Book Summary Christian Education 5 Buku
Book Summary Christian Education 5 Buku
Materi Pendukung
Christian Worldview
Oleh : Ferry Yang, Ph.D.
25 - 26 Juni 2019
16 - 17 September 2019
*Ringkasan Buku (1)
Yang, Ferry. 2018. Pendidikan Kristen. Surabaya; Penerbit
Momentum.
KATA PENGANTAR
Buku ini menyorot dasar paling penting dari segala sesuatu, yaitu
pengetahuan atau pengenalan akan Allah. Bahkan pengetahuan akan diri
sangatlah bergantung pada pengetahuan akan Allah. Tanpa pengenalan
akan Allah, kita tidak bisa mengenal diri kita sendiri. Pengetahuan yang lain
tidak lebih penting daripada pengetahuan akan Allah dan pengetahuan akan
diri. Sistem pendidikan Kristen membukakan pengertian pengetahuan akan
Allah. Karena Tuhan sendiri yang membukakan diri-Nya kepada orang-
orang yang dikasihi-Nya melalui Alkitab, melalui firman-Nya.
Pendidikan kristen bertujuan untuk memimpin orang-orang keluar
dari kegelapan dosa, dari perbudakan daging, menuju pengetahuan sorgawi
yang memberikan kehidupan kekal. Maka, esensi dari pendidikan Kristen
adalah berusaha membawa orang-orang berdosa ini keluar dari dosa
menuju kepada terang Allah yang kekal dan bebas dari dosa. Akhirnya
orang-orang yang dulunya adalah pendosa-pendosa, kini dapat menjadi
orang-orang yang suci di hadapan Tuhan. Tujuannya justru mendidik
setiap orang untuk menjadi murid Kristus (Matius 28:18-20).
Dasar pendidikan Kristen adalah bahwa TUHAN sebagai
sumber dari segala macam pengetahuan. Pada peristiwa Adam dan
Hawa di taman Eden, Adam diberikan oleh TUHAN suatu pengajaran
penting yaitu mengajarkan kepada Adam hal yang boleh dan hal yang tidak
boleh: bagaimana manusia itu harus taat kepada Pencipta, bagaimana
TUHAN sebagai Allah yang Mahakuasa itu memiliki hak untuk ditaati
peraturan-Nya dan perintah-perintah-Nya. Pengakuan akan TUHAN dan
akan kekuasaan-Nya merupakan titik mula pendidikan yang benar. Takut
akan TUHAN menuntun manusia kepada pengertian yang sejati (Amsal 1:7).
Ada prinsip yang mendasar dalam proses pendidikan Kristen,
yaitu memulainya dengan iman dan mengembalikan semuanya kepada
Tuhan. Ada satu pernyataan yang menyatakan pengakuan kepada TUHAN
yaitu YHWH Elohenu YHWH ehad – TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.
Pernyataan ini tidak bisa kita tangkap kecuali dengan iman. Dari iman inilah
kebergantungan manusia akan TUHAN menjadi nyata. Dari iman ini pulalah
arah kehidupan yang sejati menjadi jelas. Dari iman ini manusia kembali
kepada hakikat dirinya yang sebenarnya, yaitu sebagai makhluk ciptaan
Allah yang diberikan kapasitas untuk menyembah Tuhan yang sejati dan
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Melalui iman tersebutlah
pendidikan yang sejati boleh dikerjakan sesuai dengan kehendak Sang
Pencipta yang Agung.
Di dalam Pendidikan Kristen, metode yang paling penting di
dalam pendidikan adalah peneladanan atau percontohan (modeling).
Modeling tidak boleh dikesampingkan atau diabaikan. Modeling
menunjukkan keteladanan guru atau pengajar dalam kehidupannya agar
diteladani oleh muridnya. Jikalau guru tidak memercayai Allah itu ada, maka
murid pun akan menjadi orang yang seperti gurunya, tidak memercayai
bahwa Allah itu ada.
Sosok guru sejati adalah Tuhan dan hal ini digambarkan dalam
surat Ibrani 12:1-13 dan injil Lukas 15:11-32. Dalam surat dan injil ini, Tuhan
menghajar setiap manusia dengan mendidik hati manusia agar kembali
kepada Tuhan; ada pertobatan yang terjadi. Inilah gambaran sebagai
seorang guru yang menjadikan setiap orang murid Kristus, yaitu mendidik
muridnya dengan teguran kasih agar mengakui keberdosaannya di hadapan
Tuhan dan bertransformasi, hidup baru di dalam Tuhan.
Hal mendasar sebagai guru untuk membawa muridnya
bertransformasi adalah kebenaran, agar tidak menyesatkan banyak orang
(Matius 18:6-7). Dari mana asalnya dan standarnya kebenaran? Dari firman
Tuhan yang guru hidupi. Oleh karena itu, membawa transformasi dalam
kehidupan murid harus dimulai dari diri guru sendiri; bertobat, mohonkan
hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan, dan memperlengkapi diri sesuai
skill yang Tuhan percayakan kepada guru.
Proses pendidikan menempatkan empat elemen utama; guru,
murid, kurikulum, dan fasilitas. Urutannya tidak boleh dibolak-balik karena
posisi guru seharusnya mengikuti kebenaran, mengikuti guru yang utama,
yaitu Tuhan. Sehingga, guru tidak boleh keluar dari batasan otoritas Tuhan.
Guru memiliki otoritas dalam dunia pendidikan, namun otoritas yang
bertujuan untuk melayani anak-anak agar mereka tumbuh dengan baik di
hadapan Tuhan.
Semua pengajaran yang dilakukan guru haruslah dilandasi dengan
kebenaran sejati yang berasal dari firman Tuhan dalam Alkitab. Dunia
postmodern saat ini membuat kekacauan dalam iman Kristen dengan
membuktikan Alkitab melalui sains atau ilmiah sehingga hal ini
mengguncangkan iman Kristen dengan memberikan banyak bukti ilmiah
yang tidak sesuai dengan Alkitab. Tapi hal yang harusnya disadari adalah
Alkitab tidak pernah bisa dibuktikan dengan ide manusia namun diterima
dengan iman. Inilah bagian guru; menjaga agar kebenaran firman Tuhan
diterima dengan iman yang setia kepada Tuhan bukan akal manusia.
Prinsip dasar iman Kristen adalah bahwa pewahyuan terdiri dari wahyu
umum dan wahyu khusus yang mana wahyu khusus ini memiliki otoritas di
atas wahyu umum sehingga kebenaran sejati tetap terjaga dari berbagai
pengajaran sesat yang berkembang saat ini.
PENUTUP
ISI BUKU
Penulis tidak setuju dengan adanya UN, karena menurut penulis, UN hanya
menunjukkan murid terlihat cerdas di kertas, tapi tidak bisa menyelesaikan
masalah-masalah sederhana dalam kehidupan.
Usulan-usulan penulis:
Pendidikan yang berbasis Pancasila: berketuhanan, berkemanusiaan,
berkesatuan, berkewarganegaraan, dan berkeadilan.
(NgN)
***Ringkasan Buku (3)
Tong, Stephen. 1993. Arsitek Jiwa 1 dan 2. Jakarta; Penerbit
Momentum.
KATA PENGANTAR
Buku Arsitek jiwa ini terdiri dari 2 buku. Ditulis oleh Stephen Tong.
Beliau sangat konsen pada dunia pendidikan kristen. Dalam buku ini
akan banyak dikupas tentang peran mulia seorang guru sebagai
pendidik dan penginjil bagi anak-anak yang Tuhan percayakan.
Pada buku kedua penulis memaparkan kualitas dan relasi antara guru
dan murid. Dikatakan guru kristen dan guru umum itu berbeda karena
seorang guru kristen dituntut sesuatu yang berkaitan dengan cara
hidup dengan pertanggungjawaban keagamaan dan moral. Guru
yang baik menjadi faktor utama dan pertama dalam pendidikan
kristen. Ketika Yesus berkata, “Ikutlah Aku.” Pada waktu Kristus
menarik semua orang kepada diri-Nya, Ia tahu bahwa ia adalah titik
pusat dari semua pendidikan kristen.
Selain guru yang baik, bahan pelajaran yang baik dan murid-murid
yang bisa dididik sangat penting juga selain tambahan fasilitas yang
memadai.
Selain itu seorang guru juga perlu mempelajari dan memperkaya diri
dengan banyak kreatifitas mengajar dan metode yang digunakan juga
harus menarik. Namun tidak kalah pentingnya otoritas dan ketegasan
seorang guru diperlukan untuk menolong anak-anak yang sulit dididik
dan sulit menerima kebenaran. Tapi di atas semua itu adalah kasih
sayang seorang guru sangat diperlukan untuk mendidik anak-anak
tersebut.
PENUTUP
Guru yang menjadi arsitek jiwa adalah seorang yang menerima
tanggung jawab yang diberikan kepadanya sebagai seorang pendidik
sekaligus penginjil bagi anak-anak yang diberikan kepadanya. Guru
harus mengasihi anak didiknya dengan kasih Tuhan, sehingga
dengan kasih tersebut memampukan seorang guru mengajar dengan
baik dan bertanggung jawab. Melalui hal ini diharapkan seorang anak
dapat melihat Kristus di dalam diri sang guru.
Seorang guru juga harus diurapi Roh kudus. Untuk menerima urapan
ini mereka harus menaklukkan diri di bawah kebenaran Firman Tuhan,
dan menjaga diri dalam hidup suci.
Komunitas
Pendidikan yang baik lebih menekankan pada proses dan bukan hasil.
Untuk mencapai proses itu maka dibutuhkan adanya komunitas yang
dapat saling berinteraksi dan menciptakan proses pembelajaran.
Guru, siswa, dan subyek yang dipelajari adalah bagian dari komunitas
yang dibutuhkan dalam proses pendidikan. Kebaikan-kebaikan yang
ada dalam diri guru dan siswa dapat menjadi kekuatan yang
mendatangkan kebaikan: keberagaman, konflik yang direspons
dengan baik, kejujuran, kejatuhan.
Banyak ragam komunitas, tetapi bagi Palmer komunitas yang tepat
bagi pendidikan adalah komunitas kebenaran, komunitas yang
menjadikan kebenaran sebagai dasar dan materi dalam interaksi yang
dibangun. Komunitas di mana tercipta ruang untuk belajar, komunitas
yang memiliki relasi untuk saling membangun untuk knowing, teaching
and learning.
(npn)