Anda di halaman 1dari 11

Penggunaan sectional matrix system pada restorasi direk resin

komposit kelas II (Laporan kasus)

Hesti Witasari

Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Universitas YARSI

Abstrak

Dalam melakukan penatalaksanaan tumpatan direk komposit kelas II (Black),

dokter gigi sering menemukan beberapa kesulitan yaitu mengembalikan titik kontak dan

kontur proksimal yang ideal. Namun kesulitan tersebut dapat diatasi dengan

menggunakan sectional matrix system. System ini terdiri dari sectional matrix, ring metal

yang memberikan gaya separasi pada gigi, dan juga wedge sehingga sangat membantu

dalam mencapai kontak interproksimal yang adekuat. Untuk itu, laporan kasus ini

bertujuan untuk memberikan penjelasan pentingnya penggunaan sectional matrix system

pada tumpatan direk resin komposit pada kavitas kelas II. Dalam kasus ini pasien dengan

kavitas kelas II pada gigi posterior ingin ditumpat dengan tumpatan sewarna gigi. Dalam

penatalaksanaannya, gigi ditumpat dengan tumpatan direk resin komposit dengan

menggunakan sectional matrix system, kemudian setelah penumpatan selesai dilakukan

foto radiografik untuk mengevaluasi bagian proksimal tumpatan. Kesimpulan, dalam

kasus ini dibutuhkan penggunaan alat matriks yang tepat untuk mendapatkan kontur

proksimal dan titik kontak yang adekuat.

Kata kunci : restorasi direk resin komposit kelas II, sectional matrix system.

1
Pendahuluan

Pada kasus di klinik, dokter gigi sering menemukan kasus dengan keadaan gigi

berlubang atau pun restorasi yang telah rusak pada daerah proksimal dan harus diganti

dengan yang baru, dan ironisnya kebanyakan pasien menginginkan restorasi yang

langsung dilakukan dalam satu kunjungan dengan hasil yang baik. Hal ini merupakan

suatu tantangan bagi dokter gigi untuk membuat suatu restorasi direk dengan hasil

bentuk anatomi dan titik kontak proksimal yang maksimal.

Seiring dengan perkembangan jaman, pasien semakin sadar atas kepentingan

estetis dari giginya, untuk itu banyak pasien yang menginginkan restorasi yang sewarna

dengan gigi sekali pun pada gigi posterior. Resin komposit merupakan bahan restorasi

yang diminati oleh kebanyakan pasien dan paling sering digunakan untuk restorasi

estetis dibidang kedokteran gigi.1 Namun pada kasus kavitas kelas II (Black), pada

tumpatan resin komposit akan ditemukan kesulitan untuk mengembalikan titik kontak

yang kuat seperti halnya pada tumpatan amalgam. Bass dkk (2006) menyatakan bahwa

tehnik penumpatan resin komposit kelas II sangat berbeda dengan amalgam dalam

merekonstruksi kontak proksimal. Hal ini disebabkan oleh adanya viskoelastisitas pada

resin komposit yang tidak mungkin dilakukan kondensasi pada kavitas sedangkan pada

amalgam dapat dilakukan kondensasi baik kearah matriks maupun gigi sebelahnya

sehingga dicapai titik kontak yang kuat.2

Beberapa studi menyatakan bahwa resin komposit dengan viskoelastisitas yang

tinggi dapat direkomendasikan untuk mendapatkan kontak proksimal yang kuat, namun

hal ini disanggah dengan beberapa studi yang menyatakan bahwa efektivitas bahan ini

untuk kepentingan pencapaian titik kontak yang kuat masih belum jelas. 3-7 Pada

2
penelitian in vitro yang menggunakan circumferential matrix system, resin komposit

dengan viskoelastisitas tinggi menunjukan hasil titik kontak yang lebih ringan

dibandingkan resin komposit dengan viskoelastisitas rendah, namun pada penggunaan

sectional matrix system tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua macam

resin komposit tersebut.8

Terlepas dari bahan restorasi itu sendiri, penggunaan matrix system dan tehnik

aplikasi separasi interdental memberikan hasil yang signifikan untuk mendapatkan

kontak proksimal yang kuat. System lain yang dapat digunakan untuk mencapai kontak

proksimal yang kuat yaitu sectional matrix system, system ini terdiri dari sectional matrix,

ring metal yang memberikan gaya separasi untuk memisahkan area interdental, dan juga

wedge sehingga sangat membantu dalam mencapai kontak interproksimal yang

adekuat.9 Suatu penelitian uji klinik menyatakan bahwa penggunaan ring separasi

dengan kombinasi sectional matrix menghasilkan kontak proksimal yang lebih kuat

dibandingkan dengan penggunaan circumferential matrix dengan tekanan dari hand

instrument.6 Untuk itu, laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan penjelasan

pentingnya penggunaan sectional matrix system pada tumpatan direk resin komposit

pada kavitas kelas II.

Kasus 1

Pasien datang dengan keluhan sering tering terselip makanan di gigi belakang kanan

atas, dari pemeriksaan klinis terdapat kavitas di proksimal dan pasien ingin di tumpat

dengan bahan sewarna gigi.

3
Penatalaksanaan kasus 1

Pada kasus ini dilakukan penumpatan direk resin komposit kelas II dengan tahap

awal dilakukan isolasi yaitu memberi batas di interproksimal dengan matrix untuk

mencegah terasahnya gigi tetangga saat dilakukan preparasi. Selanjutnya dilakukan

preparasi dari arah oklusal ke proksimal sebelah mesial dengan mengambil sisa jaringan

karies dan membentuk bevel di dinding kavitas palatal dan bukal. Setelah kavitas

dibersihkan dan dikeringkan, dilanjutkan dengan pemasangan sectional matrix dan

dikombinasikan dengan pemasangan ring dan wedge, kemudian kontur disesuaikan

dengan membentuk matriks pada bagian proksimal dengan menggunakan pinset ujung

bulat. Selanjutnya dilakukan etching dan bonding, dan penumpatan resin komposit

dengan tehnik layering. Setelah dilakukan penyinaran terakhir, ring, matrix,dan wedge

dilepas, tepi tumpatan di proksimal dicek dengan dental floss. Kemudian kelebihan

tumpatan di daerah oklusal diambil dengan fine bur dan dipoles. Kemudian dilakukan foto

radiograf untuk mengevaluasi tumpatan pada sisi proksimal.

Gambar 1. Foto radiograf Gambar 2. Foto awal Gambar 3. Preparasi kavitas dengan
awal tampak oklusal akses oklusal menuju kavitas di
proksimal sebelah mesial

4
Gambar 4. Kavitas dan Gambar 5. Pemasangan Gambar 6. Pemasangan ring
bagian oklusal di etsa sectional matrix separasi

Gambar 7. Pemasangan Gambar 8. Kavitas Gambar 9. Pelepasan sectional


wedge ditumpat dengan resin matrix system
komposit

Gambar 10. Foto setelah


penumpatan

Kasus 2

Pasien datang dengan keluhan sering terselip makanan pada gigi belakang kanan

bawah, pasien sudah ditambal sementara sebelumnya,pasien ingin ditambal sewarna

gigi.

5
Penatalaksanaan kasus 2

Gigi di preparasi sesuai bentuk kavitas dan dilakukan bevel, kemudian kavitas

dibersihkan dan dikeringkan lalu dietsa. Setelah itu dilakukan pemasangan sectional

matrix, ring dan wedge. Kemudian diaplikasikan bonding dan dilakukan penumpatan

resin komposit. Setelah itu sectional matrix system dilepas. Dan dilakukan cek artikulasi

dan kemudian dipoles.

Gambar 11. Foto preparasi kavitas tampak oklusal Gambar 12. Kavitas di etsa

Gambar 13. Sectional matrix Gambar 14. Forceps untuk meletakan ring separasi
system

Gambar 15. Pemilihan Gambar 16. peletakan Gambar 17. Peletakan ring
sectional matrix sectional matrix

6
Gambar 18. Pemilihan Gambar 19. Peletakan wedge
sectional matrix

Gambar 20. Aplikasi Gambar 21. Penumpatan Gambar 22. Tumpatan resin
bonding resin komposit komposit

Gambar 23. Tumpatan resin komposit setelah Gambar 24. Foto radiograf
sectional matrix system dilepas sesudah penumpatan
resin komposit

Pembahasan

Pada kedua kasus ini, terdapat kavitas yang sama yaitu pada bagian proksimal

yang memerlukan pembentukan kembali anatomi gigi dan juga membentuk titik kontak

yang kuat sehingga diharapkan tidak lagi terjadi retensi makanan pada daerah

7
interdental. Secara anatomis, permukaan daerah proksimal gigi posterior cembung di

bagian oklusal dan cekung di bagian gingival,kontak proksimal berbentuk elips dalam

arah bukal-lingual dan lokasinya kurang lebih 1 mm ke arah apical dari marginal ridge.10-
12 Dan pada kasus ini, operator mempertimbangkan menggunakan sectional matrix

system karena pada system ini terdapat tiga komponen yang saling mendukung satu

sama lainnya.

