Anda di halaman 1dari 157

TK 4057 TUGAS RANCANGAN PABRIK

Semester Ganjil Tahun 2017/2018

Pra-Rancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol

LAPORAN III A
PERANCANGAN REAKTOR

Kelompok 6 Kelas A
Rahmat Setiawan 1407111947
Siska Priscillia Aledya 1407123020
Sry Utami Pardede 1407119475
Sunitha Sari 1407112646
Yuliatmi 1407123694

Pembimbing
Ahmad Fadli, ST., MT., PhD.

Koordinator
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD.

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat dan rahmat karunia-Nya penulis dapat menyelesaian laporan III A
“Perancangan Reaktor” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada
bapak Ahmad Fadli ST., MT., PhD yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematika penulisannya. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi kami dan bagi pembaca.

Pekanbaru, November 2017

Penyusun

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 ii


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Gliserol ....................................................................................................... 1
1.2 Triasetin...................................................................................................... 1
1.3 Proses Pembuatan Triasetin ...................................................................... 2
BAB II DASAR PERANCANGAN .............................................................. 6
2.1 Jenis Reaktor Bubble Column dan CSTR .................................................. 6
2.1.1 Reaktor Bubble Clumn ........................................................................... 6
2.1.2 Continous Stirrer Tank Reaktor ............................................................. 7
2.2 Material Tangki Reaksi Esterifikasi dan Asetilasi ..................................... 7
2.3 Desain Head Tangki Reaksi Esterifikasi dan Asetilasi .............................. 8
2.4 Jenis Pengaduk Tangki Reaksi Asetilasi .................................................... 10
2.5 Sambungan ................................................................................................. 13
2.6 Support ...................................................................................................... 13
2.7 Manhole .................................................................................................... 14
BAB III SPESIFIKASI REAKTOR ............................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 iii


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Esterifikasi Gliserol Membentuk Triasetin........................................... 2
Gambar 1.2 Mekanisme Reaksi Asetilasi Gliserol ................................................... 3
Gambar 1.3 Block Diagram pembentukan triacetin dengan rekasi esterifikasi ....... 4
Gambar 1.4 Mekanisme reaksi esterifikasi .............................................................. 5
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Head ................................................................................... 10
Gambar 2.2 Jenis impeller ........................................................................................ 12
Gambar 2.3 Jenis-jenis sambungan .......................................................................... 13

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 iv


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Material Konstruksi ........................................................... 7
Tabel 2.2 Perbandingan Jenis Impeller Berdasarkan Viskositas Fluida.................... 12
Tabel 3.1 Data desain Reaktor Esterifikasi ............................................................... 15
Tabel 3.2 Data desain Reaktor Asetilasi I ................................................................. 18
Tabel 3.3 Data desain Reaktor Asetilasi II ................................................................ 21
Tabel 3.4 Data desain Reaktor Asetilasi III............................................................... 23

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 v


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Gliserol
Gliserol adalah produk samping produksi biodiesel dari reaksi
transesterifikasi. Gliserol merupakan senyawa alcohol dengan gugus hidroksil
berjumlah 3 dan dikenal nama 1,2,3,-propanatriol. Gliserol berbentuk cairan
kental tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa manis. Gliserol bila
diesterifikasi dengan asam asetat akan membentuk triasetin atau gliserol triasetin
(Pagliaro dan Michele, 2008).
Gliserol berasal minyak atau lemak merupakan campuran dari ester-ester
asam lemak dan gliserol yang membentuk gliserida, dan ester-ester tersebut
dinamakan trigliserida. Trigliserida yang dihasilkan dalam air pada temperature
dan tekanan tertentu akan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses
pemisahan gliserol dapat dilakukan secara Twitchell, Autoclave Batch, Kontinyu,
dan Enzimatik.

1.2 Triasetin
Tri acetyl glycerol (Triasetin) adalah salah satu produk turunan gliserol
yang dapat dijadikan aditif dalam biofuel untuk mengurangi biaya pengadaan zat
aditif, menaikkan kualitas biofuel, dan menaikkan nilai ekonomi dari gliserol itu
sendiri (Liao dkk, 2009). Selain itu, Triasetin sebagai zat aditif dalam biofuel
merupakan bahan baku yang terbaharukan dan ramah lingkungan untuk
menaikkan angka oktan (octane booster). Bilangan oktan adalah angka yang
menunjukkan seberapa besar tekanan yang diberikan sebelum bensin terbakar
secara spontan. Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif
bensin.
Pada mulanya di Indonesia menggunakan tetraethyl lead (Pb(C2H5)4)
sebagai bahan aditif untuk menaikkan bilangan oktan mesin tersebut. Melalui SK
Mentaben RI Nomor 1585/MPE/1999 maka produksi minyak Indonesia sudah

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 1


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
bebas timbal mulai 1 Januari 2003 (Rochmadi, 2012). Secara mendasar
mekanisme reaksi esterifikasi gliserol dan asam asetat adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Esterifikasi Gliserol Membentuk Triasetin (Rochmadi, 2012)

Triasetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol dan asam asetat


menggunakan katalisator yang bersifat asam. Katalis yang digunakan dapat
berbentuk homogen maupun heterogen. Secara teoritik setiap 1 mol gliserol
dibutuhkan 3 mol asam asetat. Reaksi diikuti pelepasan air sebagaimana reaksi
yang terjadi dalam produksi Triasetin (Nuryoto dkk, 2010).
Triasetin dapat dipergunakan sebagai bioaditif untuk menaikkan angka
oktan pada bahan bakar minyak. Triasetin dapat menggantikan octane booster
seperti tetraethyl lead (TEL), methyl tertiary butyl ether (MTBE) dan ethyl
tertiary butyl ether (ETBE) yang ketiganya memiliki beberapa kelemahan karena
melepaskan timbal (Pb) ke udara yang dapat mengganggu kesehatan dan polusi
udara (Mufrodi dkk, 2010).
Triasetin juga digunakan untuk pemadatan serat selulosa asetil dalam
pembuatan filter rokok dan plastik. Pembuatan filter rokok harus memperhatikan
kadar air yang dijaga konstan untuk mencapai pembekuan konstan. Selain itu
Triasetin juga digunakan sebagai penguat rasa dalam industri makanan dan
sebagai plasticizer untuk permen karet (Nuryoto dkk, 2010).

1.3 Proses Pembuatan Triasetin


1. Asetilasi
Gliserol yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari biodiesel adalah
biaya bahan baku yang sangat rendah. Variabel reaksi kimia dari nilai gliserol
Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 2
Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
yang rendah untuk bahan kimia berharga lainnya bisa dilakukan dengan
menggunakan beberapa proses katalitik, seperti oksidasi selektif untuk asam
gliserat atau HYDROX-yacetone (S. Sato et al, 2012). Dehidrasi ke akrolein (H.
Atiaet et al, 2008), hidrogenasi untuk 1,2- or 1,3-propanediol (I.Gandarias et al,
2012), esterifikasi menjadi alkil eter (N. Ozbay et al, 2013). Kondensasi dimer
atau oligomer dan asetilasi untuk ester dari gliserol.
Asetilasi gliserol adalah salah satu cara yang paling umum untuk
menghasilkan mono acetin, diacetin dan triacetin. Asetilasi juga dikenal sebagai
etanoilasi di IUPAC nomenklatur. Ini adalah reaksi yang memulai kelompok
fungsional asetil menjadi senyawa kimia. Asetilasi termasuk substitusi atom
hydrogen dari gugus hidroksil dengan gugus asetil yang termasuk kedalam
kelompok acetoxy. Senyawa kimia yang digunakan adalah gliserol yang memiliki
gugus hidroksil dan asam asetat yang memiliki kelompok fungsional asetil.

Gambar 1.2 Mekanisme Reaksi Asetilasi Gliserol (Zahrul et al, 2014)


Pada dasarnya, asetilasi dapat disintesis oleh dua jenis reaksi, yang
merupakan reaksi reactor batch dan reaksi kolom distilasi reaktif terus menerus.
Asetilasi dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan katalis. Namun,
adanya katalis sangat meningkatkan laju reaksi dan produk selektivitas. Ada
banyak penelitian dan percobaan telah dilakukan pada proses asetilasi gliserol.
Dari banyak penelitian, terbukti bahwa asetilasi dapat digunakan baik katalis
heterogen atau katalis homogen.
Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 3
Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
2. Esterifikasi
Esterifikasi adalah raksi ionik antara asam karboksilat dan alkohol dimana
terjadi reasi adisi dan penataan ulang eliminasi yang menghasilkan ester. Ester
merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah
asam karboksilat mengandung gugus –COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di
gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis.
Prasetyo (2012) telah meneliti bahwa esterifikasi gliserol dengan asam
asetat menggunakan katalisator akan meningkatkan konersi pada kenaikan suhu
dan kenaikan perbandingan pereaksi. Block diagram proses pembentukan triacetin
dengan reaksi esterifikasi yang dilanjutkan dengan reaksi asetilasi dapat dilihat
pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Block Diagram pembentukan triacetin dengan rekasi esterifikasi


( Bremus et al, 1983)

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 4


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Reasi esterifikasi dapat dikatalis dengan asam organik seperti asam sulfat
dan asam klorida. Asam organik akan membuat asam karboksilat mengalami
konjugasi dan hasil konjugasi tresebut akan berperan sebagai substrat. Mekanisme
reaksi esterifikasi sebagai berikut :

Gambar 1.4 Mekanisme reaksi esterifikasi

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 5


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
BAB II
DASAR PERANCANGAN

2.1 Reaktor
Reaktor kimia adalah sebuah alat industri kimia , dimana terjadi reaksi
bahan mentah menjadi hasil jadi yang lebih berharga.
 Tujuan pemilihan reaktor adalah :
1. Mendapat keuntungan yang besar
2. Biaya produksi rendah
3. Modal kecil/volume reaktor minimum
4. Operasinya sederhana dan murah
5. Keselamatan kerja terjamin
6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya
 Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh :
1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi
samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reactor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup
untuk perpindahan panas
 Jenis-jenis reaktor
A. Berdasarkan bentuknya
1. Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga
komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat
dipakai untuk proses batch, semi batch, dan proses alir.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 6


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
2. Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir Pipa.
Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir
didalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.
B. Berdasarkan prosesnya
1. Reaktor Batch
 Biasanya untuk reaksi fase cair
 Digunakan pada kapasitas produksi yang kecil
Keuntungan reactor batch:
- Lebih murah dibanding reactor alir
- Lebih mudah pengoperasiannya
- Lebih mudah dikontrol
Kerugian reactor batch:
- Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada
lubang pengaduk)
- Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reactor,
waktu reaksi)

2. Reaktor Alir (Continous Flow)


Ada 2 jenis:
a. RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)
Keuntungan:
 Suhu dan komposisi campuran dalam rerraktor sama
 Volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat
pereaksi lebih lama bereaksi di reactor.
Kerugian:
 Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan
tinggi.
 Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP
Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 7
Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
 Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan
RATB lebih besar dari RAP.
b. RAP

Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan
kecepatan yang sama diseluruh penampang pipa.
Keuntungan :
Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi
yang sama
Kerugian:
1. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
2. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
3. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot” (bagian
yang suhunya sangat tinggi) pada tempat pemasukan . Dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor.

3. Reaktor semi batch


Biasanya berbentuk tangki berpengaduk

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 8


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
C. Jenis reaktor berdasarkan keadaan operasinya
1. Reaktor isotermal.
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,
aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.
2. Reaktor adiabatis.
 Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor
dan sekelilingnya.
 Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi dapat
dipakai untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. ( K naik dan –rA
besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
3. Reaktor Non-Adiabatis
D. Reaktor Gas Cair dengan Katalis Padat
1. Packed/Fixed bed reaktor (PBR).
Terdiri dari satu pipa/lebih berisi tumpukan katalis stasioner dan
dioperasikan vertikal. Biasanya dioperasikan secara adiabatis.

Product stream

Cooling/heating
medium in

Out

Feed

2. Fluidized bed reaktor (FBR)


 Reaktor dimana katalisnya terangkat oleh aliran gas reaktan.
 Operasinya: isotermal.
Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 9
Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
 Perbedaan dengan Fixed bed: pada Fluidized bed jumlah katalis lebih
sedikit dan katalis bergerak sesuai kecepatan aliran gas yang masuk
serta FBR memberikan luas permukaan yang lebih besar dari PBR
Product stream

Gelembung gas

Partikel katalis

Feed
E. Fluid-fluid reaktor
Biasa digunakan untuk reaksi gas-cair dan cair-cair.
1. Bubble Tank.

Gas

Liquid Liquid

Gas

2. Agitate Tank

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 10


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
3. Spray Tower

Liquid in Gas out

Gas in Liquid out

Pertimbangan dalam pemilihan fluid-fluid reaktor.


1. Untuk gas yang sukar larut (Kl <) sehingga transfer massa kecil maka
Kl harus diperbesar .Jenis spray tower tidak sesuai karena kg besar
pada Spray Tower
2. Jika lapisan cairan yang dominan, berarti tahanan dilapisan cairan kecil
maka Kl harus diperbesar
» jenis spray tower tidak sesuai.
3. Jika lapisan gas yang mengendalikan (maka Kg <)
» jenis bubble tank dihindari.
4. Untuk gas yang mudah larut dalam air
» jenis bubble tank dihindari.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 11


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
2.1 Jenis Reaktor Bubble Column dan CSTR
Pembuatan Triacetin dari Gliserol melalui tahap reaksi esterifikasi dan
asetilasi. Pada reaksi esterifikasi, reaktor yang digunakan adalah jenis Bubble
Column dengan kondisi operasi suhu 1200C dan tekanan 1 atm. Sedangkan pada
reaksi asetilasi menggunakan reaktor CSTR pada suhu reaksi 1200C dan tekanan 3
atm. Tangki dengan bentuk silinder tegak digunakan karena dapat menampung
dengan kapasitas yang besar dan juga untuk bejana yang beroperasi pada tekanan
atmosferik dan tekanan tinggi. Tutup tangki menggunakan torispherical head.
Head ini umumnya digunakan untuk tangki bertekanan antara 15-200 psig bahkan
dapat lebih dari 200 psig.

2.1.1 Reaktor Bubble Column


Reaktor Bubble Column berfungsi untuk mereaksikan gliserol dengan asam
asetat. Penggunaan alat ini dikarenakan luas bidang kontak yang lebih baik antara
asam asetat dalam fasa uap dan gliserol dalam fasa liquid. Kondisi operasi : yang
digunakan T= 150°C, P=1.5 atm, katalis berupa asam sulfat, serta menggunakan
sistem pendingin berupa cooling mantel.
Asumsi-asumsi pada bubble column adalah:
a. Operasi berjalan kontinyu
b. Bubble Column cocok untuk reaksi gas cair, dengan memperbesar luas
kontak cairan dan gas.
c. Didalam reactor gelembung aliran gas dianggap plug flow, tetapi cairan
teraduk sempurna oleh aliran gelembung gas yang naik ke atas sehingga
suhu cairan didalam reactor selalu seragam.
d. Reaksi yang terjadi
C3H5COH3 + CH3COOH C5H10O4 + H2O …………………………..(1)
C5H10O4 + CH3COOH C7H12O5 + H2O …………………………..(2)
C7H12O5 + CH3COOH C9H14O6+H2O ……………………….......(3)

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 12


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
2.1.2 Continous Stirrer Tank Reaktor
Pengadukan dan pencampuran merupakan operasi yang penting dalam
industri kimia. Pencampuran (mixing) merupakan proses yang dilakukan untuk
mengurangi ketidakseragaman suatu sistem seperti konsentrasi, viskositas,
temperatur dan lain-lain. Pencampuran dilakukan dengan mendistribusikan secara
acak dua fasa atau lebih yang mula-mula heterogen sehingga menjadi campuran
homogen. Peralatan proses pencampuran merupakan hal yang sangat penting,
tidak hanya menentukan derajat homogenitas yang dapat dicapai, tapi juga
mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi. Penggunaan peralatan yang tidak
tepat dapat menyebabkan konsumsi energi berlebihan dan merusak produk yang
dihasilkan. Salah satu peralatan yang menunjang keberhasilan pencampuran ialah
pengaduk.

2.2 Material Tangki Reaksi Esterifikasi dan Asetilasi


Pemilihan material konstruksi yang digunakan untuk tangki Bubble
Column dan CSTR ini adalah Carbon Steel SA 283 Grade C. Pemilihan jenis
material ini berdasarkan ketahanan material terhadap suhu dan tekanan operasi.
Carbon Steel SA 283 Grade C digunakan untuk konstruksi yang mempunyai
kekuatan tarik rendah dan menengah.
Tabel 2.1. Perbandingan Material Konstruksi
Material Kegunaan
Carbon Steel SA-283 Grade C dan D Low and intermediate-tensile strength
carbon steel plates of structural
Carbon Steel SA-285 Grade B dan C Low and intermediate-tensile strength
carbon steel plates for pressure vessels
Sumber : Material Conversion Table

Pemilihan pemilihan jenis plate Carbon Steels SA-283 Grade C didasari


beberapa faktor seperti:
1. Tidak terdapat cairan berbahaya atau gas di dalam tangki
2. Suhu operasi berada pada rentang -20oF-650oF

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 13


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
3. Baja terbuat dari tanur listrik atau tungku perapian terbuka
4. Material ini tidak digunakan untuk unfired steam boiler
5. Umum digunakan dan ekonomis

Dari Brownell (1959), spesifikasi bahan jenis Carbon Steels SA-283 Grade
C adalah sebagai berikut:
P- number :1
Spec Min Tensile : 55000
Tegangan diizinkan, f : 12650 psi
Temperatur : -20 – 6500F

2.3 Desain Head Tangki Reaksi Esterifikasi dan Asetilasi


Desain tangki reaksi esterifikasi dan asetilasi berbentuk bejana dengan
tutup berbentuk torispherical. Pemilihan tutup didasarkan pada tekanan desain
dari bejana yang dirancang. Bentuknya mendekati dari suatu bentuk lonjong
selain itu lebih murah dan lebih mudah untuk membuatnya. Selain itu tekanan
desain dari tangki yang dirancang masuk didalam rentang tekanan yang diizinkan
jika menggunakan torispherical head. Untuk pengelasan digunakan jenis double-
welded butt joint karena sambungan ini tidak memiliki batasan-batasan tertentu
untuk ketebalan shell nya, tidak memiliki thermally stress relieved dan maksimum
efisiensi sambungannya mencapai 80% (Brownell & Young, 1959).
Pada umumnya jenis penutup silinder dibagi menurut bentuk geometrisnya
dan yang paling sering digunakan adalah bentuk:
1. Flanged-only Heads
Head jenis ini adalah yang paling ekonomis dalam pembuatannya, karena
hanya membentuk flange dengan radius pada plate datar. Penggunaannya yang
paling banyak adalah pada tangki bertekanan atmosferik. Head ini juga dapat
digunakan sebagai dasar dari tangki silinder vertikal dengan diameter maksimal
20 ft. Head jenis ini diukur dengan basis diameter luar dan tersedia untuk ukuran

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 14


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
12-42 in dengan selisih 2 in, 42 -144 in dengan selisih 6 in, 144 - 240 in dengan
selisih 12 in, juga tersedia untuk ukuran lebih dari 246 in.

2. Flanged Standard Dished and Flanged Shallow Dished Head


Untuk meningkatkan kemampuan menahan tekanan maka bagian datar
dari flanged only head harus dirubah menjadi lengkungan. Pada head semacam
ini, terdapat dua radius yaitu radius lengkungan dan inside comer radius. Jika
radius dari lengkungan lebih besar dari diameter luar shell maka disebut flanged
and shallow dished head. Jika radius tersebut sama atau lebih kecil maka disebut
flanged and standard dished head. Head yang tersedia ukurannya sama dengan
flanged only head. Head ini tidak boleh digunakan untuk tangki bertekanan tinggi,
Penggunaan umumnya adalah untuk tangki vertikal dengan tekanan rendah, tangki
horisontal untuk fluida yang volatile, dan tangki berdiatneter besar yang tekanan
uap dan tekanan hidrostatisnya terlalu besar untuk flanged only head.

3. Torispherical Head
Dengan mengurangi stress lokal pada inside corner head, batas tekanan
dari flanged and dished head dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membentuk head sehingga inside comer radius paling tidak sama dengan tiga kali
ketebalan plate, atau radiusnya tidak kurang dari 6% diameter dalam, dan radius
lengkungan harus sama atau kurang dengan diameter head. Head ini umumnya
digunakan untuk tangki bertekanan antara 15-200 psig bahkan dapat lebih dari
200 psig. Tetapi untuk penggunaan lebih dari 200 psig lebih ekonomis untuk
menggunakan elliptical flanged and dished head. Head ini dapat digunakan untuk
tangki vertikal maupun horisontal pada berbagai alat proses.

4. Elliptical Dished Head


Head ini digunakan untuk tangki bertekanan antara 100 psig hingga lebih
dari 200 psig. Jika rasio sumbu mayor : sumbu minor = 2:1 maka kekuatan head
akan sama dengan kekuatan shell silinder dengan diameter dalam dan luar yang
sama. Kedalaman bagian dalam dari lengkungan sama dengan setengah dari
sumbu minor atau sama dengan 1/4 diameter dalam dari head.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 15


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
5. Hemispherical Head
Untuk ketebalan yang sama, head ini merupakan yang paling kuat. Head
ini dapat menahan tekanan hingga 2 kali lipat dari elliptical head ataupun shell
silinder dengan tebal dan diameter yang sama. Tetapi harga pembuatan dan biaya
lain-lain dari head ini paling besar dibandingkan dengan yang lain. Ketersedian
head ini juga terbatas dalam ukurannya, karena pembuatan dari plate tunggal
lebih sulit.

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Head [Brownel and Young, 1959].

2.4 Jenis Pengaduk Tangki Reaksi Asetilasi


Tangki yang digunakan untuk menyelenggarakan reaksi asetilasi adalah
jenis CSTR dimana pada reaktor ini terjadi reaksi dengan adanya proses
pengadukan. Gerakan terinduksi dengan pola sirkulasi tertentu akan memberikan
efek sentrifugal sehingga akan mempercepat terjadinya proses reaksi
transestrifikasi. Pola sirkulasi ini diciptakan oleh perputaran impeller didalam
cairan yang teraduk. Dari segi bentuknya ada tiga jenis impeller, yaitu propeller,
paddle, dan turbin.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 16


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
1. Propeller
Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat
cair berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh, yaitu 1150 atau 1750 putaran/menit, sedang propeller besar berputar pada
400-800 putaran/menit. Jenis yang paling banyak dipakai adalah propeller kapal
berdaun tiga, sedang propeller berdaun empat, bergigi, atau dengan rancang lain
digunakan untuk tujuan-tujuan khusus.

2. Paddle
Paddle adalah impeller yang berputar pada poros vertikal. Paddle berputar
di tengah bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang, dan mendorong zat cair
secara radial dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeller
kecuali bila daunnya agak miring. Arus yang terjadi bergerak keluar kearah
dinding lalu membelok ke atas atau ke bawah. Pada kecepatan yang rendah,
paddle memberikan efek pengadukan sedang (medium) pada bejana tanpa sekat,
namun untuk kecepatan yang lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat, sebab jika
tidak, zat cair akan berputar-putar saja mengelilingi bejana tanpa adanya
pencampuran.

3. Turbin
Pada dasarnya, turbin menyerupai paddle berdaun banyak dengan daun-
daunnya yang agak pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros
yang dipasang pada pusat bejana. Diameter impellernya biasanya lebih kecil dari
diameter paddle, yaitu berkisar antara 30-50% dari diameter bejana. Turbin
biasanya efektif untuk menjangkau viskositas yang cukup luas. Arus utamanya
bersifat radial dan tangensial. Komponen tangensialnya menimbulkan vortex
(cekungan) dan arus putar, yang harus dihentikan dengan menggunakan sekat atau
diffuser agar impeller itu menjadi sangat efektif.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 17


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Gambar 2.2. Jenis impeller
(a) Propeller, (b) Turbin, (c) Paddle
Tabel. 2.2 Perbandingan Jenis Impeller Berdasarkan Viskositas Fluida
Impeller Viskositas
Propeller < 3 Pa.s (3000 cp)
Turbin < 100 Pa.s (100.000 cp)
Paddle 50-500 Pa.s (5000 cp – 500000 cp)
Sumber : Geankoplis, 1993

Dari ketiga jenis impeller, impeller berjenis turbin paling cocok digunakan
pada tangki CSTR, karna fluida dari CSTR memenuhi kriteria rentang viskositas
impeller turbin.
Selain itu impeller turbin merupakan jenis impeller aliran radial dimana
impeller tersebut akan menyebabkan fluida mengalir ke samping dan membentur
dinding kemudian sebagian belok keatas dan sebagian belok ke bawah lalu
kembali ke tengah dan begitu seterusnya. Dengan model aliran tersebut, efek
pengadukan akan lebih besar dimana terjadi benturan pada dinding samping
(Purwanto, 2008).

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 18


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
2.5 Sambungan
Di dalam perancangan tangki terdapat beberapa jenis sambungan yaitu
dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Jenis-jenis sambungan (Brownell & Young, 1959)

Pemilihan jenis sambungan double-welded butt join memiliki keuntungan:


 Tidak memiliki thermally stress relieved
 Maksimum efisiensi sambungan mencapai 80% (Brownell & Young,
1959)
2.6 Support
Support pada perancangan tangki memiliki andil karena berguna sebagai
pengangga untuk penahan tangki dengan jenis tutup tidak datar. Jenis support
yang digunakan tergantung pada ukuran dan orientasi dari pressure vessel. Dalam
semua kasus, support untuk pressure vessel harus kuat untuk menerima beban
selfweight, angin, dan beban gempa.
Jenis support yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Skirt :aplikasi untuk pressure vessel yang tinggi, posisi vertikal.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 19


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
2. Legs : aplikasi untuk vessel vertikal kecil,dengan tekanan rendah,
biasanya dilas ke bagian bawah shell.
3. Saddle : aplikasi untuk vessel horizontal, biasanya disupport di dua lokasi
dengan saddle support.

2.7 Manhole
Dalam perancangan sebuah tangki manhole sangat dibutuhkan untuk
keperluan pemeriksaan, pembersihan, ataupun untuk perbaikan. Manhole biasanya
ditempatkan dibagian shell atau dibagian atap (roof) ataupun detempatkan kedua-
duanya. Manhole yang ditempatkan pada bagian shell mempunyai keuntungan
diantaranya lebih mudah digunakan ketika dilakukan perbaikan ataupun
pembersihan. Namun kerugian dari manhole yang ditempatkan pada shell yaitu
tidak bisa dibuka sebelum tangki sudah dikosongkan oleh karena itu
penggunaannya tidak teralu sering dibanding manhole yang ditempatkan dibagian
atap.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 20


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
BAB III
SPESIFIKASI REAKTOR

Tabel 3.1 Data desain Reaktor Esterifikasi


SPESIFIKASI REAKTOR
Kode : R – 1
Reaktor Jenis Reaktor : Bubble Column
Transesterifikasi Fungsi : Untuk mereaksikan Gliserol dengan Asam
Asetat Anhidrat dengan reaksi esterifikasi
Operating Data
Volume m3
Faktor keamanan 20%
Temperatur 423.15K
Holding Time 1 jam

ID

Jenis : silinder tegak dengan tutup


atas dan bawah berbentuk H
ts
Ht

toerispherical
OD

Materials Carbon steel SA – 283 grade C


Tegangan diizinkan, f 16250 psi
Jenis sambungan Double-walded butt-joint
Efisiensi sambungan, E 80 %
Faktor korosi, C 0,125 N
Diameter (ID) 1.98 m
Tinggi (H) 2.9 m
Tebal shell
Luas Sparger Ring

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 21


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Diameter Hole Sparger
Diameter Bubble 0.14 cm
Jumlah Hole
Tekanan Design 24,75 psi
Tekanan Hidrostatis 0,46 psi
Tekanan Total

icr b
OA B A
th
Sf
ID
OD
Jenis head : torispherical head a

Outside diameter (OD) 56.68 in


Tebal Head (th)
Sf 0,75 in
Icr 3.625 in
Tinggi head (OA)

Desain Tangki

Tinggi Total Tangki (Ht) m


Tebal Jacket 10 cm
Saluran Umpan liquid Masuk dan 0.864in2

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 22


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
keluar
Saluran Umpan gas masuk dan
Keluar 28.9 in2
Saluran Air Pendingin 3.35 in2
Manhole 20 in
Jumlah Baut 25
Jumlah Lug 4
Tinggi Lug 183.36 in

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 23


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Tabel 3.2 Data desain Reaktor Asetilasi
SPESIFIKASI REAKTOR
Kode : R –101
Jenis Reaktor : CSTR
Reaktor Asetilasi
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pembentukan metil
ester dan gliserol
Operating Data
Volume 11,69 m3
Faktor keamanan 10%
Temperatur 393,150K
Waktu Tinggal 0,25 jam

ID

Jenis : silinder tegak dengan tutup


atas dan bawah berbentuk dished H
ts
Ht

head
OD

Materials Carbon steel SA – 283 grade C


Tegangan diizinkan, f 16250 psi
Efisiensi sambungan, E 80 %
Faktor korosi, C 0,125 in
Diameter (ID) 1,97 m
Tinggi (H) 2,96 m
Tebal shell 1,43 m
Tekanan Design 339454 Pa
Tekanan Hidrostatis 4620,09 Pa
Tekanan Total 308595,09 Pa

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 24


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Jenis head : torispherical head
icr b
OA B A
th
Sf
ID
OD
a

Outside diameter (OD) 81 in


Tebal Head (th) 1,42 in
Sf 0,02 in
Icr 5,125 in
Tinggi head (OA) 0,43 m

Baffle width,
w=D/12
Offset = w/6

Tipe impeller : six bade turbin B


A
F
B
A
F
F
L F
E L
E H

with baffle
d/8
Offset
= d/2
d H/6

Di

Diameter Pengaduk (d) 0,66 m


Lebar Pengaduk (W) 0,13 m
Panjang Daun Pengaduk (L) 0,16 m
Tinggi Dasar Tangki ke Pengaduk
(C) 0,66 m
Lebar baffle (J) 0,16 m
Jumlah Impeler 1
Kecepatan pengadukan 16,6 rps
Power 214,21 KW

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 25


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
5

1a

6
4

Desain Tangki

1b

Tinggi Total Tangki (Ht) 3,8 m


Tebal Jacket 10 cm
Saluran Umpan Masuk 4,79 in2
Saluran Umpan Keluar 4,79 in2
Saluran Air Pendingin 3,35 in2
Diameter Manhhole 22,37 in
Jumlah Baut 67
Jumlah Lug 4
Tinggi Lug 134,65 in

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 26


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Tabel 3.3 Data desain Reaktor Asetilasi
SPESIFIKASI REAKTOR
Kode : R –102
Jenis Reaktor : CSTR
Reaktor Asetilasi
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pembentukan metil
ester dan gliserol
Operating Data
Volume 14,09 m3
Faktor keamanan 10%
Temperatur 393,150K
Waktu Tinggal 0,25 jam

ID

Jenis : silinder tegak dengan tutup


H Ht
ts
atas dan bawah torispherical

OD

Materials Carbon steel SA – 283 grade C


Tegangan diizinkan, f 16250 psi
Efisiensi sambungan, E 80 %
Faktor korosi, C 0,125 in
Diameter (ID) 1,97 m
Tinggi (H) 2,96 m
Tebal shell 1,44 in
Tekanan Design 339440,31 Pa
Tekanan Hidrostatis 4607,1 Pa
Tekanan Total 308582,1 Pa

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 27


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Jenis head : torispherical head
icr b
OA B A
th
Sf
ID
OD
a

Outside diameter (OD) 84 in


Tebal Head (th) 1,42 in
Sf 3 in
Icr 5,125 in
Tinggi head (OA) 0,43 m

Baffle width,
w=D/12
Offset = w/6

Tipe impeller : Flat six bade turbin B


A
F
B
A
F
F
L F
E L
E H

with disk
d/8
Offset
= d/2
d H/6

Di

Diameter Pengaduk (d) 0,66 m


Lebar Pengaduk (W) 0,13 m
Panjang Daun Pengaduk (L) 0,16 m
Tinggi Dasar Tangki ke Pengaduk (C) 0,66 m
Lebar baffle (J) 0,16 m
Jumlah Impeler 1
Kecepatan pengadukan 16,6 rps
Power 214,82 KW

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 28


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
5

1a

6
4

Desain Tangki

1b

Tinggi Total Tangki (Ht) 3,8 m


Tebal Jacket 10 cm
Saluran Umpan Masuk 4,79 in2
Saluran Umpan Keluar 4,79 in2
Saluran Air Pendingin 3,35 in2
Diameter Manhhole 22,375
Jumlah Baut 67
Jumlah Lug 4
Tinggi Lug 134,4 in

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 29


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Tabel 3.4 Data desain Reaktor Asetilasi
SPESIFIKASI REAKTOR
Kode : R – 103
Jenis Reaktor : CSTR
Reaktor Asetilasi
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pembentukan metil
ester dan gliserol
Operating Data
Volume 14,29 m3
Faktor keamanan 10%
Temperatur 393,150K
Waktu Tinggal 0,25 jam

ID

Jenis : silinder tegak dengan tutup


atas dan bawah berbentuk H
ts
Ht

torispherical
OD

Materials Carbon steel SA – 283 grade C


Tegangan diizinkan, f 16250 psi
Efisiensi sambungan, E 80 %
Faktor korosi, C 0,125 in
Diameter (ID) 1,98 m
Tinggi (H) 2,97 m
Tebal shell 1,44 in
Tekanan Design 339392,67 Pa
Tekanan Hidrostatis 4563,79 Pa
Tekanan Total 308538,79 Pa

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 30


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
Jenis head : torispherical head
icr b
OA B A
th
Sf
ID
OD
a

Outside diameter (OD) 84 in


Tebal Head (th) 1,37 in
Sf 3 in
Icr 5,125 in
Tinggi head (OA) 0,44 m

Baffle width,
w=D/12
Offset = w/6

Tipe impeller : six bade turbin B


A
F
B
A
F
F
L F
E L
E H

with baffles
d/8
Offset
= d/2
d H/6

Di

Diameter Pengaduk (d) 0,66 m


Lebar Pengaduk (W) 013 m
Panjang Daun Pengaduk (L) 0,17 m
Tinggi Dasar Tangki ke Pengaduk (C) 0,66 m
Lebar baffle (J) 0,17 m
Jumlah Impeler 1
Kecepatan pengadukan 16,6 rps
Power 216,84 KW

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 31


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
5

1a

6
4

Desain Tangki

1b

Tinggi Total Tangki (Ht) 3,85 m


Tebal Jacket 10 cm
Saluran Umpan Masuk 4,79 in2
Saluran Umpan Keluar 4,79 in2
Saluran Air Pendingin 4,79 in2
Diameter Manhhole 24,75 in
Jumlah Baut 67
Jumlah Lug 4
Tinggi Lug 135,72 in

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 32


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
DAFTAR PUSTAKA

Brownell, L. E. dan E. H. Young. 1959. Process Equipment Design. New York:


John Wiley and Sons.
Coulson, Richardson.1983. Chemical Engineering, Vol. 6th . Pergamon Press :
New York
Couper James R, dkk. 2010. Chemical Process Equipment 3th. United States of
Amerika : Butterworth Heinemann.
Fogler, H. S. 1999. Elements of Chemical Reaction Engineering 3rd Edition. New
Jersey:rentice-Hall International Series.
Froment. F. Gilbert dan Bischoff. B. Kenneth, 2010, Chemical Reactor Analysis
and Design, United States of Amerika : John Wiley & Sons, Inc.
Harriott Peter. 2002. Chemical Reaktor Design. . New York: Marcel, Dekker, Inc.
Kern, D. Q. 1983. Process Heat Transfer. New York: McGraw-Hill.
Perry. H. Robert dan Green. W. Don, 2007, Chemical Engineering Handbook,
New York: McGraw-Hill.
Peters, M. S. dan K. D. Timmerhaus. 1991. Plant Design and Economics for
Chemical Engineers 4th Edition. New York: McGraw-Hill.
Reklaitis, G. V. dan D. R. Schneider. 1983. Introduction to Bahan and Energy
Balances. New York: John 333333Willey and Sons.
Sinnott, R. K. 2005. Chemical Engineering Design Vol. 6 4th Edition. Oxford:
Elsevier Butterworth-Heinemann. (International Process Plant, 2009)
Takahashi. Koji dan Motoda. Mitsunori, 2009. Chemical Engineering Research
and Design for Agitated Vessel. European Conference : Elsevier
Yaws, C. L. 1999. Chemical Properties Handbook: Physical, Thermodynamic,
Environt-mental, Transport, Safety, and Health Related Properties for
Organic and Inorganic Chemicals. New York: McGraw-Hill.
Zeng X dan Steedman. RS, 1998, Design of Shallow Foundation, New York: John
Willey and Sons.

Pra-Perancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 6.Ganjil/2017-2018 33


Dibuat Diperiksa Disetujui
Rahmat Setiawan
Siska Priscillia Aledya
Sry Utami Pardede
Sunitha Sari
Yuliatmi
LAMPIRAN PERHITUNGAN ALAT
Nama Alat Reaktor Bubble Column Kode
Fungsi Mereaksikan Gliserol dengan Asam Asetat BC 101

Katalisator : Asam Sulfat


Sistem Pendingin : Cooling Mantel
Asumsi :
a. Operasi berjalan kontinyu
b. Reaktor gelembung cocok untuk reaksi gas-cair dengan jumlah yang
relatif sedikit yang direaksikan dengan cairan yang jumlahnya besar.
c. Di dalam reaktor gelembung, aliran gas duanggap plug flow tetapi cairan
teraduk sempurna oleh aliran gelembung yang naik ke atas sehingga suhu
di dalam rekator selalu seragam.

F1
C3H5 (OH)3 0,34% F3
kg/jam CH3COOH 0,44 %
H2O 0,39 %
kg/jam
R-00

F4
CH3COOH 0,66 %
kg/jam F2
C5H10 O4 0,16 %
kg/jam

Gambar A.1 Diagram alir BC 101


DATA KINETIKA REAKSI

A. Data Konstanta Laju Reaksi


Berdasarkan US Patent (4 381 407) diperoleh data sebagai berikut:
Holding Time, t = 1 jam
Konstanta laju reaksi, k = 1.003973 s-1

B. Mencari Komposisi Reaktan


Tabel 1. Komposisi Reaktan (Fase Liquid)
Komponen Fi (kg/jam) Fraksi
Gliserol 796.203 0,99
H2SO4 0.797 0,001
Total 797 1

( ( ) )

( )

Densitas campuran liquid dapat dihitung menggunakan persamaan 105


(ChemCAD) sehingga densitas campuran yang diperoleh sebesar 114.853 kg/m3

[ ( ) ]

Viskositas campuran liquid dapat dihitung menggunakan persamaan 101


(ChemCAD) sehingga viskositas campuran yang diperoleh sebesar 0,6 cP

Tabel 2. Komposisi Reaktan (Fase Gas)


Komponen Fi (kg/jam) Fraksi
Asam Asetat 3204 1
total 3204 1
Tabel 3. Densitas Gas (Yaws, 1999)
Komponen Tc (K) Pc ω yi Yi.Tci Yi.Pci Yi. ω Yi.Bmi
(atm)
Asam 592.71 57.1 0.462 1 592.71 57.1 0.1887 60.05
Asetat

P operasi : 1,5 atm


: 60.05 kg/kgmol K
R : 0,08206 m3 atm / kgmol K
T : 423.15

Tr :

Pr :

Z : 0.9 (Compressibility factor, Fig 3.8 Coulson) maka:

Sehingga densitas campuran total =


PERANCANGAN REAKTOR BUBBLE

a. Menentukan Dimensi Reaktor


Perhitungan volume fase liquid:

Perhitungan volume fasa gas (plug flow)


Untuk plug flow digunakan persamaan:
[ ( )] (Persamaan 2-16 Fogler, 1992:34)

Dimana:
Tekanan, P : 1,5atm
Temperatur, T : 423.15
Gas Constant, R : 0.08206 m3 atm/ kgmol K
Konversi, X : 0.83
Konstanta laju reaksi, k : 3614.30 jam-1
Molar flowrate, FAO : 50.12 kmol/jam

[ ( )]

Volume total fluida dalam reaktor gekembung:

Safety factor 20%

Untuk ɛ < 0.45 , 0.03 < uSg < 0.4 m/s , maka 0.3 < Z/Dr < 3 (Fromen, 1979:726)
Dipilih Z/Dr = 4 , sehingga Z = H = 4 x Dr
( )
Z = H = 4 x D = 5.75 m = 109.45 in = 18.86 ft
Dipilih standar (Brownel, 1959:90-91)
D = 78 in = 1.98 m = 6.5 ft
H = 114 in = 2.9 m = 9.5 ft

b. Menentukan Sparger Ring


Ditetapkan diameter sparger ring, Ds = 40% Dr
Ds = 0.4 x 1.44 m = 0.576 m = 22.67 in
Luas plate sparger (Ls) :

c. Menghitung Diameter Hole Sparger (Do)


Berdasarkan
Perry (1984) hal. 18 – 58, diameter hole plate = 0.004 – 0.95 cm.
Diameter hole plate dapat ditentukan dengan persamaan :
( )
(Perry, 1999 : 18-58)

Keterangan :
Diameter bubble, dB = 0.14 cm
Densitas liquid, = 114.853 kg/m3 = 0.114 gr/cm3
Densitas gas, = 2.88 kg/m3 = 0.00288 gr/cm3
Tegangan permukaan liquid, = 0.00794 dyne/cm3
Percepatan gravitasi, g = 980.6650 cm/det2

Maka,

( ) ( )

Dipilih hole diameter standard = 2.5 in = 6.35 cm (Couper, 2010 : 452)


Jadi luas tiap hole :
Direncanakan triangular pitch dengan jarak ke pusat :
Pt = 1.2 x Do = 1.2 x 6.12 cm = 7.344 cm
C = 1.2 x 6.35 cm = 7.62 cm = 3 in
Tinggi (h) = 0.5 x Pt x tan 60° = 1.175 cm = 0.462 in
Luas pitch = 0.5 x Pt x h = 4.31 cm2

Maka :

Clearance, C = Pt – Do = 1.22 cm = 0.48 in (memenuhi)


d. Penentuan Tekanan Desain

( )

Densitas campuran total,

Ptotal = Poperasi + Phidrostatik (pers. 3.17 Brownell, 1959:46)

( )
= 22,04 psi +

Tekanan desain 5-10% di atas tekanan kerja normal/absolut (Coulson,


1999:807). Tekanan desain yang dipilih 10% di atasnya.
Pdesain = 1.1 x Ptotal
= 1.1 x 22.5 psi = 24,75 psi = 1.68 atm

e. Penentuan Tebal Dinding Shell Reaktor


(Pers. 13.1 Brownell and Young, 1959)

Bahan yang dipakai : stainless steel AISI 410


(C=0.15%/max, Mn=1%max, Cr=12,5%)
Alasan pemilihan ,aterial (Tabel 4 Timmerhaus, 1991:427)
Cocok untuk bubble tower, bahan petroleum, harga yang murah
Ts = tebal shell, in
P = tekanan desain, 24.75 psi
f = allowable stress =16.250 psi (App. D Item 4, Brownell, 1959:342)
E = effesiensi single welded but joint = 0,8 (tabel 13.2 Brownell, 1959:254)
C = corrosion allowance = 0.125 in/10 tahun (tabel 6, Timmerhaus,
1991:542)
ri = Jari-jari shell = 28.34 in

f. Perhitungan Diameter Shell


ODstandard = 56.68 in = 1.44 m (Tabel 5.7 Brownell, 1959: 90)
IDshell = ODshell – 2 ts = 56.32 in = 1.43 m

g. Perhitungan Head
Bentuk tutup yang digunakan adalah torispherical flanged head. Biasa digunakan
untuk merancang vessel dengan tekanan dalam rentang 15 psig (1.020689 atm) –
200 psig (13.60919 atm). Tekanan operasi pada reaktor yaitu 1.5 atm (22.04 psig)
sehingga dipilih menggunakan bentuk torispherical flanged head.
Untuk OD = 56.68 in dan ts= 3/16 in (Tabel 5.7 Brownell and Young, 1959).
Inside corner radius, icr = 3.625 in
Radius of dish, r = 60 in
Stress intensification factor for torispherical dished head (W)

( √ )

( √ )

Menghitung tebal head :

( ) ( )
Th= 0.23 in, diambil head standar th =1/4 in

Menghitung tinggi head (Brownell and Young, halaman 87)


Dari tabel 5.8 halaman 93, Brownel and Young ts= 3/16, sf adalah 1 ½ - 2 ¼
Sf =0.75 in

= 24.53 in
= 56.38 m
√ √ = 50.75 in

OD
OA

icr b
A
B
t
sf

a r

Gambar A.2 Torispherical Head [Brownell and Young, 1959]


MERANCANG PENDINGIN REAKTOR

Reaktor beroperasi secara isotermal. Karena reaksi eksotermis, maka


panas yang lepaskan dari reaksi harus ditransfer (diserap) dari reaktor untuk
mencegah kenaikan temperatur. Untuk menjaga temperatur reaktor pada 150
dapat digunakan jaket pendingin atau koil pendingin, sehingga dilakukan
pengecekan terhadap luas transfer panas yang dapat disediakan oleh jaket dan koil
pendingin.
Sifat fisis :
Pendingin : Air Pendingin
Massa Pendingin : 18443 kg/jam = 40659.86 lb/jam

pada Tav = 37.5 = 99.5

( )

Cp = 1 btu/lb = 4.1810 kJ/kg.K (Fig.2, Kern 1950)


( )
k = ( ) (Table 4, Kern
( )

1950)

(Fig. 14. Kern 1950)

Tabel LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Temp. Diff
248 Higher T 113 135
248 Lower T 86 162
0 Temp. diff 27 -27 ( - )

Sehingga :
( )
LMTD =
( ⁄ ( )
)
a. Log mean temperature difference
Log mean temperature difference (juga dikenal dengan LMTD) digunakan untuk
menentukankekuatan pendorong suhu untuk perpindahan panas dalam sistem
aliran, terutama dalam penukarpanas(heat exchangers)
b. Perhitungan jaket pendingin
Luas perpindahan panas yang tersedia
A = luas selimut reactor + luas penampang bawah reactor

( )

Diketahui
OD = 56.68 in = 4.72 ft
= 5,75 m = 18.86 ft
Sehingga :

( )

Untuk light organics-water, UD= 75-150 btu/jam.


Dipilih UD = 100 btu/jam.
Q r total = 274809 kJ/jam = 260519.8 Btu/jam
LMTD = 148,09

A kebutuhan =

Sehingga jaket pendingin dapat digunakan.


MENGHITUNG PARAMETER DESIGN REAKTOR GELEMBUNG

Menentukan koefisien difusivitas

Proses difusi terjadi di dalam fasa cair. Persamaan yang digunakan adalah Wilke-
Chang method (Pers. 8.22 Coulson 1999: 332)

( )

Keterangan:
= Association parameter = 1
M = berat molekul
T = temperatur
= viskositas pelarut
Vm = volume molal zat terlarut, m3/kgmol

Menghitung surface tension pelarut

( ) ( )
[ ] [ ]

Keterangan:
= surface tension, dyne/cm
= sudgen’s parachor asam asetat = 160 (Coulson, 1983 : 335)
= densitas cairan = 114.85 kg/m3
= densitas gas = 2.88 kg/m3
M = berat molekul = 60.05 kg/kmol

Menghitung diameter gelembung (dB)

√ ( ) ( ) = 0.14 cm

Keterangan :
densitas cairan = 114.853 kg/m3
viskositas pelarut = 0.6 cp
superficial gas velocity = 0.03 m/s
(0.03 < < 0.4 m/s, Froment, 1979: 726)
Tetapan gravitasi, g = 9.81 m/s2
Surface tension pelarut, = 0.00794 dyne/cm
Dari persamaan 14.3.f-2 Froment, 1979 hal. 737 diperoleh:
dB = 0.14 cm
DESAIN PERPIPAAN DAN NOZZLE

Saluran dibuat dengan menggunakan bhan stainless steel. Diameter optimum


bahan dihitung dengan menggunakan persamaan :
Diopt = 260 x G0.52 x (Coulson, 1999:220)
Dengan:
Diopt = diameter optimum tube (mm)
G = kecepatan aliran massa fluida (kg/s)
= densitas fluida (kg/m3)

Pengecekan bilangan Reynold (NRe)

G = Kecepatan alir massa fluida (kg/jam)


ID = diameter dalam tube (m)
= viskositas fluida (kg/m.jam)
a’ = flow area per pipe (m2)

Saluran umpan liquid sama dengan saluran keluarannya


Diketahui:
G = 797 kg/jam = 0.22 kg/s
= 114.853 kg/m3
= 0.6 cP = 2160 kg/m.jam

Diopt = 260 x 0.220.52 x

Dari tabel Kern 11 (Kern, 1965)


Normal pipe size = 1 in
Schedule number = 40
OD = 1.32 in = 0.03 m
ID = 1.049 in = 0.03 m
a’ = 0.864in2 = 0,0006 m2

saluran umpan gas sama dengan keluarannya


Diketahui:
G = 3204 kg/jam = 0.89 kg/s
= 2.88 kg/m3
= 0.6 cP

Diopt = 260 x 0.890.52 x

Dari tabel Kern 11 (Kern, 1965)


Normal pipe size = 6 in
Schedule number = 40
OD = 6.625 in = 0.16827 m
ID = 6.065 in = 0.154051 m
a’ = 28.9 in2 = 0,018645 m2

saluran masuk dan keluar air pendingin


Diketahui:
G = 18443kg/jam = 5.12 kg/s
= 994.02 kg/m3
= 0.018 cP

Diopt = 260 x 05.120.52 x

Dari tabel Kern 11 (Kern, 1965)


Normal pipe size = 2 in
Schedule number = 40
OD = 2.38 in = 0.060452 m
ID = 2.067 in = 0.052502 m
a’ = 3.35 in2 = 0.00261 m2

Desain nozzle

berdasarkan perhitungan saluran pemasukan dan keluaran pada reaktor di atas


maka dapat ditentukan jenis nozzle yang digunakan sebagai berikut:

Nozzle umpan liquid dan keluarannya

Spesifikasi nozzle standar (Brownell and Young, 1959, App. F, hal. 349-350)

Size = 7/8 in

OD of pipe = in

Flange nozzle thickness (n) = 0.5


Diameter of hole in reinforcing plate (DR) = in

Regular, type H = in

Low, type = 3 in

Weld A in shop = 1 1/16 in

Weld in field = 5/8 in

Size of fillet weld A = in

Size of fillet weld B = 7/8 in

Nozzle umpan gas dan keluarannya

Spesifikasi nozzle standar (Brownell and Young, 1959, App. F, hal. 349-350)

Size = 6 in

OD of pipe = 6.625 in

Flange nozzle thickness (n) = 0.432 in

Diameter of hole in reinforcing plate (DR) = 6.75 in

Length of side reinforcing plate (L) = 16.25 in

Width of reinforcing plate (W) = 20.25 in

Distance, shell to flange face, outside (J) = 8 in

Distance, shell to flange face, inside (K) = 6 in

Regular, type H = 11 in

Low, type = 8.125 in

Weld A in shop = 1.25 in

Weld in field = 0.75 in

Size of fillet weld A = 0.3125 in

Size of fillet weld B = 1 in

Nozzle pendingin
Spesifikasi nozzle standar (Brownell and Young, 1959, App. F, hal. 349-350)
Size = 2 in

OD of pipe = 2 3/8 in

Flange nozzle thickness (n) = 0.218 in

Diameter of hole in reinforcing plate (DR) = 2 1/2 in

Distance, shell to flange face, outside (J) = 6 in

Distance, shell to flange face, inside (K) = 6 in

Regular, type H = 7 in

Low, type C = 8.125 in

Weld A in shop = 3 1/2 in

Gambar A.3 Shell Nozzle (a) Reinforcing Plate (b) Single Flange
PENENTUAN MANHOLE

Manhole adalah lubang pemeriksaan yang diperlukan pada saat pembersihan atau
pemeriksaan pada abagian dalam kolom. Direncanakan manhole di pasang pada
kolom bagain atas reaktor dengan ukuran standar 20 in berdasarkan rekomendasi
API Standard 12 C (Brownell and Young, Ap.F item 4), dengan spesifikasi:

Tebal Shell = 0.3125 in

Jumlah = 1

Ukuran potongan :

Weld A = 0.1875 in

Weld B = 0.3125 in

Panjang Sisi = 42.25 in

Lebar reinforcement (W) = 54 in

Diameter manhole, ID = 20 in

Maksium diameter lubang :

Dp = 24.5 in

Diameter plat penutup

Cover plate = 28.75 in

Diameter bolt circle, DB = 26.25 in


Gambar A4. Manhole
PERANCANGAN FLANGE (HEAD AND BOTTOM)

Data perancangan:

Tekanan desain : 24.75 psi

Material flange : ASTM-201, Grade B

(Brownell and Young, 1959)

Tegangan material flange : 15000 psi

Bolting steel : ASTM-198, Grade B7

(Brownell and Young, 1959)

Tegangan material bolt : 20000 psi

Material gasket : steel (asbestos filled)

Diameter luar shell : 56.68 in

Diameter dalam shell : 56.32 in

Ketebalan shell : 3/16 in

Gambar A5. Tipe flange dan dimensinya


Perhitungan Gasket


( )

Keterangan:

do = diameter luar gasket, in

di = diameter dalam gasket, in

y = yield stress, lb/in2 (Fig. 12.11)

m = faktor gasket (Fig. 12.11)

digunakan gasket dengan tebal 1/8 in, dari Fig. 12.11 (Brownell and Young,
1959), diperoleh:

y = 3700 ln/in2

m = 2.75

sehingga diperoleh:


( )

Asumsi bahwa diameter dalam gasket, di sama dengan diameter luar shell (OG)
sehingga:

di = 56.68 in

do = 1.003 x 56.68 = 56.87 in

lebar gasket minimum, N:

( ) ( )
( )

Diameter rata-rata gasket, G

G = di + N = 756.68+ 0.097 = 56.78 in


Berat beban bolt maksimum, Wm2

Dari Fig. 12.12, Brownell and Young, 1959: kolom 1 type 1.a

Karena bo ≤ 0.25, maka b = bo = 0.0485 in

Wm2 = Hy

= π x b x G x y ( B&Y, 1959 Persamaan 12.88)


= 31994 lb

Keterangan:

Hy = beban berat bolt maksimum (lb)

b = effective gasket (in)

G = diameter gasket rata-rata (in)

Beban untuk menjaga joint tight saat operasi, Hp

Hp = 2 b π G m p (B&Y, 1959 Persamaan 12.90)


= 1177 lb

Keterangan:

Hp = beban joint tight (lb)

m = faktor gasket (Fig. 12.11)

b = effective gasket (in)

G = diameter gasket rata-rata (in)

P = Tekanan operasi (psi)

Beban dari tekanan internal, H

(Pers. 12.89, Brownell and Young, 1959: 240)

Keterangan:

H = total joint contact surface (lb)

G = diameter gasket rata-rata (in)

P = Tekanan operasi (psi)


Beban operasi total, Wml

Wml = H + Hp = + 1177 = 63814.8 lb

Dari data diatas nilai Wm1 lebih kecil daripada nilai Wm2 sehingga diambil nilai
minimum yaitu Wm1 untuk pengontrol Wm1 = 63814.8 lb

Perhitungan luas baut minimum


Am1 = Wm1 / fb (B&Y, 1959 Persamaan 12.92)
Am1 =

= 3.19 in2
Keterangan:
Wml = berat beban bolt pada kondisi operasi (lb)
Am1 = total luas bolt pada kondisi operasi (in2)
Fb = bolt stress maksimum yang diizinkan (psi)

Perhitungan ukuran baut optimum


Berdasarkan Tabel perhitungan ukuran baut optimum (Tabel 10.4 B & Y, 1959)
Digunakan baut berukuran 1/2 in, sehingga:

Root Area = 0.126 inch2


Bolting Spacing Standard (BS) = 3 inch
Minimal Radian Distance (R) =1

Edge Distance = 5/8 inch

Perhitungan jumlah baut

Jumlah Baut Minimum = Am1 / Root Area


=

= 25 buah baut
Koreksi lebar gasket
Ab aktual = jumlah baut x root area

= 25 x 0.126 = 3.19 in2


Lebar gasket minimum

Lebar Gasket Minimum Aktual = Ab fallowance / 2 y π G


=

= 0,1 inch
PERHITUNGAN PENYANGGA REAKTOR

Menghitung berat total rekator

 Berat shell
OD shell = 56.68 in = 4,7 ft
ID shell = 56.32 in = 4,6 ft
Tinggi shell = 226.37 in = 18.86 ft
Densitas stainless steel AISI 410, = 481 lb/ft3

( )

 Berat head
OD dish = 56.68 in = 4.7 ft
Sf = 0.75 in = 0.0625 ft
Icr = 3.625 in = 0.3 ft
Th = 023 in = 0.019 ft
= 481 lb/ft3
Untuk th 1 in perkiraan blank diameter (bd) adalah:

= 5.2 ft

( (( ))

 Berat Air Pendingin


Berat Air Pendingin = = 40659 lb
 Berat opening (manhole dan nozzle)
Berat manhole (Megsey, 1983:413)
Manhole 20 in = 42b lb
Berat tutup = 43 lb
Berat manhole = 471 lb
Nozzle umpan liquid sama seperti keluarannya
Ukuran nozzle = 1 in
Berat nozzle = 3 lb
Nozzle umpan gas sama sepertnya keluarannya
Ukuran nozzle = 6 in
Berat nozzle = 45 lb

Nozzle pendingin masuk


Ukuran nozzle = 2 in
Berat nozzle = 9 lb

 Berat material dalam reaktor


Berat bahan baku = laju alir massa x holding time
= 4933kg/jam x 1 jam
= 4933 kg = 10875 lb
Maka, total berat mati reaktor = 59601 lb

Sistem penyangga
Berat untuk perancangan = 1.2 x berat mati reaktor = 71521.2 lb

Gambar A6. Sketsa sistem penyanngga reaktor


Reaktor disangga dengan 4 kaki. Kaki penyangga dilas ditengah-tengah
ketinggian (50% dari tinggi total reaktor )
 Lug planning
Digunakan kaki (lug) tipe I-beam dengan pondasi dari cor atau beton.
Karena kaki dilas pada pertengahan ketinggian reaktor, maka ketinggian
kaki:
Hlug =½H+L
= (0.5 x 20.56) + 5 = 15.28 ft = 183.36 in
Keterangan:
H = tinggi total reaktor (ft)
L = jarak antara bottom reaktor ke pondasi (digunakan 5 ft)

Gambar A7. Kaki penyangga tipe I beam


Dipilih I beam 5 in (brownell and Young, App. G, item 2)
Dimensi I-beam:
Kedalaman beam = 5 in
Lebar flange = 3.284 in
Web thickness = 0.494 in
Ketebalan rata-rata flange = 0.326 in
Area of section (A) = 4.29 in2
Berat/ft = 14.75lb
Peletakan dengan beban eksentrik (axis 1-1):
I = 15in4
S = 6 in3
r = 1.87 in
Peletakan dengan beban eksentrik (axis 2-2):
I = 1.7 in4
S = 1 in3
r = 0.63 in
cek terhadap peletakan sumbu axis 1-1 maupun axis 2-2.

Axis 1-1

l/r = 183.36 in / 1.87 in


= 98 (l/r < 120, memenuhi)
stress kompresif yang diizinkan (fc)

( ) ( )

fc < 15000 psi, sehingga memenuhi (Brownell and young, 1959: 201)
jarak antara center line kolom penyangga dengan center line shell (a)
a = ½ x lebar flange +1.5
= ½ x (3.284) + 1.5 = 3.142 in
y = ½ x lebar flange
= 0.5 x 3.284 = 1.642 in
Z = I/y
= 15 / 1.642 = 9.14 in3
Beban kompresi total maksimum tiap lug (P):

Gambar A7. Sketsa beban tiap lug


( )

Umumnya vessel dengan penyangga lug atau lug supported memiliki


ketinggian yang lebih rendah dibanding skirt supported vessel, sehingga
wind load sangat minor pengaruhnya. Wind load cenderung
mempengaruhi vessel jika vessel dalam keadaan kosong. Berat vessel
dalam keadaan terisi oleh cairan cenderung stabil (Hal. 197, brownell and
Young, 1959).
Keterangan:
Pw = beban angin total pada permukaan terbuka (lb)
H = tinggi reaktor diatas pondasi (ft)
L = jarak antar pondasi kebagian bawah reaktor (ft)
Dbc = diameter anchor bolt circle (ft)
n = Jumlah penyangga
= Berat total Reaktor

Menghitung beban eksentrik :

Luas penampang lintang:

Axis 2-2

l/r = 183.36 in / 0.63 in


= 291.04 (l/r > 120, tidak memenuhi)
 Lug planning
P=
Masing-masing penyangga memiliki 4 baut. Beban maksimum tiap baut:

Luas lubang baut:

= stress maksimum yang dapat ditahan oleh setiap baut = 12000 psi
Digunakan baut standar dengan diameter = ½ in. Ketebalan plat horizontal:

[( ) ( )]
Dengan:
Thp = tebal horizontal plat,in
My = bending momen maksimum sepanjang sumbu radial, in-lb
P = beban baut maksimum, lb =
A = panjang kompresi plate digunakan
= ukuran baut + 9 in = 0.5 + 9 = 9.5 in
H = tinggi gusset = 12 in
b = lebar gusset = 0.5 +8 = 8.5 in
l = jarak radial dari luar horizontal plate luar ke shell, in = 6 in
= poisson ratio (untuk steel, ) (Brownell and Young, 1959)
f allow = stress yang diizinkan = 12000 psi
= konstanta dari tabel 10.6 Brownell and young, 1959
e = jarak konsentrasi beban
= setengah dari dimensi nut, in
=0.5* 7/8 = 0.437 in
Ketebalan plat kompresi :

Dari tabel 10.6, brownell and Young, diperoleh

My= 2071.8 lb-in


Thp = 1.02 in
Ketebalan gusset
Tg = 3/8 x thp= 0.3825
Gambar A8. Detail Lug
 Base plat planning
Digunakan I-beam dengan ukuran 5 in dan 14.75 lb/ft
Panjang kaki (H lug) = 15.28 ft
Sehingga berat satu lug = 15.28 ft x 14.75 lb/ft = 225.38 lb
Beban base plate = berat 1 lug + P = 225.38 +17880 = 18105.38 lb

Gambar Sketsa area base plate


Base plate area :

Dengan:
Pb = base plate loading
f = kapasitas bearing (untuk cor, f = 545 psi)
Perancangan pondasi
Perancangan pondasi dengan sistem konstruksi beton terdiri dari campuran
semen: kerikil : pasir, dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Direncanakan pondasi
berbentuk limas terpancung. Dianggap hanya gaya vertikal dari berat kolom yang
bekerja pada pondasi.
Berat I-Beam yang diterima oleh base plate = 18105.38 lb
Berat pada kondisi operasi = 71521.2 lb
Digunakan tanah dengan ukuran :
Luas bagian atas (a) = 5.100,80288 in2 (71,41991 in x 71,41991 in)
Luas bagian bawah (b) = 5.840,00193 in2 (76,41991 in x 76,41991 in)
= 40,55557 ft2
Tinggi pondasi = 30 in = 2,5 ft
Volume pondasi = 1/3 x tinggi pondasi x ((a+b) + (axb)1/2 )
= 163.987,07205 in3
= 94,89993 ft3
Berat pondasi (W) = V x densitas beton
= 94,89993 ft3 x 140 lb/ft
= 13.285,98963 lb
Jadi berat total yang diterima tanah adalah
Wtot = Berat total yang diterima pondasi + berat pondasi
= 79.876,204 lb + 13.285,98963 lb
= 93.162,194 lb
Tegangan tanah karena beban (T) = P/F < 10 ton/ft2
Keterangan :
P = Beban yang diterima tanah (lb)
F = Luas alas (ft2)
Jadi tegangan karena beban (г) :
Г = Wtot/ b
= 93.162,194 lb/40,55557ft2
= 2297,1492 lb/ft2
= 1,0255 ton/ft2 < 10 ton/ft2
Gambar A9. Gambar Bubble Column
Gambar A10. Tampak Atas Bubble Column
LAMPIRAN PERHITUNGAN ALAT
Nama Alat Reaktor Acetilasi Kode
Fungsi Mereaksikan Gliserol dengan Asam Asetat R-101
Anhidrat dengan menggunakan katalis
H2SO4

F6 + F5 F7
CSTR

Gambar A.1 Diagram Blok CSTR


Reaksi :
C3H5(OH)3 + CH3COOH + C4H6O3  C5H10O4 + H20 + CH3COOH
C5H10O4 + H20 + CH3COOH  C7H12O5 + H2O + CH3COOH
C7H12O5 + H2O + CH3COOH  C9H14O6 + H2O + CH3COOH
C4H6O3 + H2O  CH3COOH

Kondisi Proses
Jenis tangki : Stirred Tank
Bahan : Carbon Steel SA-283 Grade C
Jenis Head : Torispherical
Kondisi operasi : Isotermal
Laju alir massa : 7460 kg/h
Temperatur : 120°C (393.15 K) (Patent US4381407)
Tekanan : 3 atm = 303,975 kPa
Waktu tinggal : 0,25 jam (15 menit) (Patent US4381407)
Densitas Viskositas Input Output Fraksi
Komponen
(kg/m3) (cP) (F5+F6) (F7) input
TAG 143,51 -0,006667 478,2 1365,18 0,064
DAG 161,93 -0,000331 255,04 298,4 0,034
MAG 191,19 -0,00235 318,8 615,45 0,042
H2O 165,12 -0,00065 223,16 145,47 0,03
As.Asetat 172,18 -0,00045 1275,2 1939,6 0,17
AAA 161,32 -0,00657 4272 2350 0,57
Gliserol 114,85 0,000953 637,6 746 0,085
total 7460 7460 1

Nilai densitas dan viskositas pada tabel di atas digunakan untuk menghitung
bilangan reynold dan laju alir volumetrik. Densitas dan viskositas tersebut
didapatkan dari persamaan yang dikutip dari Calr Yaws. Densitas dan viskositas
tersebut telah disesuaikan dengan kondisi operasi.

[⁄ ]
( )

0 . ( )/1
A. Perhitungan Volume Tangki

[Fogler, 1999]

Faktor keamanan 20 %, maka :


( )
( )
B. Perhitungan Dimensi Tangki
(Geankoplis,1999)

Diameter : Tinggi = 1,5


Jenis head : Torispherical
Volumer Reactor = Volume Shell + 2 x Volume Head
VR = VShell + 2 VHead
VShell =

VHead = x

VR = +2( x )

VR = ( )+2( x )

VR = ( 1,5 )

= VR / 1,5 (Brownell and Young)

Dtank = 1,97 m = 77,6 in


Htank = 2,96 m
C. Perhitungan Tebal Shell dan Tebal Tutup
Alasan pemilihan material Carbon Steel SA-283 Grade C :
1. Merupakan material yang paling banyak digunakan karena memiliki sifat
tahan perkaratan karena adanya penambahan chromonium dan nickel.
2. Katalis yang digunakan yaitu asam sulfat merupakan senyawa sulfur yang
dapat menyebabkan perkaratan pada reaktor
Tekanan Disain dibuat 5-10% lebih tekanan Operasi. (Coulsoun.1988 hal 637)
Diambil 10% tekanan lebih Over design
Tekanan Hidrostatis =

= 159,47

= 4620,09 Pa
Tekanan total = tekanan hidrostatis + tekanan operasi
= 4620,09 Pa + 303975 Pa
` = 308595,09 Pa
Tekanan desain = (100% + 10%) x tekanan total
= 1,1 x 308595,09 = 339454,6 Pa
= 339,45 kPa
Faktor korosi (C ) = 0,125/Tahun (Peter, 1991, Hal 542)
Allowable Stress (f) = 12650 psia = 87218,71 kPa [Brownel and Young]
R = Dtank/2 = 1,97/2 = 0,99 m = 38,8 inch
Efisiensi pengelasan (E) = 80% single-welded butt joint with backing strip ( B &
Y, 1959, Hal 254)
Alasan pemilihan efisiensi pengelasan karena sesuai dengan ketebalan untuk
pengelasan keliling shell
( )( )
( ) *,( )( )- ( )+
OD

OA
icr b
A
B
t
sf
a r

Gambar A.2 Torispherical Head [Brownell and Young, 1959]


Keterangan :
OD : outside diameter of dish (inches)
sf : straight-flange length (inches)
icr : inside-corner radius (inches)
t : gage thickness (inches)
OA : overall dimension (inches)
b : depth of dish (inside) (inches)
ID : Inside radius (inches)
Untuk pemilihan bentuk head, terdapat tiga pilihan ( Brownell and Young, 1959) :
1. Flanged and Standar dished Head
Digunakan untuk vessel vertical bertekanan rendah, terutama digunakan
untuk tangka penyimpanan, serta menyimpan fluida yang volatile
2. Torispherical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan dalam rentang 15 psig (1,020689
atm) – 200 psig (13,60919 atm).
3. Elliptical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan tinggi dalam rentang 100 psig dan
tekanan diatas 200 psig.
Jenis head = torispherical
di bulatkan menggunakan data
OD 84 in
Digunakan :
OD = 84 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
rc = 84 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
icr = 5,125 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
sf = 1,5-4,5 [Tabel 5.7 ( Hal 93), Brownell & Young, 1959]

Stress Intensification = ( √ )

= 0,25 (3 + √ )

= 1,28 in

= 0,86 m
=2m

√ √ = 1,81 m

3 in = 0,076 m
D. Perhitungan Pengaduk
Menurut Dickey (1984) dalam Walas 1990 halaman 288, kriteria jumlah
impeller yang digunakan didasarkan pada viskositas liquid dan rasio ketinggian
liquid (HL) terhadap diameter tangki (D).
Diketahui bahwa:

Tabel A.1 Pemilihan jumlah impeller

Rasio HL/D maksimum yang sesuai pada data perhitungan adalah 1,4 dengan
viskositas <25.000 cP maka jumlah impeller yang digunakan sebanyak 1 buah.

Jenis Pengaduk = six-blade open turbin with baffles

Gambar A.3 Six-blade open turbin with baffles


C/Dt = 1/3 W/Da = 1/5
Da/Dt = 1/3 L/Da = ¼
Dd/Da = 2/3 J/Dt = 1/12
[Geankoplis, 1997]

Hasil perhitungan :
Dt 1,97 Meter
Da/Dt #0,3-0,5
Da 0,66 Meter
C/Dt #1/3
C 0,66 Meter
W/Da #1/5
W 0,13 Meter
Dd/Da #2/3
Dd 0,44 Meter
L/Da #1/4
L 0,16 Meter
J/Dt #1/12
J 0,16 Meter
E. Perhitungan Daya Pengaduk
Viskositas campuran pada 1200C = 0,00211 kg/ms
Kecepatan yang digunakan putaran motor 16,6 rps.

Gambar A.3[Geankoplis, 1997]

Dari figure di atas, digunakan curve 2, sehingga didapat NP = 3

Efisiensi pengadukan 80%


P = 0,8 x 267,76 kW
P = 214,21 kW
F. Perhitungan Desain Pendingin Reaktor
Pemberian atau pengambilan sejumlah panas pada sebuah tangki proses
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan memberikan jaket atau lilitan pipa
panjang (coil) di dalam tangki proses tersebut (Kern, D., 1950, Hal. 716).
Untuk menentukan pemakaian jaket atau coil pada tangki proses, dilakukan
perhitungan terhadap luas selubung tangki terhadap luas transfer panas (Moss, D.,
Ed. 3th, hal: 35) antara lain:
Jika luas transfer panas ≤ luas selubung tangki proses : menggunakan jaket
Jika luas transfer panas > luas selubung tangki proses : menggunakan coil
Luas selubung reaktor = luas selimut silinder
= π x Ds x Hs
= 18,29 m2
Luas transfer panas pada reaktor = luas selimut silinder + luas panampang
= (π x Ds x Hs) + (π x Ds2 x 0,25) = 3,05 m2
Karena transfer panas pada reaktor < luas selubung tangki proses maka digunakan
jaket.
a. Menghitung Neraca Energi Pada Reaktor
Data Kapasitas Panas
Komponen A B C D
C3H8O3 1,3210E+02 8,6007E-01 -1,9745E-03 1,8068E-06
CH3COOH -3,5100E+01 1,0971E+00 -2,8921E-03 2,9275E-06
H2SO4 1,1614E+02 7,0337E-01 -1,3856E-03 1,0342E-06
C5H10O4 5,6855E+01 1,1659E+00 -3,3274E-03 3,9006E-06
C7H12O5 1,1614E+02 1,1953E+00 -3,0852E-03 3,4713E-06
C9H14O6 9,2681E+01 1,9216E+00 -4,5232E-03 4,3632E-06
H2O 9,2053E+01 -3,9953E-02 -2,1103E-04 5,3469E-07
C4H6O3 9,5000E+00 3,4425E-01 -8,6736E-05 -7,6770E-08
Neraca Energi Aliran Masuk
Komponen F6 (kg/jam) Ni (Kmol/jam) CpdT (kJ/kmol.K) H (kJ/jam.K)
Tri 478,2 2,19 3,77E+04 8,26E+04
Mo 637,6 4,75 2,89E+04 1,37E+05
Di 255,04 1,44 1,01E+04 1,46E+04
As.Asetat 1275,2 21,23 9,79E+03 2,07E+05
H2O 266,16 14,77 5,45E+03 8,04E+04
Gliserol 637,6 6,92 2,55E+04 1,76E+05
Asam Asetat Anhidrat 4229 41,42 4,64E+04 1,92E+06
Jumlah 7460 92,74 1,63E+05 1,5E+07

Neraca Energi Aliran Keluar


Komponen F7 (kg/jam) Ni (Kmol/jam) CpdT (kJ/kmol.K) H (kJ/jam.K)
Tri 1365,18 6,25 3,77E+04 2,35E+05
Mo 615,45 4,58 2,89E+04 1,32E+05
Di 298,4 1,69 1,01E+04 1,71E+04
As.Asetat 1939,6 32,29 9,79E+03 3,16E+05
H2O 145,47 8,07 5,45E+03 4,39E+04
Gliserol 746 8,10 2,55E+04 2,06E+05
Asam Asetat Anhidrat 2350 23,01 4,64E+04 1,06E+06
Jumlah 7460 84,03 1,63E+05 2,02E+06

b. Menentukan Panas reaksi


Reaksi I
Gliserol + 3 Asam Asetat →Triacetin + Air
Formation Entalpi 273,15 K
Komponen
(kJ/mol)
C3H8O3 -6,6960E+02
CH3COOH -4,8388E+02
C9H14O6 -1,3308E+03
H2O -2,8600E+02
Entalpi Reaksi -6,756E+01 Eksotermis

Formation Entalpi 393,15 K


Komponen
(kJ/mol)
C3H8O3 2,55E+01
CH3COOH 9,79E+00
C9H14O6 3,77E+01
H2O 5,45E+00
Entalpi Reaksi -0,82 Eksotermis
Total -6,838E+01

Reaksi II
Asetat Anhidrat + Air → 2 Asam Asetat
Komponen Formation Entalpi 273,15 K
C4H6O3 -6,317E+02
H2O -2,86E+02
CH3COOH -4,838E+02
Entalpi Reaksi -5,006E+01 Eksotermis

Komponen Formation Entalpi 273,15 K


C4H6O3 4,64E+01
H2O 5,45E+00
CH3COOH 9,79E+00
Entalpi Reaksi -3,227E+01 Eksotermis
Total -8,233E+01

Menghitung Jumlah panas


Reaksi I
( )
( )

Reaksi II
( )

Total dingin yang harus diserap oleh air pemanas :


( ) ( )

c. Menghitung beban panas Pendingin


Pemanas yang digunakan adalah air dengan temperatur :
Cpw = 4,1810 kJ/kg.K

Jumlah air pemanas yang dibutuhkan

( )

( )

d. Menghitung Panas yang hilang (Qloss)


Neraca Energi Pada Reaktor
Panas Masuk Panas Keluar
Keterangan kJ Keterangan kJ
Q 1,5E+07 Q 2,02E+06
Entalpi Reaksi, 25 C -427,80 Qr total -3087,04
Total 1,51E+07 Total 2,01E+06
Q loss 1,31E+07

e. Merancang Pendingin Reaktor


Reaktor beroperasi secara isotermal. Karena reaksi eksotermis, maka
panas yang lepaskan dari reaksi harus ditransfer (diserap) dari reaktor untuk
mencegah kenaikan temperatur. Untuk menjaga temperatur reaktor pada 120
dapat digunakan jaket pendingin atau koil pendingin, sehingga dilakukan
pengecekan terhadap luas transfer panas yang dapat disediakan oleh jaket dan koil
pendingin.
Sifat fisis :
Pendingin : Air Pendingin
Massa Pendingin : 49,22 kg/jam = 108,53 lb/jam

pada Tav = 37,5 = 99,.5


( )

Cp = 1 btu/lb = 4,1810 kJ/kg.K (Fig.2, Kern 1950)


( )
k = ( ) (Table 4, Kern
( )

1950)

(Fig. 14. Kern 1950)

Tabel LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Temp. Diff
248 Higher T 113 135
248 Lower T 86 162
0 Temp. diff 27 -27 ( - )

Sehingga :
( )
LMTD =
( ⁄ ( )
)

f. Log mean temperature difference


Log mean temperature difference (juga dikenal dengan LMTD) digunakan untuk
menentukankekuatan pendorong suhu untuk perpindahan panas dalam sistem
aliran, terutama dalam penukarpanas(heat exchangers)
g. Perhitungan jaket pendingin
Luas perpindahan panas yang tersedia
A = luas selimut reactor + luas penampang bawah reactor

. /

Diketahui :
OD = in = 6,71 ft
= 2,96 m = 9,71 ft
Sehingga :

. /
Untuk light organics-water, UD= 75-150 btu/jam.
Dipilih UD = 100 btu/jam.
Q r total = 3087,04 kJ/jam = 2926,52 Btu/jam
LMTD = 148,09

A kebutuhan =

Sehingga jaket pendingin dapat digunakan.


G. Perhitungan Gasket dan Bolt dari Reaktor
Data Perancangan
Tekanan Desain = 339,45kPa = 49,23 psia
Material Bolt (Baut) = Carbon Steel SA-193 Grade B6
Material Gasket = Soft Steel
Diameter Luar Shell = 78,22 Inch
Ketebalan Shell = 0,31 Inch
Diameter Dalam Shell =77,6 Inch
Tegangan dari bolting material (fb) = 20.000 psi

1. Perhitungan Lebar Gasket

Dari fig 12.11 di dapat nilai m dan y dengan menggunakan data material gasket
soft steel m = 5,5 m ; y = 18000 psi

( )

, ( )-

Asumsi diameter dalam gasket sama dengan diameter luar shell


di = 77,6 inch
do = 1,01 x 77,6
= 78,42 inch

Lebar gasket minimum =( )

=( )

= 0,41 inch
Digunakan gasket lebar ½ inch
Diameter gasket rata-rata (G) = di + Lebar gasket
= 77,6 inch + ½ inch
= 78,1 inch
2. Perhitungan Beban
Dari Fig. 12.12 Brownell & Young 1959 Kolom 1 type 1.a
bo = N/2 = 0,25 inch ; b = bo Jika bo ≤ 0,25 inch
sehingga didapat nilai b = 0,25 inch
Wm2 = Hy
= π x b x G x y ( B&Y, 1959 Persamaan 12.88)
= 1103417,863 lb
Hy = Berat beban bolt maximum (lb)
Hp = Berat beban joint tight (lb)
Hp = 2 b π G m p (B&Y, 1959 Persamaan 12.90)
Hp = 2 x 0,25 x 3,14 x 78,09 x 5,5 x 49,23
= 33198,9 lb
H = Total Joint contact surface (B&Y, 1959 Persamaan 12.89)

H =

= 235683,32 lb
Berat Operasi total dihitung dengan (B&Y, 1959 Persamaan 12.91)
Wm1 = H + Hp
= 235683,32 lb + 33198,9 lb
= 268882,22 lb
Dari data diatas nilai Wm1 lebih kecil daripada nilai Wm2 sehingga diambil nilai
minimum yaitu Wm1 untuk pengontrol Wm1 = 268882,22 lb

3. Perhitungan luas baut minimum (Minimum Bolting Area)


Am1 = Wm1 / fb (B&Y, 1959 Persamaan 12.92)
Am1 =

= 13,44 in2
Perhitungan ukuran baut optimum berdasarkan tabel 10.4 Brownell and
Young,1959
Digunakan Ukuran baut 5/8 inch, sehingga didapat data sebagai berikut :
Root Area = 0,20200 inch2
Bolting Spacing Standard (BS) = 3 inch
Minimal Radian Distance (R) =1

Edge Distance = 0,75 inch


Jumlah Baut Minimum = Am1 / Root Area
=

= 66,55

Sehingga digunakan baut dengan ukuran 5/8 inch sebanyak 67 buah


Cek Luas Gasket Aktual (Ab aktual) = Nbolt X Root Area
= 67 X 0,20200
= 13,53 Inch
Lebar Gasket Minimum Aktual = Ab fallowance / 2 y π G

= 0,03 inch (Nmin < 0,5 ; Pemilihan baut


sesuai)
H. Nozzle Umpan dan Produk Pada Reaktor
Saluran dibuat dengan menggunakan bahan stainless steel. Diameter
optimum tube yang stainless steel dan alirannya turbulen (NRe > 2100) dihitung
dengan menggunakan persamaan :
(Coulson,1958)
Dengan :
Diopt = diameter dalam pipa, mm
G = kecepatan aliran massa fluida, kg/s
Ρ = densitas fluida, kg/m3
Pengecekan bilangan Reynolds
Nre = 4G / πµd
Dengan:
G = kecepatan aliran massa fluida, kg/s
µ = viskositas fluida, kg/m.s
d = diameter optimum, m
 Nozzle Umpan = nozzle produk
Diopt = 2,3 in
dari Tabel 11 (Kern, 1965), diperoleh :
Diopt 2,3 In
nominal size pipe 2,5 In
Sch 40,00
OD 2,88 In
ID 2,469 In
flow area /pipe 4,79 in2
Pengecekan Bilangan Reynold
NRe = 20851,57
(turbulen)
Maka anggapan menggunakan aliran turbulen adalah benar.
Spesifikasi nozzle standar (Brownel and Young, 1959, App. F item 1 dan 2,
hal.349) :
Spesifikasi nozzle standar
Size 2.00 In
OD 2.375 In
N 0.218 In
DR 2.5 In
L In
W In
J 6.00 In
K 6.00 In
Type H 7.00 in
type C 3.50 In

 Manhole
Manhole adalah lubang pemeriksaan yang diperlukan pada saat
pembersihan atau pemeriksaan pada bagian dalam kolom. Direncanakan
manhole di pasang pada kolom bagian atas reaktor dimana ukuran ini
berdasarkan tebal shell (5/16 in). Berdasarkan rekomendasi API standard
12 C (Brownell and Young, Ap.F item 4) dengan spesifikasi :
Ukuran Potongan
Weld A = 0,1875 in
Weld B = 0,3125 in
Panjang sisi (L) = 45,25 in
Lebar reinforcement (W) = 54 in
Maksimum Diameter Lubang (Dp) = 24,5 in
Diameter Manhole (Min ID) = 20 in
Diameter Manhole (Max ID) = 22.375 in
Diameter plat penutup
Cover plate = 28.75 in
Diameter bolt circle, (DB) = 26.25 in
I. Perhitungan Berat Reaktor
J. Perhitungan Pondasi Reaktor
LAMPIRAN PERHITUNGAN ALAT
Nama Alat Reaktor Acetilasi Kode
Fungsi Mereaksikan Gliserol dengan Asam Asetat R-102
Anhidrat dengan menggunakan katalis
H2SO4

F7 F8
CSTR

Gambar A.1 Diagram Blok CSTR


Reaksi :
C3H5(OH)3 + CH3COOH + C4H6O3  C5H10O4 + H20 + CH3COOH
C5H10O4 + H20 + CH3COOH  C7H12O5 + H2O + CH3COOH
C7H12O5 + H2O + CH3COOH  C9H14O6 + H2O + CH3COOH
C4H6O3 + H2O  CH3COOH

Kondisi Proses
Jenis tangki : Stirred Tank
Bahan : Carbon Steel SA-283 Grade C
Jenis Head : Torispherical
Kondisi operasi : Isotermal
Laju alir massa : 7460 kg/h
Temperatur : 120°C (393.15 K) (Patent US4381407)
Tekanan : 3 atm = 303,975 kPa
Waktu tinggal : 0,25 jam (15 menit) (Patent US4381407)
Densitas Viskositas Input Output Fraksi
Komponen
(kg/m3) (cP) (F7) (F8) input
TAG 143,51 -0,006667 1365,18 2611 0,183
DAG 161,93 -0,000331 298,4 149,2 0,04
MAG 191,19 -0,00235 615,45 205,15 0,0825
H2O 165,12 -0,00065 145,47 503,55 0,0195
As.Asetat 172,18 -0,00045 1939,6 1865 0,26
AAA 161,32 -0,00657 2350 1753 0,32
Gliserol 114,85 0,000953 746 373 0,1
total 7460 7460 1

Nilai densitas dan viskositas pada tabel di atas digunakan untuk menghitung
bilangan reynold dan laju alir volumetrik. Densitas dan viskositas tersebut
didapatkan dari persamaan yang dikutip dari Calr Yaws. Densitas dan viskositas
tersebut telah disesuaikan dengan kondisi operasi.

[⁄ ]
( )

0 . ( )/1
A. Perhitungan Volume Tangki

[Fogler, 1999]

Faktor keamanan 20 %, maka :


( )
( )
B. Perhitungan Dimensi Tangki
(Geankoplis,1999)

Diameter : Tinggi = 1,5


Jenis head : Torispherical
Volumer Reactor = Volume Shell + 2 x Volume Head
VR = VShell + 2 VHead
VShell =

VHead = x

VR = +2( x )

VR = ( )+2( x )

VR = ( 1,5 )

= VR / 1,5 (Brownell and Young)

Dtank = 1,97 m = 77,7 in


Htank = 2,96 m
C. Perhitungan Tebal Shell dan Tebal Tutup
Alasan pemilihan material Carbon Steel SA-283 Grade C :
1. Merupakan material yang paling banyak digunakan karena memiliki sifat
tahan perkaratan karena adanya penambahan chromonium dan nickel.
2. Katalis yang digunakan yaitu asam sulfat merupakan senyawa sulfur yang
dapat menyebabkan perkaratan pada reaktor
Tekanan Disain dibuat 5-10% lebih tekanan Operasi. (Coulsoun.1988 hal 637)
Diambil 10% tekanan lebih Over design
Tekanan Hidrostatis =

= 158,8

= 4607,1 Pa
Tekanan total = tekanan hidrostatis + tekanan operasi
= 4607,1 Pa + 303975 Pa
` = 308582,1 Pa
Tekanan desain = (100% + 10%) x tekanan total
= 1,1 x 308582,1 = 339440,31 Pa
= 339,44 kPa
Faktor korosi (C ) = 0,125/Tahun (Peter, 1991, Hal 542)
Allowable Stress (f) = 12650 psia = 87218,71 kPa [Brownel and Young]
R = Dtank/2 = 1,97/2 = 0,99 m = 38,85 inch
Efisiensi pengelasan (E) = 80% single-welded butt joint with backing strip ( B &
Y, 1959, Hal 254)
Alasan pemilihan efisiensi pengelasan karena sesuai dengan ketebalan untuk
pengelasan keliling shell
( )( )
( ) *,( )( )- ( )+
OD

OA
icr b
A
B
t
sf
a r

Gambar A.2 Torispherical Head [Brownell and Young, 1959]


Keterangan :
OD : outside diameter of dish (inches)
sf : straight-flange length (inches)
icr : inside-corner radius (inches)
t : gage thickness (inches)
OA : overall dimension (inches)
b : depth of dish (inside) (inches)
ID : Inside radius (inches)
Untuk pemilihan bentuk head, terdapat tiga pilihan ( Brownell and Young, 1959) :
1. Flanged and Standar dished Head
Digunakan untuk vessel vertical bertekanan rendah, terutama digunakan
untuk tangka penyimpanan, serta menyimpan fluida yang volatile
2. Torispherical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan dalam rentang 15 psig (1,020689
atm) – 200 psig (13,60919 atm).
3. Elliptical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan tinggi dalam rentang 100 psig dan
tekanan diatas 200 psig.
Jenis head = torispherical
di bulatkan menggunakan data
OD 84 in
Digunakan :
OD = 84 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
rc = 84 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
icr = 5,125 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
sf = 1,5-4,5 [Tabel 5.7 ( Hal 93), Brownell & Young, 1959]

Stress Intensification = ( √ )

= 0,25 (3 + √ )

= 1,28 in

= 0,87 m
=2m

√ √ = 1,81 m

3 in = 0,076 m
D. Perhitungan Pengaduk
Menurut Dickey (1984) dalam Walas 1990 halaman 288, kriteria jumlah
impeller yang digunakan didasarkan pada viskositas liquid dan rasio ketinggian
liquid (HL) terhadap diameter tangki (D).
Diketahui bahwa:

Tabel A.1 Pemilihan jumlah impeller

Rasio HL/D maksimum yang sesuai pada data perhitungan adalah 1,4 dengan
viskositas <25.000 cP maka jumlah impeller yang digunakan sebanyak 1 buah.

Jenis Pengaduk = six-blade open turbin with baffles

Gambar A.3 Six-blade open turbin with baffles


C/Dt = 1/3 W/Da = 1/5
Da/Dt = 1/3 L/Da = ¼
Dd/Da = 2/3 J/Dt = 1/12
[Geankoplis, 1997]

Hasil perhitungan :
Dt 1,98 Meter
Da/Dt #0,3-0,5
Da 0,66 Meter
C/Dt #1/3
C 0,66 Meter
W/Da #1/5
W 0,13 Meter
Dd/Da #2/3
Dd 0,44 Meter
L/Da #1/4
L 0,16 Meter
J/Dt #1/12
J 0,16 Meter
E. Perhitungan Daya Pengaduk
Viskositas campuran pada 1200C = 0,00211 kg/ms
Kecepatan yang digunakan putaran motor 16,6 rps.

Gambar A.3[Geankoplis, 1997]

Dari figure di atas, digunakan curve 2, sehingga didapat NP = 3

Efisiensi pengadukan 80%


P = 0,8 x 268,52 kW
P = 214,82 kW
F. Perhitungan Desain Pendingin Reaktor
Pemberian atau pengambilan sejumlah panas pada sebuah tangki proses
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan memberikan jaket atau lilitan pipa
panjang (coil) di dalam tangki proses tersebut (Kern, D., 1950, Hal. 716).
Untuk menentukan pemakaian jaket atau coil pada tangki proses, dilakukan
perhitungan terhadap luas selubung tangki terhadap luas transfer panas (Moss, D.,
Ed. 3th, hal: 35) antara lain:
Jika luas transfer panas ≤ luas selubung tangki proses : menggunakan jaket
Jika luas transfer panas > luas selubung tangki proses : menggunakan coil
Luas selubung reaktor = luas selimut silinder
= π x Ds x Hs
= 18,35 m2
Luas transfer panas pada reaktor = luas selimut silinder + luas panampang
= (π x Ds x Hs) + (π x Ds2 x 0,25) = 3,1 m2
Karena transfer panas pada reaktor < luas selubung tangki proses maka digunakan
jaket.
a. Menghitung Neraca Energi Pada Reaktor
Data Kapasitas Panas
Komponen A B C D
Gliserol 132.1 8.60E-01 -1.97E-03 1.81E-06
Asam asetat -3.51E+01 6.05E-01 -3.94E-04 -5.60E-07
Monoacetin 116.14 1.1953 -3.09E-03 3.47E-06
Diacetin 56.855 1.1659 -3.33E-03 -3.95E-06
Glyceryl
Triacetate 92.681 1.92E+00 -4.52E-03 4.36E-06
Air 0.19 4.72E-01 -1.34E-03 1.31E-06
Asam sulfat 20.04 7.03E-01 -1.39E-03 3.35E-06
Impuritis 132.1 8.60E-01 -1.97E-03 1.81E-06
Asetat Anhidrat 71.831 8.89E-01 -2.65E-04 3.35E-06
Neraca Energi Aliran Masuk
Tref 298,15 K T 3,93E+02
Ni CpdT ( ∆H
Komponen F7 (Kg/jam) (Kmol/jam) kJ/kmol.K) (kJ/jam.K)
Gliserol 746 8,10 2,55E+04 2,06E+05
Asam Asetat 1939,6 32,29 9,79E+03 3,16E+05
Monoacetin 615,45 4,58 2,89E+04 1,32E+05
Diacetin 298,4 1,69 1,01E+04 1,71E+04
Triacetin 1365,18 6,25 3,77E+04 2,35E+05
Air 145,47 8,07 5,45E+03 4,39E+04
Asam Sulfat - - - -
Impuritis - - - -
Asetat Anhidrat 2350 23,01 4,64E+04 1,06E+06
Total 7460 84,03 1,63E+05 2,02E+06

Neraca Energi Aliran Keluar


Tref 298,15 K T 3,93E+02
F10 Ni
Komponen (Kg/jam) (Kmol/jam) CpdT ( kJ/kmol) ∆H (kJ/jam.)
Gliserol 373 4,05 2,55E+04 1,03E+05
Asam Asetat 1865 31,05 9,79E+03 3,04E+05
Monoacetin 205,15 1,52 2,89E+04 4,42E+04
Diacetin 149,2 0,84 1,01E+04 8,55E+03
Triacetin 2611 11,96 3,77E+04 4,51E+05
Air 503,55 27,94 5,45E+03 1,52E+05
Asam Sulfat - - - -
Impuritis - - - -
Asetat Anhidrat 1753 17,17 4,64E+04 7,96E+05
Total 7460 94,56 1,63E+05 1,86E+06

b. Menentukan Panas reaksi


Reaksi I
Gliserol + 3 Asam Asetat →Triacetin + Air
Formation Entalpi
Komponen TRef
(kJ/mol)
Gliserol -669,6
Asam Asetat -483,88
273,15 K
Triacetin -1330,8
Air -286
Entalpi Reaksi -67,56 Eksotermis
Formation Entalpi
Komponen T
(kJ/mol)
Gliserol 25,5
Asam Asetat 9,79
393,15 K
Triacetin 37,7
Air 5,45
Entalpi Reaksi -0,82 Eksotermis

Reaksi II
Asetat Anhidrat + Air → 2 Asam Asetat
Formation Entalpi
Komponen TRef
(kJ/mol)
Asetat Anhidrat -631,7
Air -286 273,15 K
Asam Asetat -483,88
Entalpi Reaksi -50,06 Eksotermis

Formation Entalpi
Komponen T
(kJ/mol)
Asetat Anhidrat 46,4
Air 5,45 393,15 K
Asam Asetat 9,79
Entalpi Reaksi -32,27 Eksotermis

Menghitung Jumlah panas


Reaksi I
( )
( )

( )

Reaksi II
( )

( )
Total dingin yang harus diserap oleh air pemanas :
( ) ( )

c. Menghitung beban panas Pendingin


Pemanas yang digunakan adalah air dengan temperatur :

Cpw = 4,18 kJ/kg.K


Jumlah air pemanas yang dibutuhkan

( )

( )

d. Menghitung Panas yang hilang (Qloss)


Neraca Energi Pada Reaktor
Panas Masuk Panas Keluar
Keterangan kJ Keterangan kJ
Q 2,02E+06 Q 1,86E+06
Entalpi Reaksi, 25 C -818,20 Qr total -3375,16
Total 2,01E+06 Total 1,08E+06
Q loss 1,56E+05

e. Merancang Pendingin Reaktor


Reaktor beroperasi secara isotermal. Karena reaksi eksotermis, maka
panas yang lepaskan dari reaksi harus ditransfer (diserap) dari reaktor untuk
mencegah kenaikan temperatur. Untuk menjaga temperatur reaktor pada 120
dapat digunakan jaket pendingin atau koil pendingin, sehingga dilakukan
pengecekan terhadap luas transfer panas yang dapat disediakan oleh jaket dan koil
pendingin.
Sifat fisis :
Pendingin : Air Pendingin
Massa Pendingin : 78,48 kg/jam = 1,73E+02 lb/h

pada Tav = 37.5 = 99.5

( )

Cp = 1 btu/lb = 4.1810 kJ/kg.K (Fig.2, Kern 1950)


( )
k = ( ) (Table 4, Kern
( )

1950)

(Fig. 14. Kern 1950)

Tabel LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Temp. diff
248 Higher T 113 135
248 Lower T 86 162
0 Temp. diff 27 -27 ( - )

Sehingga :
( )
LMTD =
( ⁄ ( )
)

f. Log mean temperature difference


Log mean temperature difference (juga dikenal dengan LMTD) digunakan untuk
menentukankekuatan pendorong suhu untuk perpindahan panas dalam sistem
aliran, terutama dalam penukarpanas(heat exchangers)
g. Perhitungan jaket pendingin
Luas perpindahan panas yang tersedia
A = luas selimut reaktor + luas penampang bawah reaktor
. /

Diketahui :
OD = in = 6,71 ft
= 2,96 m = 9.71 ft
Sehingga :

. /

Untuk light organics-water, UD= 75-150 btu/jam.


Dipilih UD = 100 btu/jam.
Q r total = 3375,16 kJ/jam = 3199,65 Btu/h
LMTD = 148.09

A kebutuhan =

sehingga jaket pendingin dapat digunakan


G. Perhitungan Gasket dan Bolt dari Reaktor
Data Perancangan
Tekanan Desain = 339,39 kPa = 49,22 psia
Material Bolt (Baut) = Carbon Steel SA-193 Grade B6
Material Gasket = Soft Steel
Diameter Luar Shell = 80,58 Inch
Ketebalan Shell = 1,44 Inch
Diameter Dalam Shell =77,7 Inch
Tegangan dari bolting material (fb) = 20.000 psi

1. Perhitungan Lebar Gasket

Dari fig 12.11 di dapat nilai m dan y dengan menggunakan data material gasket
soft steel m = 5,5 m ; y = 18000 psi

( )

, ( )-

Asumsi diameter dalam gasket sama dengan diameter luar shell


di = 77,7 inch
do = 1,01 x 77,7
= 78,53 inch

Lebar gasket minimum =( )

=( )

= 0,42 inch
Digunakan gasket lebar ½ inch
Diameter gasket rata-rata (G) = di + Lebar gasket
= 77,7 inch + ½ inch
= 78,2 inch
2. Perhitungan Beban
Dari Fig. 12.12 Brownell & Young 1959 Kolom 1 type 1.a
bo = N/2 = 0,25 inch ; b = bo Jika bo ≤ 0,25 inch
sehingga didapat nilai b = 0,25 inch
Wm2 = Hy
= π x b x G x y ( B&Y, 1959 Persamaan 12.88)
= 1104969,75 lb
Hy = Berat beban bolt maximum (lb)
Hp = Berat beban joint tight (lb)
Hp = 2 b π G m p (B&Y, 1959 Persamaan 12.90)
Hp = 2 x 0,25 x 3,14 x 78,2 x 5,5 x 49,23
= 33244,19 lb
H = Total Joint contact surface (B&Y, 1959 Persamaan 12.89)

H =

= 236336,7855 lb
Berat Operasi total dihitung dengan (B&Y, 1959 Persamaan 12.91)
Wm1 = H + Hp
= 236336,7855 lb + 33244,19 lb
= 269580,98 lb
Dari data diatas nilai Wm1 lebih kecil daripada nilai Wm2 sehingga diambil nilai
minimum yaitu Wm1 untuk pengontrol Wm1 = 269580,98 lb

3. Perhitungan luas baut minimum (Minimum Bolting Area)


Am1 = Wm1 / fb (B&Y, 1959 Persamaan 12.92)

Am1 =

= 13,5 in2
Perhitungan ukuran baut optimum berdasarkan tabel 10.4 Brownell and
Young,1959
Digunakan Ukuran baut 5/8 inch, sehingga didapat data sebagai berikut :
Root Area = 0,20200 inch2
Bolting Spacing Standard (BS) = 3 inch
Minimal Radian Distance (R) =1

Edge Distance = 0,75 inch


Jumlah Baut Minimum = Am1 / Root Area

= 66,72
Sehingga digunakan baut dengan ukuran 5/8 inch sebanyak 67 buah
Cek Luas Gasket Aktual (Ab aktual) = Nbolt X Root Area
= 67 X 0,20200
= 13,53 Inch
Lebar Gasket Minimum Aktual = Ab fallowance / 2 y π G

= 0,03 inch (Nmin < 0,5 ; Pemilihan baut


sesuai)
G. Nozzle Umpan dan Produk Pada Reaktor
Saluran dibuat dengan menggunakan bahan stainless steel. Diameter
optimum tube yang stainless steel dan alirannya turbulen (NRe > 2100) dihitung
dengan menggunakan persamaan :
(Coulson,1958)
Dengan :
Diopt = diameter dalam pipa, mm
G = kecepatan aliran massa fluida, kg/s
Ρ = densitas fluida, kg/m3
Pengecekan bilangan Reynolds
Nre = 4G / πµd
Dengan:
G = kecepatan aliran massa fluida, kg/s
µ = viskositas fluida, kg/m.s
d = diameter optimum, m
 Nozzle Umpan = nozzle produk
Diopt = 2,3 in
dari Tabel 11 (Kern, 1965), diperoleh :
Diopt 2,3 In
nominal size pipe 2,5 In
Sch 40,00
OD 2,88 In
ID 2,469 In
flow area /pipe 4,79 in2
Pengecekan Bilangan Reynold
NRe = 20851,57
(turbulen)
Maka anggapan menggunakan aliran turbulen adalah benar.
Spesifikasi nozzle standar (Brownel and Young, 1959, App. F item 1 dan 2,
hal.349) :
Spesifikasi nozzle standar
Size 2.00 In
OD 2.375 In
N 0.218 In
DR 2.5 In
L In
W In
J 6.00 In
K 6.00 In
Type H 7.00 in
type C 3.50 In

 Manhole
Manhole adalah lubang pemeriksaan yang diperlukan pada saat
pembersihan atau pemeriksaan pada bagian dalam kolom. Direncanakan
manhole di pasang pada kolom bagian atas reaktor dimana ukuran ini
berdasarkan tebal shell (5/16 in). Berdasarkan rekomendasi API standard
12 C (Brownell and Young, Ap.F item 4) dengan spesifikasi :
Ukuran Potongan
Weld A = 0,1875 in
Weld B = 0,3125 in
Panjang sisi (L) = 45,25 in
Lebar reinforcement (W) = 54 in
Maksimum Diameter Lubang (Dp) = 24,5 in
Diameter Manhole (Min ID) = 20 in
Diameter Manhole (Max ID) = 22.375 in
Diameter plat penutup
Cover plate = 28.75 in
Diameter bolt circle, (DB) = 26.25 in
H. Perhitungan Berat Reaktor
1. Berat Shell
Berat Shell = ¼ π (OD2 – ID2). hshell . ρsteel
= 5541.2 kg
2. Berat Head dan Bottom

Berat H&B = Vhb x ρsteel


= 3783,38 Kg
3. Berat Umpan Masuk
Berat Umpan Masuk = ¼ π ID2. hshell . ρcampuran . Nt
2
= ¼ x 3.14 x x x x 7460
= 1,1 x 107 Kg
4. Berat Pendingin
Berat Air Pendingin =

5. Total Berat Reaktor


Total Berat Reaktor = Berat Shell + Berat Head and Bottom + Berat
Umpan Masuk + Berat Pendingin
= 1196,23 + 950,45 + 1,1 x 107 +
= 1,1 x 107 kg
I. Perhitungan Desain Sistem Penyangga
Berat Untuk Perancangan = Berat total Reaktor
= 1,1 x 107 Kg
Reaktor disangga dengan 4 Kaki, Kaki penyangga di Welded ditengah – tengah
ketinggian 50% dari total tinggi reaktor.

Gambar A.5 Sketsa Sistem Penyangga Reaktor 4 Kaki (Brownell & Young ;
1959)
Digunakan jenis Kaki Lug Tipe I-Beam dengan pondasi dari cor atau beton.
Hlug =½H+L
Hlug =½x ft + 5 ft
= 9,85 ft
Keterangan :
H = Tinggi total reaktor 12,618 ft
L = Jarak antara bottom reaktor ke pondasi (digunakan 5 ft)

Gambar A.7 Kaki Penyangga tipe I-Beam


Dipilih digunakan I-Beam 10 Inch (Brownell & Young ; 1958)
Dimensi I-Beam
Kedalaman Beam = 10 inch
Lebar Flange = 4.944 inch
Web thickness = 0.594 inch
Avg Flange Thicness = 0.491 inch
Area of Section = 10.22 inch2
Berat / ft = 35 lb
Pelatakan dengan beban eksentrik (axis 1-1)
I = 145.8 inch4
S = 29.2 inch3
r = 3.78 inch
Peletakan tanpa beban eksentrik (axis 2-2)
I = 8.5 inch4
S = 3.4 inch3
r = 0.91 inch
Cek terhadap peletakan sumbu axis 1-1 maupun axis 2-2
Axis 1-1
l/r = 145.8 inch4 / 3.78 inch
= 38.571429 (l/r < 120; memenuhi) (Brownell and Young ; 1958 ; page
201)
Stress compressive yang di izinkan (fc)
Fc = (Eq. 4.21 Brownell and Young ; 1958)
( )

=
( )

= 16 625.824 lb/in2
fc >15,000 psi , sehingga memenuhi (Brownell and Young, p.201)
Jarak antara center line kolom penyangga dengan centel line shell (a):
a = ½ x lebar flange x 1.5
= ½ x 4.944 x 1.5
= 3.708inch
y = ½ x lebar flange
= ½ x 4.944
= 2.472 inch
Z = l/y
= 145.8/2.472
= 58.9806 inch3
Beban kompresi total maksimul tiap lug (P) :

Gambar A.8 Sketsa Beban tiap Lug


( )
P= + ( Eq. 10.76 ; Brownell and Young ;1959)

Keterangan :
Pw = beban angin total pada permukaan terbuka (lb)
H = tinggi reaktor diatas pondasi (ft)
L = jarak antar pondasi kebagian bawah reaktor (ft)
Dbc = diameter anchor bolt circle (ft)
n = Jumlah penyangga
totW = Berat total Reaktor = 24250820 lbm

Umumnya vessel dengan penyangga lug atau lug supported memiliki ketinggian
yang lebih rendah dibandingkan skirt supported vessel, sehingga
wind load sangat minor pengaruhnya. Wind load cenderung mempengaruhi
vessel jika vessel dalam keadaan kosong. Berat vessel dalam keadaan terisi oleh
cwateran cenderung stabil (Hal.197, Brownell & Young, 1959).
P = totW/n
= 24250820 lb/ 4

= 5915088 lb

Menghitung beban eksentrik :


fec = P.a / Z (Eq. 10.98 Brownell and Young ; 1959)
= 6062705lb x 3.708 inch / 58.9806 inch3
= 381150,92 lb/in2
f = fc – fec
= 16,625.824 lb/in2 - 381150,92 lb/in2
= -355245 lb/in2
Luas penampang lintang :
A = P/f (Eq. 10.98, Brownell and Young, 1959)
A = -16,65 in2
A<10.22 in2 memenuhi
Axis 2-2
l/r = 229.3694 inch4/ 0.91 inch
= 241.22325 (l/r >120, tidak memenuhi) (B & Y, 1959:201)
Lug Planning; P = 15,884.955 lb ; masing-masing penyangga memiliki 4 baut
(bolt)
Beban maksimum tiap baut
Pbolt = P/nbolt
= 1478772 lb
Luas Lubang baut :
Abolt = Pbolt/fbolt (Eq.10,35 B&Y ; 1959)
= 3971.2388 lb / 12000
= 0.331 in2
Keterangan :
fbolt = 12000 psia(Stess maksimum yang dapat ditahan oleh baut)
Digunakan baut standard 2 ¼ inch (Tabel 10.4 B&Y ; 1959)
Ketebalan plat horizontal :

thp =√ (Eq. 10.41)

My = Pbolt / 4π [ (1+ μ) ln 2l/πe + (1-γ)] (Eq. 10.40)


dengan :
thp = tebal horizontal plat, in
My = bending momen maksimum sepanjang sumbu radial, in-lb
P = beban baut maksimum, lb = 3971.2388 lb
A = panjang kompresi plate digunakan,
= ukuran baut + 9 in = 2 1/4 in + 9 in = 11 1/4 in
h = tinggi gusset = 20 in (Brownell and Young, 1959, p.192)
b = lebar gusset, in = ukuran baut + 8 in = 2 1/4 in + 8 in = 10 1/4 in
l = jarak radial dari luar horizontal plate luar ke shell, in = 6 in
µ = poisson’ratio (untuk steel, µ = 0,3) (Brownell and Young, 1959)
fallow = stress yang diizinkan = 12,000 psi
γ1 = konstanta dari tabel 10.6 Brownell and Young, 1959
e = jarak konsentrasi beban = setengah dari dimensi nut, in = ½ x 2 1/4 in = 1.125
in

Ketebalan Plat kompresi = b/l


= 10 ¼ inch / 6 inch
= 1.70833 inch
Dari tabel 10.6 B&Y diperoleh γ
γ = 0.009683
My = 3971.2388 / 4π [ (1+ 0.3) ln 2x6/π0.8125 + (1-0.009683)]
= 9138.976 lb-in
thp =√

= 2.138 inch
Digunakan plat standar 2 inch

tg = 3/8 x thp
=3/8 x 2

= 0.84375 inch
Dipilih tebal standard 7/8 inch = 0.875 inch

7/8”

Gambar A.9 Detail Lug


Base Plate Planning
Digunakan I-Beam dengan ukuran 10 in dan 35 lb/ft
Panjang kaki (Hlug) = 12.898 ft
Sehingga berat satu Lug = 12.898 ft x 35 lb.ft
= 451.43 lb
Beban base plate
Pb = Berat 1 lug + P
= 451.43 lb + 15,884.955 lb
= 16336.385 lb
Gambar A.10 Sketsa area Base Plate
Base Plate Area :
Abp = Pb / f
= 16336.385 lb / 300
= 54.454617 in2 (= Abp minimum)
Keterangan :
Pb = Base plate loading
f = Kapasitas bearing (untuk cor = 300 psi)
untuk posisi lug 1-1
Abp = lebar (le) x panjang (pa)
= (0.8fw + 2n) x ( 0.95 hb + 2m)
Dengan :
fw = lebar flange (4.944 in)
hb = kedalaman beam (10 inch)
m = n (diasumsikan awal)

Abp = (0.8 x 4.944 + 2 n) x ( 0.95 x 10+ 2 m)


54.454617 = (0.8 x 4.944 + 2 n) x ( 0. 95 x 10+ 2 n)
n = 4 (trial 1)
maka :
le = (0.8 x 4.944 + 2 x 4)
= 11.9552
Pa = (0.95 x 10 + 2 x 4)
= 17.5
Umum dibuat pa=le = 11.9552
Abp Baru = le x pa
= 11.9552 x 11.9552
= 142.92681 in2
n baru = (le-0.8fw)/2
= (11.9552-0.8x4.944)/2
= 4 in
m baru = pa – (0.95hb)/2
=11.9552 – 9.5 / 2
= 1.2276 in
Tekanan aktual Pa
Pa = Pb/Abp baru
= 16336.385 lb/142.92681 in2
= 114.29895 lb/in2
Tebal base plate
tbp = (0.00015 x Pa x n2)1/2
= (0.00015 x 114.29895 x 42)1/2
= 0.5237533 inch
Digunakan tebal plat standard 5/8 inch
Perancangan Pondasi
Perancangan pondasi dengan sistem konstruksi beton terdiri dari campuran
semen: kerikil : pasir, dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Direncanakan pondasi
berbentuk limas terpancung. Dianggap hanya gaya vertikal dari berat kolom yang
bekerja pada pondasi. Berat vesel, termasuk perlengkapannya yang diterima oleh :
I-Beam pada kondisi operasi = 63.539,819 lbm
Berat I-Beam yang diterima oleh base plate = 16.336,385 lb
Berat total yang diterima oleh pondasi = 79.876,204 lb
Digunakan tanah dengan ukuran :
Luas bagian atas (a) = 5.100,80288 in2 (71,41991 in x 71,41991 in)
Luas bagian bawah (b) = 5.840,00193 in2 (76,41991 in x 76,41991 in)
= 40,55557 ft2
Tinggi pondasi = 30 in = 2,5 ft
Volume pondasi = 1/3 x tinggi pondasi x ((a+b) + (axb)1/2 )
= 163.987,07205 in3
= 94,89993 ft3
Berat pondasi (W) = V x densitas beton
= 94,89993 ft3 x 140 lb/ft
= 13.285,98963 lb
Jadi berat total yang diterima tanah adalah
Wtot = Berat total yang diterima pondasi + berat pondasi
= 79.876,204 lb + 13.285,98963 lb
= 93.162,194 lb
Tegangan tanah karena beban (T) = P/F < 10 ton/ft2
Keterangan :
P = Beban yang diterima tanah (lb)
F = Luas alas (ft2)
Jadi tegangan karena beban (г) :
Г = Wtot/ b
= 93.162,194 lb/40,55557ft2
= 2297,1492 lb/ft2
= 1,0255 ton/ft2 < 10 ton/ft2
LAMPIRAN PERHITUNGAN ALAT
Nama Alat Reaktor Acetilasi Kode
Fungsi Mereaksikan Gliserol dengan Asam Asetat R-103
Anhidrat dengan menggunakan katalis
H2SO4

F7 F8
CSTR

Gambar A.1 Diagram Blok CSTR


Reaksi :
C3H5(OH)3 + CH3COOH + C4H6O3  C5H10O4 + H20 + CH3COOH
C5H10O4 + H20 + CH3COOH  C7H12O5 + H2O + CH3COOH
C7H12O5 + H2O + CH3COOH  C9H14O6 + H2O + CH3COOH
C4H6O3 + H2O  CH3COOH

Kondisi Proses
Jenis tangki : Stirred Tank
Bahan : Carbon Steel SA-283 Grade C
Jenis Head : Torispherical
Kondisi operasi : Isotermal
Laju alir massa : 7460 kg/h
Temperatur : 120°C (393.15 K) (Patent US4381407)
Tekanan : 3 atm = 303,975 kPa
Waktu tinggal : 0,25 jam (15 menit) (Patent US4381407)
Densitas Viskositas Input Output Fraksi
Komponen
(kg/m3) (cP) (F7) (F8) input
TAG 143,51 -0,006667 2611 3409 0,35
DAG 161,93 -0,000331 149,2 29,265 0,02
MAG 191,19 -0,00235 205,15 3,443 0,0275
H2O 165,12 -0,00065 503,55 1204 0,0675
As.Asetat 172,18 -0,00045 1865 2811 0,25
AAA 161,32 -0,00657 1753 - 0,23499
Gliserol 114,85 0,000953 373 - 0,05
total 7460 7460 1

Nilai densitas dan viskositas pada tabel di atas digunakan untuk menghitung
bilangan reynold dan laju alir volumetrik. Densitas dan viskositas tersebut
didapatkan dari persamaan yang dikutip dari Calr Yaws. Densitas dan viskositas
tersebut telah disesuaikan dengan kondisi operasi.

[⁄ ]
( )

0 . ( )/1
A. Perhitungan Volume Tangki

[Fogler, 1999]

Faktor keamanan 20 %, maka :


( )
( )
B. Perhitungan Dimensi Tangki
(Geankoplis,1999)

Diameter : Tinggi = 1,5


Jenis head : Torispherical
Volumer Reactor = Volume Shell + 2 x Volume Head
VR = VShell + 2 VHead
VShell =

VHead = x

VR = +2( x )

VR = ( )+2( x )

VR = ( 1,5 )

= VR / 1,5 (Brownell and Young)

Dtank = 1,98 m
Htank = 2,97 m
C. Perhitungan Tebal Shell dan Tebal Tutup
Alasan pemilihan material Carbon Steel SA-283 Grade C :
1. Merupakan material yang paling banyak digunakan karena memiliki sifat
tahan perkaratan karena adanya penambahan chromonium dan nickel.
2. Katalis yang digunakan yaitu asam sulfat merupakan senyawa sulfur yang
dapat menyebabkan perkaratan pada reaktor
Tekanan Disain dibuat 5-10% lebih tekanan Operasi. (Coulsoun.1988 hal 637)
Diambil 10% tekanan lebih Over design
Tekanan Hidrostatis =

= 156,57

= 4563,79 Pa
Tekanan total = tekanan hidrostatis + tekanan operasi
= 4563,79 Pa + 303975 Pa
` = 308538,79 Pa
Tekanan desain = (100% + 10%) x tekanan total
= 1,1 x 308538,79 = 339392,67 Pa
= 339,392 kPa
Faktor korosi (C ) = 0,125/Tahun (Peter, 1991, Hal 542)
Allowable Stress (f) = 12650 psia = 87218,71 kPa [Brownel and Young]
R = Dtank/2 = 1,98/2 = 0,99 m = 39,03 inch
Efisiensi pengelasan (E) = 80% single-welded butt joint with backing strip ( B &
Y, 1959, Hal 254)
Alasan pemilihan efisiensi pengelasan karena sesuai dengan ketebalan untuk
pengelasan keliling shell
( )( )
( ) *,( )( )- ( )+
OD

OA
icr b
A
B
t
sf
a r

Gambar A.2 Torispherical Head [Brownell and Young, 1959]


Keterangan :
OD : outside diameter of dish (inches)
sf : straight-flange length (inches)
icr : inside-corner radius (inches)
t : gage thickness (inches)
OA : overall dimension (inches)
b : depth of dish (inside) (inches)
ID : Inside radius (inches)
Untuk pemilihan bentuk head, terdapat tiga pilihan ( Brownell and Young, 1959) :
1. Flanged and Standar dished Head
Digunakan untuk vessel vertical bertekanan rendah, terutama digunakan
untuk tangka penyimpanan, serta menyimpan fluida yang volatile
2. Torispherical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan dalam rentang 15 psig (1,020689
atm) – 200 psig (13,60919 atm).
3. Elliptical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan tinggi dalam rentang 100 psig dan
tekanan diatas 200 psig.
Jenis head = torispherical
di bulatkan menggunakan
data OD 84 in
Digunakan :
OD = 84 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
rc = 84 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
icr = 5,125 in [Tabel 5.7 ( Hal 90), Brownell & Young, 1959]
sf = 1,5-4,5 [Tabel 5.7 ( Hal 93), Brownell & Young, 1959]

Stress Intensification = ( √ )

= 0,25 (3 + √ )

= 1,28 in

= 0,87 m
=2m

√ √ = 1,81 m

3 in = 0,076 m
D. Perhitungan Pengaduk
Menurut Dickey (1984) dalam Walas 1990 halaman 288, kriteria jumlah
impeller yang digunakan didasarkan pada viskositas liquid dan rasio ketinggian
liquid (HL) terhadap diameter tangki (D).
Diketahui bahwa:

Tabel A.1 Pemilihan jumlah impeller

Rasio HL/D maksimum yang sesuai pada data perhitungan adalah 1,4 dengan
viskositas <25.000 cP maka jumlah impeller yang digunakan sebanyak 1 buah.

Jenis Pengaduk = six-blade open turbin with baffles

Gambar A.3 Six-blade open turbin with baffles


C/Dt = 1/3 W/Da = 1/5
Da/Dt = 1/3 L/Da = ¼
Dd/Da = 2/3 J/Dt = 1/12
[Geankoplis, 1997]

Hasil perhitungan :
Dt 1,98 Meter
Da/Dt #0,3-0,5
Da 0,66 Meter
C/Dt #1/3
C 0,66 Meter
W/Da #1/5
W 0,13 Meter
Dd/Da #2/3
Dd 0,44 Meter
L/Da #1/4
L 0,17 Meter
J/Dt #1/12
J 0,17 Meter
E. Perhitungan Daya Pengaduk
Viskositas campuran pada 1200C = 0,00284 kg/ms
Kecepatan yang digunakan putaran motor 16,6 rps.

Gambar A.3[Geankoplis, 1997]

Dari figure di atas, digunakan curve 2, sehingga didapat NP = 3

Efisiensi pengadukan 80%


P = 0,8 x 271,05 kW
P = 216,84 kW
F. Perhitungan Desain Pendingin Reaktor
Pemberian atau pengambilan sejumlah panas pada sebuah tangki proses
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan memberikan jaket atau lilitan pipa
panjang (coil) di dalam tangki proses tersebut (Kern, D., 1950, Hal. 716).
Untuk menentukan pemakaian jaket atau coil pada tangki proses, dilakukan
perhitungan terhadap luas selubung tangki terhadap luas transfer panas (Moss, D.,
Ed. 3th, hal: 35) antara lain:
Jika luas transfer panas ≤ luas selubung tangki proses : menggunakan jaket
Jika luas transfer panas > luas selubung tangki proses : menggunakan coil
Luas selubung reaktor = luas selimut silinder
= π x Ds x Hs
= 18,52 m2
Luas transfer panas pada reaktor = luas selimut silinder + luas panampang
= (π x Ds x Hs) + (π x Ds2 x 0,25) = 3,1 m2
Karena transfer panas pada reaktor < luas selubung tangki proses maka digunakan
jaket.
a. Menghitung Neraca Energi Pada Reaktor
Data Kapasitas Panas
Komponen A B C D
C3H8O3 1,3210E+02 8,6007E-01 -1,9745E-03 1,8068E-06
CH3COOH -3,5100E+01 1,0971E+00 -2,8921E-03 2,9275E-06
H2SO4 1,1614E+02 7,0337E-01 -1,3856E-03 1,0342E-06
C5H10O4 5,6855E+01 1,1659E+00 -3,3274E-03 3,9006E-06
C7H12O5 1,1614E+02 1,1953E+00 -3,0852E-03 3,4713E-06
C9H14O6 9,2681E+01 1,9216E+00 -4,5232E-03 4,3632E-06
H2O 9,2053E+01 -3,9953E-02 -2,1103E-04 5,3469E-07
C4H6O3 9,5000E+00 3,4425E-01 -8,6736E-05 -7,6770E-08
Neraca Energi Aliran Masuk
Komponen F8 (kg/jam) Ni (Kmol/jam) CpdT (kJ/kmol.K) H (kJ/jam.K)
Tri 2611 11,965 3,77E+04 4,51E+05
Mo 205,15 1,529 2,89E+04 4,42E+04
Di 149,2 0,846 1,01E+04 8,55E+03
Gliserol 373 4,050 2,55E+04 1,03E+05
As.Asetat 1865 31,057 9,79E+03 3,04E+05
AAA 1753 17,171 4,64E+04 7,96E+05
H2O 503,55 27,943 5,45E+03 1,52E+05
Jumlah 7460 94,564 1,63E+06 1,86E+06

Neraca Energi Aliran Keluar


Komponen F9 (kg/jam) Ni (Kmol/jam) CpdT (kJ/kmol.K) H (kJ/jam.K)
Tri 3409 15,622 3,77E+04 5,88E+05
Mo 3,443 0,025 2,89E+04 7,41E+02
Di 29,265 0,166 1,01E+04 1,67E+03
As.Asetat 2811 46,810 9,79E+03 4,58E+05
H2O 1204 66,814 5,45E+03 3,64E+05
Jumlah 7460 129,439 9,19E+04 1,41E+06

b. Menentukan Panas reaksi


Reaksi I
Gliserol + 3 Asam Asetat →Triacetin + Air
Formation Entalpi 273,15 K
Komponen
(kJ/mol)
C3H8O3 -6,6960E+02
CH3COOH -4,8388E+02
C9H14O6 -1,3308E+03
H2O -2,8600E+02
Entalpi Reaksi -6,756E+01 Eksotermis

Formation Entalpi 393,15 K


Komponen
(kJ/mol)
C3H8O3 2,55E+01
CH3COOH 9,79E+00
C9H14O6 3,77E+01
H2O 5,45E+00
Entalpi Reaksi -0,82 Eksotermis
Total -6,838E+01
Reaksi II
Asetat Anhidrat + Air → 2 Asam Asetat
Komponen Formation Entalpi 273,15 K
C4H6O3 -6,317E+02
H2O -2,86E+02
CH3COOH -4,838E+02
Entalpi Reaksi -5,006E+01 Eksotermis

Komponen Formation Entalpi 273,15 K


C4H6O3 4,64E+01
H2O 5,45E+00
CH3COOH 9,79E+00
Entalpi Reaksi -3,227E+01 Eksotermis
Total -8,233E+01

Menghitung Jumlah panas


Reaksi I
( )
( )

Reaksi II
( )

Total dingin yang harus diserap oleh air pemanas :


( ) ( )

c. Menghitung beban panas Pendingin


Pemanas yang digunakan adalah air dengan temperatur :

Cpw = 4,1810 kJ/kg.K


Jumlah air pemanas yang dibutuhkan

( )

( )

Menghitung Panas yang hilang (Qloss)


Neraca Energi Pada Reaktor
Panas Masuk Panas Keluar
Keterangan kJ Keterangan kJ
Q 1,8602E+06 Q 1,4138E+06
Entalpi Reaksi, 25 C -1068,271 Qr total -4922,219
Total 1,8592E+06 Total 1,4089E+06
Q loss 4,503E+05

d. Merancang Pendingin Reaktor


Reaktor beroperasi secara isotermal. Karena reaksi eksotermis, maka
panas yang lepaskan dari reaksi harus ditransfer (diserap) dari reaktor untuk
mencegah kenaikan temperatur. Untuk menjaga temperatur reaktor pada 120
dapat digunakan jaket pendingin atau koil pendingin, sehingga dilakukan
pengecekan terhadap luas transfer panas yang dapat disediakan oleh jaket dan koil
pendingin.
Sifat fisis :
Pendingin : Air Pendingin
Massa Pendingin : 78,48 kg/jam = 173,06 lb/jam

pada Tav = 37.5 = 99.5

( )
Cp = 1 btu/lb = 4.1810 kJ/kg.K (Fig.2, Kern 1950)
( )
k = ( ) (Table 4, Kern
( )

1950)

(Fig. 14. Kern 1950)

Tabel LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Temp. Diff
248 Higher T 113 135
248 Lower T 86 162
0 Temp. diff 27 -27 ( - )

Sehingga :
( )
LMTD =
( ⁄ ( )
)

e. Log mean temperature difference


Log mean temperature difference (juga dikenal dengan LMTD) digunakan untuk
menentukankekuatan pendorong suhu untuk perpindahan panas dalam sistem
aliran, terutama dalam penukarpanas(heat exchangers)
f. Perhitungan jaket pendingin
Luas perpindahan panas yang tersedia
A = luas selimut reactor + luas penampang bawah reactor

. /

Diketahui :
OD = in = 6,75 ft
= 2,97 m = 9,7 ft
Sehingga :

. /

Untuk light organics-water, UD= 75-150 btu/jam.


Dipilih UD = 100 btu/jam.
Q r total = 4922,21 kJ/jam = 4665,36 Btu/jam
LMTD = 148,09

A kebutuhan =

Sehingga jaket pendingin dapat digunakan.


G. Perhitungan Gasket dan Bolt dari Reaktor
Data Perancangan
Tekanan Desain = 339,39 kPa = 49,22 psia
Material Bolt (Baut) = Carbon Steel SA-193 Grade B6
Material Gasket = Soft Steel
Diameter Luar Shell = 78,7 Inch
Ketebalan Shell = 0,32 Inch
Diameter Dalam Shell =78,1 Inch
Tegangan dari bolting material (fb) = 20.000 psi

1. Perhitungan Lebar Gasket

Dari fig 12.11 di dapat nilai m dan y dengan menggunakan data material gasket
soft steel m = 5,5 m ; y = 18000 psi

( )

, ( )-

Asumsi diameter dalam gasket sama dengan diameter luar shell


di = 78,07 inch
do = 1,01 x 78,07
= 78,9 inch

Lebar gasket minimum =( )

=( )

= 0,42 inch
Digunakan gasket lebar ½ inch
Diameter gasket rata-rata (G) = di + Lebar gasket
= 78,07 inch + ½ inch
= 78,57 inch
2. Perhitungan Beban
Dari Fig. 12.12 Brownell & Young 1959 Kolom 1 type 1.a
bo = N/2 = 0,25 inch ; b = bo Jika bo ≤ 0,25 inch
sehingga didapat nilai b = 0,25 inch
Wm2 = Hy
= π x b x G x y ( B&Y, 1959 Persamaan 12.88)
= 1110151,83 lb
Hy = Berat beban bolt maximum (lb)
Hp = Berat beban joint tight (lb)
Hp = 2 b π G m p (B&Y, 1959 Persamaan 12.90)
Hp = 2 x 0,25 x 3,14 x 78,57 x 5,5 x 49,22
= 33395,41 lb
H = Total Joint contact surface (B&Y, 1959 Persamaan 12.89)

H =

= 238525,25 lb
Berat Operasi total dihitung dengan (B&Y, 1959 Persamaan 12.91)
Wm1 = H + Hp
= 238525,25 lb + 33395,41 lb
= 271920,66 lb
Dari data diatas nilai Wm1 lebih kecil daripada nilai Wm2 sehingga diambil nilai
minimum yaitu Wm1 untuk pengontrol Wm1 = 271920,66 lb

3. Perhitungan luas baut minimum (Minimum Bolting Area)


Am1 = Wm1 / fb (B&Y, 1959 Persamaan 12.92)
Am1 =

= 13,6 in2
Perhitungan ukuran baut optimum berdasarkan tabel 10.4 Brownell and
Young,1959
Digunakan Ukuran baut 5/8 inch, sehingga didapat data sebagai berikut :
Root Area = 0,20200 inch2
Bolting Spacing Standard (BS) = 3 inch
Minimal Radian Distance (R) =1

Edge Distance = 0,75 inch


Jumlah Baut Minimum = Am1 / Root Area
=

= 67,3
Sehingga digunakan baut dengan ukuran 5/8 inch sebanyak 67 buah
Cek Luas Gasket Aktual (Ab aktual) = Nbolt X Root Area
= 67 X 0,20200
= 13,53 Inch
Lebar Gasket Minimum Aktual = Ab fallowance / 2 y π G

= 0,03 inch (Nmin < 0,5 ; Pemilihan baut


sesuai)
H. Nozzle Umpan dan Produk Pada Reaktor
Saluran dibuat dengan menggunakan bahan stainless steel. Diameter
optimum tube yang stainless steel dan alirannya turbulen (NRe > 2100) dihitung
dengan menggunakan persamaan :
(Coulson,1958)
Dengan :
Diopt = diameter dalam pipa, mm
G = kecepatan aliran massa fluida, kg/s
Ρ = densitas fluida, kg/m3
Pengecekan bilangan Reynolds
Nre = 4G / πµd
Dengan:
G = kecepatan aliran massa fluida, kg/s
µ = viskositas fluida, kg/m.s
d = diameter optimum, m
 Nozzle Umpan = Nozzle Produk
Diopt = 2,3 in
dari Tabel 11 (Kern, 1965), diperoleh :
Diopt 2,3 In
nominal size pipe 2,5 In
Sch 40,00
OD 2,88 In
ID 2,469 In
flow area /pipe 4,79 in2
Pengecekan Bilangan Reynold
NRe = 18331,51
(turbulen)
Maka anggapan menggunakan aliran turbulen adalah benar.
Spesifikasi nozzle standar (Brownel and Young, 1959, App. F item 1 dan 2,
hal.349) :
Spesifikasi nozzle standar
Size 2.00 In
OD 2.375 In
N 0.218 In
DR 2.5 In
L In
W In
J 6.00 In
K 6.00 In
Type H 7.00 in
type C 3.50 In

 Manhole
Manhole adalah lubang pemeriksaan yang diperlukan pada saat
pembersihan atau pemeriksaan pada bagian dalam kolom. Direncanakan
manhole di pasang pada kolom bagian atas reaktor dimana ukuran ini
berdasarkan tebal shell (5/16 in). Berdasarkan rekomendasi API standard
12 C (Brownell and Young, Ap.F item 4) dengan spesifikasi :
Ukuran Potongan
Weld A = 0,1875 in
Weld B = 0,3125 in
Panjang sisi (L) = 45,25 in
Lebar reinforcement (W) = 54 in
Maksimum Diameter Lubang (Dp) = 24,5 in
Diameter Manhole (Min ID) = 20 in
Diameter Manhole (Max ID) = 22.375 in
Diameter plat penutup
Cover plate = 28.75 in
Diameter bolt circle, (DB) = 26.25 in
I. Perhitungan Berat Reaktor
1. Berat Shell
Berat Shell = ¼ π (OD2 – ID2). hshell . ρsteel
= 5541.2 kg
2. Berat Head dan Bottom

Berat H&B = Vhb x ρsteel


= 3783,38 Kg
3. Berat Umpan Masuk
Berat Umpan Masuk = ¼ π ID2. hshell . ρcampuran . Nt
2
= ¼ x 3.14 x x x x 7460
= 1,1 x 107 Kg
4. Berat Pendingin
Berat Air Pendingin =

5. Total Berat Reaktor


Total Berat Reaktor = Berat Shell + Berat Head and Bottom + Berat
Umpan Masuk + Berat Pendingin
= 1196,23 + 950,45 + 1,1 x 107 +
= 1,1 x 107 kg
J. Perhitungan Desain Sistem Penyangga
Berat Untuk Perancangan = Berat total Reaktor
= 1,1 x 107 Kg
Reaktor disangga dengan 4 Kaki, Kaki penyangga di Welded ditengah – tengah
ketinggian 50% dari total tinggi reaktor.

Gambar A.5 Sketsa Sistem Penyangga Reaktor 4 Kaki (Brownell & Young ;
1959)
Digunakan jenis Kaki Lug Tipe I-Beam dengan pondasi dari cor atau beton.
Hlug =½H+L
Hlug =½x ft + 5 ft
= 9,85 ft
Keterangan :
H = Tinggi total reaktor 12,618 ft
L = Jarak antara bottom reaktor ke pondasi (digunakan 5 ft)

Gambar A.7 Kaki Penyangga tipe I-Beam


Dipilih digunakan I-Beam 10 Inch (Brownell & Young ; 1958)
Dimensi I-Beam
Kedalaman Beam = 10 inch
Lebar Flange = 4.944 inch
Web thickness = 0.594 inch
Avg Flange Thicness = 0.491 inch
Area of Section = 10.22 inch2
Berat / ft = 35 lb
Pelatakan dengan beban eksentrik (axis 1-1)
I = 145.8 inch4
S = 29.2 inch3
r = 3.78 inch
Peletakan tanpa beban eksentrik (axis 2-2)
I = 8.5 inch4
S = 3.4 inch3
r = 0.91 inch
Cek terhadap peletakan sumbu axis 1-1 maupun axis 2-2
Axis 1-1
l/r = 145.8 inch4 / 3.78 inch
= 38.571429 (l/r < 120; memenuhi) (Brownell and Young ; 1958 ; page
201)
Stress compressive yang di izinkan (fc)
Fc = (Eq. 4.21 Brownell and Young ; 1958)
( )

=
( )

= 16 625.824 lb/in2
fc >15,000 psi , sehingga memenuhi (Brownell and Young, p.201)
Jarak antara center line kolom penyangga dengan centel line shell (a):
a = ½ x lebar flange x 1.5
= ½ x 4.944 x 1.5
= 3.708inch
y = ½ x lebar flange
= ½ x 4.944
= 2.472 inch
Z = l/y
= 145.8/2.472
= 58.9806 inch3
Beban kompresi total maksimul tiap lug (P) :

Gambar A.8 Sketsa Beban tiap Lug


( )
P= + ( Eq. 10.76 ; Brownell and Young ;1959)

Keterangan :
Pw = beban angin total pada permukaan terbuka (lb)
H = tinggi reaktor diatas pondasi (ft)
L = jarak antar pondasi kebagian bawah reaktor (ft)
Dbc = diameter anchor bolt circle (ft)
n = Jumlah penyangga
totW = Berat total Reaktor = 24250820 lbm

Umumnya vessel dengan penyangga lug atau lug supported memiliki ketinggian
yang lebih rendah dibandingkan skirt supported vessel, sehingga
wind load sangat minor pengaruhnya. Wind load cenderung mempengaruhi
vessel jika vessel dalam keadaan kosong. Berat vessel dalam keadaan terisi oleh
cwateran cenderung stabil (Hal.197, Brownell & Young, 1959).
P = totW/n
= 24250820 lb/ 4

= 5915088 lb

Menghitung beban eksentrik :


fec = P.a / Z (Eq. 10.98 Brownell and Young ; 1959)
= 6062705lb x 3.708 inch / 58.9806 inch3
= 381150,92 lb/in2
f = fc – fec
= 16,625.824 lb/in2 - 381150,92 lb/in2
= -355245 lb/in2
Luas penampang lintang :
A = P/f (Eq. 10.98, Brownell and Young, 1959)
A = -16,65 in2
A<10.22 in2 memenuhi
Axis 2-2
l/r = 229.3694 inch4/ 0.91 inch
= 241.22325 (l/r >120, tidak memenuhi) (B & Y, 1959:201)
Lug Planning; P = 15,884.955 lb ; masing-masing penyangga memiliki 4 baut
(bolt)
Beban maksimum tiap baut
Pbolt = P/nbolt
= 1478772 lb
Luas Lubang baut :
Abolt = Pbolt/fbolt (Eq.10,35 B&Y ; 1959)
= 3971.2388 lb / 12000
= 0.331 in2
Keterangan :
fbolt = 12000 psia(Stess maksimum yang dapat ditahan oleh baut)
Digunakan baut standard 2 ¼ inch (Tabel 10.4 B&Y ; 1959)
Ketebalan plat horizontal :

thp =√ (Eq. 10.41)

My = Pbolt / 4π [ (1+ μ) ln 2l/πe + (1-γ)] (Eq. 10.40)


dengan :
thp = tebal horizontal plat, in
My = bending momen maksimum sepanjang sumbu radial, in-lb
P = beban baut maksimum, lb = 3971.2388 lb
A = panjang kompresi plate digunakan,
= ukuran baut + 9 in = 2 1/4 in + 9 in = 11 1/4 in
h = tinggi gusset = 20 in (Brownell and Young, 1959, p.192)
b = lebar gusset, in = ukuran baut + 8 in = 2 1/4 in + 8 in = 10 1/4 in
l = jarak radial dari luar horizontal plate luar ke shell, in = 6 in
µ = poisson’ratio (untuk steel, µ = 0,3) (Brownell and Young, 1959)
fallow = stress yang diizinkan = 12,000 psi
γ1 = konstanta dari tabel 10.6 Brownell and Young, 1959
e = jarak konsentrasi beban = setengah dari dimensi nut, in = ½ x 2 1/4 in = 1.125
in

Ketebalan Plat kompresi = b/l


= 10 ¼ inch / 6 inch
= 1.70833 inch
Dari tabel 10.6 B&Y diperoleh γ
γ = 0.009683
My = 3971.2388 / 4π [ (1+ 0.3) ln 2x6/π0.8125 + (1-0.009683)]
= 9138.976 lb-in
thp =√

= 2.138 inch
Digunakan plat standar 2 inch

tg = 3/8 x thp
=3/8 x 2

= 0.84375 inch
Dipilih tebal standard 7/8 inch = 0.875 inch

7/8”

Gambar A.9 Detail Lug


Base Plate Planning
Digunakan I-Beam dengan ukuran 10 in dan 35 lb/ft
Panjang kaki (Hlug) = 12.898 ft
Sehingga berat satu Lug = 12.898 ft x 35 lb.ft
= 451.43 lb
Beban base plate
Pb = Berat 1 lug + P
= 451.43 lb + 15,884.955 lb
= 16336.385 lb
Gambar A.10 Sketsa area Base Plate
Base Plate Area :
Abp = Pb / f
= 16336.385 lb / 300
= 54.454617 in2 (= Abp minimum)
Keterangan :
Pb = Base plate loading
f = Kapasitas bearing (untuk cor = 300 psi)
untuk posisi lug 1-1
Abp = lebar (le) x panjang (pa)
= (0.8fw + 2n) x ( 0.95 hb + 2m)
Dengan :
fw = lebar flange (4.944 in)
hb = kedalaman beam (10 inch)
m = n (diasumsikan awal)

Abp = (0.8 x 4.944 + 2 n) x ( 0.95 x 10+ 2 m)


54.454617 = (0.8 x 4.944 + 2 n) x ( 0. 95 x 10+ 2 n)
n = 4 (trial 1)
maka :
le = (0.8 x 4.944 + 2 x 4)
= 11.9552
Pa = (0.95 x 10 + 2 x 4)
= 17.5
Umum dibuat pa=le = 11.9552
Abp Baru = le x pa
= 11.9552 x 11.9552
= 142.92681 in2
n baru = (le-0.8fw)/2
= (11.9552-0.8x4.944)/2
= 4 in
m baru = pa – (0.95hb)/2
=11.9552 – 9.5 / 2
= 1.2276 in
Tekanan aktual Pa
Pa = Pb/Abp baru
= 16336.385 lb/142.92681 in2
= 114.29895 lb/in2
Tebal base plate
tbp = (0.00015 x Pa x n2)1/2
= (0.00015 x 114.29895 x 42)1/2
= 0.5237533 inch
Digunakan tebal plat standard 5/8 inch
Perancangan Pondasi
Perancangan pondasi dengan sistem konstruksi beton terdiri dari campuran
semen: kerikil : pasir, dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Direncanakan pondasi
berbentuk limas terpancung. Dianggap hanya gaya vertikal dari berat kolom yang
bekerja pada pondasi. Berat vesel, termasuk perlengkapannya yang diterima oleh :
I-Beam pada kondisi operasi = 63.539,819 lbm
Berat I-Beam yang diterima oleh base plate = 16.336,385 lb
Berat total yang diterima oleh pondasi = 79.876,204 lb
Digunakan tanah dengan ukuran :
Luas bagian atas (a) = 5.100,80288 in2 (71,41991 in x 71,41991 in)
Luas bagian bawah (b) = 5.840,00193 in2 (76,41991 in x 76,41991 in)
= 40,55557 ft2
Tinggi pondasi = 30 in = 2,5 ft
Volume pondasi = 1/3 x tinggi pondasi x ((a+b) + (axb)1/2 )
= 163.987,07205 in3
= 94,89993 ft3
Berat pondasi (W) = V x densitas beton
= 94,89993 ft3 x 140 lb/ft
= 13.285,98963 lb
Jadi berat total yang diterima tanah adalah
Wtot = Berat total yang diterima pondasi + berat pondasi
= 79.876,204 lb + 13.285,98963 lb
= 93.162,194 lb
Tegangan tanah karena beban (T) = P/F < 10 ton/ft2
Keterangan :
P = Beban yang diterima tanah (lb)
F = Luas alas (ft2)
Jadi tegangan karena beban (г) :
Г = Wtot/ b
= 93.162,194 lb/40,55557ft2
= 2297,1492 lb/ft2
= 1,0255 ton/ft2 < 10 ton/ft2

Anda mungkin juga menyukai