PENDAHULUAN
Penanganan pasca panen kakao sangat berpengaruh terhadap mutu biji kakao
yang akan dihasilkan. Hal utama yang harus diperhatikan pada penanganan pasca
panen kakao adalah proses fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan pada biji
kakao sangat berpengaruh terhadap mutu biji kakao. Persyaratan mutu biji kakao
Indonesia sudah tercantum dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). Oleh karena
itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui standar mutu biji kakao yang baik
dengan harapan nantinya dapat mengoptimalkan nilai ekonomis kakao.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan mutu biji kakao
berdasarkan SNI 2323-2008
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya buah kakao terdiri atas 4 bagian yakni : kulit, placenta, pulp,
dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40 biji yang diselubungi oleh pulp dan
placenta. Pulp merupakan jaringan halus yang berlendir yang membungkus biji
kakao, keadaan zat yang menyusun pulp terdiri dari 80-90% air dan 8-14% gula
sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang berperan dalam proses
fermentasi (Bintoro, 1977).
Kakao dibagi tiga kelompok besar yaitu Criollo, Forestero, dan Trinitario.
Sifat kakao Criollo adalah pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah
daripada Forestero, relatif gampang terserang hama dan penyakit, permukaan kulit
buah Criollo kasar, berbenjol dan alurnya jelas. Kulit ini tebal tetapi lunak sehingga
mudah dipecah. Kadar lemak dalam biji lebih rendah daripada Forestero tetapi
ukuran bijinya besar, bulat, dan memberikan citarasa khas yang baik. Lama
fermentasi bijinya lebih singkat daripada tipe Forestero. Berdasarkan tata
niaga,kakao Criollo termasuk kelompok kakao mulia (fine flavoured), sementara
itu kakao Forestero termasuk kelompok kakao lindak (bulk). Kelompok kakao
Trinitario merupakan hibrida Criollo dengan Forestero. Sifat morfologi dan
fisiologinya sangat beragam demikian juga daya dan mutu hasilnya (Wood, 1975
dalam Prawoto dan Sulistyowati. 2001).
Jenis kakao yang terbanyak dibudidayakan Menurut Sunanto (1992),
adalah jenis:
1. Criollo (Criollo Amerika Tengah dan Amerika Selatan), yang menghasilkan
biji kakao bermutu sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia, fine flavour
cocoa, choiced cocoa atau edel cocoa. Criollo memiliki ciri – ciri sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah dan tunas
– tunas muda umumnya berbulu.
b. Masa berbuah lambat.
c. Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit.
d. Kulit buah tipis dan mudah diiris.
e. Terdapat 10 alur yang letaknya berselang – seling, dimana 5 alur agak dalam
dan 5 alur agak dangkal.
f. Ujung buah umumnya berbentuk tumpul, sedikit bengkok dan tidak
memiliki bottle neck.
g. Tiap buah berisi 30 – 40 biji yang bentuknya agak bulat sampai bulat.
h. Endospermnya berwarna putih.
i. Proses fermentasinya lebih cepat dan rasanya tidak begitu pahit.
j. Warna buah muda umumnya merah dan bila sudah masak menjadi
orange.
2. Forastero, yang menghasilkan biji kakao bermutu sedang dan dikenal
sebagai ordinary cocoa atau bulk cocoa. Jenis terdiri dari forastero amazona
dan trinitario. Tipe forasteromemiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a. Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi.
b. Masa berbuah lebih awal
c. Umumnya diperbanyak dengan semain hibrida.
d. Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
e. Kuat buah agak keras tetapi permukaanya halus.
f. Alur – alur pada kulit buah agak dalam.
g. Ada yang memiliki bottle neckdan ada pula yang tidak memiliki.
h. Endospermnya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng.
i. Proses fermentaasinya lebih lama.
j. Rasa biji lebih pahit.
k. Kulit buah berwarna hijau terutama yang berasal dari Amazona dan
merah yang berasal dari daerah lain.
a. Serangga hidup :Serangga pada stadia apapun yang ditemukan hidup pada
partai barang.
b. Biji berbau abnormal :Biji yang berbau asap atau bau asing lainnya yang
ditentukan dengan metode uji.
c. Benda asing :Benda lain yang berasal bukan dari tanaman kakao
d. Biji berjamur :Biji kakao yang ditumbuhi jamur dibagian dalamnya dan
apabila dibelah dapat terlihat dengan mata.
e. Biji Slaty :Pada kakao lindak separuh atau lebih irisan permukaan keping biji
bewarna keabu-abuan atau biru keabu-abuan bertekstur padat dan pejal. Pada
kakao mulia warnanya putih kotor.
f. Biji berserangga :Biji kakao yang bagian dalamnya terdapat serangga pada
stadia apaun atau terdapat bagian-bagian tubuh dari tubuh serangga atau yang
memperlihatkan kerusakan karena serangga yang dapat dilihat oleh mata.
g. Kotoran :Benda- benda berupa plasenta, biji dempet , pecahan biji, pecahan
kulit , biji pipih, ranting dan benda lainnya yang berasal dari tanaman kakao.
h. Biji dempet (cluster) : Biji kakao yang melekat tiga atau lebih yang tidak
dapat dipisahkan dengan satu tangan.
i.Pecahan biji :Biji kakao yang berukuran ½ bagian biji kakao yang utuh.
Dibuka
Acara pertama pada praktikum ini adalah mengamati adanya serangga yang
hidup pada biji kakao. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil sampel
sebanyak 100 gram. Selanjutnya adalah melakukan pemecahan ataupembelahan biji
kakao dengan menggunakan pisau. Pemecahan ini bertujuan untuk mempermudah
dalam mengamati adanya serangga hidup pada biji. Salah satu ciri kondisi fisik biji
yang dihuni oleh serangga biasanya berlubang-lubang. Kemudian langkah terakhir
yaitu menghitung jumlah biji berserangga dari biji yang diamati.
2. Kadar Kotoran
Pengamatan kotoran
Penimbangan
Acara yang kedua adalah menentukan kadar kotoran dalam biji kakao,
sehingga dapat mengetahui kualitas dari biji kakao yang baik dan kurang baik.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menimbang sebanyak 100 gram biji
kakao. Kemudian dilakukan pengamatan kotoran terhadap biji kakao. Selanjutnya
ditimbang untuk dapat mengetahui banyaknya kotoran yang menempel pada biji
kakao, dan langkah terakhir yaitu dengan perhitungan kadar kotoran.
3. Jumlah Biji Kakao/100gr
Penggolongan (AA/A/B/C/S)
Acara yang ketiga adalah menghitung jumlah biji kako dalam 100 ram biji.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas biji kakao. Langkah yang
dilakukan untuk menentukan jumlah biji kakao dalam 100 sangat sederhana, yaitu
dengan cara menghitung banyaknya biji kakao yangtelah ditimbang 100 gram.
Sehingga dapat diketahui jumlahnya.
4. Penentuan Kadar Biji Cacat
Pemotongan memanjang
Pengamatan
Perhitungan
Acara yang ke empat adalah penentuan kadar biji cacat bertujuan untuk
mengetahui apakah kadar biji cacat yang terdapat pada biji kakao sesuai dengan
SNI biji kakao. Langkah yang pertama adalah dengan cara menyiapkan 300 keping
biji kakao untuk dianalisa, kemudian dilakukan pemotongan dengan cara
memanjang dan dilakukan pengamatan visual. Setelah itu dilakukan perhitungan
biji cacat dan ditentukan kadar masing-masing biji.
5. Kadar Air
5 gr biji kakao
Pengecilan ukuran
Pengovenan 16 jam
Desikator 15 menit
Penimbangan
Acara yang ke lima adalah menentukan kadar air biji kakao kering. Tahap
pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecilan ukuran. pengecilan ukuran
bertujuan untuk memperluas permukaan biji sehingga proses pengeringan lebih
cepat dan maksimal. Tahap kedua adalah menimbang sebanyak 5 gram biji kakao
yang telah dikecilkan. Tahap ketiga yaitu memasukkan 5 gram biji kakao kedalam
botol timbang. Botol timbang yang digunakan telah dioven terlebih dahulu, hal ini
bertujuan untuk mengeringkan botol timbang sehingga tidak mempengaruhi
beratnya. Kemudian botol timbang yang telah diisi dengan biji kakao dimasukkan
kedalam oven selama 6 jam. Metode oven yang digunakan ini disebut oven udara,
yaitu pengovenan dengan menggunakan suhu tinggi. Pengovenan ini bertujuan
untuk mengeringkan biji kakao sehingga dapat diketahui berat kering biji kakao
dan berat air yang hilang selama pengeringan. Berat air yang hilang ini
diindikasikan dengan kadar air yang terdapat dalam biji. Setelah 6 jam pengovenan,
dikeluarkan dari oven dan dimasukkan dalam eksikator. Eksikator ini berfungsi
untuk mempertahankan berat kering akibat pengovenan, hal ini dikarenakan
eksikator dilengkapi dengan silika gel yang dapat menyerap air. Langkah terakhir
yaitu melakukan penimbangan sehingga diketahui berat kering biji dengan botol
timbang.
Pembelahan
Acara yang ke enam adalah menentukan biji berbau asing. Pada acara ini,
langkah pertama yang dilakukan cukup sederhana. Pertama mempersiapkan biji
kakao kering. Kemudian dilakukan pembelahan menggunakan pisau. Dan yang
terakhir dicium aromanya dan dihitung banyaknya biji yang berbau asing.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan Adanya Serangga Hidup, Benda Asing, Kadar Kotoran dan
Jumlah Biji
Pengamatan Hasil
Adanya serangga hidup Tidak ada
Kadar kotoran : Jumlah berat (g) :
1.) Biji dempet 1.) 43,07
2.) Pecahan kulit 2.) 3,01
3.) Plasenta 3.) 5,94
4.) Biji berserangga 4.) 0,8
5.) Pecahan biji 5.) 19,95
6.) Biji kakao bagus/utuh 6.) 997,69
Jumlah biji per seratus gram 88 biji (termasuk dalam golongan A)
Shift 2 (ulangan 2)
Biji Biji slaty Biji Biji Biji bagus
berjamur berserangga berkecambah
4 42 1 0 107
26 124
Shift 2 (ulangan 2)
Biji berbau asap/asing Biji tidak berbau asing/beraroma asap
79 71
5.4 Penentuan Adanya Biji Berbau Asap Abnormal atau Berbau Asing
Dari pengamatan shift pertama dan kedua diketahui bila pada kakao terdapat
biji yang berbau asap abnormal atau berbau asing sejumlah 26 dan 79 biji. Menurut
SNI (2008) syarat mutu umum biji kakao adalah tidak terdapat biji kakao yang
berbau asap dan berbau asing. Sehingga syarat mutu biji kakao pada praktikum ini
tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan tidak layak untuk dipasarkan
maupun dikonsumsi.
5.5 Jumlah Biji Kakao per 100 gram
Pada acara penentuan jumlah biji kakao per seratus gram menghasilkan data
pengamatan. Dari data pengamatan tersebut jumlah bii kakao per seratus gram yaitu
88 keping biji kakao. Hal ini menunjukkan bahwa biji kakao tersebut termasuk
golongan AA. Menurut SNI 2323 (2008) ukuran berat biji kakao, yang dinyatakan
dengan jumlah biji per 100 g contoh, biji kakao digolongkan dalam 5 golongan
ukuran dengan penandaan AA yaitu maksimum 85 biji per seratus gram, golongan
A yaitu 86 - 100 biji per seratus gram, golongan B yaitu 101 - 110 biji per seratus
gram, golongan C yaitu 111 – 120 biji per seratus gram dan golongan S yaitu lebih
dari 120 biji per seratus gram.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap mutu biji kakao, diharapkan
produsen biji kakao lebih memperhatikan proses pengolahan biji, yaitu mulai dari
proses pemetikan hingga pengeringannya, sehingga dapat diperoleh kualitas biji
yang sesuai dengan standar. Dengan ini, tidak akan ada lagi biji kakao yang tidak
sesuai dengan SNI.
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, M.H., 1977. Periode Cukup Panen, Panen dan Periode Setelah Panen
Cokelat. IPB-Press, Bogor.
Wahyudi, T., Pangabean, T.R., dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao:
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
366 hlm.
Wood, G.A.R. and R.A. Allas. 1985. Cocoa. 4-thed dalam Prawoto, A.dan
Sulistyowati. 2001. Sifat-sifat Fisiko Kimia Lemak Kakao dan Faktor-
faktor yang Berpengaruh. Jember: Pusat Penelitian Perkebunan. Hlm 39-46.