PESTISIDA
Kelompok 1
Nama : Abdul Rahman (P009331170)
Christin Zebua (P00933117049)
Damanik Tamara (P00933117050)
Samuel Silalahi (P009331170)
Widya Abdillah (P009331170)
Tingkat : II-B
Semester :5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak dari penggunaan pestisida?
2. Bagaimana mengetahui penggolongan pestisida?
3. Bagaimana mengetahui pembuangan pestisida?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui dampak dari penggunaan pestisida.
2. Mengetahui penggolongan pestisida.
3. Mengetahui pembuangan pestisida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida
Hampir semua diantara kita pernah mendengar kata Pestisida, sejenis : Fungisida,
Insektisida, Herbisida, Bakterisida, Akarisida, Moluskisida, Perekat-Pembasah, Pupuk Daun,
Calsium Super, atau nama lainnya. Hampir dalam semua sisi kehidupan kita tidak bisa lepas dari
pestisida dalam berbaga ibentuknya. Dari gunung sampai pantai, dari desa sampai kota. Petani di
pegununganpun tidak lepas dari penggunaan pestisida.Petani sayuran di Dieng, Kopeng, atau
petani tembakau dilereng gunung Sindoro dan Sumbing.
Pembasmi hama atau Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan,
menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama")
yang diberi akhiran cide ("pembasmi").Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus,
gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.Pestisida biasanya,
tapi tak selalu, beracun.Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun"
tergantung dari sasarannya.
Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan
masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat.Pestisida terbukti mempunyaiperanan
yang penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.Pada bidang pertanian termasuk pertanian
rakyat maupun perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan
pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat.
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia.Dalam sejarah peradaban
manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang
pertanian.
Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting
dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.Beberapa abad terakhir, penggunaan pestisida telah
meningkatkan produksi pertanian secara signifikan. Penggunaan dengan cara yang tepat dan
aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah
bahan yang beracun. Penggunaan pestisida bertujuan untuk menekan populasi Organisme
Pengganggu Tanaman ( OPT ) secara cepat dibandingkan dengan pengendalian lainnya.
Kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat
pertaniannya. Pestisida dapat mencegah tanaman cabai dari serangan OPT. Hal ini berarti jika
para petani menggunakan pestisida, hasil panen tanaman cabai akan meningkat dan akan
membuat hidup para petani cabai menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman
tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.Tetapi. Di lain pihak dengan
penggunaan pestisida , maka kehilangan hasil akibat OPT dapat ditekan, tetapi menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.
Dengan adanya dampak buruk dari pestisida, para petani lebih dianjurkan menggunakan
sistem pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Tetapi pertanian
dengan metode ini juga memiliki resiko yaitu rentan untuk terserang hama. Tetapi hasil dari
pertanian ini sangat sehat dan tidak akan mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, para petani
diharapkan tidak terlalu banyak menggunakan pestisida dan melakukan pertanian
organik.Pertanian organik ini sangat bermanfaat dan tidak memiliki efek samping yang
membahayakan bagi lingkungan maupun tubuh.
2.2. Dampak Penggunaan Pestisida
Kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat
pertaniannya. Pestisida dapat mencegah tanaman cabai dari serangan OPT. Hal ini berarti jika
para petani menggunakan pestisida, hasil panen tanaman cabai akan meningkat dan akan
membuat hidup para petani cabai menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman
tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.Tetapi. Di lain pihak dengan
penggunaan pestisida , maka kehilangan hasil akibat OPT dapat ditekan, tetapi menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.
Memang dapat diakui , pestisida banyak memberi manfaat dan keuntungan. Diantaranya,
cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih
panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar-besaran serta
mudah diangkut dan disimpan. Manfaat yang lain, secara ekonomi penggunaan pestisida relatif
menguntungkan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk.
Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat
pisau bermata dua.Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian,
terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata
dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian
berupa timbulnya dampak buruk penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1).
Pestisida berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk
terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad
penganggu tanaman.
1.) Pengaruh Negatif Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest
meliputi hama penyakit secara luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti
membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja
bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap
manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya.
Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan
kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan
mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu
digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang
yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika
sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa
gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan
kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja
dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.
Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun
pestisida, sehingga dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan
segi-segi keselamatan.Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering
tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan
panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya
sering tidak memperhatikan arah angin, sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan
kadang-kadang wadah tempat pestisida digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di
sembarang tempat. Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis aplikasi sering tidak sesuai
anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan hingga melampaui
batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama
dan penyakit tanaman.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut,
kulit, dan pernafasan.Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh
seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis.
Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah
berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek
racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic
(kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari
ibu yang keracunan).
Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan,
sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam
jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO), paling
tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000
orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat
tubuh, kemandulan dan penyakit liver.Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984
merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis.Saat itu, bahan kimia metil
isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis
(Sevin).Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000
orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah
produksi pestisida sintesis.
Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan
orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan
pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam
tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen
yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui
hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu
terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi
tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen.
2.) Pestisida Berpengaruh Buruk Terhadap Kualitas Lingkungan
Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang
berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida di
bidang pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran pestisida
terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita.
Sehingga akan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun.
Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan manusia.Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui
angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya.Residu pestisida
sintesis sangat sulit terurai secara alami.Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat
bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan,
diketahui bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar
kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisma
bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan, maka
residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.
Residu pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air sungai, air
sumur, maupun di udara.Dan yang paling berbahaya racun pestisida kemungkinan terdapat di
dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti sayuran dan buah-buahan.
Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko pencemaran, dengan adanya
hembusan angin.Pencemaran pestisida di udara tidak terhindarkan pada setiap aplikasi
pestisida.Sebab hamparan yang disemprot sangat luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang
disemprotkan akan terbawa oleh hembusan angin ke tempat lain yang bukan target aplikasi, dan
mencemari tanah, air dan biota bukan sasaran.
Pencemaran pestisida yang diaplikasikan di sawah beririgasi sebahagian besar menyebar
di dalam air pengairan, dan terus ke sungai dan akhirnya ke laut. Memang di dalam air terjadi
pengenceran, sebahagian ada yang terurai dan sebahagian lagi tetap persisten. Meskipun
konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan lingkungan.
Sebagian besar pestisida yang jatuh ke tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi.
.
2.2 Penggolongan Pestisida
Penggolongan pestisida menurut cara masuknya ke tubuh hama dapat terbagi menjadi
A. RACUN PERUT
Pestisida memasuki tubuh hama melalui saluran pencernaan (perut). Hama terbunuh bila
pestisida tersebut termakan oleh hama. Pestisida lama umumnya merupakan racun perut,
sedangkan pestisida modern sangat sedikit yang merupakan racun perut.Namun ada juga
pestisida modern yang aksinya pada serangga melalui perut yaitu kelompok Insektisida
Sistemik.Insektisida ini diserap oleh tanaman dan ditranslokasikan dalam jaringan tanaman.
Serangga yang menghisap cairan tanaman yang sudah mengandung insektisida akan mati. Oleh
karena insektisida sistemik juga memiliki sifat racun perut maka dapat dimasukkan dalam
kelompok racun perut.Biasanya insektisida sistemik tidak dimasukkan dalam racun perut.
B. RACUN KONTAK
Pestisida memasuki tubuh serangga bila serangga mengadakan kontak dengan insektisida
atau serangga berjalan diatas permukaan yang telah disemprot pestisida.Disini pestisida masuk
ke dalam tubuh serangga melalui dinding tubuh.Insektisida modern pada umumnya merupakan
racun kontak.
C. FUMIGAN
Fumigan merupakan insektisida yang mudah menguap menjadi gas dan masuk ke dalam
tubuh serangga melalui sistem pernafasan atau sistem trakea yang kemudian diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh. Karena sifatnya yang mudah menguap fumigan biasanya digunakan
untuk mengendalikan hama gudang/simpanan yang berada di ruang atau tempat tertutup dan juga
untuk mengendalikan hama yang berada di dalam tanah.
Insektisida dapat kita bagi menurut sifat dasar senyawa kimianya yaitu dalam Insektisida
Anorganik yang tidak mengandung unsur karbon dan Insektisida Organik yang mengandung
unsur karbon.Insektisida lama yang digunakan sebelum tahu 1945 umumnya merupakan
insektisida anorganik sedangkan insektisida modern setelah DDT ditemukan umumnya
merupakan insektisida organik.Insektisida organik masih dapat dibagi menjadi insektisida
organik alami dan insektisida organik sintetik.Insektisida organik alami merupakan insektisida
yang terbuat dari tanaman (insektisida botanik) dan bahan alami lainnya. Sedangkan insektisida
sintetik merupakan hasil buatan pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi. Insektisida
modern pada umumnya merupakan insektisida organik sintetik.
Pembagian menurut sifat kimia yang lebih tepat adalah menurut komposisi atau susunan
senyawa kimianya. Pembagian insektisida organik kurang banyak digunakan dalam praktek
pengendalian hama.
1. ORGANOKLORIN
Setelah DDT, kemudian berhasil dikembangkan banyak jenis insektisida yang mirip
dengan DDT dan kemudian dikelompokkan dalam golongan Hidrokarbon Klor. Semua
insektisida dalam kelompok ini mengandung Klorin, Hidrogen dan Karbon.Kadang-kadang ada
juga yang mengandung Oksigen dan Sulfur.
Insektisida OC merupakan racun kontak dan racun perut, efektif untuk mengendalikan
larva, nimfa dan imago dan kadang-kadang untuk pupa dan telur.Cara kerja (Mode of Action)
OC belum diketahui secara lengkap.Secara umum dapat dikatakan bahwa keracunan serangga
oleh insektisida tersebut ditandai dengan terjadinya gangguan pada sistem syaraf pusat yang
mengakibatkan terjadinya hiperaktivitas, gemetaran, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
kerusakan syaraf dan otot serta kematian.
2. ORGANOPHOSPHAT (OP)
Insektisida OP dengan unsur P sebagai inti yang aktif saat ini merupakan kelompok
insektisida yang terbesar dan sangat bervariasi jenis dan sifatnya.Saat ini telah tercatat sekitar
200 ribu senyawa OP yang pernah dicoba dan diuji untuk mengendalikan serangga.
OP merupakan insektisida yang sangat beracun bagi serangga dan bersifat baik sebagai
racun kontak, racun perut maupun fumigan.Berbeda dengan OC, senyawa OP di lingkungan
kurang stabil sehingga lebih cepat terdegredasi dalam senyawa-senyawa yang tidak beracun.
Daya racun OP mampu menurunkan populasi serangga dh cepat, persistensinya di lingkungan
sedang sehingga OP secara bertahap dapat menggantikan insektisida OC. Sampai saat ini OP
masih merupakan kelompok insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Kebanyakan insektisida OP adalah penghambat bekerjanya enzim asetilkolinesterase.Kita
ketahui bahwa dalam sistem syaraf serangga antara sel syaraf atau neuron dengan sel-sel lain
termasuk sel otot terdapat “celah” yang disebut Sinapse.Enzim Asetilkolin yang dibentuk oleh
sistem syaraf pusat berfungsi untuk mengantarkan pesan atau impuls dari sel syaraf ke sel otot
melalui sinapse. Setelah impuls diantarkan ke sel-sel otot proses penghantaran impuls tersebut
dihentikan oleh karena bekerjanya enzim lain yaitu enzim asetilkolinestarase. Dengan enzim
tersebut asetilkolin dipecah menjadi asam asetat dan kolin.Adanya asetilcolin-esterase
menyebabkan sinapse menjadi kosong lagi sehingga pengantaran impuls berikutnya dapat
dilakukan.
ivat ini antara lain Klorpirifos, Fention, Temephos, metidation dan lain-lain.
3. CARBAMAT
Karbamat merupakan insektisida yang berspektrum lebar dan telah banyak digunakan
secara luas untuk pengendalian hama. Golongan ini relatif baru jika dibandingkan 2 kelompok
pestisida sebelumnya (OC dan OP).Semua insektisida Karbamat mempunyai bangunan dasar
asam karbamat. Cara karbamat mematikan serangga sama dengan golongan OP yaitu melalui
penghambatan aktivitas enzim kolinesterase pada sistem syaraf. Perbedaannya bahwa pada
karbamat penghambatan enzim kolinesterase-nya bersifat bolak-balik (resersible) sedangkan
pada OP tidak bolak balik. Insektisida tersebut cepat terurai dan hilang daya racunnya dari tubuh
binatang sehingga tidak terakumulasi dalam jaringan lemak atau susu seperti OC. Beberapa
karbamat memiliki toksisitas rendah bagi mamalia tetapi ada yang sangat beracun.
Piretroid merupakan kelompok insektisida organik sintetik konvensional yang paling baru,
digunakan secara luas sejak tahun 1970-an dan saat ini perkembangannya sangat cepat.
Keunggulan SP karena memiliki pengaruh “knock down” atau mematikan serangga dengan
cepat. Tingkat toksisitas rendah bagi manusia.
Kelompok SP merupakan tiruan dari bahan aktif insektisida botani Piretrum yaitu Sinerin I yang
berasal dari bunga Chrysanthenum cinerariaefolium.Sebagai insektisida botani piretrum
memiliki keunggulan yaitu daya knockdown yang tinggi tetapi sayangnya di lingkungan bahan
alami ini tidak bertahan lama karena mudah terurai oleh sinar ultraviolet.Kecuali itu penggunaan
di lapangan kurang praktis dan mahal karena piretrum harus dahulu diekstrasi dari bunga
chrisantenum.Dari rangkaian penelitian kimiawi dengan melakukan sintesis terhadap susunan
kimia piretrum dapat diperoleh bahan kimiawi yang memiliki sifat insektisidal mirip dengan
piretrum dan bahan tersebut mempunyai kemampuan untuk bertahan lebih lama di lingkungan
serta dapat diproduksi di pabrik. Jenis pestisida buatan yang mirip piretrum diberi nama pirethrin
yang kemudian menjadi modal dasar bagi pengembangan insektisida golongan SP lainnya.
5. FUMIGAN
Fumigan sangat mudah menguap, kebanyakan mengandung satu atau lebih gas halogen yaitu Cl,
Br dan F. Banyak yang sangat beracun bagi serangga hama sehingga dapat membunuh serangga
di ruang tertutup. Oleh karena itu fumigan banyak digunakan untuk mengendalikan hama
simpanan/gudang, hama rumah kaca, dan rayap. Beberapa fumigan juga digunakan untuk
perlakuan tanah.
Beberapa contoh fumigan antara lain : CH3Br, Kloropikrin, Naftalena, dan lain-lain.
6. MINYAK
Minyak tanah sejak abad ke 18 telah digunakan untuk mengendalikan serangga yang merugikan
manusia antara lain untuk nyamuk dan hama buah-buahan. Masalah utama yang dihadapi dalam
penggunaan minyak tanah adalah fitotoksisitasnya yang tinggi.Oleh karena itu sebelum
digunakan minyak tanah harus disuling lebih dahulu dengan tehnik tertentu.Minyak tanah yang
telah disuling efektif untuk pengendalian tungau, aphid dan kutu-kutu tanaman.
7. INSEKTISIDA LAIN
Masih banyak kelompok insektisida lain di luar yang telah disebutkan sebelumnya seperti
Formamidin, Tiosianat, Organotin dan lain-lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah pestisida
Anorganik yang sudah lama tidak digunakan lagi setelah adanya insektisida organik
sintetik.Termasuk dalam Anorganik adalah Kalium Arsenat, Pb Arsenat, Kriolid dan
Belerang.Umumnya pestisida tersebut adalah racun perut. Kelemahan pestisida anorganik adalah
toksisitas tinggi untuk mamalia termasuk manusia, residu di lingkungan persisten, ftotoksisitas
tinggi, masalah ketahanan hama terhadap insektisida dan efisikasinya lebih rendah bila
dibandingkan insektisida organik sintetik
Pembuangan Pestisida
2. Pestisida Kadaluarsa/sisa
a. Pembuangan pestisida yang kadaluarsa dilakukan sesuai dengan pedoman yang ada
b. Apabila terjadi kelebihan pestisida dalam tabung penyemprot,maka pestisida tersebut harus
dibuang denganmenyemprotkan pada tanaman sejauh dosisnya tidak melebihi
batas aman atau dibuang ke lahan kosong atau dibuang ke tangki pembuangan atau dibuang
sesuai pedoman
Pembuangan Kemasan pestisida kosong dan pestisida kadaluwarsa dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembasmi hama atau Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu.
Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk
penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1). Pestisida berpengaruh negatif
terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, dan
(3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman.
Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang
langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang
menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-
gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan
kematian.
Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa
melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara
alami.
Tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengurangi populasi hama. Akan tetapi dalam
kenyataannya, sebaliknya malahan sering meningkatkan populasi jasad pengganggu tanaman,
sehingga tujuan penyelamatan kerusakan tidak tercapai.
3.2. Saran
Saran yang kami usulkan pada mengenai dari isi makalah ini adalah kiranya penggunaan
pestisida sebaiknya perlahan-lahan dikurangi untuk kepentingan bersama baik untuk manusia
maupun untuk lingkungan dan terkhusus pada sector pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2013.http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan - pestisida/.
Diakses pada tanggal 10 mei 2013 pukul 16:45.
Hidayat Natawigena dan G. Satari.1981. Kecenderungan Penggunaan Pupuk dan Pestisida dalam
Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya Terhadap Lingkungan. Seminar terbatas 19
Maret 1981 Lembaga Ekologi Unpad Bandung.
Mulyani, S. dan M. Sumatera.1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura. Simposium
Entomologi, Bandung 25 – 27 September 1982.
Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada
University Press.Yogyakarta.