STABNsriwijaya 1508892701 PDF
STABNsriwijaya 1508892701 PDF
ARTIKEL SKRIPSI
Oleh:
MELANI METTA DEWI
NIM 0250113010530
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena banyaknya kasus kenakalan remaja yang
terjadi di Indonesia yang merupakan masalah utama penyebab rusaknya generasi
bangsa yang akan datang. Salah satu faktor penyebab terjandinya kenakalan remaja
adalah didikan dasar spiritual orangtua terhadap anak yang kurang menyebabkan
seorang anak dapat melakukan kenakalan remaja. Dalam ajaran Buddhis didikan
moralitas yang terkandung dalam pemahaman nilai-nilai pancasila Buddhis
merupakan dasar utama yang harus diberikan terhadap anak sebagai acuan agar anak
dapat berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Sang
Buddha. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila Buddhis
terhadap kenakalan remaja di SMK Dharma Widya Tangerang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode ex post facto.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua langkah
purposive sampling dan random sampling. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner dengn skala likert dan diujicobakan di SMK Ariya Metta Tangerang.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Dharma Widya Tangerang, dengan responden
berjumlah 93 siswa. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai probabilitas
0,000 < 0,180, yang artinya H0 diterima hal tersebut menunjukkan tidak ada pengaruh
antara pemahaman nilai-nilai pancasila Buddhis terhadap kenakalan remaja.
Sumbangan (R Squqre) pemahaman nlai-nilai pancasil Buddhis terhadap kenakalan
remaja siswa Dharma Widya Tangerang adalah sebesar 0,017 atau sebesar 0,017%.
Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunaka SPSS, mendapatkan persamaan
yaitu Y= 92,604 + 0,073X.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh pemahaman nilai-nilai pancasila Buddhis terhadap kenakalan remaja siswa
SMK Dharma Widya. Saran peneliti agar meningkatkan pembelajaran Pendidikan
Agama Buddha khususnya dalam materi pancasila Buddhis, sehingga siswa lebih
mengerti dan paham dalam mempraktikan pemahaman nilai-nilai pancasila Buddhis
dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci: Pancasila buddhis dan Kenakalan remaja
ABSTRACT
Menurut Desmita (2008: 189) istilah remaja berasal dari bahasa latin
menjadi dewasa. Sedangkan menurut bahasa aslinya, remaja sering dikenal dengan
mempunyai arti yang lebih luas mencangkup kematangan mental, emosional, sosial
dan fisik.
Seperti halnya semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan
sesudahnya. Menurut Hurlock (2015: 207), remaja mempunyai ciri-ciri yaitu masa
remaja sebagai: (a) priode yang penting, (b) periode peralihan, (c) periode perubahan,
(d) usia bermasalah, (e) masa mencari identitas, (f) usia yang menimbulkan kekuatan,
(g) masa yang tidak realistik, dan (h) ambang masa dewasa.
Menurut Hurlock dalam Sofyan S. Willis (2014: 89) kenakalan anak dan
remaja bersumber dari moral yang sudah berbahaya atau beresiko (moral hazard).
Menurutnya, kerusakan moral bersumber dari: (1) keluarga yang sibuk, keluarga
retak, dan keluarga dengan single parent di mana anak hanya diasuh oleh ibu; (2)
menurunnya kewibawaan sekolah dalam mengawasi anak; (3) peranan agama tidak
dibagi atas beberapa tahapan. Menurut Jansen (Sarlito Wirawan Sarwono, 2016 :
256), bentuk-bentuk kenakalan remaja dibagi menjadi empat jenis yaitu kenakalan
melawan status. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain,
merupakan kenakalan yang memberikan dampak negatif pada orang lain seperti :
pelanggaran terhadap nilai moral dan agama yang secara tidak langsung akan
menimbulkan dampak pada pembentukan citra diri dan potensi yang dimilikinya.
Secara umum ada beberapa faktor penyebab kenakalan remaja menurut Jamal
Ma’mur Asmani (2011: 123) yaitu hilangnya fungsi keluarga dalam mendidik anak-
internalisasi nilai, moral, dan mental siswa, pengaruh negatif dari media cetak atau
fungsi keluarga, sebagai lingkungan utama anak mendapat segala macam pendidikan
dasar moral dan etika dari orangtua. Peran keluarga sangat penting dalam mendidik
keluarga akan hilang bila sudah tidak lagi memperhatikan pendidikan anak, baik dari
menurut Adler dalam Kartini Kartono (2014: 21) bentuk-bentuk kenakalan remaja
membahayakan jiwa diri sendiri serta orang lain. Perilaku ugal-ugalan, brandalan,
urakan yang mengacaukan ketentraman milieu sekitar. Tingkah ini bersumber pada
kelebihan energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror
lingkungan. Perkelahian antar geng, kelompok, sekolah, suku (tawuran), sehingga
Dalam menghadapi masa remaja, ada beberapa hal yang harus selalu dingat,
yaitu bahwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak (strum und drang) dan bahwa
lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat
(khususnya di kota-kota besar dan daerah yang sudah terjangkau sarana dan prasarana
anomie). Kondisi internal dan eksternal yang sama-sama bergejolak inilah yang
menyebabkan masa remaja memang lebih rawan daripada tahap-tahap lain dalam
dirinya secara optimal, usaha yang dilakukan yaitu menciptakan kondisi lingkungan
Dalam agama Buddha “sῑla” berarti “moral, kebajikan atau perbuatan baik”.
Sῑla sendiri dalam ajaran Buddha adalah etika buddhis, petunjuk dan latihan moral
yang membentuk perilaku yang baik. Menurut kosakata bahasa pali “sῑla” dalam
pengertian pandangan yang lebih luas adalah “etika” dan dalam pengertian sempit
Batin yang bebas dari penyesalan akan mendapatkan ketenangan dan akan mudah
Walse, 2009 : 208), Sang Buddha bersabda kepada Ananda “Ananda sῑla memiliki
tiada penyesalan sebagai tujuan dan buahnya” Sang Buddha bersabda kepada
gharavasa (perumah tangga) tentang faedah dari sila, sebagai berikut: (a) sῑla
menyebabkan seseorang banyak harta dan kekayaan (b) nama dan kemasyuran akan
tersebar luas (c) dia menghadiri setiap pertemuan tanpa ketakutan atau keragu-raguan,
karena menyadari bahwa ia tidak akan dicela atau didakwa orang banyak (d) sewaktu
akan meninggal dunia hatinya tentram, dan (e) akan terlahir dalam alam surgawi.
Kebajikan seseorang tidak terbatas pada penampilan luar saja yang terdiri dari
fisik saja, akan tetapi tergantung dari perilaku (kamma) individu tersebut. Perbuatan
baik dapat diibaratkan seperti tumbuhnya pohon, karena pohon akan tumbuh dengan
baik bila disokong dengan air, udara, pemupukan serta pemeliharaan yang baik.
Demikian juga perbuatan yang dilakukan dengan baik harus didasari dengan faktor
Pancasῑla berasal dari dua kata yaitu panca dan sῑla. Panca berarti lima, sila
berarti sikap, tingkah laku dan praktek moral. Jadi Pancasῑla adalah lima adat
kebiasaan atau praktek moral dalam agama Buddha. Pancasῑla adalah latihan moral
tahap pertama dari seseorang yang akan memasuki kehidupan beragama menurut
agama Buddha. Sῑla bila dilaksanakan dengan baik akan membawa kehidupan dengan
penuh kebahagiaan. Pancasῑla Buddhis digunakan untuk seseorang memasuki
banyak manfaat bagi yang menjalankannya. Menutut Sang Buddha dalam Samyutta
Nikaya, Pancasikkhapada Sutta (Bodhi, 2010: 693) tentang lima aturan latihan yaitu
(1) menghindari menghancurkan kehidupan; (2) mengambil apa yang tidak diberikan;
yang minimal, berarti mereka telah memotong akar kelahirannya sebagai manusia.
Sang Buddha dalam Dhammapada, Mala Vagga 246 (2005: 109) bersabda:
“Siapa saja yang memusnahkan mahkluk hidup, berkata tidak benar di ala mini,
mengambil yang tidak diberikan kepadanya atau pergi bersama istri orang lain (untuk
memuaskan nafsu-indria yang salah) dan memuaskan diri demikian, memotong akar
(kebajikan) dalam dirinya di ala mini.”
menentukan apakah ia akan terlahir sebagai dewa, atau manusia yang beruntung
lima dasar moralitas yang dimiliki siswa-siswi dalam memahami pengertian dari
pancasila Buddhis, isi dari pancasila Buddhis, manfaat yang diperoleh dari
kehidupan sehari-hari.
Metode Penelitian
dengan metode kuantitatif, yaitu semua informasi di wujudkan dalam bentuk angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, penampilan hasilnya
dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan dengan cara mencari
besarnya variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Mei 2017 sampai dengan Juni 2017 di SMK Dharma Widya Jalan Rawa
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua langkah
kuesioner dengn skala likert dan diujicobakan di SMK Ariya Metta Tangerang.
product moment dan karl person, dengan taraf signifikansi 0,05. Nilai yang dibawah
0,05maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. Uji reliabilitas digunakan untuk
(dependent). Data tersebut dianalisis dengan aplikasi IBM SPSS Statistic Version 24.
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan program SPSS versi 24,
didapatkan Hipotesis nol (Ho) dalam penelitian ini diterima ,sedangkan hipotesis
alternatif (H1) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
SMK Dharma Widya. Hasil penelitian yang tidak signifikan (Tidak ada pengaruh
remaja) berarti bahwa data sample yang dikumpulkan tidak berhasil membuktikan
antara pemahaman nilai-nilai panacasila Buddhis (X) dengan kenakalan remaja (Y).
Menurut Wahyu Wardiso, secara teori ada beberapa faktor yang menyebabkan
hasil uji statistik tidak signifikan, antara lain: faktor Outliers (Kesalahan Data), faktor
alat ukur yang kurang valid dan reliabel, dan faktor jumlah faktor yang terlalu kecil.
Faktor pertama adanya Outliers (Kesalahan Entry Data) yang dilakukan oleh
peneliti dalam penelitian yang menjadi penyebab hasil uji statistik tidak signifikan
diyakini tidak menjadi penyebab dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini diyakini
tidak ada kesalahan entry data. Hal tersebut di perkuat dengan adanya audit terhadap
keseluruhan proses penelitian (Termasuk Entry Data) yang dilakukan oleh dosen
pembimbing, sehingga dapat dinyatakan bahwa kesalahan Entry data tidak menjadi
Faktor adanya uji prasyarat analisis yang tidak dipatuhi juga dipastikan tidak
menjadi penyebab dalam penelitian ini. Hal tersebut terbukti dengan dilakukannya uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji linieritas yang telah dijelaskan di atas.
Hasil uji prasyarat menyatakan bahwa data penelitian berdistribusi normal dan
terdapat hubungan yang linier antara variabel (X) dengan variabel (Y). Hal tersebut
menunjukan bahwa penelitian ini telah melakukan prasyarat dan hasilnya memenuhi
Faktor tolak ukur yang kurang valid dan reliabel juga dipastikan tidak menjadi
nilai-nilai pancasila Buddhis dan telah instrumen kenakalan remaja yang digunakan
dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas mengunakan korelasi
pearson product moment dan koefisien reliabilitas alpha cronbach. Hasil dari
pengujian tersebut menyatakan bahwa instrumen dalam penelitian ini valid dan
reliabel.
dilakukan uji statistik memang telah terbukti bahwa tidak ada pengaruh pemahaman
remaja) kemungkinan adalah jumlah sample yang digunakan dalam penelitian yang
Mengapa?. https://teorionline.wordpress.com/2012/09/06/hipotesis-tidak-terdukung-
dalam tiga kriteria tinggi, sedang, dan rendah. Dengan frekuensi dan persentase tinggi
sebesar 16 atau 17,20%, sedang sebesar 66 atau 70,96%, dan rendah sebesar 11 atau
11,82%. Data tersebut menunjukan bahwa hanya 17,20% siswa SMK Dharma Widya
Buddhis dapat timbul dari beberapa permasalahan antara lain kurangnya perhatian
orang tua, minat pergi ke vihara yang kurang, dan penanaman spiritual dari orangtua
di lingkungan keluarga. Hal terebut didapat dari hasil wawancara terhadap kepala
sekolah.
