Anda di halaman 1dari 11

RESUME

AKUNTANSI PERBANKAN & LPD


BANK GRAMEEN
Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E., M.M., Ak., CPA

Oleh:
Sylvia Okta Miranatha
1707532086/31

PROGRAM STUDI S1 REGULER DENPASAR AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Yunus

Muhammad Yunus lahir pada tahun 1940 di Chittagong, adalah seorang bankir dari
Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil
untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum. Yunus
mengimplementasikan gagasan ini dengan mendirikan Grameen Bank (Yunus, 2008:48). Ia juga
memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XII 2001. Ia terpilih sebagai penerima Penghargaan
Perdamaian Nobel (bersama dengan Grameen Bank) pada tahun 2006.

Yunus belajar di Chittagong Collegiate School dan Chittagong College. Kemudian ia


melanjutkan ke jenjang Ph.D. di bidang ekonomi di Universitas Vanderbilt pada tahun 1969.
Selesai kuliah, ia bekerja di Universitas Chittagong sebagai dosen di bidang ekonomi. Saat
Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada tahun 1974, Yunus terjun langsung memerangi
kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat
membutuhkannya. Ia yakin bahwa pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan
yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidup. Dan pada tahun 1976, Yunus
mendirikan Grameen Bank yang memberi pinjaman pada kaum miskin di Bangladesh.

B. Konsep Pegentasan Kemiskinan

Yunus menggunakan “mata cacing” yaitu melihat kemiskinan dari jarak yang sangat dekat.
Dengan perjuangan yang sangat gigih, Yunus harus mewawancarai para perempuan calon
peminjam yang dijembatani seorang mahasiswi yang bolak-balik menyampaiakan pertanyaan dan
jawaban ke Yunus, karena pertemuan antara perempuan dengan pria yang tidak dikenalnya
dilarang oleh ketentuan purdah. Kemiskinan menurut filosofi Grameen tidak hanya disebabkan
oleh minimnya keterampilan, karena keterampilan tidak berbanding lurus dengan kualitas hidup
seseorang. Dengan kata lain keterampilan bukan ukuran posisi sosial ekonomi seseorang.
Keterampilan pun memerlukan dana untuk menatanya. Sementara orang miskin tidak memiliki
cukup dana untuk itu. Kalaupun ada sumbangan, itu tidak menuntut pertanggung jawaban, bahkan
menciptakan ketergantungan, seperti Bantuan Langsung Tunai yang pernah dilakukan pemerintah.
Keluarnya seseorang dari kemiskinan menuntut inisiatif dan kreatifitas.

1
Menurut Yunus, salah satu hal yang penting dalam pengentasan kemiskinan adalah
pemberdayaan langsung kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Dan kelompok
wanita, menurut Yunus, merupakan kelompok yang bisa berpotensi untuk diberdayakan. Seperti
yang kami lakukan di Grameen Bank dengan memberi kredit pada wanita yang ternyata cukup
efektif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat karena kaum wanita mempunyai kelebihan
dalam manajemen keuangan. Yunus adalah seorang profesor ekonomi yang mengaku muak
dengan teori-teori yang diajarkanya sendiri. Meski demikian ada rigiditas ilmiah yang tetap
dipegangnya sebagaimana ditegaskan Robert Lawang dalam pengantarnya yakni soal metodologi.

1) Yunus mengidentifikasi akar permasalahan dengan benar. Setelah dengan seksama


mempelajari kemiskinan di desa Jobra dekat kampusnya, Yunus akhirnya paham bahwa
dampak terparah kemiskinan dipikul oleh kaum perempuan. Untuk itulah program kredit
mikronya difokuskan terutama untuk perempuan.
2) Mencoba memahami masalah dari sudut pandang pihak yang mengalami masalah. Bila kita
memakai sudut pandang ahli-ahli pembagunan dari barat, mungkin kita berpendapat bahwa
orang menjadi miskin karena tidak terampil, tapi Yunus mendapati bahwa orang yang
miskin tidak butuh pelatihan ketrampilan. Mereka butuh dana mendesak dan fleksibel.
3) Penyelesaian yang digagas Yunus tidak serta merta bersekala besar dan muluk-muluk.
Gagasan kredit mikronya diujicoba dulu dalam sekala kecil di desa Jobra.
4) Penyelesaian masalahnya bersifat struktural. Penting digaris bawahi bahwa Yunus bukan
“bagi-bagi uang”.
C. Pengertian Grameen Bank

