Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI ISLAM

ILMU – ILMU HADIS

Dosen pengampu :
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.

Disusun Oleh:

Naufal Zulfan 11190110000034


Muhammad Riziq S 11190110000026
Inayatul Marfu’ah Hakim 11190110000049
Siti Warda Putri 11190110000005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019M/1440H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Puja puji serta syukur kehadirat Allah


SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas yang berbentuk makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu, meskipun dengan berbagai macam halangan. Dan
tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang.
Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi yang akan kami presentasikan
dan merupakan implementasi dari program belajar aktif oleh dosen Prof. Dr. H.
Abuddin Nata, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah wawasan
keilmuan kita dalam mempelajari Ilmu-ilmu Hadis dan dapat memberikan
manfaat bagi pembacanya. Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari
masih banyak kesalahan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan
makalah berikutnya.

Jakarta, 03 September 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

A. Latar Belakang ............................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................... Error! Bookmark not defined.

A. Pengertian Ilmu Hadits ................................ Error! Bookmark not defined.

B. Macam-macam Ilmu Hadits ........................ Error! Bookmark not defined.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulum Al Hadits ... Error! Bookmark not


defined.

D. Macam-Macam Tingkatan Hadits ............... Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 7

A. Kesimpulan ................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Saran ............................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu rijalul hadits merupakan suatu cabang ilmu hadits yang membahas
tentang kulitas dan kredibelitas perawi hadits yang dengannya akan dapat
menentukan kualitas dan memberikan penilaian terhadap periwayatannya. Dalam
arti lain juga mengartikan bahwa ilmu rijal al-hadits ialah ilmu yang membahas
tentang hal ihwah dan sejarah para perawi dari kalangan sahabat, tabi’in dan
tabi’ut tabi’in. Hal ini dilakukan oleh para pengkaji hadits agar apa yang
disampaikan oleh perawi itu memang seperti yang sebenarnya disampaikan oleh
Rasulullah.
Walaupun begitu, kegiatan ini bukanlah untuk mencari-cari kecacatan
dalam hadits atau ajaran Rasulullah melainkan untuk mempertahankan
keotentikan hadits-hadits yang dengan demikian akan lebih memperkokoh hadits
yang disampaikan.
Dalam kegiatan ini sebagian ulama yang bergelut di bidang hadits mulai
menyusun berbagai kitab tentang periwayat hadits yang berguna mempermudah
untuk mengetahui kualitas para periwayat-periwayat itu bagi para penurus dan
muhaddisin serta mukharrij lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu Hadits?
2. Apa saja Macam-Macam ilmu Hadits?
3. Bagaimana pertumbuhan Ulum Al Hadits?
4. Apa saja tingkatan Hadits?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Ilmu Hadits
2. Mengetahui Macam-macam ilmu Hadits
3. Mengetahui Pertumbuhan Ilmu Hadits

3
BAB II
ISI

A. Pengertian Ilmu Hadits.


Secara singkat, ilmu Hadis adalah ilmu yang berkaitan dengan Hadis yang
secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu Ilmu Hadis Riwayah
dan Ilmu Hadis Dirayah. Kedua macam ilmu Hadis ini dapat dikemukakan
sebagai berikut :

1. Ilmu Hadis Riwayah


Menurut Ajjah al-Khatib, Ilmu Hadis Riwayah adalah : “Ilmu yang
berpangkal pada segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW,
baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat kepribadian, atau
kepribadian yang dinukilkan secara mendalam dan bebas.”

Selanjutnya, Nuruddin Atar juga berpendapat bahwa di kalangan para


ulama terdapat banyak pengertian tentang Ilmu Hadis Riwayah. Yang
termahsyur adalah pendapat Ibn al-Akfani yang berpendapat, bahwa Ilmu Hadis
Riwayah adalah
“Ilmu yang khusus berkaitan dengan riwayat, ilmu yang mencakup atas ucapan,
perbuatan, penguatan dan keutamaan lafaznya.”

Pendapat yang lengkap dan terbaik berkaitan dengan ilmu Hadis riwayat ini
sebagai berikut :
“Ilmu yang mencakup ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat, periwayatan,
kekuatan, dan keaslian lafaznya1.”

1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Studi Islam Komprrehensif. Jakarta. Prenadamedia group. 2018.

4
Selanjutnya, Muhammad Adib Shalih berpendapat :
“Adapun ilmu Hadis riwayah adalah ilmu yang didasarkan pada segala sesuatu
yang berasal dari Hadis Nabi SAW, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan,
ketetapan, sifat yang diperoleh darinya secara bebas, dan riwayat yang
mendalam dan kuat serta kekuatan lafaznya dengan pengetahuan dan amanah.”

Adapun sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW dalam bentuk ucapan
antara lain, Hadis yang berbunyi :
“Hanya bahwasanya amal itu bergantung pada niatnya, dan bahwa pada setiap
orang memiliki niatnya sendiri-sendiri” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ibn
Hibban).

Selanjutnya, sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW dalam


bentuk perbuatan, antara lain perbuatan Nabi Muhammad SAW yang
disampaikan oleh para sahabat kepada kira, seperti wudhunya Rasulullah SAW
dan cara menunaikan shalat lima waktu, baik dari segi cara maupun rukunnya,
serta cara menunaikan ibadah haji dan keputusannya berkaitan dengan sumpah
dan saksi.”
Adapun Hadis dalam bentuk ketetapan adalah segala sesuatu yang
ditetapkan oleh Rasulullah SAW yang berasal dari ucapan dan perbuatan para
sahabatnya, dengan cara membiarkannya atau tidak menolaknya, atau dengan
menyatakan persetujuannya dan mengemukakan kebaikan dan menguatkannya,
dan selanjutnya ketetapan dan kesepakatan ini dianggap sebagai yang berasal
dari Rasulullah SAW.

Selanjutnya Ulama Tahqiq berpendapat, bahwa ilmu Hadis riwayah adalah

“Ilmu yang membahas tentang cara menghubungkan Hadis kepada Rasulullah


SAW, baik dari segi keadaan perawinya, kekuatan hafalan, keadilan dan cara
persambungan sanadnya, baik yang bersambung, terputus, dan sebagainya.

5
2. Ilmu Hadis Dirayah
Menurut Muhammad Adib Shalih, Ilmu Hadis Dirayah adalah :
“Ilmu yang dibangun atau pemikiran dan penelitian yang mendalam dalam rangka
mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, hukum dan keadaan
perawi, dan Hadis yang diriwayatkan mencakup yang diterima dan ditolak dan
pemahaman nash. Dan yang diriwayatkan disini lebih umum dari yang sekedar
disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan mencakup pula yang disandarkan
kepada sahabat dan tabi’in”
Definisi ilmu dirayah yang terbaik diberikan oleh al-Imam “Izzuddin bin
Jama’ah, dengan pendapatnya sebagai berikut : ilm biqanin yu’rafu biha ahwal al-
sanad wa al-matan. Artinya: ilmu yang berkaitan dengan kaidah-kaidah atau
aturan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan sanad dan matan.

B. Macam-macam Ilmu Hadits

a. Ilmu Rijal al-Hadits


Ilmu yang membicarakan tentang para perawi, baik dari kalangan sahabat,
tabi’in, dan orang-orang yang sesudahnya.
b. Ilmu Jarh wa al-Ta’dil
Ilmu yang menerangkan tentang kecacatan para perawi dan keadilannya
dengan menggunakan lafaz yang khusus serta tingkatan lafaz tersebut.
c. Ilmu Fann al-Mubhamat
Ilmu yang dengannya dapat diketahui nama orang-orang yang tidak
disebut namanya didalam matan, atau didalam sanad.
d. Ilmu Tashif wa Tahrif
Ilmu yang menerangkan Hadis-Hadis yang sudah diubah titiknya (yang
dinamai mushahhaf), dan bentuknya yang dinamai muharraf.
e. Ilmu Ilal al-Hadits
Ilmu yang membahas tentang sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata,
yang dapat mencacatkan hadis.

6
f. Ilmu Gharib al-Hadits
Ilmu yang menjelaskan makna kalimat yang terdapat dalam matan Hadis
yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.
g. Ilmu Nasikh wa a-Mansukh
Ilmu yang menerangkan hadis yang sudah dimansukhkan ke yang
menasikhkannya.
h. Ilmu Asbab Wurud al-Hadits
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan
masa-masanya Nabi menuturkan itu.
i. Ilmu Talfiq al-Hadits
Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antara hadis yang
berlawanan lainnya.
j. Ilmu Mushthalah ahl al-Hadits
Ilmu yang membahas tentang berbagai istilah yang digunakan para ahli
Hadis dan yang dikenal di kalangan mereka.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulum al-Hadits


Para ahli pada umumnya membagi hadis pada :
1. Periode pertama (masa Rasul)
2. Periode kedua (masa khulafaur rasyidin)
3. Periode ketiga (masa sahabat kecil dan tabi’in besar)
4. Periode keempat (Masa pembukuan dan pengumpulan hadis)
5. Periode kelima (masa pentashihan hadis dan menyusun kaidah-
kaidahnya)
6. Periode keenam (dari abad IV hingga tahun 656H)
7. Periode ketujuh (tahun 656H-sekarang)

Pada periode pertama,hadis masih dalam proses pertumbuhan seiring


dengan turunnya Al’Qur’an, belum resmi karena dikhawatirkan sulit

7
dibedakan antara Al-Qur’an dan Al-Hadis, juga karena para penulis sangat
terbatas. , Namun demikian, orang-orang tertentu yang hafalannya kurang,
terdapat pula sahabat yang memiliki catatan hadits milik pribadi.

Pada periode kedua, ditandai oleh upaya penyebaran hadits ke berebagai


wilayah daulat islamiyah, munculnya lafal-lafal yang digunakan para sahabat
dalam meriwayatkan hadits, serta ketelitian para sahabat dalam menerima
hadits dari sesame.

Sementara pada periode ketiga, ditandai oleh masa berkembang dan


meluasnya periwayatan hadist, para sahabat mengadakan perjalanan dan
rihlah ilmiah (perjalanan menuntut ilmu) untuk mencari hadist, munculnya
tokoh tokoh hadits dari kalangan tabi’in, pusat pusat hadits, dan terjadinya
pemalsuan hadits sebagai akibat dari pertentangan ideologi dan politik.

Pada periode ke-empat, ditandai oleh mulainya pembukuan hadits,


lahirnya berbagai system dalam pembukuan hadits, seperti system jami al-
sahih, musnad dan lain nya, munculnya kitab-kitab hadits yang keadaan nya
masih bercampur antara shahih dengan dhaif dan maudlu, serta semakin
meluasnya pemalsuan hadits.

Pada periode kelima, dilakukan pembentukan hadits, memperluas lawatan


para ulama untuk mencari hadits, serta penyusunan kaidah-kaidah pentafsiran
hadits, dasar-dasar pentashihan hadis, langkah-langkah yang ditempuh untuk
memelihara hadits, munculnya para imam yang membukukan hadits,
memeriksa benar tidaknya hadits yang diterima para ahli tentang kebenaran
atau pendustaannya, membuat undang-undang umum tentang tingkatan hadits
guna memilah dan membedakan antara yang shahih, dhaif, maudlu’ dsb,
lahirnya para tokoh penashih hadits, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibu Majjah.

Pada periode keenam, terdapat upaya mengumpulkan hadits-hadits


shahih yang tidak terdapat dalam kitab yang enam, cara menyusun kitab-
kitab hadits, memperbaiki susunan kitab-kitab hadits, munculnya kitab

8
jami’ , targhib, dan tahrib, hukum dan athraf, kitab-kitab istikhraj dan
istidrak, serta para tokoh hadits.

Pada periode ketujuh, muncul pusat-pusat perkembangan hadits di


India dan Mesir, jalan-jalan yang ditempuh dalam mengembangkan hadits,
tokoh-tokoh hadits, serta kitab-kitab yang muncul pada abad ke tujuh.

Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa munculnya ilmu hadits


baru terjadi pada periode kelima hingga ketujuh, yaitu pada akhir masa
bani Umayyah (abad ke-9 M) hingga pertengahan masa bani Abbasiyah
(abad ke-11 M). Pada masa ini, berbagai aliran dalam teologi, seperti
mu’tazilah, qadariyah, ahli sunnah, khawarij, dan murji’ah sudah ada dan
saling berebut pengaruh. Demikian pula aliran syi’ah dan sunni telah
berkembang dan juga saling berebut kekuasaan. Dalam bidang fiqih,
tasawuf, bahkan ilmu pengetahuan juga telah berkembang. Keadaan ini
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ilmu hadits.
Pengaruh yang paling kuat dalam lahirnya ulumul hadits tersebut selain
untuk memisahkan hadis yang benar-benar berasal dari Rasulullah SAW.
Dengan hadits yang dibuat-buat sesuai dengan kepentingan politik,
golongan, dan aliran mereka.

D. Macam-Macam Tingkatan Hadits


1. Tingkatan hadits berdasarkan jumlah perawi
a. Hadits muttawatir
Hadits yang jumlah para perawinya pada setiap tingkatan terdiri dari
sejumlah orang yang menurut adat mereka mustahil melakukan
kesepakatan untuk berdusta atas nama Rasulullah SAW.
b. Hadits Ahad
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayat yang tidak
sebanyak perawi hadits muttawatir.

2. Tingkatan Hadits berdasarkan tingkatan perawinya.

9
a. Hadits Shahih
Adalah hadits yang bersambung dengan cara penukilan yang adil, kuat
ingatannya berasal dari perawi yang kuat pula ingatannya hingga
terakhir serta tidak ada terdapat keraguan dan kecacatan didalamnya.
b. Hadits Hasan
Dapat diketahui melalui sumber dan perawi yang meriwayatkannya.
c. Hadits Dhaif
Hadits yang tidak memiliki ciri-ciri hadits shahih dan hadits hasan.

3. Pembagian Hadits berdasarkan sambungannya kepada Nabi SAW.


a. Hadits al-Marfu’
Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah baik dari segi ucapan,
perbuatan, ketetapan maupun sifat.
b. Hadits Mauquf
Hadits yang disandarkan kepada para sahabat, baik dalam bentuk
ucapan, perbuatan, maupun ketetapan, baik yang sanadnya
bersambung maupun yang tidak bersambung.
c. Hadits Maktu
Hadits yang disandarkan kepada para tabi’in, baik dalam ucapan
maupun perbuatan yang berkaitan maupun tidak berkaitan.

4. Macam-macam Hadits dhaif


a. Hadits al-mursal
Hadits yang dihubungkan oleh para tabi’in kepada Nabi, tanpa
menyebutkan para sahabat.
b. Hadits al-munqathi
Hadits yang terputus sanad nya seorang perawi sebelum sahabat atau
didalamnya disebutkan seorang laki-laki yang tidak dikenal.
c. Hadits Mu’badlal
Hadits yang terputus sanad nya pada beberapa tempat yang perawinya
berjumlah dua orang atau lebih secara berturut-turut.

10
d. Hadits al-mudallis
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi hadits dari orang yang
hidup sezaman dengannya dan menjumpai sesuatu yang tidak
didengarnya dengan lafadz yang diragukan bahwa ia mendengar
darinya.
e. Hadits Mudtharib
Hadits yang diriwayatkan melalui berbagai jalur periwayatan atau
beberapa perawi yang saling bertentangan dari berbagai segi yang
berbeda-beda dan bersamaan yang tidak mungkin diantara berbagai
keadaan tsb dikompromikan.
f. Hadits Al-maqlub
Hadits yang terdapat pengulangan dan komplikasi pada matan dan
sanad.
g. Hadits al-syadz
Hadits yang perawinya hanya sendirian, baik kesendirian perawi tsb
dalam hal kuat hafalannya atau tidak, baik bertentangan dengan hadits
lain atau tidak.
h. Hadits al-munkar
Hadits yang diriwayatkan hanya oleh seorang perawi yang lemah
hafalannya yang bertentangan dengan perawi yang kuat hafalannya.
i. Hadits al-matruk
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah sebab
kelemahannya karena ia tertuduh berdusta dalam hadits, atau
menampakkan perbuatan fasik dengan ucapan, perbuatan, atau karena
sering banyak salah dan lupa.
j. Hadits al-mu’aliq
Hadits yang didalamnya terdapat cacat yang buruk, sedangkan secara
lahir terlihat selamat.

5. Hadits Maudhu

11
Hadits yang dibuat-buat atau diciptakan kemudian dengan sengaja
dihubungkan kepada Rasulullah SAW dan seterusnya2.

E. Ruang Lingkup Ilmu Hadits

Soetari (2005) dalam buku ilmu-ilmu hadits menyebutkan bahwa ruang


lingkup atau obyek pembahasan tentang ilmu hadits dapat diprinci dari
periwayatannya. Pada periwayatan hadits ada tiga unsur

2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Studi Islam Komprrehensif. Jakarta. Prenadamedia group. 2018.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis singkat tersebut, dapat dikemukakan catatan
penutup sebagai berikut :
Ulum al-Hadis adalah ilmu yang membahas berbagai hal yang berkaitan
dengan hadis, baik dari segi matan,sanad maupun perawinya dengan tujuan untuk
memilah dan memilih antara Hadis yang benar-benar berasal dari Rasulullah
SAW atau Hadis buatan.Ulum Al hadis lahir pada abad ke 5H sebagai reaksi atas
adanya upaya pemalsuan dan penolakan terhadap hadis,dan secara garis besar
Ulum al-Hadis terbagi menjadi 2 bagian,yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu
Hadis Dirayah.
Dengan bantuan ilmu hadis ini,maka dapat dibedakan antara hadis yang
mutawatir,hadis ahad yang terdiri dari hadis shahih,hadis hasan,hadis dhaif,hadis
marfu,hadis mauquf,dan hadis maqthu,dengan ilmu hadis dhaif dapat diketahui
berbagai macam hadis yang dhaif.Dengan cara demikian,maka sungguhpun hadis
pernah dipalsukan namun tetap dapat diketahui hadis yang benar-benar dari
Rasulullah SAW untuk diamalkan dan Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataan nya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki.Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkansebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

13
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Nata Abuddin. 2018. Studi Islam Komprehensif. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai