KELAYAKAN FINANSIAL
1 KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami selaku penyelenggara
Diklat Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur (KPPI) dapat menyelesaikan
modul ini dengan baik. Modul ini membahas tentang kelayakan finansial yang
terdiri dari beberapa materi pokok yaitu, kebutuhan dan pengumpulan data,
metode perhitungan parameter kelayakan finansial dan evaliasi kelayakan
finansial.
Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya,
baik pada isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya
tanggapan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga
modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Kelayakan Proyek
Penyediaan Infrastruktur (KPPI)
2 DAFTAR ISI
7. PAJAK .....................................................................................................11
7.1 Jenis-Jenis Pajak yang Dikenakan Pada Proyek Infrastruktur .......11
6. ANALISIS SENSITIVITAS........................................................................28
BAB IV EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL
1. EVALUASI HASIL ANALISIS ...................................................................29
2. PENYUSUNAN HASIL ANALISIS ............................................................32
DAFTAR PUSTAKA
4 DAFTAR TABEL
5 DAFTAR GAMBAR
6 BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam rangka alih pengetahuan terkait studi kelayakan untuk menyiapkan proyek
penyediaan infrastuktur, maka disusunlah Modul 5 – Kelayakan Finansial. Dimana
modul ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ke-4 modul lainnya yang
dipersiapkan untuk Diklat Kelayakan Proyek Penyediaaan Infrastuktur (KPPI).
2. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat ini memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai kebutuhan data
yang diperlukan dalam rangka melakukan analisis kelayakan finansial, metode
untuk pengumpulan data tersebut dan analisis parameter kelayakan finansial.
Untuk itu peserta dibekali pengetahuan mengenai data-data terkait studi
kelayakan finansial diantaranya : biaya investasi, biaya analisa dan manfaat, biaya
operasional dan pemeliharaan, inflasi, suku bunga dan pajak serta analisis
parameter kelayakan finansial yaitu Analisis NPV, Analisis FIRR, Analisis Payback
Period dan Analisis MARR.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
7 BAB II
KEBUTUHAN DAN PENGUMPULAN DATA
Tujuan dari analisis kelayakan finansial adalah untuk mengurai analisis kuantitatif
terhadap kelayakan finansial (keuangan) dari suatu proyek. Bagian ini juga akan
menunjukkan apakah suatu proyek membutuhkan dukungan fiskal dan pendanaan
tambahan dari Pemerintah. Analisa finansial penting artinya dalam
memperhitungkan keuntungan atau manfaat yang diterima pribadi atau institusi
pemodal dalam mensukseskan pelaksanaan proyek.
Secara umum, analisis kelayakan finansial harus memuat kajian kelayakan proyek
secara keuangan, dengan memberikan gambaran secara jelas terhadap kinerja
keuangan dari sudut pandang penerimaan dan pengeluaran keuangan proyek,
termasuk risiko yang akan dihadapi selama siklus proyek (project viability). Lebih
lanjut, analisis kelayakan finansial mencakup biaya yang dibutuhkan selama siklus
proyek (life-cycle costs) beserta kerangka waktunya; biaya investasi/modal,
pengadaan tanah, biaya konsultasi, dan biaya operasi dan pemeliharaan. Selain
itu, terdapat juga opsi penerimaan dan perkiraan aliran penerimaan.
Beberapa yang membedakan dengan analisis ekonomi bahwa analisis kelayakan
finansial menggunakan harga pasar, serta memperhitungkan pajak dalam analisis
biayanya sehingga akan mengurangi benefit. Jika terdapat subsidi, besaran
subsidi berdampak mengurangi biaya investasi proyek.
1. BIAYA INVESTASI
Secara prinsip biaya modal (investasi) sama dengan perhitungan pada analisis
kelayakan ekonomi, yang ditafsirkan sebagai sejumlah pengeluaran yang
dibutuhkan untuk penyelesaian/pelaksanaan proyek. Pengeluaran (component
cost) dari biaya modal (investasi) terdiri dari biaya proyek, biaya pengadaan
tanah/pembebasan lahan, interest during construction dan financing cost.
2. BIAYA PROYEK
Untuk biaya proyek sudah dijelaskan pada analisis kelayakan ekonomi dimana
biaya proyek secara umum, terbagi menjadi dua bagian, yaitu biaya langsung dan
biaya tak langsung. Biaya langsung terdiri atas biaya pekerjaan persiapan dan
pelaksanaan konstruksi. Biaya tidak langsung yaitu sejumlah pengeluran yang
merupakan porsi substansial dari biaya langsung dan terdiri dari biaya
administrasi, jasa konsultasi dan biaya tak terduga. Yang membedakan dengan
analisis kelayakan ekonomi adalah adanya biaya pajak dimana untuk biaya
konstruksi akan dikenakan biaya pajak penambahan nilai (PPn).
Seperti pada analisis kelayakan ekonomi, maka dalam menentukan biaya operasi
meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menjalankan atau memfungsikan
bangunan secara optimal. Sedangkan, biaya pemeliharaan adalah semua biaya
yang diperlukan untuk menunjang terciptanya suatu kondisi optimal terhadap
operasi sistem yang baik dan pencapaian efektifitas pemakaian dan tenaga yang
ada. Meliputi biaya pemeliharaan rutin, berkala dan perbaikan.
Yang membedakan dengan analisis kelayakan ekonomi adalah adanya
penambahan biaya pajak dalam usaha operasi dan pemeliharaan yaitu pajak
penambahan nilai terhadap kegiatan konstruksi dan pajak penghasilan
5. INFLASI
Metode pengambilan asumsi nilai inflasi sama seperti pada analisis kelayakan
ekonomi (Modul III, Bab 2, Subab 6.2), demikian pula manfaatnya yaitu untuk
memperhitungkan eskalasi harga baik untuk biaya maupun untuk pengembalian.
6. SUKU BUNGA
Rumus perhitungannya
Bunga perbulan = (P x I x t)/jb
P = pokok pinjaman
I = suku bunga per tahun
t = jumlah tahun jangka waktu kredit
jb = jumlah bulan dalam jangka waktu kredit
Jenis bunga satu ini modifikasi dari bunga efektif dengan maksud
mempermudah kreditur membayar angsuran tiap bulan karena besarannya
sama.
- Suku bunga annuity
Atau dengan kata lain, bunga anuitas ini membuat angsuran bulanan yang
dibayarkan selalu tetap tapi komposisi bunga dan pokok angsuran berubah
secara periodik. Angsuran pokok per bulannya bakal membesar tapi di saat
bersamaan besaran bunganya per bulan mengecil.
Perhitungan bunga ini membuat porsi bunga di masa awal pinjaman menjadi
sangat besar tapi perlahan-lahan porsinya akan mengecil di masa akhir kredit.
Satu hal yang perlu diketahui, rumus perhitungannya sama dengan bunga
efektif.
Tugas 2 :
Jika perusahaan meminjam Rp. 60 juta di Bank dengan bunga 12% per tahun,
maka tentukan angsuran per tahun
7. PAJAK
Pasal 2
1) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf f dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 6.000,00 (enam ribu
rupiah).
2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf d dan huruf e :
a. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;
b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu
rupiah);
c. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam
ribu rupiah).
4. Pajak pertambahan nilai atau PPN dan pajak atas penjualan barang mewah
atau PPNBM. Berdasarkan UU No 24 tahun 2000, maka setiap jasa konstruksi
dikenakan 10% dari transaksi.
5. Bea perolehan hak tanah atau bangunan atau BPHTB.
Berdasarkan PP 34/2016, maka BPHTB adalah:
Besarnya Pajak Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan adalah sebesar:
a. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas
tanah dan/ atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/ atau bangunan;
b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/ atau bangunan; atau
c. 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
13
PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
MODUL 5
KELAYAKAN FINANSIAL
dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan
khusus dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai pengadaan tanah bag, pembangunan untuk
kepentingan umum.
Berkaitan dengan finansial pada proyek infrastruktur, jenis pajak yang umum
menjadi pertimbangan adalah pajak atas penghasilan dan modal (taxes on income
and capital), serta pajak atas barang dan jasa (taxes on goods and services).
Prinsip umum yang dianut dalam pengenaan pajak atas barang dan jasa adalah
destination principle, yaitu pajak dikenakan di tempat barang atau jasa tersebut
dikonsumsi atau dipergunakan; atau sering dikenal dengan atau Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Analisis Depresiasi
Karena dalam analisis pajak juga terkait depresiasi proyek infrastruktur.
Depresiasi adalah penyusutan atau penurunan nilai dari aset / fasilitas seiring
dengan berlalunya waktu.Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan
keuangan sebagai biaya, termasuk pengaruh terdapat penghasilan kena pajak
dan pajak penghasilan suatu perusahaan. Pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus
dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa
manfaat harta tersebut melalui penyusutan.
Dalam konsep penyusutan ini, menurut ketentuan perpajakan atas pembelian
harta berwujud yang masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dibebankan
sekaligus. Jika perusahaan membebankan pembelian harta berwujud tersebut di
laporan rugi laba maka akan dilakukan koreksi fiscal dalam menghitung pajak
penghasilan badan.
Salah satu metode analisis yang dianjurkan dalam analisis pajak adalah metode
linier atau straight line depreciation (SLD) dennngan metode analisis seperti
berikut :
Tugas 3
Biaya investasi : 200 jt
Pemasukan : 100 jt/th
Pengeluaran : 50 jt/th
Nilai sisa tahun ke 10 : 60 jt
Suku Bunga : 10 %/th
Tentukan pajak penghasilan setiap tahunnya
Pajak merupakan salah satu faktor penting bagi investor dalam menentukan
keputusan untuk berinvestasi pada suatu negara. Pajak memberikan pengaruh
sebagai berikut:
Pajak hanya memainkan bagian kecil dalam menentukan keputusan pertama
untuk melakukan investasi ke luar negeri. Perusahaan akan mengalihkan
kegiatan produksinya di negara yang tarif pajaknya lebih rendah dan biaya
tenaga kerjanya lebih rendah.
Pajak berpengaruh dalam menentukan lokasi tempat investasi. Peranan pajak
dalam menentukan lokasi tempat investasi relatif lebih kecil daripada faktor
stabilitas politik dan akses pasar.
Pajak mempunyai pengaruh yang penting pada jenis investasi tipe tertentu.
Tipe investasi yang berorientasi ekspor sangat sensitif dengan pengaruh faktor
biaya, sehingga pajak yang merupakan tambahan biaya mempunyai pengaruh
penting dalam menentukan keputusan melakukan investasi.
8 BAB III
METODE PERHITUNGAN PARAMETER
KELAYAKAN FINANSIAL
1. CASH FLOW
juga terjadi bahwa selama grace period tidak terjadi pembayaran utang pokok dan
bunganya.
Terkait masalah pinjaman, maka akan sangat penting masalah debt equity ratio
(DER) yaitu rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Rasio ini
sering digunakan para analisis dan para investor untuk melihat seberapa besar
hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau
para pemegang saham. Pada investasi infrastruktur DER yang sering digunakan
adalah 70% : 30%. Di Luar negeri ada yang memperbolehkan 80% : 20%, bahkan
90% : 10%; tergantung pada karakteristik (misalnya: risiko) proyek.
Sama seperti analisis kelayakan ekonomi, maka analisis Net Present Value pada
kelayakan finansial adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi dengan
Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara
finansial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif. Yang membedakan
dengan analisis kelayakan ekonomi adalah data pada cash ini ,cash out dan
discount rate. Dimana pada analisis kelayakan finansial discount rate yang
digunakan adalah sebesar MARR. Sedangkan metodenya sama.
Tugas 4
Dengan soal no 3, tentukan NPV setelah pajak
FIRR ini dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error). Jika nilai FIRR lebih
besar dari discount rate yang berlaku, maka proyek mempunyai keuntungan
secara finansial dan nilai FIRR pada umumnya dapat dipakai untuk membuat
rangking bagi usulan-usulan proyek yang berbeda.
FIRR 11,00%
=IRR(B24:G24)
Soal 5
Dari soal No 3& 4 tentukan FIRR on project & on equity
F 0
t 0
t
n
Ft (1 i)
t 0
t
0
Soal 6
Dari soal 5 tentukan payback periodnya
5. ANALISIS MARR
D : Besar pinjaman
E : Besar modal
T : Besar Pajak
Metode CAPM dikembangkan oleh William Sharpe, John Lintner dan Jack Traynor
(Brealey, et al., 2006). CAPM hanya memperhitungkan risiko sistematis atau risiko
pasar yang tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi. Risiko sistematis
merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan sedangkan
risiko tidak sistematis adalah risiko yang mempengaruhi sebagian (sekelompok
kecil) perusahaan. Risiko sistematis biasa juga disebut market risk (risiko pasar)
atau risiko yang tidak bisa didiversifikasi. Risiko tidak sistematis biasa juga disebut
unique risk, residual risk, specific risk atau diversifiable risk. Posisi risiko
sistematis dan non sistematis dapat dilihat pada Gambar berikut.
Risiko Sistematis
sistematis
Jumlah
portofolio / aset
dengan :
cov(ri,rm) : kovarian pengembalian aset i dan pengembalian pasar m, diwakili
oleh pertumbuhan IHSG
σ2m : standar deviasi dari pengembalian pasar
Koefisien dalam CAPM merupakan ukuran risiko suatu aset. Koefisien
merefleksikan sensitivitas pengembalian aset tehadap volatilitas pasar. Semakin
tinggi suatu aset, semakin tinggi pula risikonya. Bila =1, aset bergerak bersama
dengan pasar. Bila >1, aset lebih reaktif dibandingkan pasar. Sebaliknya bila
<1, aset kurang reaktif dibandingkan pasar. Secara grafis adalah gradien dari
regresi garis lurus regresi antara pengembalian pasar pada sumbu horisontal dan
pengembalian aset pada sumbu vertikal.
Sedangkan Required rate of return (RRR) oleh Wibowo (2011) didefinisikan
sebagai imbal hasil minimum yang dituntut oleh investor dari suatu proyek
investasi yang sesuai dengan risiko yang harus ditanggung bila investor
melaksanakan investasi tersebut. RRR berperan sebagai MARR dalam analisis
IRR atau hurdle rate dalam analisis NPV.
Required rate of return = suku bunga tanpa risiko + premium risiko
π tot= π sys + π non- sys
dengan :
πtot : premium total risiko
πsys : premium risiko sistematis,
πnon-sys : premium risiko non-sistematis.
Premium untuk risiko sistematis dihitung menggunakan CAPM sementara
premium risiko non-sistematis menggunakan CEM. CEM adalah risiko-risiko yang
sifatnya spesifik proyek dan tidak lagi memperhitungkan risiko sistematis yang
sudah terwakili melalui CAPM seperti telah dijelaskan sebelumnya.
= u
1 + (1 − 𝑇)𝐷/𝐸
dengan :
πsys = u * MRP
u = unlevered beta
= levered beta
T = tingkat pajak
D/E = rasio utang-ekuitas
Psys = premium untuk risiko sistematis
MRP = premium risiko pasar. Di Indonesia, MRP berada dalam kisaran 6,5
sampai 7,5%. Wibowo (2006) memberikan estimasi MRP sebesar 6,67%.
RRR menurut William(2000) dirumuskan sebagai berikut:
Cost of capital = (Required rate of return on debt) x (Percentage
of debt in the project) + (Required rate of return
on equity) x (Percentage of equity in the project)
Required rate of return on debt = Risk-free borrowing rate for specified time
horizon + Premium for country/finansial risk +
Premium for currency risk + Premium for project
or sector risk (including construction) + Premium
for regulatory risk
Required rate of return on equity = Risk-free borrowing rate for specified time
horizon + Equity risk premium (adjusted by
project beta) + Premium for country/finansial risk
+ Premium for currency risk + Premium for
project or sector risk (including construction) +
Premium for regulatory risk
Untuk memudahkan perhitungan dalam penentuan nilai ß dapat dilakukan
pendekatan melalui hasil-hasil penelitian yang ada, seperti :
Tabel 3 Nilai Beta
Cost of Equity Cost of
Subsektor Beta () Standar Error
(%) Capital (%)
Energi 0.12 0.61 14.48 13.92
Jalan Tol 0.99 0.25 20.18 17.95
Telekomunikasi 1.19 0.14 21.56 16.58
Transportasi 0.67 0.25 18.04 15.45
Konstruksi non
0.29 0.37 15.51 15.09
gedung
Sumber : Andreas Wibowo, 2006
Cara lebih mudah lagi dalam menentukan bisa diambil MARR sesuai hasil
penelitian, misalnya untuk jalan tol MARR = suku bunga investasi + (3 s.d 4)%
(Mahani,2016). Untuk sektor perumahan sekitar 2,5% di atas suku bunga investasi
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
27
PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
MODUL 5
KELAYAKAN FINANSIAL
(Oktaria dkk,2013). Untuk sektor lain sepertinya mempunyai nilai yang tidak terlalu
jauh berbeda, meskipun seharusnya penentuan MARR ini sangat tergantung dari
risiko masing-masing proyek.
6. ANALISIS SENSITIVITAS
Sama seperti analisis kelayakan ekonomi, maka pada analisis finansial dari suatu
proyek sering juga didasarkan pada kejadian yang tidak tentu dikemudian hari dan
data yang tidak akurat sehingga analisis sensitivitas perlu juga dilakukan pada
analisis kelayakan finansial.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan meninjau perubahan terhadap prakiraan
nilai komponen-komponen berikut:
a. Suku bunga diskonto (discount rate)
b. Biaya pembangunan (construction cost)
c. Dengan dan tanpa biaya pengadaan tanah;
d. Komponen lainnya sesuai dengan kebutuhan proyek.
Analisis ini diadakan untuk menunjukkan seberapa peka parameter finansial yang
didapatkan untuk dibandingkan dengan perubahan variabel yang digunakan.
Soal 7
Buatlah analisis sensitivitas akibat perubahan biaya investasi dan pemasukan
pada tugas sebelumnya
9 BAB IV
EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL
d. Asumsi pendanaan.
e. Asumsi biaya operasi dan pemeliharaan.
f. Jangka waktu kerjasama.
g. Tingkat keuntungan.
1. Bankability
Jika proyek dinyatakan layak secara finansial, masih harus dicek apakah
bankability atau tidak. Bankability adalah kondisi investasi yang dapat
memperoleh kredit dari pihak debitor atau bank. Bankability sangat tergantung dari
keuntungan dan keamanan investasi.
Evaluasi yang dilakukan meliputi capital, collateral, capacity, character dan
condition untuk meningkatkan kepercayaan debitor maka perlu ada penjaminan
infrastruktur.
Badan penjaminan infrastruktur di Indonesia adalah PT Penjaminan Infrastruktur
Indonesia yang didirikan atas dasar Perpres 78/2010 dengan tujuan :
1)Meningkatkan kelayakan kredit dan kualitas proyek-proyek infrastruktur KPBU
melalui kerangka evaluasi dan pengelolaan klaim atas penjaminan yang jelas dan
konsisten; 2)Meningkatkan tata kelola dan transparansi pelaksanaan penyediaan
penjaminan; 3)Memfasilitasi serta mendorong keberhasilan transaksi bagi PJPK
(Kementerian, BUMN, Pemda)dengan penyediaan penjaminan untuk proyek
KPBU yang terstruktur dengan baik; 4)Memagari kewajiban kontinjen Pemerintah
dan meminimalisir kejutan langsung kepada APBN.
2. RISIKO
Dalam evaluasi kelayakan finansial proyek infrastruktur harus memperhitungkan
berbagai risiko yang akan terjadi. Berdasarkan alokasi risiko(PT PII, 2014) risiko
meliputi:
- Risiko lokasi
- Risiko desain, konstruksi dan uji operasi
- Risiko finansial
- Risiko sponsor
- Risiko operasi
- Risiko pendapatan
- Risiko keadaan kahar
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
31
PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
MODUL 5
KELAYAKAN FINANSIAL
- Risiko politik
- Risiko kepemilikan asset
- Dll spesifik masing-masing infrastruktur
Tabel 4 Contoh Perhitungan FIRR, NPV, dan Payback Period untuk analisis kelayakan finansial
TAHUN
KETERANGAN
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 TOTAL
BIAYA (M.Rp)
Konstruksi
Suku Bunga
-Biaya operasi &
Pemeliharaan rutin
-Biaya Desain &
Supervisi
Kontingensi
Pajak
Total Investasi
Total Investasi (PV)
Manfaat(M.Rp)
- LHR * Tarif
Pendapatan lain2
Total Manfaat
Total Manfaat (PV)
B-C
B-C (PV)
FIRR
NPV
Aspek Finansial
1. Biaya Investasi (Rp Juta)
a. Biaya Proyek
- Biaya Pengadaan Tanah Rp.
- Biaya Perencanaan Rp.
- Biaya Konstruksi Rp.
- Biaya Peralatan Tol Rp.
- Biaya Supervisi Rp.
- Biaya Eskalasi Rp.
- Biaya PPN 10% Rp.
- Biaya Overhead Rp.
Biaya Proyek Rp.
b. Bunga Masa Konstruksi (IDC) Rp.
c. Biaya Finansial (Financial Cost) Rp.
Total Biaya Investasi Rp.
2. Pendanaan
- Ekuitas Rp.
- Pinjaman Rp.
- Top Up Masa Operasi Rp.
3. Bunga Pinjaman / tahun %
4. Kelayakan Investasi
a. Masa Konsesi Tahun
b. IRR on Project %
IRR on Equity %
c. NPV (Rp Juta) Project Rp.
e. Pay Back Period Project Tahun
Discount Rate %
Latihan :
Dengan laporan yang ada tentukan :
- Apakah proyek layak dibangun?
- Jika layak kira-kira metode pembiayaan apa yang sesuai?
- Berikan rekomendasi
10 DAFTAR PUSTAKA
1. Blank FF et al, “Real Option In PPP Case of a toll road conssion”, 2009
2. Brealey,A,et al," Coporate Finance, 8th edition, Mc Graw Hill, New York,2006
3. Ermest Paul DeGarmo, WG Sullivan, John R.Canuba,”Engineering
Economic”,1984
4. Wibowo A,”Investasi Jalan Tol Swasta di Indonesia di Indonesia: Risiko dan
permasalahannya”, 2006
5. Wibowo A,”Metodologi Perhitungan Required Rate Of Return Berdasarkan
Cumulative Prospect Theory,Studi Kasus Proyek Investasi Jalan Tol”, Jurnal
Teknik Sipil, Vol 18 No.2 Agustus 2011
6. PT PII,”Acuan Alokasi Risiko”,2013
7. Perpres No 78 tahun 2010 tentang penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
8. UU No 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Lahan Bagi pembangunan Untuk
Kepentingan Umum