUP
dalam buku ini.
15
KUP
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
5. PKP adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atua penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya.
6. NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu satu Tahun Pajak.
6 Angka 98 Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011 mengatur bahwa ketentuan umum berisi: a. Batasan pengertian
atau definisi, b. Singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau definisi,
dan/atau hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya
anatara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri
dalam pasal atau bab.
17
KUP
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
11. SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
12. SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak.
13. SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahunn Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
14. SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
15. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi SKPKB,
SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau SKPLB.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
20. STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat
Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahunn berjalan tidak atau
kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut,
ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Kredit Pajak untuk PPN adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, ang dikurangkan
dari pajak yang terutang.
24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan
yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadisuatu tindak pidana di bidang
perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian SPT dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian
tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan DJP
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah SK yang membetulkan kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat
ketetapan pajak, STP, SK Pembetulan, SK Keberatan, SK Pengurangan
Sanksi Administrasi, SK Penghapusan Sanksi Administrasi, SK Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Pembatalan Ketetapan Pajak, SK Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau SK Pemberian Imbalan Bunga.
19
KUP
Latihan
Rangkuman
Sebagai Negara bekas jajahan Belanda masih banyak berlaku hokum tinggalan
colonial yang sudah tidak sesuai lagi dengan Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka, termasuk hokum pajak. Untuk itulah perlu dibuat hokum pajak yang
sesuai dengan ciri dan corak tersendiri yaitu pemungutan pajak merupakan
perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional, tanggung jawab atas kewajiban
pelaksanaan pajak, anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk
dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terhutang (self assesment).
Tes Formatif
Isilah titik-titik dalam soal dengan pilihan jawaban yang tersedia. Ingat! Jumlah
jawaban lebih banyak dari jumlah soal dan hanya ada satu jawaban yang tepat.
Soal Jawaban
1. Pelaksanaan kewajiban perpajakan, dalam banyak A. jaman kolonial
hal sangat tergantung dari pelaksanaan B. jaman awal
administrasi perpajakan yang dilakukan oleh kemerdekaan
aparat perpajakan, merupakan ciri dan corak C. Hindia Belanda
system pemungutan pajak .... D. reformasi Undang-
Undang Pajak
2. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari
tahun 1983
pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib
E. self assesment
Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
F. official assessment
melaksanakan kewajiban perpajakan yang
21
KUP
Bandingkan hasil jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang ada
di bagian akhir modul ini. Hitung jumlah jawaban Saudara dengan benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman
Saudara terhadap materi kegiatan belajar ini.
23