Selanjutnya dalam variabel kenakalan remaja (Y) kriteria terbagi menjadi tiga,
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dengan frekuensi dan presentase tinggi sebesar 18
atau 19,35% siswa memiliki kenakalan remaja dalam kategori tinggi, sedang sebesar
63 atau 67,74% siswa memiliki kenakalan remaja dalam kategori sedang, dan siswa
memiliki kategori rendah sebesar 12 atau 12,90%. Data tersebut menunjukan bahwa
sebagian besar siswa SMK Dharma Widya memiliki kenakalan remaja dalam
kategori tinggi. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian semua pihak baik siswa,
orang tua, wali kelas, guru agama, guru-guru, kepala sekolah, dan semua stake holder
terkait untuk berusaha mengubah kondisi tersebut. Jika kondisi tersebut tidak segera
ditangani maka ada kemungkinan kenakalan remaja siswa SMK Dharma Widya akan
semakin meningkat.
melakukan kenakalan remaja. Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohisoh
bahwa terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap kenakalan remaja. Oleh
karenanya, orang tua siswa di SMK Dharma Widya harus meningkatkan perhatian
kenakalan remaja yakni sebesar 0,017 atau 0,17% masuk dalam kategori sangat
rendah dilihat dari tabel kriteria koefisien regresi sedangkan sisanya 99,83%
merupakan sumbangan dari faktor lain. Faktor lain ini meliputi hal yang tidak diteliti
dalam penelitian ini yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan
eksternal tidak diteliti karena penelitian ini hanya memiliki fokus pada variabel
remaja yang hanya sebesar 0,17%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman
siswa SMK Dharma Widya, mengingat masih banyak faktor lain yang dapat
nilai-nilai pancasila Buddhis terhadap kenakalan remaja pada siswa SMK Dharma
Widya sangat kecil bukan berarti hak tersebut dapat diabaikan. Semua pihak terutama
orang tua dan guru agama Buddha harus tetap meningkatkan pemahaman nilai-nilai
pancasila Buddhis siswa SMK Dharma Widya sehingga dapat turut membantu
Berdasarkan tabel 4.12 nilai konstanta sebesar 92,604 artinya jika pemahaman
nilai-nilai pancasila Buddhis (X) memiliki nilai 0 maka tingkat kenakalan remaja (Y)
pancasila Buddhis (X) sebesar 0,073 artinya jika pemahaman nilai pancasila Buddhis
naik 1 maka tingkat kenakalan remaja mengalami peningkatan sebesar 0,073. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,217 > 0,05, yang artinya
Faktor lain yang mendukung analisis data sehingga hipotesis dapat diterima
adalah terpenuhinya uji persyaratan analisis. penelitian ini menggunakan dua uji
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji linier. Keabsahan data, terpenuhinya uji
penelitian ini keabsahan data dan uji prasyarat telah terpenuhi. Faktor lain yang
mendukung keberhasilan penelitian ini adalah antusias yang baik dari siswa SMK
Buddhis tidak memiliki pengaruh terhadap kenakalan remaja yang terjadi pada siswa
kelas XI di SMK Dharma Widya Tangerang. Kenakalan remaja pada siswa SMK
Dharma Widya lebih di pengaruhi oleh faktor luar seperti kurangnya perhatian orang
Daftar Pustaka
Boddhi. 2010. The Connected Of The Buddha (Samyutta Nikaya II) Volume II.
Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Agama Buddha untuk perguruan Tinggi Agama
Buddha. Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi.
Tim Penerjemah kitab suci agama Buddha. 1992. Sutta Pitaka digha nikaya. Jakarta:
CV. Danau Batur.
Wahyu Wardiso. 9 September 2017. Hasil Uji Statistik tidak Signifikan, Mengapa?.
www.widhiarso.staff.ugm.ac.id.