Proyek Grameen Bank lahir di desa Jobra, Bangladesh, pada tahun 1976. Pada tahun 1983
ia menjadi sebuah bank formal khusus di bawah undang-undang yang disahkan untuk penciptaan.
Hal ini dimiliki oleh peminjam miskin dari bank yang sebagian besar perempuan. Kerjanya khusus
untuk mereka. Peminjam dari Grameen Bank saat ini memiliki 95 persen dari total ekuitas dari
bank. Sisa 5 persen dimiliki oleh pemerintah. Grameen yang berarti desa digunakan untuk nama
bank. Grameen Bank tidak memerlukan jaminan terhadap pemberian kredit mikro-nya. Karena
bank tidak ingin mengambil apapun peminjam ke pengadilan dalam kasus hukum yang tidak
lancar, tidak mewajibkan kepada nasabah untuk menandatangani suatu instrumen hukum. Dan
yang membuat beda adalah memfokuskan kucuran pinjaman Grameen kepada perempuan.

2
Perempuan miskin di Bangladesh memiliki kedudukan sosial yang paling rawan. Meskipun
setiap peminjam harus milik lima anggota grup, grup tersebut tidak diperlukan untuk memberikan
jaminan untuk pinjaman ke anggota. Cicilan tanggung jawab hanya terletak pada individu
peminjam, sementara kelompok pusat dan mengawasi setiap orang yang behaves dalam cara yang
bertanggung jawab dan tidak akan menjadi masalah pembayaran. Tidak ada bentuk tanggung
jawab bersama, yakni anggota kelompok tidak bertanggung jawab untuk membayar atas nama
seorang anggota defaulting. Grameen Bank dalam metodologinya hampir mundur dari perbankan
konvensional. Grameen Bank dimulai dengan keyakinan bahwa kredit harus diterima sebagai hak
asasi manusia, dan membangun sebuah sistem di mana orang yang tidak memiliki apapun
mendapatkan prioritas tertinggi dalam mendapatkan pinjaman. Metodologi Grameen tidak menilai
berdasarkan bahan milik orang, adalah berdasarkan potensi orang. Grameen percaya bahwa semua
manusia, termasuk yang paling miskin, yang kaya dengan potensi endless.

D. Aplikasi Grameen Bank

Cara penting Grameen Bank dalam mendukung agenda sosial ialah lewat enam belas
keputusan. Ini satu set komitmen pribadi dan sosial yang berkembang seiring waktu, muncul dari
ide waktu konferensi di kalangan nasabah dan staf Bank Grameen pada awal 1980-an. Beragam
fersi enam belas keputusan dibuat di banyak cabang dan pusat diseluruh negri. Akhirnya, bentuk
baku enam belas kesepakatan disepakati, dan pada 1984 jadi bagian intregral Grameen. Enam
belas keputusan itu adalah sebagai berikut:

1) Empat prinsip Bank Grameen adalah disiplin, persatuan, keberanian dan kerja keras. Harus
dijalankan dan diutamakan dalam setiap langkah kehidupan kita.
2) Kita harus mensejahtrakan kluarga kita.
3) Kita tak akan hidup di rumah bobrok. Kita harus memperbaiki rumah dan berusaha
mendirikan rumah baru sesegera mungkin.
4) Kita harus menanam sayuran sepanjang tahun. Kita harus makan banyak sayuran dan
menjual kelebihannya.
5) Sebelum musim tanam, kita harus menanam sebanyak mungkin benih.
6) Kita harus merencanakan keluarga kecil. Kita harus meminimalkan pengeluaran. Kita
harus merawat kesehatan.

3
7) Kita harus mendidik anak-anak dan memastikan mereka mampu membiayai pendidikan
mereka.
8) Kita harus merawat anak-anak dan lingkungan agar selalu bersih.
9) Kita mesti membangun dan menggunakan W.C.
10) Kita harus merebus air sebelum diminum atau menggunakan tawas untuk membersihkan
air.
11) Kita tidak boleh mengambil mahar (maskawin) dari pernikahan putra kita jangan pula
memberi mahar apa pun pada pernikahan putri kita. Kita harus menjaga pusat perkumpulan
bebas dari kutukan mahar. Kita jangan melakukan pernikahan dini.
12) Kita tidak boleh menimbulkan ketidakadilan pada siapa pun; kita pun jangan pernah
membiarkan siapa pun melaksanakanya.
13) Untuk pendapatan lebih tinggi, kita secara kolektif harus melakukan investasi lebih besar.
14) Kita harus selalu siap saling membantu. Jika seseorang dalam kesulitan, kita semua harus
membantu. Jika seseorang dalam keadaan kesulitan, kita semua harus membantu.
15) Jika kebetulan menemukan pelanggaran disiplin di pusat mana pun, kita semua harus
kesana dan membantu memulihkan kedisiplinan itu.
16) Kita harus sama-sama ambil bagian dalam semua aktifitas sosial.

Berkat enam belas keputusan, nasabah berupaya harus menyekolahkan anak mereka.
Karena kebanyakan dari anak-anak nasabah masih buta huruf. Kini bank Grameen memberi
beasiswa kepada putri-putri nasabah lebih dari 30.000 beasiswa setiap tahun.

E. Bank Konvensional

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1
ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan
prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana penghimpunan dana maupun
dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau
sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Keuntungan
utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga
simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.
Keuntungan dari selisih bunga di bank dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu bank

4
mengalami kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga
kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negatif spread. Adapun kegiatan-kegiatan perbankan
yang ada di Indonesia dewasa ini adalah (Booklet Perbankan Indonesia, Vol 4, Maret 2007):

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
2) Memberikan kredit.
3) Menerbitkan surat pengakuan hutang.
4) Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya.
5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
6) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain,
baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek
atau sarana lainnya.
7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan
atau antar pihak ketiga.
8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang tentang Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
10) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan,
seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.
F. Perbandingan antara Grameen Bank dengan Bank Konvensional

Yunus membuat Grameen Bank, yang secara khusus ia tujukan untuk melayani kaum
dhuafa. Dengan modal awal hanya US$ 27, Grameen mulai meminjamkan uang, tanpa agunan.
Konsep Grameen Bank hampir berlawanan dengan apa yang selama ini dilakukan oleh bank-bank
konvensional. Pada umumnya, bank konvensional menggunakan prinsip bahwa yang lebih kaya
akan mendapatkan lebih banyak. Menurut Yunus, bank konvensional hanya terpaku pada prinsip-
prinsip standar. Bank hanya mau memberi pinjaman berdasarkan kekayaan yang dimiliki

5
nasabahnya. Sementara, rakyat miskin tidak memiliki apapun yang bisa dijaminkan di bank.
Karena itulah, Yunus berani mendirikan Grameen Bank dengan prinsip-prinsip yang bertolak
belakang dengan bank konvensional. Adapun perbandingan antara Grameen Bank dengan Bank
Konvensional dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Grameen Bank dengan Bank Konvensional

No Grameen Bank Bank Konvensional


1 Dari segi jaminan (agunan): Pada Bank Konvensional pada umumnya
1) Jaminan kelompok diikat secara bank meminta agunan bagi kreditur dan
moral. jaminan pada barang yang akan dibiayai.
2) Tidak ada jaminan kelompok atau
hutang bersama.
3) Tidak mensyaratkan jaminan.
2 Pada Grameen Bank tidak ada instrumen Pada Bank Konvensional terdapat instrumen
hukum. hukum.
3 Penilaian pada Grameen Bank bukan Penilaian pada Bank Konvensional masih
berdasarkan materi, tetapi berdasarkan berdasarkan jaminan bukan pada potensi
potensi seseorang. seseorang.
4 Sistem Grameen Bank memantau situasi Pada Bank Konvensional tidak menaruh
keluarga peminjam, seperti pendidikan perhatian kepada apa yang terjadi dengan
anak mereka, mutu permukiman, mutu keluarga peminjam sebagai dampak dari
sanitasi, akses terhadap air bersih, serta tindakan mereka bertransaksi dengan
kemampuan mereka menghadapi lembaga keuangan tersebut.
bencana serta situasi-situasi gawat
darurat lainnya.
5 Sistem pertama Grameen Bank adalah Sistem Bank Konvensional di mana pihak
bahwa debitur tidak perlu pergi ke bank, debitur lah yang harus pergi ke bank dan
tetapi bank lah yang seharusnya prinsip Bank Konvensional adalah
mendatangi debiturnya dan juga prinsip pembagian secara adil.
Grameen Bank adalah disiplin, bersatu,
berani, dan bekerja keras.

6
6 Adanya “Bycycle Bankers” di unit-unit Pada Bank Konvensional unit-unit
cabang. Cabang-cabang Grameen Bank cabangnya berada di wilayah-wilayah bisnis
terletak di wilayah perdesaan. dan wilayah perkotaan.
7 Pada Grameen Bank justru memberikan Pada Bank Konvensional lebih memusatkan
prioritas tertinggi kepada perempuan. perhatiannya kepada laki-laki.
Sekitar 97% debitur Grameen Bank
adalah perempuan.
8 Tujuan Grameen Bank adalah untuk Tujuan Bank Konvensional umumnya adalah
memberikan pelayanan keuangan memaksimalkan profit.
kepada kelompok miskin, terutama
perempuan, untuk membantu mereka
keluar dari dari lingkaran setan
kemiskinan.

G. Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

Lembaga ini juga merupakan sebuah lembaga keuangan milik desa adat, sama dengan LPN
yang ada di Sumatera Barat. Lembaga ini berdiri sejak tahun 1985, dan hingga saat ini sudah
mencapai jumlah 1.422 buah. Lembaga Perkreditan Desa di Bali merupakan lembaga keuangan
mikro yang paling sukses di Indonesia. Keberhasilan program ini karena dukungan penuh dari
Pemerintah Propinsi Bali dan kuatnya kesatuan masyarakat adat di Bali. Sejarah LPD sendiri
dimulai tahun 1985, dengan dicetuskannya sebuah pilot project dengan jangka waktu tiga tahun,
sejak Maret 1985 hingga Maret 1988. Pada saat itu sebagai langkah awal, Pemerintah Propinsi
Bali mendirikan 161 buah LPD dengan modal awal Rp 2 juta. Tahun 1986 pemerintah propinsi
menerbitkan peraturan terkait desa adat yang memberikan kewenangan kepada desa adat untuk
melakukan pengelolaan aset melalui organisasi mereka sendiri.

Dalam Undang-Undang No.1 tahun 2013 tentang LKM, keberadaan LPD diakui sebagai
sebuah lembaga keuangan berbasis adat, sehingga tidak dimasukkan sebagai LKM yang diatur
dalam peraturan tersebut. Saat ini peraturan yang mengatur tentang LPD adalah Peraturan Daerah
Propinsi Bali No.8 tahun 2002 dan mengalami perubahan melalui Perda Nomer 3 tahun 2007.
Pengelolaan LPD sepenuhnya dilakukan oleh desa adat, dengan pembinaan dan pengawasan
dilakukan oleh pemerintah propinsi dan BPD. Pemerintahan formal yang berada dalam struktur

7
adalah desa dinas dengan dikepalai oleh seorang kepala desa dan desa adat yang dikepalai oleh
seorang “bendesa adat” dengan dibantu oleh “prajuru adat”. Bendesa sebagai seorang chairman
dalam mengelola LPD biasanya mengangkat seorang kepala LPD atau manajer melalui
musyawarah desa, dengan organisasi yang terpisah dari kepengurusan bendesa, namun
bertanggung jawab langsung kepada paruman adat. Simpanan dan pinjaman LPD hanya
diperbolehkan kepada anggota desa adat. Jumlah simpanan baik tabungan maupun deposito tidak
dibatasi, namun biasanya jumlah pinjaman disesuaikan dengan likuiditas LPD dan adanya
collateral atau jaminan. Dana yang dihimpun oleh LPD boleh berasal dari lembaga keuangan lain
namun jumlahnya dibatasi. Menurut PERDA Nomor 3 Tahun 2017 Tentang LPD Pasal 7 Ayat (1),
bidang usaha LPD mencakup:

1) Menerima/menghimpun dana dari Krama Desa dalam bentuk keuangan dan deposito.
2) Memberikan pinjaman hanya kepada Krama Desa.
3) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar 100% dari
jumlah modalcadangan dan laba ditahan, kecuali batasan lainnya dalam jumlah pinjaman
atau dukungan/bantuan dana.
4) Kerjasama antar Desa sebagaimana dimaksud huruf c diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.
5) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali batasan lain
dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan dana.
6) Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank yang ditunjuk dengan imbalan bunga
bersaing dan pelayanan yang memadai.
H. Perbandingan antara Grameen Bank dengan LPD

Adapun perbandingan antara Grameen Bank dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dapat
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan antara Grameen Bank dengan LPD

No Grameen Bank LPD


1 Pada Grameen Bank, bagi para nasabah LPD tidak adanya kepemilikan saham.
yang telah meminjam dan usahanya terus

8
berkembang diberikan kesempatan untuk
membeli sebagian saham dari grameen
bank.
2 Grameen Bank menerapkan aturan LPD memberikan pinjaman terhadap
tanggung renteng di dalam kelompok. masing-masing individu.
3 Gremeen Bank tidak memberikan LPD memberikan pinjaman dengan
pinjaman dengan adanya jaminan memerlukan jaminan (agunan).
(agunan).
4 Kepemilikan Grameen Bank di mana 94% Cadangan modal 60%, dana pembangunan
dimiliki peminjam, dan sisa 6% nya desa adat 20%, jasa produksi 10%, 5%
dimiliki oleh Pemerintah Bangladesh. untuk pembinaan, pengawasan dan
perlindungan, dan 5% nya untuk dana
sosial.
5 Di Grameen Bank perempuan lebih LPD tidak membedakan dan tidak
diprioritaskan karena Grameen Bank memprioritaskan laki-laki ataupun
yakin bahwa perempuan memiliki visi perempuan karena semua memiliki
jangka panjang. kedudukan yang sama dalam melakukan
pinjaman.

9
DAFTAR PUSTAKA

Baskara, I Gde Kajeng. (2013). Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia. Jurnal Buletin Studi
Ekonomi, Vol. 18 No 2, Agustus 2013, hlm. 114-125.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/bse/article/view/7788/5873

Hamzah, Ardi. (2009). Perbandingan Karakteristik Dasar Antara Grameen Bank dan Bank Syariah
dalam Mengurangi Kemiskinan dan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal NeO-
Bis Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo, Volume 3 No 2, Desember 2009, hlm. 194-
203. https://journal.trunojoyo.ac.id/neo-bis/article/view/574/544

Ifrosin, M. (2009). “Analisis Hukum Islam Tentang Pemikiran Muhammad Yunus dan Konsep
Grameen Bank dalam Upaya Pegentasan Kemiskinan”. Skripsi. Fakultas Syariah Jurusan
Muamalah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel.

Peraturan Daerah Provinisi Bali Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Lembaga Perkreditan Desa. (2017).
Bali.

Rahman, Mohamad Fauzi. (2012). “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
dengan Perbankan Konvensional”. Karya Ilmiah. Fakultas Ekonomi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai