Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

​Perbedaan dan keberagaman merupakan sebuah keniscayaan, hal ini tidak dapat
dihindari dalam kehidupan manusia. Perbedaan muncul dari berbagai aspek, seperti
perbedaan suku, ras, budaya, maupun agama. Dalam konteks Indonesia, perbedaan
ini dapat dilihat dari terbentuknya negara Indonesia, dimana penduduk Indonesia
terdiri dari berbagai suku, ras, budaya dan agama, sehingga tidak jarang perselisihan
pendapat terjadi antara suku satu dengan yang lainnya, ataupun antara agama yang
satu dengan agama yang lainnya. . Melalui kajian ini, penulis memfokuskan
penelitian terhadap ​konsep Islam membangun persatuan dalam keberagaman​,
terutama yang ada di Indonesia. Islam mempunyai peran penting terhadap
terbentuknya negara Indonesia, dan telah menjadi agama mayoritas penduduk
Indonesia, meskipun negara ini juga mengakui lima agama lain sebagai agama resmi.
Alih-alih menjadikan negara Indonesia menjadi negara Islam, umat Islam di Indonesia
lebih memilih menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada untuk menuju sebuah
kesatuan sesuai dengan motto bangsa Indonesia “​Bhineka Tunggal Ika​”. Dalam
sudut pandang Islam, perbedaan adalah sebuah fitrah, yang kemudian di
implementasikan oleh umat Islam Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bertanah air, seperti penerimaan ​Pancasila​ sebagai ideologi dan asas negara
Indonesia. Sifat compatible dalam Islam inilah yang menjadikan Islam menjadi
komponen penting dalam menjaga persatuan bangsa.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSEP ISLAM MEMBANGUN KESATUAN


DALAM KEBERAGAMAN
Pengertian Konsep Secara Umum
Pengrtian Konsep adalah serangkaian pernyataan yang saling berhubungan yang
menjelaskan mengenai sekelompok kejadian / peristiwa dan merupakan suatu dasar
atau petunjuk didalam melakukan suatu penelitian, dimana teori dan konsep tersebut
dapat memberikan gambaran secara sistematis dari suatu fenomena.
Secara Abstrak Konsep memiliki arti sebuah ide atau gambaran mental, kemudian di
tuangkan ke dalam sebuah kata dan juga simbol. Bisa di bilang Konsep juga
memiliki arti sebagai dari bagian pengetahuan yang di dirikan dari berbagai macam
karakteristik. Tidak hanya itu ternyata Konsep dari berbagai Ahli memiliki pengertian
dan pandangan yang berbeda, berikut ​Pengertian Konsep dan Definisi Konsep
Menurut Para Ahli​ :

1. Menurut ​Aristoteles
Aristoteles dalam bukunya “The classical theory of concepts” mendefinisikan
konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan
filsafat pemikiran manusia.

2. Menurut Bahri
Menurut beliau Konsep memiliki pengertian berupa satuan arti yang dapat menjadi
perwakilan sejumlah objek dari Ciri yang sama.

Bahri, menguraikan Pengertian Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah
objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki Konsep sanggup
mengadakan abstraksi dari berbagai objek-objek yang akan di laluinya, agar
objek-objek dapat diletakkan pada golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam
kesadaran setiap manusia dalam wujud representasi mental tidak berperaga.
Konsep sendiri pun sanggup dilambangkan ke dalam dalam wujud suatu kata.

3.​ ​Menurut Singarimbun dan Effendi


Sedangkan menurut para ahli lainnya yakni Singarimbun dan Effendi menjelaskan
bahwasanya Pengertian Konsep atau Definisi Konsep memiliki arti dari generalisasi
yang berdasarkan dari sekelompok fenomena tertentu, yang mana dapat di
pergunakan untuk melukiskan barbagai fenomena yang sama.” jadi Konsep adalah
sebuah kesatuan dan kesatuan yang memiliki arti terkait pada suatu hal pada kasus.
tertentu kemudian di rumuskan. Dalam proses perumusannya kami memerlukan
kemampuan menjelaskannya sesuai bersama dengan maksud kami memakainya.

4. Menurut Wikipedia Indonesia


Berdasarkan Wikipedia Indonesia, Definis konsep dan pengertian Konsep adalah
Abstrak dengan entitas mental yang umum merujuk pada sebuah kategori atau kelas
pada sebuah entitas terkait dari sebuah kejadian dan hubungan. Jadi pada intinya
Konsep merupakan universal yang mana semua orang dapat menerapkannya
secara merata kepada setiap extensinya. Konsep dalam hal ini bisa di artikan
pembawa arti.
5. Menurut Woodruf
Woodruf memberikan penjelasan mengenai Konsep yang mana memiliki arti suatu
ide ada sebuah gagasan yang bisa di bilang mendekati sempurna dan mempunyai
makna, pengertian yang di maksud dalam hal ini terkait suatu objek, produk subjektif
yang asalnya dari cara seseorang membuat bermakna terhadap beberapa Objek
atau benda lewat pengalamannya. Pada tingkat konkrit, konsep adalah sebuah
gambaran mental berasal dari lebih dari satu objek atau kejadian yang fakta. Jika di
lihat dari tingkat abstrak dan komplek, konsep adalah sintesis dengan berbagai
jumlah anggapan yang sudah ditarik berasal dari pengalaman bersama objek atau
kejadian tertentu.

Jika melihat dari 5 Definisi konsep di atas, maka dapat di simpulkan Konsep
adalah​ ​“Sekumpulan inspirasi atau gagasan yang prima dan artinya berwujud
abstrak, entitas mental yang universal yang mana mereka dapat
menerapkannya secara merata pada tiap-tiap ekstensinya agar konsep
mempunyai suatu makna yang dapat menjadi sebuah perwakilan sejumlah
objek yang memiliki ciri yang sama dan membentuk suatu kesatuan pengertian
mengenai suatu perihal atau persoalan yang dirumuskan”.

Pengertian islam

Islam ​sering disalah pahami, khususnya yang diidentikkan dengan ​Muslim​. Islam
dan Muslim adalah dua istilah yang berbeda.

ISLAM ​adalah agama, yang penuh dengan kerahmatan dan kasih sayang, serta
kedamaian, dan keindahan.

MUSLIM​ adalah pemeluknya​ ​“Namanya juga penganut, ada saja yang tidak
bersesuaian dengan yang dianutnya. Bisa karena keilmuannya yang kurang, atau
boleh jadi nafsunya yang kebablasan,”
Islam sering diidentikkan dengan perilaku kaum Muslim atau umat Islam. Padahal ,
sebagaimana perilaku penganut agama lainnya, perilaku seorang Muslim belum
tentu mencerminkan ajaran atau syariat Islam itu sendiri, maka dari itu kita harus
bisa membedakan dan memahami antara islam dan muslim agar tidak terjadi
kerancuan dalam beragama.

Islam itu isim masdar, sedangkan Muslim itu isim fa’il. Islam tidak pernah berubah sejak
dulu. Islam sudah melanglang buana melintasi benua. Di Arabia, Eropa, Afrika, Britania,
Amerika, Asia, dan Nusantara. Semua dapat menerima dengan indah.
Sedangkan Muslim adalah subjek. Ia sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,
pengalaman, dan keilmuannya.
Pengertian Islam secara Harfiyah

Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.

Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar
“selamat” (Salama).

Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah agama yang
membawa keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat (alam kehidupan setelah
kematian).

Islam juga agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (kaum Muslim/umat Islam)
untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan shalat
--sebagai ibadah utama-- yakni ucapan doa keselamatan "Assalamu'alaikum warohmatullah"
--semoga keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan kepadamu-- sebagai penutup
salat.

Pengertian Islam Menurut Bahasa


Pengertian Islam menurut bahasa, kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata
salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.

Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis), Islam memiliki
beberapa pengertian, sebagai berikut​: 

1. Islam berasal dari kata ‘salm’.


As-Salmu​ berarti damai atau kedamaian. Firman Allah SWT dalam Alquran,

‫ﯿﻊ اﻟْ َﻌﻠِﯿ ُﻢ‬ ‫ﺎﺟَﻨ ْﺢ ﻟَ َﻬﺎ َوَﺗ َﻮ ﱠﻛ ْﻞ َﻋﻠَﻰ ﱠ‬


‫اﷲِۚ إِﱠﻧ ُﻪ ُﻫ َﻮ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺴ ِﻤ‬ ْ ‫ﻠﺴﻠْ ِﻢ َﻓ‬
‫َوإِ ْن َﺟَﻨ ُﺤﻮا ﻟِ ﱠ‬
 
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian (lis salm), maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al Anfal : 61).

Tafsir Al-Mukhtashar, Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid.

