Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPALA RUANGAN TERHADAP

TINGKAT KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA


Verawati1, Erwin2, Riri Novayelinda3
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
airaclamanyah@yahoo.com

abstract

This study aimed to identify correlation between organizational function of chief of nurses and nurse practitioner’s satisfaction
at Mina ward, Ibnu Sina’s Islamic Hospital. Correlational study with cross sectional design was used in this research.
Researcher used total sampling technique with total number of respondent was 30. The instrument was questionnaire that had
been tested for validity and reliability. Analysis data used fisher’s exact test showed a significant correlation between
organizational function of chief of nurses and nurse’s satisfaction with p value 0.004 (p value <α)at Mina ward, Ibnu Sina’s
Islamic Hospital in 2014. Based on this research, chief of nurses have to build a good communication to nurse practitioner
that will increase a good relationship of working.
Keywords : Functions organization and job satisfaction

PENDAHULUAN kemukakan pada pengorganisasian ini adalah


Pengorganisasian adalah salah satu fungsi struktur organisasi, pengelompokkan kegiatan,
manajemen yang juga mempunyai peranan koordinasi kegiatan, evaluasi kegiatan serta
penting seperti halnya fungsi perencanaan. kelompok kerja.
Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber Keberhasilan fungsi manajerial tidak terlepas
daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan dari faktor menjaga kualitas hubungan pimpinan
yang bukan manusia) akan di atur penggunaannya dengan stafnya dalam memotivasi dan
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan meningkatkan kepuasan staf (Nursalam,
organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan 2008).Perilaku dan kemampuan pemimpin
definisi tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan salah satu faktor penting yang dapat
merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) mempengaruhi kepuasan kerja. Gruenberg (1980
dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dalam Mangkunegara, 2004) menyebutkan
dengan personil, finansial, material dan tatacara bahwa hubungan yang akrab dan saling tolong-
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah menolong dengan teman sekerja serta penyelia
disepakati bersama (Muninjaya, 2004). (pemimpin) adalah sangat penting dan memiliki
Salah satu fungsi manajerial yang hubungan kuat dengan kepuasan kerja dan tidak
berpengaruh langsung pada kepuasan adalah ada kaitannya dengan keadaan tempat kerja serta
pengorganisasian.Pengorganisasian (organizing) jenis pekerjaan. Disinilah peran kepemimpinan
merupakan fungsi manajemen yang mengatur kepala ruangan sangat penting sebagai pemimpin
proses mobilisasi dalam suatu organisasi. yang mengatur perawat dalam memberikan
Menurut Hubber (2006) dalam Herlambang pelayanan langsung pada pasien, terutama dalam
(2012) menyatakan bahwa pengorganisasian menerapkan fungsi pengorganisasian.
merupakan fungsi kedua dari fungsi manajemen Keperawatan sebagai profesi
setelah perencanaan yang menggerakkan seluruh bertanggungjawab meningkatkan kesehatan,
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya mencegah penyakit, memulihkan dan mengurangi
(material) dalam suatu organisasi untuk mencapai kesakitan yang diberikan sesuai dengan
tujuan organisasi. Melalui fungsi ini, manajer kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara
keperawatan akan mengatur seluruh perawat mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim
dalam memberikan pelayanan keperawatan yang kesehatan lain, sehingga mutu pelayanan
disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan keperawatan dapat dicapai dan ditingkatkan.
masing-masing sehingga tujuan organisasi dapat Disadari bahwa pelayanan keperawatan yang ada
dicapai secara maksimal. Aspek yang di saat ini masih belum mencapai kualitas, karena
1
belum semua jenis pelayanan keperawatan sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat
memiliki standar, prosedur dan kriteria tertentu provinsi di Indonesia mengalami stress kerja,
baik dari segi pendidikan, pelayanan maupun sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena
kompetensi yang diharapkan.(Simanjuntak, beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji
2011). rendah tanpa insentif memadai.
Hingga saat ini, Indonesia masih kekurangan Kepala ruangan sebagai firstline manajer bisa
tenaga perawat.Rasio perbandingan antara jumlah dikatakan sebagai manajer operasional yang
perawat dan pasien yang idealnya 1:4.000, di merupakan pemimpin langsung mengelola
Indonesia masih satu perawat bisa melayani seluruh sumber daya di unit perawatan untuk
10.000 pasien atau bahkan lebih.Ketua Umum menghasilkan pelayanan yang bermutu. Di
Persatuan Perawat Indonesia (PPNI) Dewi tingkatan manajer jabatan kepala ruangan adalah
Irawaty (2012) mengatakan, beban perawat yang jabatan yang penting dalam keberhasilaan
terlalu banyak itu akhirnya berdampak buruk layanan langsung pasien (Soejitno, 2005).
pada kualitas pelayanan yang diberikan perawat Penelitian Rahmawati (2013) hasil analisis
kepada pasien. bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang
Beberapa alasan yang mendukung pendapat signifikan antara fungsi perencanaan,
bahwa perawat adalah komponen penting dalam fungsipengorganisasian dan fungsi pengawasan
rumah sakit adalah karena perawat adalah ujung dengan kepuasan perawat pelaksana di ruang
tombak pelayanan di rumah sakit, penerima dan rawat inap RSJDAG Semarang (p < 0,05).
sekaligus pengantar pasien pulang rumah sakit, Pasien yang dirawat di RSI Ibnu Sina Kota
personil rumah sakit yang kontak terlama dan Pekanbaru pada tahun 2011 adalah 12.936 orang,
tersering dengan pasien, jumlah perawat yang dan rata-rata perbulannya adalah 1.078 orang.
terbesar. Sebelum seorang penderita mendapatkan Tingginya jumlah pasien yang dirawat tiap bulan
pelayanan dokter, maupun rumah sakit, mereka tentu menuntut pelayanan yang maksimal pula
terlebih dahulu akan berhadapan dan melakukan dari tenaga perawat pelaksana. Hasil survey
kontak dengan para perawat. Bahkan posisi pendahuluan yang peneliti lakukan pada perawat
perawat dapat memberikan kesan pada pelayanan pelaksana di ruang Mina RSI Ibnu Sina pada
kesehatan ataupun pelayanan rumah sakit. Baik bulan Juni 2013, menunjukkan ada beberapa
buruknya keseluruhan suatu pelayanan kesehatan keluhan dari perawat pelaksana sesuai dengan
akan dinilai oleh konsumen berdasarkan kesan pekerjaannya. Keluhan tenaga perawat pelaksana
pertama terhadap mutu pelayanan perawatnya yang berhasil peneliti ketahui adalah sebagai
(Sudiro, 2012). berikut: 1) Tingkat kesibukan di ruang Mina
Saat ini perawat ada diberbagai tempat cukup tinggi sehingga banyak perawat yang kerja
dengan berbagai peran dan berkolaborasi dengan lembur, 2) pemilihan perawat yang mengikuti
berbagai profesi kesehatan yang ada.Praktik pelatihan pengembangan kemampuan terasa tidak
keperawatan di atur oleh pihak administrasi adil, 3) Hubungan antara perawat ada yang
rumah sakit, lembaga kesehatan di wilayah dan kurang harmonis.Keluhan-keluhan dari perawat
propinsi, serta menetapkan regulasi legal yang pelaksana ini jika tidak diselesaikan dengan bijak,
spesifik untuk praktik keperawatan.Selain itu suatu hari nanti akan berimbas terhadap kinerja
organisasi profesi keperawatan juga menetapkan perawat pelaksana dalam menjalankan tugasnya.
standar kerja sebagai kriteria untuk asuhan Sudah sepantasnya pihak manajemen rumah sakit
keperawatan profesional (Mubarok & Chayatin, memberikan perhatian yang ekstra terhadap
2009). tenaga perawat pelaksana, karena mereka adalah
Kepuasan perawat adalah bagian dari ujung tombak dalam melayani pasien.
rangkaian proses mutu layanan keperawatan pada Berdasarkan uraian permasalahan di atas,
fungsi pengendalian manajemen keperawatan. peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
Sebagai organisasi yang bergerak dibidang jasa, judul “Hubungan Fungsi Pengorganisasian
rumah sakit seharusnya memperhatikan mutu Kepala Ruangan Terhadap Tingkat Kepuasan
layanan karena mustahil kepuasan pasien akan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Mina RSI
optimal jika pemberi layanan merasa tidak puas Ibnu Sina Pekanbaru”.
dalam bekerja. Menurut hasil survei dari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI hubungan fungsi pengorganisasian kepala
(2006, dalam Adysetiadi, 2012) melaporkan
2
ruangan terhadap kepuasan kerja perawat persentase.Analisa Bivariatdilakukan untuk
pelaksana. melihat hubungan antara variabel independen dan
dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-
METODE Square dengan batas derajat kepercayaan 0,05.
Penelitian ini adalah penelitian korelasi yang Apabila uji statistik didapatkan p value < 0,05 Ho
terdiri atas variabel bebas dan terikat dengan ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan
rancangan penelitian cross sectional dimana antara 2 variabel. Sedangkan apabila p value >
pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat 0,05, maka tidak terdapathubungan yang
bersamaan antara variabel bebas dan variabel signifikan antara 2 variabel.
terikat (Hidayat, 2011).Variabel bebas
(independent) pada penelitian ini adalah fungsi HASIL PENELITIAN
pengorganisasian kepala ruangan dan variabel Setelah peneliti melakukan penelitian tentang
terikat (dependent) adalah tingkat kepuasan hubungan fungsi pengorganisasian kepala
perawat pelaksana.Penelitian ini bertujuan untuk ruangan terhadap kepuasan kerja perawat
mengetahui hubungan fungsi pengorganisasian pelaksana dengan jumlah responden sebanyak 30
kepala ruangan terhadap kepuasan perawat orang, maka didapatkan hasil:
pelaksana.Penelitian dilakukan di Ruang Mina
RSI Ibnu Sina Pekanbaru karena karena peneliti A. Analisa Univariat
bekerja di rumah sakit ini dan tingkat kesibukan Karakterisitik responden berdasarkan umur
ruang Mina lebih tinggi dari ruangan adalah sebagai berikut:
lainnya.Populasi adalah keseluruhan objek Tabel 3.
penelitian yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Distribusi responden berdasarkan umur,
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat jenis kelamin dan pendidikan
pelaksana yang ada di ruang Mina RSI Ibnu Sina
Pekanbaru tahun 2014 sebanyak 30 orang. Umur
No F %
Pengambilan sampel menggunakan cara total (Tahun)
populasi, yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai 1. 20 – 24 4 13,33
responden pada penelitian ini sebanyak 30 orang. 2. 25 – 29 12 40
Alat pengumpulan data yang digunakan 3. 30 – 34 6 20
adalah kuesioner yang mengacu pada kerangka 4. ≥ 35 8 26,67
konsep, yang berisi10 pernyataan tentang fungsi Jumlah 30 100
pengorganisasian dengan nilai jawaban untuk Jenis
pernyataan positif sangat setuju (SS) = 4, setuju No F %
Kelamin
(S) = 3, tidak setuju (TS) = 2, sangat tidak setuju 1. Perempuan 28 93,3
(STS) = 1, kemudian untuk nilai pernyataan 2. Laki-Laki 2 6,7
negatif sangat setuju (SS) = 1, setuju (S) = 2, Jumlah 30 100
tidak setuju (TS) = 3, sangat tidak setuju (STS) = No Pendidikan F %
4. Kemudian pernyataan untuk tingkat kepuasan 1. D III
kerja perawat pelaksana ada 10 pernyataan F %
2. S1
dengan nilai jawaban untuk pernyataan positif Jumlah 30 100
sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju Pada tabel 3, diketahui bahwa sebagian
(TS) = 2, sangat tidak setuju (STS) = 1, kemudian besar responden berusia 25 – 29 tahun
untuk nilai pernyataan negatif sangat setuju (SS) sebanyak 12 orang (40%), mayoritas jenis
= 1, setuju (S) = 2, tidak setuju (TS) = 3, sangat kelamin responden responden adalah
tidak setuju (STS) = 4. perempuan sebanyak 28 orang (93,3%) dan
Analisa data berguna untuk sebagian besar pendidikan responden adalah
menyederhanakan data sehingga mudah D III sebanyak 26 orang (86,7%),
ditafsirkan dalam penelitian ini. Peneliti Tabel 4.
menganalisa data dengan 2 cara, yaitu:Analisa Distribusi responden berdasarkan fungsi
univariat digunakan untuk mengetahui gambaran pengorganisasian kepala ruangan
distribusi dan proporsi dari masing-masing
variabel penelitian. Penyajian data disajikan No Fungsi F %
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
3
Pengorganisasian diantaranya tidak puas dalam hal kepuasan
1. Berhasil 12 40 kerja. Sedangkan dari 18 orang yang
2. Kurang berhasil 18 60 menyatakan fungsi pengorganisasian kurang
Jumlah 30 100 berhasil, 2 orang diantaranya merasa puas
dalam hal kepuasan kerja.
Pada tabel 4, didapatkan hasil bahwa Setelah dilakukan uji Fisher's Exact,
sebagian besar responden menyatakan fungsi maka didapatkan hasil P Value sebesar 0,004
pengorganisasian kepala ruangan kurang <α (0,05) ini menyatakan bahwa Ho di tolak
berhasil sebanyak 18 orang (60%). dan Ha diterima. Ini artinya bahwa ada
Tabel 5. hubungan yang signifikan antara fungsi
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengorganisasian kepala ruangan terhadap
kepuasan kerja perawat pelaksana tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana.
Berdasarkan ujiFisher's Exact didapatkan
No Kepuasan Kerja F % nilai OR sebesar 16, ini artinya bahwa jika
1. Puas 10 33,3 fungsi pengorganisasian kepala ruangan
2. Tidak puas 20 66,7 berhasil, maka perawat pelaksana akan
Jumlah 30 100 merasa puas dalam bekerja sebesar 16 kali
dibandingkan fungsi pengorganisasian yang
Pada tabel 5, didapatkan hasil bahwa kurang berhasil.
sebagian besar responden tentang tingkat
kepuasan kerja adalah tidak puas sebanyak PEMBAHASAN
20 orang (66,7%). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik
responden berdasarkan umur, yang terbanyak
B. Analisa Bivariat berumur 25-29 tahun sebanyak 12 orang (40%),
Untuk melihat hubungan fungsi usia ≥ 35 tahun sebanyak 8 orang (26,67%), usia
pengorganisasian kepala ruangan terhadap 30-34 tahun sebanyak 6 orang (20%), dan yang
tingkat kepuasan kerja perawat paling sedikit usia 20-24 tahun sebanyak 4 orang
pelaksanastatistik Chi-Square. (13,33%). Menurut Siagian (2002), terdapat
Tabel 6. korelasi antara kinerja dan kepuasan kerja dengan
Hubungan fungsi pengorganisasian kepala umur seorang karyawan, artinya kecenderungan
ruangan terhadap tingkat kepuasan kerja yang sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut
perawat pelaksana umur karyawan, kinerja dan tingkat kepuasan
kerjanya pun biasanya semakin tinggi. Berbagai
Kepuasan alasan yang sering dikemukakan menjelaskan
Fungsi fenomena ini, antara lain adalah : a. Bagi
Kerja Perawat
Pengorgani Juml P karyawan yang sudah lanjut usia, makin sulit
Pelaksana O
sasian ah Val memulai karir baru di tempat lain, b. Sikap yang
Tidak R
Kepala Puas ue dewasa dan matang mengenai tujuan hidup,
Puas
Ruangan harapan, keinginan, dan cita-cita, c. Gaya hidup
n % n % n %
yang sudah mapan, d. Sumber penghasilan yang
Berhasil 3 1
66 1 relatif terjamin, e. Adanya ikatan batin dan tali
8 4 3, 0
,7 2 persahabatan antara yang bersangkutan dengan
3 0 0,0 16,
Kurang 8 1 04 00 rekan-rekannya dalam organisasi.
11 1 1 Pada karyawan yang berusia tua dianggap
berhasil 2 8, 0
,1 6 8 kurang luwes dan menolak teknologi baru.
9 0
Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas positif
Total 6 1
1 33 2 3 yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi
6, 0
0 ,3 0 0 pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat,
7 0
dan komitmen terhadap mutu (Robbins dan
Judge, 2008). Sebaliknya, para karyawan yang
Pada tabel 6, diketahui bahwa dari 12
lebih muda usianya, kepuasan kerja cenderung
orang yang menyatakan fungsi
lebih kecil, karena berbagai pengharapan yang
pengorganisasian berhasil, 4 orang
lebih tinggi, kurang penyesuaian dan penyebab-
4
penyebab lainnya serta pengalaman yang relatif yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
lebih rendah dibandingkan dengan karyawan negara.
yang berusia lebih tua (Handoko, 2001). Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat
Pada penelitian ini responden yang sedikit dari penguasaan pengetahuan, sikap dan
adalah yang berusia 20-24 tahun sebanyak keterampilan dalam penguasaan bidang ilmu
13,33%, jadi teori diatas sesuai dengan hasil tertentu. Dalam undang-undang SISDIKNAS
penelitian bahwa responden yang lebih muda (Sistem Pendidikan Nasional) tahun 2003 BAB 4
usianya, kepuasan kerja cenderung lebih kecil, pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan
karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi, formal terdiri atas Pendidikan dasar, menengah,
kurang penyesuaian dan penyebab-penyebab dan Perguruan tinggi. Tingkat pendidikan
lainnya serta pengalaman yang relatif lebih responden pada penelitian ini masuk kategori
rendah dibandingkan dengan responden yang pendidikan tinggi yaitu DIII dan SI dan tidak ada
berusia lebih tua. responden yang berpendidikan di bawah DIII.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik Gambaran Fungsi Pengorganisasian
responden berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian yang diperoleh tentang
mayoritasnya adalah perempuan sebanyak 28 fungsi pengorganisasian kepala ruangan di Ruang
orang (93,3%), dan yang laki-laki sebanyak 2 Mina RSI Ibnu Sina Pekanbaru sebagian besar
orang (6,7%). Tidak ada perbedaan yang responden menyatakan fungsi pengorganisasian
konsisten antara pria dan wanita dalam kepala ruangan kurang berhasil sebanyak 18
kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan orang (60%), sedangkan yang menyatakan fungsi
analisis, dorongan kompetitif, motivasi, pengorganisasian kepala ruangan berhasil adalah
sosiabilitas, atau kemampuan belajar, namun sebanyak 12 orang (40%). Menurut Muninjaya
studi-studi psikologi telah menemukan bahwa (2004) Pengorganisasian adalah salah satu fungsi
wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, manajemen yang juga mempunyai peranan
dan pria lebih agresif dan lebih besar penting seperti halnya fungsi perencanaan.
kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber
pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan
juga menyatakan bahwa wanita mempunyai yang bukan manusia) akan di atur penggunaannya
tingkat kemangkinan yang lebih tinggi daripada secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pria (Robbins dan Judge, 2008). organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan
Secara teori kepuasan kerja tidak ada definisi tersebut, fungsi pengorganisasian
perbedaan antara jenis kelamin perempuan dan merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi)
laki-laki, karena yang banyak memilih profesi dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya
perawat adalah perempuan maka tenaga perawat dengan personil, finansial, material dan tatacara
yang perempuan lebih banyak dari yang laki- untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
laki. Hal ini bisa dilihat pada hasil penelitian, disepakati bersama (Muninjaya, 2004).
bahwa responden perempuan sebanyak 93,3% Menurut Herlambang (2012) fungsi
sedangkan yang laki-laki hanya 6,7%. pengorganisasian dalam manajemen kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik mempunyai peran penting seperti fungsi
responden berdasarkan pendidikan menunjukkan perencanaan. Dengan adanya fungsi pengorgani-
bahwa mayoritas responden berpendidikan DIII sasian maka seluruh sumber daya dimiliki oleh
sebanyak 26 orang (86,7%), dan yang organisasi akan diatur penggunaannya secara
berpendidikan S1 hanya 4 orang (13,3%). Dalam efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 organisasi yang telah ditetapkan.
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Berdasarkan teori di atas dijelaskan betapa
nasional, pengertian pendidikan adalah usaha pentingnya fungsi pengorganisasian untuk
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati
belajar dan proses pembelajaran agar peserta bersama.Berdasarkan hasil penelitian bisa
didik secara aktif mengembangkan potensi dikatakan fungsi pengorganisasian kepala
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual ruangan belum berjalan dengan baik karena
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, masih banyak perawat pelaksana yang merasa
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan tidak puas terhadap fungsi pengorganisasian yang
diterapkan oleh kepala ruangan. Untuk mengatasi
5
hal ini sangat diperlukan pendekatan yang lebih menunjukkan sikap yang positif terhadap
baik kepada perawat pelaksana oleh kepala pekerjaannya itu.
ruangan dengan cara menjalin komunikasi yang Teori di atas menyatakan bahwa banyak
baik dengan perawat pelaksana sehingga jika faktor yang berhubungan dengan situasi kerja.
ditemukan masalah atau keluhan dari perawat Pada penelitian yang dilakukan di Ruang Mina
pelaksana dapat diselesaikan dengan baik dan RSI Ibnu Sina Pekanbaru dengan jumlah
bijaksana. responden sebanyak 30 orang, didapatkan hasil
Gambaran Tingkat Kepuasan Kerja Perawat 66,7% perawat pelaksana dalam hal kepuasan
Pelaksana kerja merasa tidak puas terhadap hal-hal yang
Hasil penelitian yang diperoleh tentang mereka dapatkan selama bekerja, baik berupa
kepuasan kerja perawat di di Ruang Mina RSI beban kerja yang terlalu berat/sibuk, sehingga
Ibnu Sina Pekanbaru, sebagian kepuasan kerja banyak perawat yang merasa kelelahan dalam
perawat adalah kategori tidak puas sebanyak 20 melayani pasien, komunikasi antara sesama
orang (66,7%) dan dengan kategori puas perawat serta perawat dengan kepala ruangan
sebanyak 10 orang (33,3%). Tjiptono (2006) masih dirasakan kurang baik. Sebenarnya sebuah
dalam Sutrisno (2010) berpendapat bahwa rumah sakit harus memperhatikan kepuasan kerja
kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon perawat pelaksana dalam melaksanakan
pelanggan sebagai hasil dan evaluasi pekerjaannya, karena perawat pelaksanalah orang
ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan yang paling sering berhadapan dengan pasien,
sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan. jika perawat pelaksana merasakan puas terhadap
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup apa yang mereka dapatkan selama bekerja dan
menarik dan penting, karena terbukti besar pelayanan yang mereka berikan ke pasien juga
manfaatnya bagi kepentingan individu, industri, akan semakin baik dan sebuah rumah sakit akan
dan masyarakat. Terdapat bermacam-macam semakin baik dalam pelayananannya terhadap
pengertian atau batasan tentang kepuasan pasien.
kerja.Pertama, pengertian yang memandang Hubungan Fungsi Pengorganisasian Kepala
kepuasan kerja sebagai suatu reaksi emosional Ruangan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat
yang kompleks.Reaksi emosional ini merupakan Pelaksana
akibat dari dorongan, keinginan, tuntutan dan Hasil penelitian tentang hubungan antara
harapan. Harapan karyawan terhadap pekerjaan fungsi pengorganisasian kepala ruangan terhadap
yang dihubungkan dengan realitas-realitas yang kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Mina
dirasakan karyawan, sehingga menimbulkan RSI Ibnu Sina Pekanbaru tahun 2014,
suatu bentuk reaksi emosional yang berwujud menunjukkan hasil dari 12 orang yang
perasaan senang, perasaan puas atapun perasaan menyatakan fungsi pengorganisasian berhasil, 4
tidak puas. orang diantaranya tidak puas dalam hal kepuasan
Kedua, pengertian yang menyatakan bahwa kerja. Sedangkan dari 18 orang yang menyatakan
kepuasan kerja adalah suatu sikap karyawan fungsi pengorganisasian kurang berhasil, 2 orang
terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan diantaranya merasa puas dalam hal kepuasan
situasi kerja, kerjasama antar karyawan, imbalan kerja.
yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang Berdasarkan uji Fisher's Exact, maka
menyangkut faktor fisik dan psikologis. Sikap didapatkan hasil P Value sebesar 0,004 <α (0,05)
terhadap pekerjaan ini merupakan hasil dari ini menyatakan bahwa Ho di tolak dan Ha
sejumlah sikap khusus individu terhadap faktor- diterima. Ini artinya bahwa ada hubungan yang
faktor dalam pekerjaan, penyesuaian diri signifikan antara fungsi pengorganisasian kepala
individu, dan hubungan sosial individu di luar ruangan terhadap tingkat kepuasan kerja perawat
pekerjaan sehingga menimbulkan sikap umum pelaksana. Berdasarkan ujiFisher's Exact
individu terhadap pekerjaan yang dihadapi didapatkan nilai OR sebesar 16, ini artinya bahwa
(Sutrisno, 2010), sedangkan Menurut Robbins jika fungsi pengorganisasian kepala ruangan
dan Judge (2008) kepuasan kerja (job berhasil, maka perawat pelaksana akan merasa
satisfaction) menyangkut sikap umum seorang puas dalam bekerja sebesar 16 kali dibandingkan
individu terhadap pekerjaannya. Seseorang fungsi pengorganisasian yang kurang berhasil.
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi Kepuasan perawat adalah bagian dari
rangkaian proses mutu layanan keperawatan pada
6
fungsi pengendalian manajemen keperawatan. pelayanan yang diberikan kepada pasien rumah
Sebagai organisasi yang bergerak dibidang jasa, sakit.
rumah sakit seharusnya memperhatikan mutu
layanan karena mustahil kepuasan pasien akan KESIMPULAN
optimal jika pemberi layanan merasa tidak puas Berdasarkan hasil penelitian tentang
dalam bekerja. Menurut hasil survei dari hubungan fungsi pengorganisasian kepala
Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI ruangan terhadap kepuasan kerja perawat
(2006, dalam Adysetiadi, 2012) melaporkan pelaksana, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari
sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat 30 orang responden yang menjadi subjek
provinsi di Indonesia mengalami stress kerja, penelitian menyatakan bahwa fungsi
sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena pengorganisasian kepala ruangan kurang berhasil
beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu. sebanyak 18 orang (60%) dan perawat pelaksana
Kepala ruangan sebagai firstline manajer bisa menyatakan kurang puas terhadap pekerjaannya
dikatakan sebagai manajer operasional yang sebanyak 20 orang (66,7%). Hasil uji chi square
merupakan pemimpin langsung mengelola diketahui p value = 0,004< 0,05.Hal ini dapat
seluruh sumber daya di unit perawatan untuk disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
menghasil-kan pelayanan yang bermutu. Di fungsi pengorganisasian kepala ruangan terhadap
tingkatan manajer jabatan kepala ruangan adalah kepuasan kerja perawat pelaksana.
jabatan yang penting dalam keberhasilaan Saran
layanan langsung pasien (Soejitno, 2005). 1. Bagi Tempat Penelitian
Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil Hasil penelitian diharapkan kepada kepala
penelitian Rahmawati (2013) bahwa ada ruangan agar dalam memimpin lebih
hubungan yang signifikan antara fungsi melakukan pendekatan kepada perawat
pengorganisasian dengan kepuasan perawat pelaksana dengan menjalin komunikasi yang
pelaksana di ruang rawat inap RSJDAG baik dengan perawat dan menciptakan
Semarang (p < 0,05). komunikasi yang baik juga antara sesama
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh perawat pelaksana sehingga akan tercipta
bahwa ada hubungan yang signifikan antara hubungan kerja yang harmonis serta setiap ada
fungsi pengorganisasian kepala ruangan terhadap permasalahan yang timbul dapat diselesaikan
kepuasan kerja perawat pelaksana tahun 2014. dengan baik dan bijaksana untuk mencapai
Penelitian ini menjelaskan bahwa banyaknya tujuan yang diterapkan oleh rumah sakit
keluhan dari perawat pelaksana diantaranya 1) tentang memberikan pelayanan yang
Tingkat kesibukan cukup tinggi sehingga banyak semaksimal mungkin kepada pasien.
perawat yang kerja lembur, 2) pemilihan perawat 2. Bagi Responden
yang mengikuti pelatihan pengembangan Hasil penelitian dan diharapkan juga
kemampuan terasa tidak adil, 3) Hubungan antara kepada perawat pelaksana, jika ada
perawat ada yang kurang harmonis. Permasalahan permasalahan yang dirasakan sebaiknya
ini salah satu penyebabnya adalah kurang langsung dibicarakan dengan kepala ruangan
bagusnya fungsi pengorganisasian yang untuk dicari solusi yang saling
dijalankan oleh kepala ruangan yang menguntungkan untuk semua pihak, sehingga
mengakibatkan kurang baiknya komunikasi pelayanan yang diberikan kepada pasien
antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana semakin baik karena kepuasan kerja perawat
sehingga masalah yang timbul tidak diketahui pelaksana bisa tercapai dengan lingkungan
oleh kepala ruangan. Jika seorang kepala ruangan kerja yang harmonis.
pengorganisasiannya baik maka semua perawat 3. Bagi Ilmu Keperawatan
pelaksana akan merasa puas dan kepuasan Diharapkan bisa jadi masukan untuk
perawat pelaksana dalam bekerja besar kemajuan ilmu keperawatan khususnya dalam
kemungkinan akan bisa tercapai karena sudah managemen keperawatan.
tentu komunikasi kepala ruangan dengan perawat 4. Bagi Penelitian
pelaksana menjadi baik sehingga setiap ada Hasil penelitian ini diharapkan kepada
masalah bisa diselesaikan dengan segera atau peneliti selanjutnya agar meneliti mengunakan
secepat mungkin dan tidak mengganggu metode observasi agar mendapatkan hasil yang

7
lebih akurat karena penelitian bisa dilakukan Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan:
di dua lokasi atau lebih. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
1
Verawati, Mahasiswa Program Studi Ilmu Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia ________. 2003. Konsep dan penerapan
2
Erwin, Staf Akademik Manajemen metodologi penelitian ilmu keperawatn:
Keperawatan PSIK Universitas Riau, Indonesia pedoman laporan penelitian, tesis, dan
3
Riri Novayelinda, Staf Akademik instrument penelitian keperawatan. Jakarta:
Keperawatan Anak PSIK Universitas Riau, Salemba medika.
Indonesia _______. 2008. Manajemen Keperawatan. Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA Rahmawati. 2013. Pengaruh Persepsi
Pelaksanaan Fungsi Manajerial Asuhan
Adisetiady.2012. Hasil Survei Dari Persatuan Keperawatan Kepala Ruang Terhadap
Perawat Nasional Indonesia Kepuasan Perawat Pelaksana Diruang
PPNI.adysetiadi.files.wordpress.com/2012/... Rawat Inap. Prosiding Konferensi Nasional
/jurnal-stikes-3 PPNI Jawa Tengah 2013.
diakses tanggal diakses tanggal 29 Agustus jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/.
2013 ../946
Alamsyah, D. 2011. Manajemen Pelayanan diakses tanggal diakses tanggal 30 Agustus
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika 2013
Cahayani, D. 2011. Teori Organizing atau Riyanto, Agus. 2011. Pengolahan dan Analisis
Pengorganisasian.http://cahayani- Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
iminoz.blogspot.com/2011/01/organizing- Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2008.
atau-pengorganisasian_05.html. Perilaku Organisasi. Edisi Kedua Belas.
diakses tanggal 30 Agustus 2013 Jakarta : Salemba Empat.
Darwis, dkk. 2009. Dasar-Dasar Manajemen: Siagian, Sondang P. 2002. Manajemen Sumber
Buku Ajar. Pekanbaru: Pusat Pengembangan Daya Manusia. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Pendidikan Universitas Riau Simanjuntak, S. 2011. Workshop Nasional
Penerapan Pedoman Penyelenggaraan
Handoko, T. Hani 2001. Manajemen Personalia Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
dan Sumber Daya Manusia.Yogjakarta : http://buk.depkes.go.id/index.php?option=co
BPFE . m_content&view=article&id=146:workshop-
Herlambang, S & Murwarni, A. 2012.Manajemen nasional-penerapan-pedoman-
Kesehatan dan Rumah Sakit. Yogyakarta: penyelenggaraan-pelayanan-keperawatan-di-
Gosyen Publishing rumah-sakit. diakses tanggal diakses tanggal
Hidayat, A. 2010.Metode Penelitian Kebidanan 20 Agustus 2013
dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Sunyoto, D. 2011. Analisis Untuk Penelitian
Medika Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Irawaty, D. 2012. 1 Perawat Tangani 10.000 Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian.
Pasien Bandung: Alfabeta
http://pontianak.tribunnews.com/2012/02/11/1- Sutrisno. 2010. Manajemen Sumber Daya
perawat-tangani-10.000-pasiendiakses Manusia. Jakarta: Kencana
tanggal diakses tanggal 27 Agustus 2013 Swanburg, R. C. 2000. Pengantar Kepemimpinan
Mangkunegara, P. A. 2004. Manajemen Sumber dan Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
Daya Manusia Perusahaan..Cetakan
Pertama. Bandung: PT. Remaja Rsodakarya. Sudiro, A. 2012.Pengaruh Timbal Balik Antara
Mubarok, W & Chayatin, N. 2009.Ilmu Kepuasan Kerja Dengan Kepuasan
Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Keluarga Serta Pengaruhnya Terhadap
Medika Kinerja Perawat Menuju Pembangunan
Muninjaya, A. 2004.Manajemen Kesehatan. Arsitektur Baru Bisnis Jasa Kesehatan
Jakarta: EGC http://achmadsudirofebub.lecture.ub.ac.id/20
Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian 12/02/pengaruh-timbal-balik-antara-
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. kepuasan-kerja-dengan-kepuasan-keluarga-
8
serta-pengaruhnya-terhadap-kinerja-perawat-
menuju-pembangunan-arsitektur-baru-bisnis-
jasa-kesehatan/ diakses tanggal 20 Juli 2013.

Anda mungkin juga menyukai