Masing-masing komponennya antara lain yaitu terdiri dari sectional matrix yang

memiliki berbagai bentuk yang dapat dicocokan pada daerah proksimal yang paling

mendekati bentuk anatomi gigi, dilengkapi wedge yang dapat berfungsi untuk

mempertahankan embrasure, sebagai contoh pada kasus ke-1 terdapat kavitas pada

daerah proksimal yang meluas ke arah servikal sebelah mesial, dalam hal ini dibutuhkan

matrix yang dapat membentuk area proksimal sampai masuk ke daerah DEJ, sedangkan

pada kasus ke-2 kavitas terdapat pada proksimal bagian sepertiga tengah daerah distal

sehingga matrix yang dipilih sesuai pada bentuk proksimal tersebut. Berikut contoh foto

radiograf penggunaan circumferential matrix pada kavitas kelas II yang ditumpat dengan

bahan resin komposit, terlihat ada bagian tumpatan yang mengemper di bagian servical.

Hal ini disebabkan karena matrix tersebut tidak membentuk anatomi gigi pada bagian

servikalnya sehingga bahan tumpat terdorong keluar matrix pada saat penumpatan.

Gambar 25. Hasil penumpatan resin


komposit dengan circumferential matrix

8
Kelebihan lain dari sectional matrix system, yaitu terdapat komponen lain yaitu

separation ring yaitu suatu cincin yang berfungsi memberikan gaya untuk memisahkan

kavitas dengan gigi di sebelahnya sehingga terbentuk celah yang dapat diisi oleh matrix

dan bahan tumpat, yang apabila dilepas dapat membentuk titik kontak yang kuat dengan

gigi sebelahnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Bas dkk (2006) yang menyatakan

bahwa penggunaan separation ring yang dikombinasikan dengan sectional atau

circumferential matrix secara statistik signifikan membentuk titik kontak yang lebih kuat

dibandingkan dengan grup yang tidak menggunakan separation ring.2 Berikut contoh foto

radiograf pada gigi dengan tumpatan resin komposit yang tidak menggunakan separation

ring. Pada gambar tersebut terlihat celah interdental yang cukup besar dibandingkan

tumpatan yang menggunakan separation ring seperti pada gambar radiograf kasus ke-1

dan ke-2.

Gambar 26. Hasil tumpatan menggunakan


sectional matrix namun tidak menggunakan
separation ring.

Kesimpulan

Dari laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa tumpatan direk resin komposit

kelas II dapat dicapai dengan baik apabila terdapat matrix yang menunjang sesuai bentuk

anatomi gigi, dan didukung dengan wedge yang dapat membantu mempertahankan

embrasure, dan yang lebih penting lagi pada resin komposit yaitu terdapat separation

9
ring yang mampu mendorong gigi untuk memisahkan gigi dengan kavitas proksimal dan

gigi tetangganya sehingga setelah matrix, wedge, dan ring dilepas menghasilkan titik

kontak yang kuat.

Daftar Pustaka

1) Leinfelder KF. Composite resin systems for posterior restorations. Pract

Periodontics Aesthet Dent 1993;suppl 1:23-27

2) Bas A. C. Loomansa, Niek J. M. Opdama, Joost F. M. Roetersb, Ewald M.

Bronkhorsta, Alphons J. M. PlasschaertcBeberapa.Influence of Composite Resin

Consistency and Placement Technique on Proximal Contact Tightness of Class II

Restorations. J Adhes Dent 2006; 8: 305-310.)

3) Leinfelder KF, Bayne SC, Swift jr. EJ. Packable composites: overview and

technical considerations. J Esthet Dent 1999;11:234-249.

4) Lee IB, Cho BH, Son HH, Um CM. A new method to measure the polymerization

shrinkage kinetics of light cured composites. J Oral Rehabil 2005;32:304-314.

5) Loomans BAC, Opdam NJM, Roeters FJM, Bronkhorst EM, Burgersdijk RCW,

Dörfer CE. A randomized clinical trial on proximal contacts of posterior

composites. J Dent 2006;34:292-297.

6) Loomans BAC, Opdam NJM, Roeters FJM, Bronkhorst EM, Burgersdijk RCW.

Comparison of proximal contacts of Class II composite resin restorations in vitro.

Oper Dent 2006 (in press).

10
7) Nash RW, Lowe RA, Leinfelder KF. Using packable composites for direct

posterior placement. JADA 2001;132:1099-1104.

8) Peumans M, Van Meerbeek B, Asscherickx K, Simon S, Abe Y, Lambrechts P,

Vanherle G. Do condensable composites help to achieve better proximal contacts?

Dent Mater 2001;17:533-541.

9) Summitt BJ,Robbins WJ, Schwartz SR. Operative dentistry a contemporary

approach. 2nded, 2000.

10) Christensen GJ. Remaining challenges with class II resin-bsed

compositevrestorations. J Am Dent Assoc. 2007;138(11):1487-1489.

11) Boer WM. Simple guidelines for aesthetic success with composite resin-part

2:posterior restorations. Pract Proced Aesthet Dent.2007;19(4);243-247.

12) Shuman I. Excellence in class II direct composite restorations. Dent

Today.2007;26(4):102-105.

11

Anda mungkin juga menyukai