ْ ‫ﻠﺴﻠْ ِﻢ َﻓ‬
61.​ ‫ﺎﺟ َﻨ ْﺢ ﻟَ َﻬﺎ‬ ‫( َوإِن َﺟَﻨ ُﺤﻮا۟ ﻟِ ﱠ‬Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya) Yakni apabila mereka menginginkan perdamaian maka terima dan
harapkanlah juga perdamaian. Terdapat pendapat mengatakan bahwa hukum ayat ini telah
dinasakh
. ِ‫(​ۚ َو َﺗ َﻮ ﱠﻛ ْﻞ َﻋﻠَﻰ اﷲ‬dan bertawakkallah kepada Allah) Yakni bertawakkallah kepada Allah
dalam kecondongan kamu untuk berdamai dengan mereka dan janganlah takut dari tipu
daya mereka karena Allah Sesungguhnya Maha Mendengar apa yang mereka katakan dan
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,

61 Jika mereka condong untuk melakukan perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar segala perkataan
lagi Maha Mengetahui segala perbuatan dan maksud hati.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Ajaran-ajaran Islam begitu mulia, Islam memerintahkan kita memiliki sifat pemaaf, namun
dengan memperhatikan agar kejahatan tetap diberikan hukuman yang setimpal agar tidak
memunculkan kejahatan yang baru. Islam memerintahkan agar manusia selalu berbuat baik,
sekalipun terhadap orang yang pernah berbuat jahat kepadanya. Islam mengajarkan
manusia agar mereka banyak beribadah kepada Allah, tetapi jangan menjadi rahib yang
melupakan hak diri dan orang lain. Islam memerintahkan manusia berendah hati, namun
jangan melupakan harga diri. Oleh karena itu, Islam melarang bersikap lemah dan meminta
damai dalam peperangan ketika belum tercapai tujuan, bahkan berdamai di saat seperti ini
merupakan kelemahan dan kehinaan. Sesungguhnya perdamaian dalam Islam tidak ada
kecuali setelah kuat dan mampu. Oleh karena itu, Allah tidak menjadikan perdamaian secara
mutlak dalam semua keadaan, bahkan dengan syarat dapat menghentikan musuh dari
permusuhan, dan dengan syarat tidak ada lagi kezhaliman di muka bumi serta seseorang
tidak boleh dianiaya ketika menjalankan agamanya dan mendakwahkannya. Menurut Ibnu
Abbas, bahwa ayat ini dimansukh dengan ayat perang, sedangkan menurut Mujahid, bahwa
ayat ini khusus Ahli Kitab karena turun berkenaan dengan Bani Quraizdhah. Namun yang
lain berpendapat, bahwa ayat ini berlaku pula terhadap orang-orang kafir harbi (yang
memerangi). Menurut Syaikh As Sa’diy, bahwa dari ayat ini dapat diambil beberapa faedah:
- Mencari keselamatan dituntut di setiap waktu, jika mereka (musuh) yang memulai maka
sangat layak diterima. - Dapat menyegarkan kembali kekuataan kaum muslimin dan
mempersiapkan diri untuk berperang pada waku yang lain jika diperlukan. - Jika telah
mengadakan perdamaian dan satu sama lain merasa aman sehingga masing-masing pihak
dapat mengenal yang lain. Karena Islam adalah tinggi dan tidak ada yang mengalahkan
ketinggiannya, maka pihak lain, jika mereka memang memiliki akal dan basirah (mata hati)
tentu akan mengutamakan Islam dengan memeluknya, karena ajarannya yang begitu indah.
Ketika itulah banyak orang yang cinta kepadanya dan mengikutinya. Dengan demikian,
perdamaian dapat membantu kaum muslimin terhadap kaum kafir. Memang, tidak ada yang
dikhawatirkan dari adanya perdamaian selain satu perkata; yaitu menipu kaum muslimin
dan mereka mengambil kesempatan di sana, maka dalam ayat selanjutnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan, bahwa Dia yang akan melindungi mereka dari tipu
daya mereka, dan bahwa bahayanya akan kembali kepada mereka.

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini merupakan salah
satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang mengajarkan
umatnya untuk cinta damai atau senantiasa memperjuangkan perdamaian, bukan
peperangan atau konflik dan kekacauan.

ٰ‫ٰ َﻓ َﻘﺎِﺗﻠُﻮا اﻟﱠِﺘﻲ َﺗ ْﺒ ِﻐﻲ َﺣﱠﺘ‬ ُْ ‫َاﻫ َﻤﺎ َﻋﻠَﻰ‬ ُ ‫ﺻﻠِ ُﺤﻮا َﺑ ْﯿَﻨ ُﻬ َﻤﺎۖ َﻓِﺈ ْن َﺑ َﻐ ْﺖ إِ ْﺣﺪ‬ْ ‫ﯿﻦ ْاﻗَﺘَﺘﻠُﻮا َﻓَﺄ‬َ ‫ﺎن ِﻣ َﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣِﻨ‬ َ
‫ﻰ‬ ‫اﻷ ْﺧ َﺮى‬ ِ ‫َوإِ ْن ﻃﺎِﺋ َﻔَﺘ‬
َ ‫ُﺤ ﱡﺐ اﻟْ ُﻤ ْﻘ ِﺴ ِﻄ‬ ‫ﺻﻠِ ُﺤﻮا َﺑ ْﯿَﻨ ُﻬ َﻤﺎ ﺑﺎﻟْ َﻌ ْﺪ ِل َوأَ ْﻗ ِﺴ ُﻄﻮاۖ إ ﱠن ﱠ‬
ِ ‫اﷲَ ﯾ‬ ‫ٰ أَ ْﻣﺮ ﱠ‬
ْ ‫اﷲِۚ َﻓِﺈ ْن َﻓﺎ َء ْت َﻓَﺄ‬ َ
‫ﯿﻦ‬ ِ ِ ِ ‫َﺗ ِﻔﻲ َء إِﻟﻰ‬

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang
lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Hujarat : 9).

Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah Allah SWT melalui Alquran baru mengizinkan atau memperbolehkan
kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.

ٌ ‫ﺼ ِﺮ ِﻫ ْﻢ ﻟَ َﻘ ِﺪ‬ ‫ﻮن ﺑَﺄﱠﻧ ُﻬ ْﻢ ُﻇﻠِ ُﻤﻮاۚ َوإ ﱠن ﱠ‬


‫اﷲَ َﻋﻠَﻰ‬ ُ َ ‫أُ ِذ َن ﻟِﻠﱠ ِﺬ‬
‫ﯾﺮ‬ ْ ‫ٰ َﻧ‬ ِ ِ َ ‫ﯾﻦ ُﯾ َﻘﺎَﺗﻠ‬

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka
telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”
(QS. Al-Hajj : 39).

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an ‫ﻫﺪاﯾﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺑﺘﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﺮان‬

Perang diizinkan dalam islam adalah demi melindungi dakwah, mempertahankan diri atau
melawan kezaliman, meski berperang bukanlah satu-satunya cara yang dikehendaki, bahkan
terciptanya perdamaian adalah lebih didambakan oleh islam. oleh karena itu,kaum
muslimin, jika mereka atau sebagian dari orang-orang kafir itu condong kepada perdamaian,
maka terimalah, sebab bukan perang itu sendiri yang dikehendaki islam, dan untuk
menguatkan mental kalian dari kemungkinan munculnya pengkhianatan di balik perdamaian
tersebut, maka bertakwalah kepada Allah, serahkan seluruh urusan kepada-Nya setelah
berusaha sekuat tenaga. Sungguh, dia maha mendengar segala bentuk percakapan mereka,
maha mengetahui apa saja yang mereka rencanakan atas kalian, dan Allah pasti akan
membela kalian. Dan jika mereka, orang-orang kafir, hendak menipumu dengan bersikap
baik dan seolah-olah cenderung kepada perdamaian, maka sesungguhnya cukuplah Allah
menjadi pelindung bagimu. Dialah satu-satu-Nya yang memberikan kekuatan kepadamu
dengan pertolongan-Nya, baik melalui cara yang wajar maupun yang tidak disadari dan
dengan dukungan orang-orang mukmin, yaitu dari kaum muhajirin dan ansar.

2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’

Aslama​ artinya berserah diri atau pasrah, yakni berserah diri kepada aturan Allah SWT.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas
menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.

Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.

ً ِ‫اﻫﯿ َﻢ َﺧﻠ‬
‫ﯿﻼ‬ َ ‫اﻫﯿ َﻢ َﺣِﻨ ًﯿﻔﺎۗ َواﱠﺗ َﺨ َﺬ اﷲﱠُ إِﺑ‬
ِ ‫ْﺮ‬ َ ‫َو َﻣ ْﻦ أَ ْﺣ َﺴ ُﻦ ِدﯾًﻨﺎ ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ أَ ْﺳﻠَ َﻢ َو ْﺟ َﻬ ُﻪ ِﱠﷲِ َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺤ ِﺴ ٌﻦ َواﱠﺗَﺒ َﻊ ِﻣﻠﱠ َﺔ إِﺑ‬
ِ ‫ْﺮ‬

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas yang menyerahkan
dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. An-Nisa : 125)

Tafsir Al-Mukhtashar Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid​.

ّٰ ِ‫( َو َﻣ ْﻦ أَ ْﺣ َﺴ ُﻦ ِدﯾًﻨﺎ ﱢﻣ ﱠﻤ ْﻦ أَ ْﺳﻠَ َﻢ َو ْﺟ َﻬ ُۥﻪ ﻟ‬Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada
125​. ‫ﻞ ِه‬
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah) Yakni mengikhlaskan dirinya kepada
Allah

. ‫( َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺤ ِﺴ ٌﻦ‬sedang diapun mengerjakan kebaikan) Yakni ia juga mengerjakan


kebaikan-kebaikan.

ِ ‫( َواﱠﺗَﺒ َﻊ ِﻣﻠﱠ َﺔ إِ ْﺑﺮ‬dan ia mengikuti millah Ibrahim) Yakni agama Ibrahim, sebab ia adalah
‫ٰﻫﯿ َﻢ‬
orang yang lurus.

ً ِ‫( َﺣﻨ‬yang lurus) Yakni yang tidak condong kepada agama-agama yang bathil, namun lurus
‫ﯿﻔﺎ‬
pada agama yang benar yaitu Islam.

ِ ‫( َواﱠﺗ َﺨ َﺬ اﷲُ إِ ْﺑﺮ‬Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya) Yakni


ً ِ‫ٰﻫﯿ َﻢ َﺧﻠ‬
‫ﯿﻼ‬
menjadikannya orang pilihan-Nya dan mengkhususkannya dengan kemuliaan-Nya. Dan
makna (‫ )اﻟﺨﻠﯿﻞ‬adalah kekasih terdekat yang kamu istimewakan dengan kasih sayangmu dan
ia juga mengistimewakannya untukmu, serta yang kamu percayakan rahasia-rahasiamu
kepadanya.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,

125. Tidak ada yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
khalilullah yang lurus. Sebab dia telah membelok dari agama yang keliru menuju agama
yang benar yaitu Islam. Dan Allah menjadikan Ibrahim menjadi kesayangan-Nya sebab
ketulusannya dalam menghamba kepada Allah dan berjuang sekuat tenaga dalam meraih
ridha Allah

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Yakni mengikuti syari'at rasul-Nya. Yang sesuai dengan agama Islam, meninggalkan syirk
menuju tauhid dan meninggalkan berharap kepada makhluk beralih kepada Allah. Khullah
(kesayangan) merupakan tingkatan tertinggi dalam hal cinta. Tingkatan khullah ini diraih
oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihima wa sallam, adapun mahabbah
(cinta di bawah khullah), maka hal itu diberikan kepada kaum muslimin secara umum. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala mengangkat Nabi Ibrahim sebagai kesayangan-Nya karena ia
mampu memenuhi semua yang diperintahkan-Nya kepadanya dan semua ujian dapat
dihadapinya, oleh karena itu, Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia,
mengangkatnya sebagai kesayangan-Nya dan meninggikan namanya di alam semesta.

 
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an ‫ﻫﺪاﯾﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺑﺘﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﺮان‬

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas, tunduk, patuh,
dan berserah diri kepada Allah secara total, sedang dia mengerjakan kebaikan sesuai dengan
tuntunan Allah dan rasul-Nya dan mengikuti agama ibrahim secara lurus' dan Allah telah
memilih ibrahim menjadi kesayangan-Nya, karena ia berada pada tingkat kecintaan yang
paling tinggi dan ketaatan yang luar biasa terhadap Allahdan milik Allahlah apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi, yaitu seluruh wujud yang ada di alam raya ini, dan dia
mahakuasa atas segalanya, dan pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, yang besar
maupun yang kecil, yang tampak maupun yang tersembunyi, dan yang diucapkan maupun
yang hanya terlintas di dalam hati dan pikiran manusia.
 
َ ‫ﺎي َو َﻣ َﻤﺎِﺗﻲ ِﱠﷲِ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﻟَ ِﻤ‬
‫ﯿﻦ‬ َ ‫ُﻗ ْﻞ إِ ﱠن‬
َ ‫ﺻ َﻼِﺗﻲ َوُﻧ ُﺴ ِﻜﻲ َو َﻣ ْﺤَﯿ‬

. ​“Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An'am : 162)
Karena sesungguhnya jika kita merenungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di
muka bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT,
dengan mengikuti sunnatullah-Nya.

ْ ‫ض َﻃ ْﻮ ًﻋﺎ َو َﻛ ْﺮ ًﻫﺎ َوإِﻟَ ْﯿ ِﻪ ﯾ‬ َ ْ ِ ‫ﺎو‬ ‫ﻮن َوﻟَ ُﻪ أَ ْﺳﻠَ َﻢ َﻣ ْﻦ ِﻓﻲ ﱠ‬ ‫ْﺮ ِدﯾﻦ ﱠ‬ َ
َ ‫ُﺮ َﺟ ُﻌ‬
‫ﻮن‬ ِ ‫ات َواﻷ ْر‬ َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ َ ‫اﷲِ َﯾ ْﺒ ُﻐ‬ ِ َ ‫أ َﻓ َﻐﯿ‬

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83)

Tafsir Al-Mukhtashar / Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid​.

َ ‫ﯾﻦ اﷲِ َﯾ ْﺒ ُﻐ‬


83. ‫ﻮن‬ َ ‫( أَ َﻓ َﻐﯿ‬Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah )
ِ ‫ْﺮ ِد‬
Yakni apakah seseorang mencari agama selain agama Allah Sang Pencipta segala sesuatu
yang berupa ketaatan, ibadah, berserah diri kepada-Nya.

‫ٰت‬
ِ ‫ٰو‬‫ ( َوﻟَ ُۥٓﻪ أَ ْﺳﻠَ َﻢ َﻣﻦ ِﻓﻰ ﱠ‬padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit)
‫اﻟﺴﻢ‬
Yakni para malaikat.

َْ
ِ ‫(​ َواﻷ ْر‬dan di bumi ) Yakni seluruh makhluk yang ada di bumi.
‫ض‬

‫ (​ َو َﻛ ْﺮ ًﻫﺎ‬maupun terpaksa) Pendapat mengatakan yang dimaksud adalah yakni tawanan yang
didatangkan dalam keadaan terikat rantai dan belenggu yang digiring menuju surga sedang
mereka merasa terpaksa. Dan pendapat lain mengatakan bahwa segala yang ada di langit
dan di bumi sampai hewan-hewan dan benda mati berserah diri kepada Allah, bahkan orang
kafir pun berserah diri kepada Allah dengan rasa terpaksa meski hati dan lisannya kafir.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar.

83. Maka apakah mereka mencari agama yang lain selain agama Allah Sang Pencipta?
Padahal kepada-Nya-lah segala apa yang di langit dan di bumi menyerahkan diri, baik
dengan suka maupun terpaksa. Mereka adalah para malaikat, jin dan manusia dan hanya
kepada Allahlah mereka dikembalikan kemudian diberi balasan atas segala perbuatannya.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

83-85. Telah berlalu pada surat al-Baqarah bahwa dasar-dasar ini yang merupakan
pokok-pokok keimanan yang diperintahkan oleh Allah kepada umat ini telah disepakati oleh
kitab-kitab dan Rasul-rasul. Itulah tujuan asasi yang ditujukan kepada setiap orang, dan
bahwasanya itu adalah agama dan Islam yang hakiki. Dan bahwa orang yang mencari
selainnya dan beramal dengannya, maka perbuatannya itu tertolak hingga ia tidak memiliki
ajaran yang ia kembali kepadanya. Barangsiapa yang tidak membutuhkan dan
membencinya, maka kemanakah ia akan pergi? Kepada penyembahan pohon, batu atau
api? Atau kepada penyembahan rahib, pendeta atau salib? Atau kepada peniadaan Rabb
semesta alam? Atau kepada agama-agama yang batil yang merupakan wahyu dari setan?
Mereka semua itu di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi.

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di

Hal ini sangat tidak patut sekali, karena tidak ada agama yang paling baik selain agama Allah.
Sebagaimana orang-orang mukmin yang tunduk beribadah kepada Allah. Yaitu seluruh
makhluk, termasuk orang-orang kafir, mereka mengikuti qadha dan qadar Allah Subhaanahu
wa Ta'aala dan tidak bisa keluar dari ketetapan-Nya. Semua makhluk akan kembali
kepada-Nya, nanti Dia akan memutuskan masalah mereka dan memberikan balasan dengan
hukum-Nya yang berjalan antara memberikan karunia dan berbuat adil.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an ‫ﻫﺪاﯾﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺑﺘﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﺮان‬

Jika memang agama itu hakikatnya satu dan inti semua risalah juga sama yaitu tauhid, maka
mengapa mereka berpaling dari agama yang benar yang dibawa oleh nabi Muhammad
dengan mencari agama yang lain selain agama Allah, yaitu agama islam' padahal, apa, yakni
semua makhluk, yang di langit dan di bumi berserah diri dengan senantiasa tunduk dan
patuh kepada hukum dan kehendak-Nya, baik dengan suka yaitu secara tulus ikhlas karena
melihat bukti-bukti kebenaran, maupun terpaksa setelah melihat azab. Dan hanya
kepada-Nya mereka dikembalikan, lalu mereka akan mendapat balasan yang setimpal
setelah ayat sebelumnya memaparkan bahwa para rasul diambil sumpah janjinya untuk
mengimani kerasulan nabi Muhammad dan menolong agamanya, maka melalui ayat ini,
Allah hendak menguatkan kesamaan tuhan dan risalah di antara rasul-rasul-Nya, yaitu
dengan memerintahkan nabi Muhammad untuk mengimani semua rasul dan kitab-kitab
yang dibawanya. Katakanlah, wahai nabi Muhammad, kami beriman kepada Allah dan
kepada apa yang diturunkan kepada kami, Al-Qur'an, dan yang diturunkan kepada ibrahim,
ismail, ishak, yakub, dan anak cucunya, yang ada dua belas, di mana mereka beriman
kepada Allah dan semua rasul tanpa membeda-bedakannya, tidak seperti yang dilakukan
sebagian ahli kitab, dan apa yang diberikan kepada musa, taurat, isa, injil, dan para nabi
lainnya dari tuhan mereka yang tidak diketahui kisah-kisahnya. Kami juga tidak
membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dalam mengimaninya, sebab mengingkari
seorang rasul berarti mengingkari semuanya, dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.

 
3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun
Istaslama–mustaslimun artinya penyerahan total.
Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam adalah:

ِ ‫اﻟﺸ ْﺮ ِك َوَأ ْﻫﻠ‬


َ‫ِﻪ‬ ‫اء ُة ِﻣ َﻦ ﱢ‬ َ ‫ﺎﻋ ِﺔ َو ْاﻟﺒ‬
َ ‫َﺮ‬ ‫ﷲ ﺑﺎﻟ ﱠﺘ ْﻮ ِﺣ ْﯿ ِﺪ َو ْاﻹ ْﻧ ِﻘﯿَﺎ ُد َﻟ ُﻪ ﺑﺎ ﱠ‬
َ ‫ِﻟﻄ‬ ِ
َ ‫ِﺴ‬
ِ ِ ِ ‫ﻼ ُم‬ َ ‫ْاﻹ ْﺳ‬
ْ ‫ َ ْا ِﻹ ْﺳﺘ‬:‫ﻼ ُم‬ ِ
 
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan
patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan melepaskan diri dari perbuatan syirik dan
para pelakunya.”
Firman Allah SWT dalam Alquran:

ْ ‫َﻞ ُﻫ ُﻢ ْاﻟﯿ‬
ُ ‫َﻮ َم ُﻣ ْﺴ َﺘ ْﺴﻠ‬
َ ‫ِﻤ‬
‫ﻮن‬ ْ‫ﺑ‬

Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS As-Saffat : 26)
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim atau
pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga
serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim atau
pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga
serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.

Makna (Isi Kandungan)​ Sebaliknya pada hari itu mereka tunduk kepada 
keputusan Allah, tidak menyelisihinya dan tidak menyimpang darinya, mereka 
tidak mampu menolong diri mereka sendiri. 

Tafsir Al-Muyassar

26. Sebaliknya pada hari itu mereka tunduk kepada perintah Allah dalam 
kehinaan. Sebagian mereka tidak menolong sebagian yang lain karena mereka 
memang tidak mampu dan tidak punya jalan untuk itu. 

 
Tafsir Al-Mukhtashar Syaikh/Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid.
ْ ‫َﻞ ُﻫ ُﻢ ْاﻟﯿ‬
ُ ‫َﻮ َم ُﻣ ْﺴ َﺘ ْﺴﻠ‬
َ ‫ِﻤ‬
26. ‫ﻮن‬ ْ ‫(​ ﺑ‬Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri) Sebab mereka tidak
dapat lagi mencari jalan keluar. 
 

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar.

26. Bahkan pada hari itu mereka memasrahkan diri kepada perintah Allah.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili  

25-26. Dikatakan kepada mereka orang-orang kafir dengan perendahan : Mengapa kalian
tidak menolong satu sama lain? Sebagaimana kalian saling tolong menolong ketika di dunia,
akan tetapi kalian pada hari ini menjadi orang yang rendah, tunduk, dan lemah untuk
menolong diri-diri kalian. Sungguh kalian pada hari ini menjadi orang yang tak berdaya atas
apa yang Allah perintahkan, dan tidak akan kalian menjadi orang-orang yang dapat
menerjang aturan Allah.

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi  

Pada hari keputusan itu mereka tidak dapat saling membantu. Bahkan, mereka 
pada hari itu menyerah dan patuh pada keputusan Allah. 27. Pada hari keputusan 
itu orang kafir dan musyrik tunduk menerima putusan Allah. Mereka saling 
bertengkar satu dengan lainnya. Dan sebagian mereka menghadap kepada 
sebagian yang lain, saling berbantah-bantahan dan menyalahkan. 

MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN

Persatuan Islam termasuk dari maqoshid syar’iyyah (tujuan syari’at) yang paling penting
yang terkandung dalam agama ini. Al Qur`an dan Rasulullah SAW senantiasa
menyerukannya. Persatuan dalam masalah aqidah, ibadah, dan akhlak, semuanya
diperhatikan dan diserukan oleh Islam, meskipun.dari berbagai mazhab memiliki perbedaan
pandangan dalam beberapa perkara hukum. Namun mereka menyimpan banyak
persamaan, seperti, keyakinan kepada Allah SWT, Al-Quran, Rasulullah SAW, dan kiblat yang
sama. Mereka semua juga sepakat soal pelaksanaan ibadah-ibadah wajib seperti, shalat,
puasa, haji, zakat, dan lain-lain. Dari persamaan tersebut diharapkan akan terbentuk
persatuan di atas petunjuk dan kebenaran. Bukan persatuan yang semu, yang tidak ada
kenyataannya, karena tidak terdapat faidah didalamnya.
Setelah mempelajari al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW, kita akan memahami bahwa dua
referensi utama Islam ini menekankan pada pokok persatuan kaum Muslim dan Allah SWT
telah memberi banyak pedoman untuk merealisasikan perkara besar ini. Al-Quran di
berbagai ayatnya menjelaskan masalah persatuan dan perilaku efektif untuk memperkuat
persatuan umat dan menyebut persatuan sebagai nikmat.

Dalam surat Ali Imran ayat 103 Allah SWT berfirman,

ُ َ ‫اء َﻓَﺄﱠﻟ َﻒ َﺑﯿ‬


ِ ‫ْﻦ ﻗُﻠ‬
‫ﻮﺑ ُﻜ ْﻢ‬ ِ ‫ْﻤ َﺖ ﱠ‬
ً ‫اﷲ َﻋَﻠ ْﯿ ُﻜ ْﻢ ِإ ْذ ُﻛ ْﻨ ُﺘ ْﻢ َأ ْﻋ َﺪ‬ َ ‫اﷲ َﺟ ِﻤﯿﻌًﺎ َوَﻻ َﺗ َﻔ ﱠﺮ ُﻗﻮاۚ َو ْاذ ُﻛ ُﺮوا ِﻧﻌ‬ ِ ‫ْﻞ ﱠ‬ ِ ‫اﻋ َﺘ ِﺼ ُﻤﻮا ِﺑ َﺤﺒ‬ ْ ‫َو‬
‫ِﻪ َﻟﻌﱠَﻠ ُﻜ ْﻢ‬ ُ‫ﱢﻦ ﱠ‬
ِ ‫اﷲ َﻟ ُﻜ ْﻢ آﯾَﺎﺗ‬ َ ‫ٰﻟ‬ ‫ﺎر َﻓَﺄ ْﻧ َﻘ َﺬ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻨ َﻬﺎۗ َﻛ َﺬ‬ ْ ‫َﻓَﺄ ْﺻﺒ‬
ُ ‫ِﻚ ُﯾ َﺒﯿ‬ ِ ‫ٰ َﺷ َﻔﺎ ُﺣ ْﻔ َﺮ ٍة ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﻨ‬ ‫ِﻪ ِإ ْﺧ َﻮا ًﻧﺎ َو ُﻛ ْﻨ ُﺘ ْﻢ َﻋَﻠﻰ‬ َ ‫َﺤ ُﺘ ْﻢ ِﺑ ِﻨﻌ‬
ِ ‫ْﻤﺘ‬
‫ون‬َ ‫َﺗ ْﻬ َﺘ ُﺪ‬

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Makna (Isi Kandungan)

Dan berpegang teguhlah kalian semua kepada kitab suci Tuhan kalian dan petunjuk Nabi
kalian, dan jangan melakukan hal-hal yang mendorong kalian kepada perpecahan. Dan
ingatlah nikmat besar yang telah Allah limpahkan pada kalian, tatkala kalian di masa dahulu
(wahai kaum mukminin), sebelum islam, saling bermusuhan. Kemudian Allah menyatukan
hati kalian di atas cinta kepadaNya dan cinta kepada RasulNya, dan meletakkan pada hati
kalian rasa saling mencintai sebagian kalian kepada sebagian yang lain, sehingga kalian
dengan karunia Allah menjadi orang-orang yang bersaudara yang saling mencintai. Padahal
dahulu kalian sudah berada di tepi jurang Neraka Jahannam, lalu Allah memberi kalian
hidayah kepada islam dan menyelamatkan kalian dari neraka. Dan sebagaimana Allah telah
menjelaskan kepada kalian simbol-simbol iman yang benar, maka begitu juga Dia telah
menjelaskan kepada kalian segala yang mendatangkan kemaslahatan bagi kalian, agar kalian
mendapat hidayah menuju jalan yang lurus dan menapakinya, sehingga kalian pun tidak
tersesat darinya. 
 

TAFSIR QURAISH SHIHAB

Berpegang teguhlah kepada agama Allah dan tetaplah bersatu. Janganlah berbuat sesuatu
yang mengarah kepada perpecahan. Renungkanlah karunia Allah yang diturunkan kepada
kalian pada masa jahiliah, ketika kalian masih saling bermusuhan. Saat itu Allah menyatukan
hati kalian melalui Islam, sehingga kalian menjadi saling mencintai. Saat itu kalian berada di
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian dengan Islam. Dengan penjelasan yang baik
seperti itulah, Allah selalu menerangkan berbagai jalan kebaikan untuk kalian tempuh.

Tafsir Al-Mukhtashar Syaikh/Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid.

103. ‫ﷲ َﺟ ِﻤﯿﻌًﺎ‬ ِ ‫اﻋ َﺘ ِﺼ ُﻤﻮا۟ ِﺑ َﺤﺒ‬


ِ ‫ْﻞ ا‬ ْ ‫​ َو‬Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali 
(agama Allah) Dan memerintahkan mereka (orang-orang Islam) agar senantiasa 
berkumpul dan berpegang teguh dengan agama Islam dan Al-Qur’an, dan 
melarang mereka dari berpecah belah yang timbul dari perbedaan dalam agama. 

ً‫ ِإ ْذ ُﻛﻨ ُﺘ ْﻢ َأ ْﻋ َﺪآء‬Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa 
Jahiliyah) “bermusuhan” Yakni saling membunuh satu sama lain, dan merampas 
harta satu sama lain, yang kemudian karena nikmat ini kalian menjadi saudara. 

َ ‫ٰ َﺷ َﻔﺎ ُﺣ ْﻔ َﺮ ٍة ﻣ‬
ِ‫ﱢﻦ اﻟ ﱠﻨﺎر‬ ‫( َﻋﻠَﻰ‬dan kamu telah berada di tepi jurang neraka) Yakni karena 
kekufuran mereka dahulu, kemudian Allah menyelamatkan mereka dari jurang ini 
dengan Islam. Dikatakan: kalian dulu berada di tepi jungan neraka barangsiapa 
dari kalian yang meninggal dalam keadaan itu maka akan masuk ke neraka, 
kemudian Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menolong kalian dari jurang 
tersebut.` Dalam hadist disebutkan: “Kitabullah adalah tali Allah yang menjulur 
dari langit menuju ke bumi” 
 
Li Yaddabbaru Ayatih / Prof. Dr. Syaikh Umar bin Abdullah al-Muqbil.

103 Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada Alquran dan tali agama Allah yaitu Islam,
dan janganlah kamu bercerai berai seperti saat zaman Jahiliyyah, seperti memusuhi sesama
kalian. Jangan bercerai-berai dalam hal agama. Ingatlah wahai suku Aus dan Khazraj atas
anugerah nikmat Allah kepada kalian berupa kerja sama dan persatuan dalam kalimat Islam,
padahal kalian sebelumnya pada masa Jahiliyyah adalah saling bermusuhan. Kalian saling
merampok dan membunuh satu sama lain, hingga sekarang kalian menjadi saudara yang
saling mencintai karena Allah. Bersama-sama taat dan beribadah kepada Allah. Padahal
kalian telah berada di tepi jurang neraka Jahannam, kalian akan berada di dalamnya jika
kalian mati dalam keadaan kafir, lalu Allah menyelamatkan kamu dari jurang neraka
Jahannam dengan anugerah keimanan atau Islam dan diutusnya nabi Muhammad. Juga
berbagai penjelasan dan bukti serta tanda dari Allah yang menunjukkan kebaikan dan
persatuan, dan peringatan dari tipu daya orang-orang Yahudi. Itu semua agar kalian
mendapat petunjuk menuju jalan kebenaran untuk selamanya. Sehingga tidak kembali lagi
kepada kesesatan Jahiliyyah berupa perpecahan dan permusuhan, serta penyembahan
berhala

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

102-105. Ayat-ayat ini mengandung anjuran Allah kepada hamba-hambaNya, kaum


Mukminin agar mendirikan syukur atas nikmat-nikmatNya yang besar yaitu dengan
bertakwa kepadaNya dengan sebenar-benar takwa, dan agar mereka menaatiNya dan
meninggalkan kemaksiatan terhadapNya secara tulus ikhlas untukNya, dan agar mereka
menegakkan agama mereka dan berpegang teguh kepada tali itu (yaitu agama dan
kitabNya) sebagai sebab antara mereka denganNya, serta bersatu dengan berpedoman
pada agama dan kitabNya dan tidak saling bercerai berai, dan agar mereka selalu konsisten
atas hal itu hingga mereka meninggal. Lalu Allah menyebutkan kondisi mereka yang dahulu
sebelum adanya nikmat tersebut, yaitu bahwasanya mereka dahulu saling bermusuhan dan
bercerai berai. Kemudian Allah menyatukan mereka dengan agama ini dan merekatkan
hati-hati mereka, serta menjadikan mereka sebagai saudara. Padahal mereka dahulu berada
di pinggir jurang api neraka, lalu Allah menyelamatkan mereka dari kesengsaraan, dan
memberikan jalan kebahagiaan bagi mereka. “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” untuk bersyukur kepada Allah dan berpegang
teguh kepada tali agamaNya. Dan Allah memerintahkan mereka untuk menyempurnakan
kondisi seperti ini, dan sebab terkuat yang membantu mereka menegakkan agama mereka
adalah keberadaan sekelompok dari mereka yang bergerak dengan jumlah yang cukup,
“yang menyeru kepada kebajikan,” yaitu berupa pokok-pokok agama, cabang-cabang, dan
syariat-syariatnya, “menyuruh kepada yang ma’ruf,” yaitu sesuatu yang diketahui nilai
buruknya secara syariat maupun akal, “dan mencegah dari yang mungkar,” yaitu sesuatu
yang diketahui nilai buruknya secara syariat maupun akal, “dan merekalah orang-orang yang
beruntung,” orang-orang yang mendapatkan segala yang diinginkan dan selamat dari segala
yang dikhawatirkan. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah para ulama dan para
pendidik, orang-orang yang bergerak dengan berkhutbah, berceramah, dan memberikan
nasihat kepada manusia secara umum ataupun khusus serta orang-orang yang
mengingatkan orang lain, yang bertugas mengontrol manusia dalam pelaksanaan shalat lima
waktu, penunaian zakat dan penegakan syariat-syariat agama, serta melarang mereka dari
segala kemungkaran. Oleh karena itu, setiap orang yang menyeru manusia kepada kebaikan
secara umum atau secara khusus, atau dia memberikan nasihat kepada masyarakat umum
atau kelompok khusus, maka dia termasuk dalam ayat yang mulia tersebut. Kemudian Allah
melarang mereka dari menempuh jalan orang-orang yang bercerai berai yang mana agama
dan keterangan-keterangan yang jelas telah mendatangi mereka yang mengharuskan
mereka untuk melaksnakannya dan bersatu karenanya, namun mereka bercerai berai dan
berselisih, hingga mereka menjadi kelompok-kelompok, dan itu tidaklah muncul akibat dari
kebodohan maupun kesesatan, akan tetapi muncul dari pengetahuan dan tujuan yang
buruk, serta kesewenang-wenangan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Karena itulah
Allah berfirman, “Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”
Kemudian Allah menjelaskan tentang kapan terjadinya siksaan yang berat tersebut dan
(kapan) mereka merasakan siksaan yang pedih tersebut seraya berfirman.

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di

Setelah menjadi muslim.

Di mana ketika itu tidak ada penghalang antara kalian dengan neraka selain kematian.

Dengan beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Yakni dapat
mengetahui yang hak serta dapat mengamalkannya. Ayat ini menunjukkan, bahwa Allah
menyukai hamba-hamba-Nya yang mengingat nikmat-Nya baik dengan hati maupun lisan
agar bertambah syukur dan cinta mereka kepada-Nya dan agar Dia mengaruniakan kepada
mereka karunia dan ihsan-Nya. Demikian juga menunjukkan bahwa nikmat besar yang layak
sekali diingat adalah nikmat beragama Islam, mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam serta bersatunya kaum muslimin dan tidak berpecah belah.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an ‫ﻫﺪاﯾﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺑﺘﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﺮان‬

Pada ayat ini Allah memerintah kaum mukmin menjaga persatuan dan kesatuan. Dan
berpegangteguhlah serta berusahalah sekuat tenaga agar kamu semuanya
bantu-membantu untuk menyatu pada tali (agama) Allah agar kamu tidak tergelincir dari
agama tersebut. Dan janganlah kamu bercerai berai, saling bermusuhan dan mendengki,
karena semua itu akan menjadikan kamu lemah dan mudah dihancurkan. Pada ayat ini Allah
memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan, menyuruh
perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan hendaklah di antara kamu,
orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada
kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat) yang makruf yaitu akhlak,
perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu
yang dipandang buruk dan diingkari oleh akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan
ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung karena mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.

Ayat tersebut berbicara tentang perihal berpegangan pada tali Allah Swt. Dalam kitab-kitab
tafsir, realitas yang paling jelas dari simpul yang kokoh ini adalah al-Quran. Seorang ulama
tafsir kontemporer, Allamah Sayid Muhammad Husein menulis, “Tali Allah tak lain adalah
al-Quran yang turun dari sisi-Nya… Berpegang pada Allah adalah bersandar kepada
ayat-ayat Tuhan dan Rasul-Nya yaitu kitab dan sunnah, di mana hidayah sudah dijamin di
dalamnya.”

Posisi kaum Muslim dalam berpegang pada al-Quran dan persatuan antar sesama,
dianalogikan sebagai sebuah situasi di mana mereka selalu diliputi rasa takut ketika akan
menyeberangi jalur yang sangat berbahaya dan jurang yang menakutkan, tetapi dengan
meraih seutas tali yang kokoh, mereka bisa melintasinya dengan tenang dan mencapai
tempat tujuan. Untuk itu, al-Quran menyebut perpecahan sebagai jurang neraka.

Dalam surat Ali Imran ayat 103, Allah Swt mengajak manusia untuk mengingat kembali era
pahit perpecahan dan berusaha untuk selalu menjaga persatuan, sebab persatuan di setiap
masyarakat akan membawa dan membangun perdamaian, ketentraman, dan keamanan
serta menjauhi mereka dari perang dan konflik. Untuk itu, seluruh umat Islam mengemban
tanggung jawab penting untuk mensyukuri nikmat Allah SWT berupa persatuan dan perlu
diingat bahwa perpecahan dan permusuhan dapat menghapus nikmat besar itu dari umat.

Persatuan juga akan menjaga keutuhan dan memperkokoh masyarakat. Hati manusia akan
saling terpaut dan barisan mereka menjadi kokoh ketika mereka meninggalkan pertikaian
dan konflik. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi celah sehingga musuh dapat melakukan
infiltrasi dan merusak keutuhan masyarakat. Kondisi seperti ini tentu saja akan terwujud
dengan mengikuti pemimpin yang tunggal.

Allah Swt dalam surat al-Anfal ayat 46 berfirman,

َ‫اﺻﺒ ُﺮواۚ إ ﱠن ﱠ‬ ُ ‫ﺎز ُﻋﻮا َﻓ َﺘ ْﻔ َﺸُﻠﻮا َو َﺗ ْﺬ َﻫ َﺐ ِر‬ َ‫َوَأ ِﻃﯿﻌُﻮا ﱠ‬


َ ‫اﷲ َو َر ُﺳ‬
َ ‫اﻟﺼ ِﺎﺑ ِﺮ‬
‫ﯾﻦ‬ ‫اﷲ َﻣ َﻊ ﱠ‬ ِ ِ ْ ‫ﯾﺤ ُﻜ ْﻢۖ َو‬ َ ‫ﻮﻟ ُﻪ َوَﻻ َﺗ َﻨ‬

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.

Makna (Isi Kandungan)

Dan berpegang teguhlah kalian untuk taat kepada Allah dan taat kepada rasulNya dalam
seluruh keadaan kalian, dan janganlah kalian saling bersilang pendapat diantara kalian
sehingga tercerai berai persatuan kalian dan bertentangan isi hati kalian, sehingga kalian
akan melemah serta kekuatan dan kemenangan kalian akan sirna.Dan bersabarlah ketika
mengahadpi musuh. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar dengan
bantuan, pertolongan dan dukunganNya, serta tidak akan menelantarkan mereka.

Tafsir Al-Mukhtashar Syaikh/Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid.


46. ۟‫ٰز ُﻋﻮا۟ َﻓ َﺘ ْﻔ َﺸﻠُﻮا‬
َ ‫( َو َﻻ َﺗﻦ‬dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu
menjadi gentar) Allah melarang mereka saling berselisih pendapat kerena itu menjadi sebab
kekalahan dalam perang.

ُ ‫ۖ​ َو َﺗ ْﺬ َﻫ َﺐ ِر‬
‫ﯾﺤ ُﻜ ْﻢ‬ ( dan hilang kekuatanmu) Makna (‫ ​)اﻟﺮﯾﺢ‬yakni kekuatan dan kemenangan.
Dan pendapat lain mengatakan yakni negara yang pelaksanaan pemerintahannya
diserupakan dengan hembusan angin.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an​ ‫ﻫﺪاﯾﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺑﺘﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﺮان‬

Bukan hanya itu, orang-orang mukmin juga diperintahkan agar senantiasa menghiasi diri
dengan menaati Allah dan rasul-Nya. Dan taatilah Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu
berselisih atau saling berdebat yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan bahkan
kekuatan kalian hilang sehingga tidak berdaya sama sekali; dan bersabarlah ketika
menghadapi musuh dalam situasi dan kondisi apa pun. Sungguh, Allah beserta orang-orang
yang sabar. Allah akan selalu menolong hamba-hambanya yang membela dan
mempertahankan kebenaran dengan penuh kesabaran, kesungguhan, dan semata-mata
didasari atas ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.

Allah Swt memperkenalkan Rasul-Nya sebagai poros persatuan praktis bagi kaum Muslim.
Poros ini mencakup seluruh sabda dan perilaku beliau. Nabi Muhammad Saw – sebagai
penyeru pertama persatuan – menanggung penderitaan yang sangat berat demi
merealisasikan persatuan dan selalu mengingatkan umat Islam tentang bahaya yang
mengancam mereka. Sejarah Islam merekam perjuangan Rasulullah Saw dalam
menghentikan pertumpahan darah dan memperkokoh barisan kaum Muslim. Beliau
kemudian memanfaatkan nilai-nilai positif persatuan untuk kepentingan Islam dan
memperkuat landasan politik dan sosial umat.

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw memprakarsai beberapa perjanjian di antara


kabilah-kabilah Arab. Perjanjian tersebut dapat dianggap sebagai salah satu solusi terbaik
untuk persatuan di tengah umat pada masa itu. Perjanjian pertama dijalin antara Rasul Saw
dengan kabilah-kabilah yang tinggal di Madinah. Strategi ini merupakan opsi terbaik untuk
menumbuhkan persatuan nasional dan solidaritas keagamaan. Di antara inisiatif terpenting
Rasul Saw di bidang persatuan adalah menciptakan ikatan sosial antara kaum Muslim dan
jalinan persaudaraan di antara mereka.
Ikatan itu dibangun dengan menafikan sentimen kesukuan dan kabilah serta berpijak pada
poros keimanan dan kerjasama sosial. Rasulullah Saw kemudian mengkekalkan
persaudaraan antara kaum Muhajirin dari Makkah dan Anshar dari Madinah. Dengan
lahirnya pakta persaudaraan di antara kaum Muslim, Rasulullah Saw berhasil menghapus
permusuhan di era Jahiliyah dan menggantikannya dengan rahmat dan kasih sayang.

Pakta persaudaraan tidak muncul dengan dinar dan nilai-nilai materi, tapi perjanjian itu
memiliki warna Ilahi sebagaimana disinggung dalam firmannya

Al-Quran dalam surat al-Anfal ayat 63,

َ‫ِﻦ ﱠ‬
‫اﷲ َأﱠﻟ َﻒ َﺑ ْﯿ َﻨ ُﻬ ْﻢۚ ِإ ﱠﻧ ُﻪ َﻋ ِﺰﯾ ٌﺰ‬ ‫ﻮﺑ ِﻬ ْﻢ َو َٰلﻛ ﱠ‬ ُ َ ‫اﻷ ْرض َﺟ ِﻤﯿﻌًﺎ َﻣﺎ َأﱠﻟ ْﻔ َﺖ َﺑﯿ‬
َْ ‫ْﻦ ُﻗُﻠﻮﺑﻬ ْﻢۚ َﻟ ْﻮ َأ ْﻧ َﻔ ْﻘ َﺖ َﻣﺎ ﻓِﻲ‬ َ
ِ ‫ْﻦ ﻗُﻠ‬ ِ ِ ِ َ ‫َوأﱠﻟ َﻒ َﺑﯿ‬
‫َﺣﻜِﯿ ٌﻢ‬

“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Makna (Isi Kandungan)

Dan mengumpulkan hati-hati kalian setelah setelah berpecah belah. Sekiranya kamu
mengeluarkan seluruh kekayaan dunia untuk menyatukan hati mereka, tentulah kamu tidak
mampu mencapai jalan menuju ke sana. Akan tetapi, Allah lah yang telah memadukan hati
mereka di atas keimannan , sehingga mereka menjadi orang-orang bersaudara yang saling
mencintai. Sesungguhnya Dia mahaperkasa dalam kekuasaannNya, lagi maha bijaksana
dalam perintah dan pengaturanNya.

TAFSIR QURAISH SHIHAB

Allah telah menyatukan kedua kelompok itu dalam satu ikatan saling mencinta dan
menyayangi, setelah sebelumnya mereka saling bermusuhan dan terpecah belah. Mereka
semua kini berada di belakangmu, membela dirimu dengan taruhan harta dan jiwa demi
misi dakwahmu. Dan andaikata engkau belanjakan segala yang ada di bumi berupa kekayaan
dan sumber daya yang terkandung di dalamnya, dengan maksud menyatukan mereka,
sungguh engkau tidak akan dapat melakukannya. Karena yang menguasai hati mereka itu
hanyalah Allah. Dialah yang menunjuki mereka ke jalan keimanan, cinta kasih dan
persaudaraan. Allah Mahaperkasa, Maha Penyayang dan Mahaagung. Dialah yang
memelihara segala urusan manusia untuk kemaslahatan mereka.

Tafsir Al-Mukhtashar Syaikh/Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid.


ُ َ ‫(ۚ َوَأﱠﻟ َﻒ َﺑﯿ‬dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)
ِ ‫ْﻦ ﻗُﻠ‬
63. ‫ﻮﺑ ِﻬ ْﻢ‬
Yang dimaksud adalah kaum Aus dan Khazraj, dahulu terdapat fanatisme yang sangat kuat
terhadap suku masing-masing dan terjadi banyak peperangan diantara keduanya. Kemudian
Allah menyatukan hati mereka dengan keimanan kepada Rasulullah Pendapat lain
mengatakan yang dimaksud adalah penyatuan hati antara kaum Muhajirin dan kaum
Anshar. 

ُ َ ‫اﻷ ْرض َﺟ ِﻤﯿﻌًﺎ ﱠﻣﺂ َأﱠﻟ ْﻔ َﺖ َﺑﯿ‬


َْ ‫ﻧﻔ ْﻘ َﺖ َﻣﺎ ﻓِﻰ‬
َ ‫(​ َﻟ ْﻮ َأ‬Walaupun kamu membelanjakan semua
ِ ‫ْﻦ ﻗُﻠ‬
‫ﻮﺑ ِﻬ ْﻢ‬ ِ
(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka)
Kerena fanatisme kelompok dan permusuhan diantara mereka telah mencapai derajat yang
tidak mungkin dihindari dengan cara apapun.

َ ‫ِﻦ‬
‫اﷲ َأﱠﻟ َﻒ َﺑ ْﯿ َﻨ ُﻬ ْﻢ‬ ‫ٰﻛ ﱠ‬
‫( ​ۚ َول‬akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka) Dengan
keagungan Kebesaran-Nya dan keindahan apa yang Dia lakukan serta hikmah agama-Nya
yang lurus yang diberikan Allah kepada mereka. 
 

Li Yaddabbaru Ayatih / Prof. Dr. Syaikh Umar bin Abdullah al-Muqbil. 


 

63​ Allah Yang mempersatukan hati mereka orang-orang yang beriman, sebagaimana
keadaan suku Aus dan Khazraj dari golongan Anshor berupa peperangan. Walaupun kamu
membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka dalam
petunjuk. Sesungguhnya Dia Maha Gagah tidak terkalahkan lagi Maha Bijaksana dalam
segala perbuatan-Nya Yang membuat sesuatu untuk kebaikan dan kemanfaatan 
 

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj sebelum Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam berhijrah ke Madinah selalu bermusuhan dan setelah mereka masuk Islam,
permusuhan itu hilang (lihat pula surat Ali Imran: 103). Dengan qudrat (kekuasaan)-Nya,
karena tidak ada yang mampu membolak-balikkan hati selain Dia.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an ‫ﻫﺪاﯾﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺑﺘﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﺮان‬

Dan sebagai bukti dukungan Allah kepada nabi Muhammad adalah bahwa dia yang
mempersatukan hati mereka orang yang beriman, seperti suku aus dan khazraj. Bahkan hal
itu rasanya mustahil bisa terwujud, walaupun kamu menginfakkan semua kekayaan yang
berada di bumi, dan meski kamu mengerahkan segala upaya dan kemampuanmu niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Demikian ini, karena mereka telah
bermusuhan dalam rentang waktu yang cukup lama dalam sebuah peperangan yang dikenal
dengan perang bu'aš, bahkan itu telah berjalan sampai ratusan tahun. Akan tetapi, Allah
melalui agama islam telah mempersatukan hati mereka. Mereka rela meninggalkan rasa
kesukuan yang sudah sedemikian melekat untuk melebur ke dalam ukhuwwah isla'miyyah.
Sungguh, dia mahaperkasa, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menandingi-Nya,
mahabijaksana atas segala kebijakan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan dan
kesatuan atas dasar cinta dan kasih sayang yang hakiki tidak mungkin terwujud hanya
dengan harta kekayaan, akan tetapi harus didasarkan atas keluhuran budi dan ketulusan
jiwa. Setelah ayat sebelumnya menegaskan kalau masuknya seseorang ke dalam islam
bukan semata-mata usaha manusia tetapi juga anugerah Allah, maka melalui ayat ini Allah
hendak menguatkan jiwa rasulullah dan kaum mukmin agar tetap konsisten dalam
berdakwah dan tidak pernah merasa gentar dengan orang-orang kafir atau siapa pun yang
menghalang-halangi dan bahkan memeranginya, sebab di belakangnya ada yang mahakuat,
Allah. Karena itu, beliau diseru, wahai nabi Muhammad! tidak ada satu pun yang bisa
diandalkan untuk melindungimu, cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu dan dikuatkan
dengan dukungan dari orang-orang mukmin yang mengikutimu.

Maka dari itu strategi Rasul Saw mempersatuan barisan kaum Muslim untuk melenyapkan
setiap benih permusuhan di masa lalu yang berpotensi tumbuh kembali. Oleh karena itu,
pakta persaudaraan telah melahirkan kasih sayang dan kedekatan di antara kaum Muslim.
Beliau Saw menghapus parameter masa Jahiliyah yang memicu konflik dan
menggantikannya dengan nilai-nilai Ilahi melalui ajaran-ajaran al-Quran. Dengan demikian,
strategi lain Rasul Saw dalam merajut persatuan adalah memerangi fanatisme buta Jahiliyah
dan menghapus tendensi rasial dan diskriminasi.

Rasul Saw mencela keras fanatisme kesukuan dan bahasa dan beliau bersabda, “Barang
siapa yang menyimpan setitik fanatisme di hatinya, Allah akan membangkitkannya bersama
orang-orang Arab masa Jahiliyah di hari kiamat.”

KEBERAGAMAN

Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju jalan yang
lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan konteks perubahan zaman sekarang, bagaimana
Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia.
Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam
sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan
sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.
Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan:

ِ ‫َﺎر ُﻓﻮاۚ ِإ ﱠن َأ ْﻛ َﺮ َﻣ ُﻜ ْﻢ ِﻋ ْﻨ َﺪ ﱠ‬
ۚ‫اﷲ َأ ْﺗ َﻘﺎ ُﻛ ْﻢ‬ ‫ﺎس ِإ ﱠﻧﺎ َﺧَﻠ ْﻘ َﻨﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َذ َﻛ ٍﺮ َوُأ ْﻧ َﺜﻰ‬
َ ‫ٰ َو َﺟﻌ َْﻠ َﻨﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُﻮﺑًﺎ َو َﻗﺒَﺎﺋ‬
َ ‫ِﻞ ِﻟ َﺘﻌ‬ َ ‫ﯾَﺎ َأﯾ‬
ُ ‫ﱡﻬﺎ اﻟ ﱠﻨ‬
ٌ‫اﷲ َﻋﻠِﯿ ٌﻢ َﺧ ِﺒﯿﺮ‬ َ‫إ ﱠن ﱠ‬
ِ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”

Makna (Isi Kandungan)

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari satu bapak, yaitu Adam dan
satu ibu yaitu Hawwa. Maka janganlah merasa lebih utama di antara sebagian kalian atas
sebagian yang lain dari sisi nasab. Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku melalui proses berketurunan, agar sebagian dari kalian mengenal sebagian
yang lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang
bertakwa dan Maha teliti terhadap mereka.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Ketahuilah wahai orang-orang yang beriman bahwasanya aku (kata Allah), menciptakan
kalian dari bapak yang satu yaitu Adam dan dari ibu yang satu yaitu Hawa, maka tidak ada
pengutamaan satu sama lain diantara kalian dalam urusan nasab atau rupa atau fisik, dan
Allah menjadikan kalian bersuku-suku dan berkabilah-kabilah, maka sebagian dari kamu
mengetahui atas sebagian yang lain atas keutamaan (kalian), dan kalian mengetahui
nasabnya untuk menyambungkan nasab di antara kalian serta untuk saling tolong menolong
di atas kebaikan dan ketakwaan. Dan dapat dipahami atas hal ini bahwasanya Allah
menjadikan kalian suku-suku dan berkabilah-kabilah agar dapat saling mengenal, dan tidak
untuk saling meninggalkan atau saling berbangga diri satu sama lain. Kemudian Allah
menjelaskan bahwasanya manusia yang mulia dan terhormat serta tinggi derajatnya di sisi
Allah mereka adalah orang-orang yang bertakwa dan diampuni. Sungguh Allah mengetahui
keadaan kalian dan mengetahui orang-orang yang bertakwa di antara kalian dan yang
terbaik di antara kalian.

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

13. Allah memberitahukan bahwa Dia menciptakan anak cucu Adam dari asal usul dan diri
yang satu, semua keturunan Adam berasal dari lelaki dan perempuan yang silsilah semuanya
merujuk pada Adam dan Hawa. Allah mengembangbiakkan dari keduanya lelaki dan
perempuan yang banyak, mereka kemudian disebar dan dijadikan “berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku,” yakni suku-suku yang besar dan kecil. Yang demikian itu bertujuan agar
saling mengenal satu sama lain, sebab andai masing-masing orang menyendiri, tentu tidak
akan tercapai tujuan saling mengenal satu sama lain yang bisa menimbulkan saling tolong
menolong, bahu-membahu, saling mewarisi satu sama lain serta menunaikan hak-hak
kerabat. Adanya manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bertujuan agar
berbagai hal positif tersebut bisa terwujud yang bergantung pada proses saling mengenal
satu sama lain serta pemaduan nasab. Namun ukuran kemuliaan di antara mereka adalah
takwa. Orang yang paling mulia di antara sesama adalah yang paling bertakwa kepada Allah,
paling banyak melakukan ketaatan serta paling mampu mencegah diri dari kemaksiatan,
bukan yang paling banyak kerabat serta kaumnya, bukan yang keturunannya paling
terpandang (karena level social). Dan mengenai semua itu Allah “Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” Allah mengetahui siapa di antara mereka yang bertakwa kepada Allah
baik secara lahir maupun batin, serta siapa di antara mereka yang tidak menunaikannya,
baik secara lahir maupun batin. Masing-masing akan diberi balasan yang sesuai. Di dalam
ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa mengetahui nasab itu diharuskan secara
syariat, karena Allah menjadikan manusia berbangsa-banngsa dan bersuku-suku itu dengan
tujuan demikian.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an ‫ﻫﺪاﯾﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺑﺘﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﺮان‬

Ayat yang lalu menjelasakan tata krama pergaulan orang-orang yang beriman, ayat ini
beralih menjelaskan tata krama dalam hubung-an antara manusia pada umumnya. Karena
itu panggilan ditujukan kepada manusia pada umumnya. “​Wahai manusia! Sungguh, Kami
telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni berasal dari
keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa. Semua manusia sama saja derajat
kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya. Kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal dan
dengan demikian saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan sa-ling
memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya​.” Allah tidak menyukai orang yang
memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau kepangkatan karena
sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi orang yang mulia di
sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang lahir maupun yang
tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-gerik dan perbuatan manusia yang
luput dari ilmu-Nya.

14. Setelah pada ayat yang lalu dijelaskan bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah
adalah orang yang paling bertakwa, ayat ini menjelaskan hakikat iman yang melekat pada
orang yang bertakwa. Ayat ini dikemukakan dalam konteks penjelasan terhadap
serombong-an orang-orang Badui yang datang kepada Nabi yang menyatakan bahwa
mereka telah beriman dengan benar. Orang-orang Arab Badui berkata kepadamu, ?Kami
telah beriman.? Allah menegaskan melalui firman-Nya, Katakanlah kepada mereka, wahai
Nabi Muhammad, ?Kamu belum beriman sebab hati kamu belum sepenuhnya percaya, dan
perbuatan kamu belum mencerminkan iman sesuai apa yang kamu katakan tetapi
katakanlah ?Kami telah tunduk kepadamu.' Ucapan se-perti itu lebih pantas kamu katakan,
karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu benar-benar taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amal perbuatanmu. Sungguh,
Allah Maha Pengampun kepada orang yang bertobat, Maha Penyayang kepada orang yang
taat.

Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan
keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.

Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab, ataupun
keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar. Yang
harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para pendahulu kita.

Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi keberagaman,


istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10,

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”

Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap


permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisann, dan
perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan bahwa sesama muslim diibaratkan
satu tubuh,

“perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi,
seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah
tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)

Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;

“o​ rang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian
menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684) 

Penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain;


1) Adanya pergolakan politik dalam negeri,

2) Mengalirnya pemikiraan radikal,

3) Akibat proses perubahan kultural dan politik, dari masyarakat tradisional ke modern dan
dari politik regional ke dunia. (Adeng, 2008)

Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami pruralisme ini.

1)​ ​Prinsip keberagamaan yang lapang

Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah klaim
kebenaran. Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus kepada tuhan (makna generik
dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman yang sadar dan bukan hanya ikut-ikutan. Oleh
sebab itu sikap kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa dikatakan sebagai makna
terdalam keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist nabi bersabda kepada sahabat
Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik agama disisi Allah adalah semangat
pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al Samhah) “.

2) Keadilan yang obyektif

Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun tindakan kita terhadap
pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita tidak suka dan
menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita (outsider) maka kita bisa
berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan hukum, interaksi sosial maupun
hal-hal lain.

Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap dan pandangan ini
dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like and dislike). Seperti yang
diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,

“hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah
kebencianmu pada suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat kepada taqwa”

3) Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain


termasuk ketika melakukan dakwah

“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana dan pelajaran yang
baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS. An Nahl ayat 12

“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat” QS. Al Baqoroh ayat 256
Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara
argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya sendiri dalam
memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan untuk saling
menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai kesepahaman, dan mempertahankan
keyakinan kita

“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik
pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 6

4) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam


kebaikan

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka
berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148
 
Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan advokasi
terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan sebagainya maka
kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha
menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaum muslimin
untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal amal sosial.

Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta hubungan yang lebih
harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh sikap saling menghargai,
menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial. Sehingga kehadiran agama
(khususnya islam) tidak lagi menjadi momok bagi kemanusiaan tetapi malah menjadi rahmat
bagi keberadaan tidak hanya manusia tetapi sekaligus alam semsta ini. ( Wallahu A’lam
Bishawab). Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya.

Agama sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Adapun Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan bangsa adalah:

1. Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)

Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar dunia waspada dan
ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus citra Islam dengan
mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi. Islam adalah agama yang sangat toleransi.
Jelas ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang ekstrim dan radikal. Apalagi dengan
mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai inti dari semua teror.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam
seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk
Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

‫ﻻ إﻛﺮاه ﻓﻲ اﻟﺪﯾﻦ‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(​ QS. Al Baqarah: 256)
Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh beliau dalam
memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang tertulis dalam “Piagam
Madinah” (​shahifah madinah​). Diantara isi piagam disebutkan tentang adanya kesepakatan,
bahwa jika ada penyerangan terhadap kota Madinah atau penduduknya, maka semua ​ahlu
shahifah ​(yang terlibat dalam Piagam Madinah) wajib mempertahankan dan menolong kota
Madinah dan penduduknya tanpa melihat perbedaan agama dan qabilah

2. Batasan toleransi dalam perspektif islam

Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama Musailah Al
Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah wafatnya Nabi
Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan
pengikut Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya. Karena disitu ada mashlahah
untuk menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan faktor dharury (primer) dalam
kehidupan umat Islam. Allah telah berfirman dengan tegas dan jelas bahwa Nabi
Muhammad saw adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad.

‫ﻣﺎ ﻛﺎن ﻣﺤﻤﺪ أﺑﺎ أﺣﺪ ﻣﻦ رﺟﺎﻟﻜﻢ وﻟﻜﻦ رﺳﻮل اﷲ وﺧﺎﺗﻢ اﻟﻨﺒﯿﯿﻦ وﻛﺎن اﷲ ﺑﻜﻞ ﺷﻲء ﻋﻠﯿﻤﺎ‬

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”​(QS. Al Ahzab: 40)

Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang yang
mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada nabi setelah Nabi
Muhammad saw.

AL ASAS AL FIKRI LI TASAMUH AL MUSLIMIN

Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah menyebutkan beberapa faktor
toleransi muslim terhadap non-muslim:

a. Nilai kemanusiaan yang mulia.


‫وﻟﻘﺪ ﻛﺮﻣﻨﺎ ﺑﻨﻲ آدم‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”​(QS. Al Isra’: 70)

b. Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah
Sang Maha Pencita alam semesta dan isinya​.

‫وﻟﻮ ﺷﺎء رﺑﻚ ﻟﺠﻌﻞ اﻟﻨﺎس أﻣﺔ واﺣﺪة وﻻ ﯾﺰاﻟﻮن ﻣﺨﺘﻠﻔﯿﻦ‬

“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat.”(​ QS. Hud: 118)

c. Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan


Allah di akhirat nanti.

‫وإن ﺟﺎدﻟﻮك ﻓﻘﻞ اﷲ أﻋﻠﻢ ﺑﻤﺎ ﺗﻌﻤﻠﻮن اﷲ ﯾﺤﻜﻢ ﺑﯿﻨﻜﻢ ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎﻣﺔ ﻓﯿﻤﺎ ﻛﻨﺘﻢ ﻓﯿﻪ ﺗﺨﺘﻠﻔﻮن‬

“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui tentang apa
yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada hari kiamat tentang
apa yang kamu dahulu selalu berselisih”​.(QS. Al Hajj: 68-69)

d. Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia​.

‫ﯾﺎ أﯾﻬﺎ اﻟﺬﯾﻦ آﻣﻨﻮا ﻛﻮﻧﻮا ﻗﻮاﻣﯿﻦ ﷲ ﺷﻬﺪاء ﺑﺎﻟﻘﺴﻂ وﻻ ﯾﺠﺮﻣﻨﻜﻢ ﺷﻨﺂن ﻗﻮم ﻋﻠﻰ أﻻ ﺗﻌﺪﻟﻮا‬

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.​”(QS. Al
Ma’idah: 8)

Implementasi Keragaman dalam Keberagaman

Mencermati berbagai ulasan mengenai keragaman dan keberagaman dalam perspektif islam
dan juga agama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa diatas, maka
langkah konkrit untuk menyikapi itu semua adalah membangun tali silaturrahmi yang
mengedepankan toleransi intern umat islam.

“siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka hendaklah dia
bersilaturrahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan terjalinnya tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalam berbagai aspek
kehidupan dan janii Allah melaui sabda Nabi SAW, akan mengundang rezki material dan
spiritual. Maka dari itu sesama muslim dilarang untuk memutus tali silaturrahmi, jika terjadi
pertikaian harus segera berdamai.

Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan


dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup damai,
rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab. Istilah toleransi
maka menghargai setiap pendapat maupun perbedaan hal yang dimiliki oleh seseorang
maupun kelompok.

“hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena boleh jadi) mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wantita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain karena
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokkan) lebih baik daripada wanita-wanita (yang
mengolok-olok0 dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
memanggil dengan gelar-gelar yang buru. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang lalim” Q.S. Al-Hujurat ayat 11

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rapuhnya tali persatuan dan kesatuan di
kalangan umat antara lain (Sudarto,2014;100):

1) Munculnya sifat kecurigaan/ prasangka buruk yang berlebihan terhadap kelompok lain

2) Munculnya interpretasi yang juga menjadi penyebab adanya kecurigaan tanpa bukti yang
berujung pada konflik

3) Mencari kejelekan-kejelekan orang lain

“hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya


sebagian prasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
padanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi
Maha Penyayang” Q.S. Al-Hujurat ayat 12

Oleh  karena  itu,  untuk  mencegah  adanya  perpecahan  dalam  persatuan  dan 
kesatuan  bangsa  maka  kita  harus  menjunjung  tinggi  toleransi  dan  senantiasa 
menjaga  tali  silaturrahmi  dalam  berbagai  aspek  kehidupan.  Berlomba-lomba 
berbuat kebaikan untuk mengharapkan ridho-Nya. 

Anda mungkin juga menyukai