TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam
paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer.
Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya
Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan
bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus
yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut,
yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b.Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan
c.Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh
secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini
akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis
tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan
sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang
pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
2.4 Klasifikasi
2.4.1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
kelainan
radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis
3.5 Diagnosis
3.5.1 Gejala klinis
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)8
1. Gejala respiratorik
- batuk > 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
2. Gejala sistemik
- Demam
- gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang dengan
gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.1
Catatan:
- Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
- Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
- Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 6. Panduan OAT bentuk KDT(Kombinasi Dosis Tetap) sisipan
2. Golongan
Tionamid
3. Fluorokuinolon
4. Sikloserin
5. Asam
Paraamino
Salisilat (PAS)
2.7 Destroyed Lung
2.7.1 Definisi dan Etiologi
Penghancuran total parenkim (destroyed lung) lebih sering terjadi di negara-
negara dengan sistem kesehatan yang kurang berkembang, karena sebagian besar kasus
terjadi sebagai akibat dari TB paru. Dalam kasus yang dijelaskan di sini, pasien
menunjukkan kerusakan paru-paru karena proses infeksi yang tidak diklarifikasi;
mungkin sekunder untuk TB paru yang tidak diobati di masa mudanya. Dalam
serangkaian 46 pasien yang dioperasi sebagai akibat dari kerusakan paru-paru antara,
Kao menemukan bahwa asalnya adalah tuberkulosis paru pada 80% kasus. Penyebab
lain termasuk bronkiektasis fase akhir dan squeal pneumonia nekrotikans. Di antara
penyebab yang kurang umum adalah paru-paru hipo plastik, aktinomikosis paru,
gangren paru dan infeksi oleh mikobakteria non-tuberkulosis.10
TB paru- destroyed lung adalah komplikasi dari TB paru-paru parah yang dapat
menyebabkan berbagai gejala pernapasan dan disfungsi paru.9 Sebagian besar kasus
paru-paru yang hancur memiliki riwayat menjalani perawatan untuk TB, dengan
penyembuhan yang tertunda atau resistensi terhadap obat anti-TB.9 Area paru yang
hancur dan lesi kavitas berdinding tebal memiliki paparan yang lebih sedikit terhadap
pertahanan inang dan tidak dapat ditembus dengan baik oleh obat anti-TB. Rongga-
rongga ini bertindak tidak hanya sebagai reservoir besar untuk infeksi TB, tetapi juga
sebagai tempat pengembangan resistensi obat9
2.7.2 Diagnosis
Gejala yang paling umum adalah kronis, tetapi mereka juga bisa menjadi akut.
Ini termasuk pengeluaran konten yang bernanah dan demam kronis, seperti pada pasien
kami. Ini juga dapat dikaitkan dengan dyspnoea dan rumit dengan episode hemoptisis
berulang. Paru-paru yang hancur dapat menyebabkan banyak komplikasi yang
memerlukan rawat inap yang berkepanjangan seperti empiema, seperti dalam kasus
yang dijelaskan di sini, yang mempersulit pendekatan terapeutik. Insiden empiema
sebagai komplikasi paru yang hancur bervariasi, tergantung pada seri, antara 23% .10
Paru-paru yang hancur menyebabkan beberapa perubahan histopatologis
seperti fibrosis luas yang diamati dalam kasus yang dijelaskan di sini. Ketika patologi
yang mendasarinya adalah TB paru-paru kiri, itu lebih rentan terhadap kerusakan
parenkim. Hal ini disebabkan oleh tata letak dan anatomi bronkus kiri, yang lebih
panjang, lebih sempit dan lebih horizontal, memburuknya sekresi drainase. Dalam
kasus yang disajikan di sini, hemitoraks kiri terpengaruh. Perubahan radiologis di
daerah toraks (mis. Pergeseran mediastinum, retraksi hemitoraks yang terkena,
penurunan ruang interkostal) dari pasien yang disajikan adalah khas paru yang hancur
dan menunjukkan proses kronis.10
X-ray thoraks PA menunjukkan opacity difus dari seluruh hemithorax dengan
deviasi mediastinal ipsilateral yang parah. Pada ct scan pasien dapat diklasifikasikan
dalam dua pola utama: penghancuran paru unilateral dengan residual bronktektasis
kistik dan penghancuran paru unilateral tanpa residu bronkiektasis kistik. 10
2.7.3 Tatalaksana
Reseksi bedah biasanya dilakukan karena jumlah bakteri di dalam rongga tinggi
dan perawatan antibiotik gagal mencapai lokasi infeksi9 Eksisi lesi ini akan mengurangi
beban keseluruhan organisme di paru-paru sementara secara bersamaan
menghilangkan situs konsentrasi tinggi yang resistan terhadap obat. bacilli.5 Oleh
karena itu, poin utama dalam pembedahan adalah reseksi lesi TB aktif seefektif
mungkin untuk mencapai pengobatan yang relatif efektif.9
Karena paru-paru yang hancur itu sendiri dapat secara serius membahayakan
kelangsungan hidup jangka panjang, sangat penting untuk melakukan operasi. Pada
pasien paru-paru yang hancur tanpa perawatan bedah, angka kematian keseluruhan
hanya 28% dan kelangsungan hidup rata-rata diperkirakan hanya 39 bulan. 9
DAFTAR PUSTAKA