Anda di halaman 1dari 4

Mengulik Kisah Ironis Minyak Atsiri di 

Indonesia 

 
Sumber foto : http://chee-sys.blogspot.co.id
Indonesia merupakan negara pemasok minyak atsiri kedua terbesar di dunia tapi harga pasar
diatur oleh negara lain. Tak hanya itu, minyak atsiri adalah bahan baku pembuatan parfum tapi
Indonesia merupakan negara pengimpor parfum. Lalu apa yang sebenarnya menjadi latar
belakang kisah ironis ini?
ADVERTISEMENT 
Minyak atsiri didefinisikan sebagai minyak terbang (volatile) dalam tumbuhan yang dapat
ditemukan di akar, kulit batang, daun, bunga dan biji. Minyak atsiri dihasilkan oleh 160-200
aneka ragam tanaman aromatik yang sebagian ada di Indonesia. Menurut Dewan Atsiri
Indonesia, minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau "​essential oil​",
dipergunakan sebagai bahan baku untuk industri parfum, bahan pewangi (​fragrances​), aroma
(​flavor​), farmasi, kosmetika dan aromaterapi.
Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat
pewangi, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan yang berasal dari jenis hewan
tertentu. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam
parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana.
ADVERTISEMENT 
Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah misalnya minyak lada, minyak kayu manis,
minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe, umumnya digunakan sebagai
bahan penyedap (​flavoring agent)​ dalam bahan pangan dan minuman.
Indonesia Penghasil Terbesar Kedua
Minyak atsiri adalah salah satu komoditas ekspor tradisional Indonesia yang sudah diusahakan
sejak sebelum Perang Dunia II. Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri nomor dua
terbesar dengan sekitar 40 jenis minyak atsiri yang sudah dikenal. Diperkirakan terdapat 12 jenis
minyak atsiri Indonesia yang diekspor ke pasar internasional dari 80 minyak atsiri di dunia.
Jenis-jenis minyak atsiri yang diekspor antara lain minyak kayu manis, minyak akar wangi,
minyak cendana, minyak kemukus, minyak nilam, minyak kenanga, minyak pala, minyak
cengkeh, minyak kayu putih. Sekitar 20 diantaranya merupakan minyak potensial yang telah
berkembang di pasar serta bernilai ekonomi tinggi. Sementara untuk ekspor minyak daun
cengkeh dan turunannya, Indonesia telah menyuplai lebih dari 70% dari kebutuhan dunia.
Indonesia juga memasok lebih dari 90% kebutuhan minyak pala dunia.
ADVERTISEMENT 
Total kapasitas produksi minyak atsiri Indonesia bisa mencapai 5.000 hingga 6.000 ton per
tahun dengan jumlah pelaku usaha mencapai 3.000 usaha. Oleh karena itu tidak mengherankan
jika bagi sejumlah daerah di Indonesia seperti Ponorogo, Aceh dan Kulonprogo, bisnis minyak
atsiri membawa dampak yang sangat positif terhadap perekonomian setempat. Saat angka
ekspor di Yogyakarta cenderung menurun pada awal Januari 2017, komoditas minyak atsiri,
kosmetik wangi-wangian justru meningkat sebesar 177,12%. Tak hanya itu, mengingat Indonesia
masih memiliki banyak lahan, maka ada banyak sumber-sumber minyak atsiri baru yang dapat
terus digali. Maka dari itu, dapat dipahami jika potensi ekonomi minyak atsiri tidak main-main
bagi Indonesia.
Tidak Berdaya Menentukan Harga
Nilai ekspor minyak atsiri merupakan salah satu sumber devisa utama bagi Indonesia. Dalam
daftar 10 komoditas potensial dari Kementerian Perdagangan, nilai ekspor minyak atsiri dan
kosmetik wewangian berada di sekitar USD 580 juta hingga USD 637 juta selama periode 2011
hingga 2015. Negara tujuan ekspor utama Indonesia antara lain Amerika Serikat, Eropa,
Australia, Afrika dan ASEAN. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh ​Leffingwell &
Associates,​ Asia Tenggara menyumbang 10 persen pada pangsa pasar perasa dan wewangian
global yang bernilai USD 24,1 miliar pada 2015.
ADVERTISEMENT 
Meski demikian, sangat disayangkan Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk menentukan
harga. Industri domestik masih sebatas mengekspor minyak atsiri yang belum diolah sebagai
produk jadi. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain masih rendahnya pemahaman petani
dan koperasi dalam menerapkan ​agricultural process ​dan ​manufacturing process​ yang bagus.
Karena itulah tidak mengherankan jika layaknya petani lahan garapan, Indonesia tidak lagi
berperan sebagai pemilik. Harga minyak atsiri dunia ditentukan oleh ​broker​ di negara tetangga.

Aneka macam minyak atsiri (sumber foto: www.pixabay.com)


Pemasok Utama yang Mengimpor Parfum
Parfum berasal dari bahasa latin "per fume" yang artinya "melalui asap". Parfum merupakan
salah satu kebutuhan perawatan tubuh terutama di zaman modern. Meski demikian, tak banyak
orang yang mengetahui hubungan antara minyak atsiri dengan parfum. Minyak atsiri atau
essential oil ​atau juga sering disebut ​aromatic oil​ memang tak sepopuler produk jadinya
meskipun merupakan zat pengikat yang penting sebagai bahan pembuatan parfum.
Minyak nilam (Patchouli oil) merupakan salah satu bintang ekspor ekspor minyak atsiri
Indonesia. Sekitar 85-90 persen pangsa pasar minyak nilam global (2.000 ton per tahun)
dipasok dari Indonesia atau sekitar 35-40% dari total nilai ekspor minyak atsiri. Sayangnya
sebagian minyak nilam yang diekspor masih dalam bentuk minyak yang belum diolah jadi
produk hilir. Bahkan tidak ada satupun produsen kosmetik wewangian Indonesia yang masuk
dalam 10 besar daftar perusahaan dunia yang bergerak di bidang perasa dan wewangian.
Di samping itu, industri hilir di dalam negeri belum mampu memaksimalkan potensi yang besar
ini. Sebagai gambaran, nilai impor minyak atsiri dan kosmetik wewangian domestik selalu lebih
besar dari nilai ekspor minyak atsiri. Pada periode 2011 hingga 2015, nilai impor bernilai di
kisaran USD 750 juta hingga $1,1 miliar. Kemudian pada tahun 2015, Indonesia harus
mengimpor USD 962 juta, tapi nilai ekspor komoditas ini hanya USD 637 juta.
ADVERTISEMENT 
Melihat potensi besar produk turunan minyak atsiri di tingkat global, rasanya sangat ironis jika
Indonesia hanya bisa menjadi penonton. Maka dari itu, untuk dapat meningkatkan nilai tambah
dari bisnis minyak atsiri, Indonesia harus terus melakukan inovasi. Pemerintah perlu
menerapkan kebijakan antara lain pendampingan terhadap petani, penerapan teknologi terkini
yang dapat mendukung produksi minyak atsiri berkualitas tinggi, dan visi bersama untuk
mencapai mutu produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Semuanya memungkinkan jika
ada kemauan keras dari semua pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai