ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker ovarium merupakan salah satu penyakit kanker yang banyak dijumpai
pada wanita dan sering menyebabkan kematian. Kanker ovarium sering disebut
dengan “Silent Killer” karena gejala kanker ovarium sangat sulit diketahui hingga
akhirnya saat terdiagnosa penderita sudah memasuki stadium lanjut. Kanker ovarium
tidak memiliki gejala yang spesifik. Sebagian gejala pertumbuhan kanker ovarium
mungkin sama dengan pertumbuhan non kanker atau gejala penyakit lainnya. Deteksi
dini terhadap kanker ovarium ini sangatlah penting untuk keselamatan penderita.
Kebanyakan mereka yang diketahui kanker ovarium pada stadium awal akan
mempunyai harapan hidup yang lebih baik. Akan tetapi pemeriksaan skrining untuk
Terdapat 20.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun, dan 12.500 dari penderita ini
yang dilakukan oleh Cancer Research UK, terdapat sekitar 6.800 wanita Inggris telah
kanker ovarium tiap tahunnya dan 14.000 meninggal karena penyakit ini. Di negara-
negara berkembang kanker ovarium merupakan kanker nomor lima terbesar setelah
kanker payudara, kanker usus, kanker paru-paru, dan kanker rahim. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian keempat diantara semua kematian karena kanker dan
2
tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, dengan five years survival rate dalam
50 tahun terakhir tidak banyak mengalami kemajuan, yakni berkisar antara 20 – 37%.
berkembang menjadi stadium III atau IV, dengan five years survival rate hanya 20%.
Bila penderita karsinoma ovarium bisa didiagnosa saat stadium I, maka five years
survival rate setinggi 80 – 90% dan angka kematian akan menurun setengahnya
(Chrisdiono, 1996). Sebagai akibat hasil tersebut diatas, metode skrining untuk
deteksi awal kanker ovarium sangat diperlukan. Tetapi bukti klinis menunjukkan
bahwa fase preklinis untuk kanker ovarium kurang dari dua tahun, sehingga cepatnya
pola perjalanan penyakit mengakibatkan kesulitan untuk deteksi awal. Saat ini tes
skrining yang digunakan untuk deteksi dini yaitu pemeriksaan fisik, tumor marker
seperti CA125, USG termasuk transabdominal, transvaginal dengan color dopler dan
power dopler, CT scan, dan MRI. Tetapi hampir sebagian besar pemeriksaan
penunjang untuk melakukan tes skrining tersebut mahal, dan memberikan hasil false
positif sehingga menyebabkan pemeriksaan tersebut menjadi tidak efektif (Ian J and
Usha M, 2004). Karena keterbatasan skrining tumor ovarium maka diagnosis yang
ovarium terlihat sebagai massa di adneksa yang bisa dibedakan menjadi jinak dan
ganas. Prosedur diagnosis preoperatif yang dapat membedakan antara tumor ovarian
yang curiga ganas dan jinak, diharapkan dapat bermanfaat untuk merencanakan
karena bisa mencegah pembedahan yang tidak perlu, misalnya pada kista fungsional.
tindakan pembedahan yang optimal tetapi juga memerlukan penanganan pre, peri,
yang optimal, sehingga memberikan hasil prognostik penyakit menjadi lebih baik.
preoperatif, optimis akan merupakan langkah pertama yang tepat bagi penderita
Untuk bisa diterima secara klinis, suatu modalitas diagnotik preoperatif untuk
yang tinggi, yaitu 90% dan 75%, bisa diinterpretasikan, dan menggunakan beberapa
transabdominal, transvaginal dengan color dopler dan power dopler, sitologi aspirasi
kista ovarium, sitologi aspirasi cairan ascites dan efusi pleura, biopsi kelenjar limfe
yang membesar, CT-scan, MRI, PET, Foto thoraks, Rektosigmoideskopi, dan Barium
enema. Adapula variasi metode identifikasi preoperatif yang telah dikembangkan dan
yaitu dengan suatu algoritma yang disebut Risk of malignancy Index (RMI). Risk of
4
malignancy Index (RMI) adalah integrasi dari pemeriksaan kadar serum CA125,
status menopause penderita, dan temuan ultrasonografi (Ian J.,et.al, 2005). Begitu
prosedur yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi, efektif,tidak invasif, dan
diagnostik preoperatif yang sangat adekuat yang bisa membedakan tumor ovarium
jinak atau ganas. Tetapi dengan kombinasi pemeriksaan kadar serum CA-125, temuan
USG dan status menopause penderita, diharapkan dapat memberikan hasil diagnostik
yang lebih baik. Algoritme RMI diperkenalkan pertama kali oleh Jacobs tahun 1990.
atas ada atau tidaknya lesi kistik multilokular, bagian padat, lesi bilateral, ascites dan
metastasis intraabdominal. Bila tidak terdapat gambaran USG di atas maka diberi
nilai 0, bila hanya tampak satu gambaran saja diberi nilai 1, apabila tampak lebih dari
satu diberi nilai 3. Menopause status diberikan nilai 1 untuk premenopause dan nilai
lebih dari satu tahun atau wanita umur lebih dari limapuluh tahun bila sudah
sebagai postmenopause. Kadar CA125 dinyatakan sesuai dengan nilai absolut yang
Dengan cut off value 200, digunakan untuk membedakan antara tumor
ovarium yang curiga jinak dan ganas. Penderita dengan skor RMI >200 diprediksi
ganas dan skor RMI <200 diprediksi jinak. Hasil dari suatu review menyatakan
5
bahwa Risk of Malignancy Index (RMI) adalah prediktor yang paling baik digunakan
atau ganas pra bedah (Geomini, et al., 2009). Namun hal ini sulit dikerjakan, terutama
dalam menilai metastasis intraabdominal. Akan lebih mudah apabila temuan USG
yang dicari adalah ada atau tidaknya gambaran papil dan tebal dinding kista. Maka
dari itu peneliti ingin melakukan modifikasi RMI menjadi suatu indeks yang
tepat bagi pasien. Diharapkan Modifikasi Indeks Risiko Keganasan ini, mempunyai
nilai sensitivitas dan spesifisitas yang sama atau lebih baik dari RMI. Peneliti ingin
ovarium.
6
preoperatif.
2. Untuk mengetahui nilai duga positif dan nilai duga negatif CA 125, USG, dan
ovarium preoperatif.
3.Mengurangi re-operasi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan
2.2. Epidemiologi
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi
wanita. Insidensi rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000
Sampai saat ini ada beberapa hal yang diketahui berhubungan dengan kejadian
Dari hasil penelitian diketahui bahwa risiko akan meningkat sampai 50 % bila ada
riwayat karsinoma ovarium dalam keluarga dari garis keturunan pertama maupun
kedua. Risiko ini akan lebih tinggi apabila dalam keluarga juga terdapat riwayat
kanker payudara, kanker endometrium dan kanker kolon (Lynch syndrome) (Berek
J.S., 2002).
8
2.Umur
Umumnya insiden kanker ovarium meningkat setelah menopause atau sekitar umur
51 tahun keatas. Lebih dari 50 % kanker ovarium terjadi pada wanita berumur lebih
Banyak peneliti yakin bahwa ada hubungan antara kanker ovarium dengan
riwayat menstruasi. Risiko karsinoma ovarium meningkat pada wanita yang haid
pertamanya dibawah umur 12 tahun atau menopause diatas umur 50 tahun. Demikian
juga wanita yang tidak pernah hamil, tidak pernah mengalami proses kehamilan
secara lengkap atau mempunyai anak pertama pada umur diatas 30 tahun. Risiko
karsinoma ovarium menurun sampai 40-50% pada wanita yang memakai kontrasepsi
hormonal jenis pil squensial demikian juga pada wanita yang menyusui anaknya
4.Pengobatan infertitilas
perempuan infertil lebih dari 12 siklus akan meningkatkan resiko relatif menjadi 11.
Sedangkan penelitian kohort lainnya menyatakan bahwa sampai saat ini tidak ada
terjadinya karsinoma ovarium. Tetapi penelitian ini masih perlu dilanjutkan karena
banyak perempuan dalam penelitian ini belum mencapai umur puncak terjadinya
wanita infertil yang mendapatkan terapi klomifen sitrat mempunyai resiko karsinoma
9
ovarium, atau faktor-faktor predisposisi lain yang dimiliki sebelumnya (Jensen A.,
et.al, 2009)
Diet banyak daging dan lemak binatang berhubungan dengan peningkatan risiko
6.Talcum Powder
Seperti kanker pada umumnya, karsinoma ovarium dapat disebabkan oleh mutasi
DNA yang sebabkan rangsangan bahan onkogenik. Terjadinya mutasi pada HER2
onkogen atau gen tumor supresor p53 berhubungan dengan tingginya risiko
I. Neoplasia epitel
7) Tidak terdiferensiasi
8) Tidak terklasifikasi
3) Gonadoblastoma
1) Disgerminoma
3) Karsinoma embrional
4) Khoriokarsinoma
5) Teratoma
VI. Limfomamaligna
VIII.Tumor Metastatik
90% kanker ovarium berasal dari epithelial, 75% dari kanker ovarium
terdiferensiasi.
11
1) Gejala Klinis.
a. Dicurigai kanker ovarium usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari
b. Tumor marker.
enema.
12
Stadium Deskripsi
Stadium I Tumor tumbuh terbatas pada ovarium
Stadium Ia Terbatas pada satu ovarium, kapsul intak, tidak ada
tumor pada permukaan dan sel ganas (-) pada cairan
ascites.
Stadium Ib Terbatas pada kedua ovarium, kapsul intak, tidak ada
tumor pada permukaan dan sel ganas negatif pada cairan
ascites atau cucian peritoneum
Stadium Ic Adalah stadium Ia dan Ib dengan tumor pada
permukaan ovarium atau ruptur kapsul atau ascites
dengan sel ganas (+) atau cucian peritoneum sel ganas
(+)
Stadium II Pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium
dengan penyebaran pada pelvis
Stadium IIa Penyebaran ke uterus atau tuba
Stadium IIb Penyebaran ke organ pelvis lainnya
Stadium IIc Stadium IIa/IIb dengan tumor pada permukaan ovarium
atau ruptur kapsul, atau asites dengan sel ganas (+) atau
cucian peritoneum sel ganas (+)
Stadium III Tumor pada satu/kedua ovarium dengan implantasi
tumor pada peritoneum diluar kavum pelvis
dan/atau pembesaran kelenjar limfe
retroperitoneal/inguinal (+), Metastasis ke bagian
superfisial hati atau tumor terbatas pada rongga
pelvis tetapi pemeriksaan histopatologi terhadap
perluasan pada usus halus atau omentum.
StadiumIIIa Tumor secara makros terbatas pada true pelvis dengan
pembesaran kelenjar limfe (-) tetapi secara histologi ada
perluasan pada peritoneum abdomen.
Stadium IIIb Stadium IIIa dan perluasan tumor pada peritoneum
abdomen kurang dari 2 cm, pembesaran kelenjar limfe
(-).
Stadium IIIc Stadium IIIa + pertumbuhan tumor pada peritoneum
abdomen lebih dari 2 cm dan atau pembesaran kel limfe
retroperitoneal/inguinal (+).
Stadium IV Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan
metastase jauh berupa pleural efusion dengan
sitologi (+) atau penyebaran pada parenkim hati.
Catatan :Stadium lc apabila stadium Ia terjadi:
a. Kapsul ruptur spontan atau dipecahkan oleh operator
b. Sitologi (+) dari cairan peritoneum atau ascites.
13
Tumor di Ovarium
≤ 8 cm ≥ 8 cm
Pemeriksaan
USG
Operasi
Gambar 2.1. Skema Evaluasi Preoperatif Tumor di Ovarium (Dikutif dari Berek J.S.,
editors. Ovarian Cancer. Novak’s Gynecology. 13th ed.)
14
ovarium preoperatif
ganas ovarium masih belum terselesaikan dengan baik, padahal pembedahan akan
bisa direncanakan seoptimal mungkin apabila telah diketahui sebelum operasi apakah
tumor ovarium tersebut curiga jinak atau ganas. Macam pembedahan dan pengalaman
dokter bedah merupakan faktor penting untuk prognosis tumor ganas ovarium.
A.Pemeriksaan pelvis
A.,1996):
7) Adanya asites
adanya keganasan dapat lebih terarah lagi (Padilla LA.,et.al, 2000). Penemuan pada
pemeriksaan panggul bisa membedakan tumor jinak dan ganas. Adapun membedakan
tumor jinak dan ganas dari pemeriksaan panggul, seperti terlihat pada tabel 2.1.
untuk menentukan jinak atau ganasnya suatu tumor ovarium sangat terbatas. Sekitar
10% massa pelvis yang berukuran kurang dari 10 cm tidak terdeteksi dengan
Score
Variasi petunjuk diagnosis Kelas variable
1. Lama pembesaran perut a. Lambat (lebih dari 16 bulan atau tak ada 0
atau tumor pembesaran) 1
b. Cepat (16 bulan atau kurang)
2. Keadaan umum a. Baik 0
b. Kurang / tak baik 1
3. Tingkat kekurusan a. Normal / gemuk 0
b. Kurus 1
4. Konsistensi tumor a. Kistik homogeny 0
b. Solid homogen 1
c. Macam-macam 2
5. Permukaan tumor a. Rata/licin 0
b. Benjol tak teratur 1
6. Gerakan tumor a. Bebas 0
b. Terbatas 1
7. Ascites a. Tak ada 0
b. Ada 1
8. Laju endap darah a. Rendah (60 mm atau kurang) 0
b. Tinggi (lebih dari 60 mm) 1
Dikutip dari : Chrisdiono A., 1996.
B. Ultrasonografi.
terutama untuk mengevaluasi kondisi ovarium. Ovarium bisa tervisualisasi lebih dari
95% pada wanita premenopause dan lebih dari 85% pada wanita post menopause.
2.3 di bawah ini disajikan beberapa variasi hasil penelitian menggunakan TAS untuk
Tabel 2.3. Nilai TAS untuk mendiagnosa keganasan pada massa adneksa
ini membuktikan bahwa sulit untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas
kandung kencing yang penuh, pada pasien yang gemuk pemeriksaan akan lebih
mudah, dan tranduser probe dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan organ
pelvik, sehingga dapat dipergunakan frekuensi yang lebih tinggi dengan demikian
Kriteria evaluasi meliputi ukuran atau volume, penampakan formasi papilari pada
mendiagnosa keganasan pada massa adneksa. Dalam beberapa hasil penelitian ini
100%. Adapun hasil beberapa penelitian tersebut ditampilkan dalam tabel 2.5 berikut
Tabel 2.5. Nilai TVS untuk mendiagnosa keganasan pada massa adneksa
tidak dicatat atau terukur, sehingga hal ini menyebabkan terbatasnya penggunaan
index morfologi dalam praktek sehari-hari. Karena alasan ini, index morfologi tidak
et.al,2006).
dan nilai prediksi positif ultrasogografi untuk mengevaluasi massa pada daerah
peranan penting untuk menunjang pertumbuhan tumor, terutama pada tumor ganas
terkendali. Dinding pembuluh darah pada tumor tersebut memiliki otot polos yang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan pembuluh darah normal, sehingga tahanannya
(resitance index/RI) lebih kecil terutama pada arteriola. Penurunan tahanan ini dapat
20
pemeriksaan dengan mempergunakan CDI pada 14.317 wanita tanpa keluhan atau
dengan keluhan minimal. Ditemukan 624 tumor jinak adneksa dengan RI normal, dan
yang rendah. Sensitifitas CDI dalam penelitian ini adalah 96,4% dengan spesifisitas
atau komponen solid pada ovarium, adanya gambaran aliran pembuluh darah
ganas yang terdapat papil terkadang tidak terlihat terutama pada tumor yang masih
spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi keganasan ovarium bila level Resistensi
Indeks (RI) < 0,4 dan PI < 1. Ada beberapa studi menunjukkan kemungkinan
tumpang tindihnya nilai PI dan RI antara tumor yang jinak dengan tumor yang ganas.
Parameter dan cut-off level untuk pulsatility dan resistensi indeks yang mana bisa
memprediksi keganasan sangat sulit untuk ditentukan. Selain itu pula, biaya
penggunaan color doppler saja tidak cukup sebagai indikator keganasan ovarium
C. Tumor marker.
CA125 adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul tinggi dan bisa
dikenali oleh monoclonal antibody (OC-125). CA125 terdapat pada cairan amnion
dan embrionik coelomic epithelium. Antigen juga bisa terdapat pada jaringan lain
seperti epithel tuba fallopii, endometrium, endoserviks, dan ovarium. CA125 juga
sebagai salah satu tumor marker yang bisa membedakan dan paling dipercaya untuk
meningkat pada 90% pasien dengan tumor ganas ovarium epithelial, dan 40% pada
seluruh kasus keganasan intra-abdominal (Rasjidi I., 2009). Kadar CA125 bisa
didapatkan dan monitoring respon terapi dengan kemotherapi dan prognosis penyakit.
Penelitian besar yang sudah pernah dilakukan cut off nilai CA125 >35 U/mL di
untuk membedakan tumor jinak dan ganas ovarium mempunyai sensitifitas berkisar
antara 56% - 100% dan spesifisitas sebesar 60% - 92% pada pre atau post
menopause. Peningkatan serum CA125 > 35 U/mL bisa terdeteksi pada 50% pasien
dengan stadium 1 dan lebih dari 90% pada stadium lanjut. Kadar serum CA125 lebih
Keterbatasan nilai serum CA125 adalah kadarnya juga bisa meningkat selama
menstruasi dan kehamilan dan pada beberapa kondisi jinak terutama pada masa
22
status menopause, dan serum tumor marker lainnya (Mongkol B., Neungton C.
2007).
Kista ovarium bisa di evaluasi dengan cara aspirasi sitologi dinding kista yang
masih intak dan dilanjutkan dengan eksisi dinding kista dengan bantuan laparoskopi.
Kemudian hasil aspirasi dan eksisi dinding kista dilakukan pemeriksaan histologi.
Tetapi indikasi untuk melakukan aspirasi sitologi ini masih kontroversi. Beberapa
penulis menyatakan bahwa prosedur aspirasi sitologi ini tidak lagi dibenarkan sejak
rembesan komponen kista yang malignan bisa meningkatkan stadium tumor ovarium.
Penulis lain menyatakan bahwa aspirasi kista ovarium mempunyai peranan yang
penting untuk evaluasi tumor ovarium yang kecil pada wanita premenopause yang
aspirasi sitologi tumor ovarium adalah 90%, tetapi seleksi pasien yang akan
menjalankan prosedur ini sangat penting, disarankan pada wanita muda, masih
reproduktif, dan tidak dilakukan pada wanita peri atau post menopause. Reliability
dan akurasi diagnostik aspirasi bisa sampai 91% pada tumor jinak dan 84% pada
tumor ganas. Beberapa studi juga menyatakan bahwa kegagalan diagnostik dari
sitologi kista ovarium sebesar 15%. Kegagalan diagnostik hasil sitologi bisa
disebabkan karena cairan aspirasi bercampur darah atau mucus, cairan kista ovarium
mempunyai jumlah sel yang sedikit untuk bisa membuat kesimpulan yang akurat,
23
atau sel malignan tidak menyebar secara merata di ovarium (Salehpour S., et.al,
2002).
paru, uterus dan tumor serviks. Penyebaran sel tumor ke dalam rongga abdomen
Pemeriksaan pelvis tidak cukup kuat untuk menyimpulkan penyebab ascites adalah
pemeriksaan darah, tumor marker CA-125, dan imaging (CT-scan, MRI, USG) untuk
ascites adalah indikator yang sangat spesifik untuk membuktikan adanya keganasan.
Tetapi hanya 60% hasil aspirasi menunjukkan hasil sitologi yang positif, sehingga
Apabila hasil sitologi cairan adalah negatif (tidak ditemukan sel ganas), biochemical
marker pada cairan ascites bisa mengindikasikan adanya penyakit keganasan. Selain
adanya tumor marker, peningkatan kadar protein atau laktat dehidrogenase sebesar
kadar serum albumin ascites bisa digunakan untuk membedakan penyebab penyakit.
Tetapi, tumor marker dan serum lainnya tidak terlalu spesifik untuk satu jenis tumor,
dan hasil sensitivitas yang diberikan tidak konsisten tergantung dari asal tumor
primer. Sedangkan aspirasi Cairan pleura untuk menentukan etiologi effusi pleura,
dilihat dari penampakan cairan pleura pada saat thoracosintesis. Penampakan cairan
pleura yang berdarah dihubungkan dengan keganasan. Tetapi dari hasil penelitian
24
hanya 11% pleura effusi yang berdarah menunjukkan keganasan dan banyak faktor
yang bisa mempengaruhi hasil aspirasi yaitu trauma (Villena V., et al, 2004).
Peranan biopsi kelenjar limfe yang membesar adalah bisa membedakan antara
biopsi diagnosis penyakit penderita dengan pembesaran kelenjar limfe bisa cepat
diketahui mudah dikerjakan, tidak menyakitkan, murah, tidak memerlukan rawat inap
atau anestesi, dan tidak menimbulkan scar. Nilai diagnostik biopsi kelenjar limfe
primer yang tidak diketahui atau monitoring penanganan pasien dengan kanker telah
diterima secara luas. Dalam mendiagnosa metastase suatu keganasan biopsi kelenjar
limfe mempunyai sensitivitas dan spesifisitas >98%, sehingga hal ini menghindarkan
awal diagnosis kanker ovarium tidak bisa dipungkiri lagi. Pemeriksaan radiologi ini
dengan metastase atau asites. Dalam suatu studi, dinyatakan bahwa MRI lebih
superior dibandingkan dengan CT-scan dan USG dalam mendiagnosa suatu massa
ovarium, tetapi kemampuan dalam membedakan jinak atau ganas tumor ovarium
25
doppler lebih akurat. Kurangnya bukti, pemeriksaan yang mahal dan kemampuan
yang terbatas, prosedur ini bukan merupakan hal rutin dilakukan. Pemeriksaan foto
yang bisa terlihat melalui foto thoraks. Pemeriksaan rektosigmoideskopi dan barium
rektum. Tetapi pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan, biasanya lebih sering
spesifisitas 97%. Salah satu keuntungan RMI adalah sangat simpel, sehingga
RMI diperkenalkan pertama kali oleh Jacobs tahun 1990. RMI dihitung dengan
(U/ml). Temuan ultrasonografi diklasifikasikan berdasar atas ada atau tidaknya lesi
kistik multilokular, bagian padat, lesi bilateral, ascites dan metastasis intraabdominal.
Bila tidak terdapat gambaran USG di atas maka diberi nilai 0, bila hanya tampak satu
gambaran saja diberi nilai 1, apabila tampak lebih dari satu diberi nilai 3. Menopause
Postmenopause ditetapkan apabila wanita riwayat amenore lebih dari satu tahun atau
wanita umur lebih dari limapuluh tahun bila sudah dilakukan operasi histerektomi.
CA125 dinyatakan sesuai dengan nilai absolut yang didapatkan dalam satuan U/ml
(Ian J., et.al, 2005). Dengan cut off value 200, digunakan untuk membedakan antara
tumor ovarium yang jinak dan ganas, dengan sensitivitas 87% dan spesifisitas 97%.
Penderita dengan skor RMI >200 mempunyai kemungkinan 42 kali mengarah kanker
ovarium dan skor RMI <200 0,15 kali. Diagnosis histopatologik dipergunakan
sebagai gold standard untuk menentukan hasil dan jenis tumor jinak atau ganas
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa penggunaan salah satu pemeriksaan saja
tidak akan memberikan hasil yang sensitif dan spesifik tinggi, tetapi dengan
penggunaan RMI memberikan hasil sensitivitas dan positive predictive value (PPV)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya pemeriksaan CA125 atau USG saja.
memerlukan tindakan pembedahan di rumah sakit pusat kanker oleh dokter onkologis
ginekologis. RMI merupakan cara efektif untuk menyeleksi pasien yang beresiko
rendah, sedang atau tinggi untuk mengalami keganasan atau mungkin masih bisa
ditangani oleh dokter ginekologis umum. Hasil validasi RMI oleh Prys Davies et al,
yang menggunakan RMI sebagai protocol untuk menyeleksi pasien yang beresiko
kanker didapatkan bahwa semakin rendah nilai RMI atau <25 resiko kanker hanya
3%, RMI 25 – 250 resiko kanker 20, dan RMI>250 resiko kanker 75%. Seperti
dilakukan. Pasien dengan resiko tinggi untuk kanker , didapatkan dari penghitungan
RMI memerlukan laparotomi dan full staging prosedur saat pembedahan primer
pemeriksaan USG. Temuan USG yang dinilai pada RMI adalah ada tidaknya
temuan USG yang dinilai adalah ada tidaknya gambaran multilokular, bagian padat,
papil, ascites, dan septa. Ada tidaknya gambaran bilateral dan metastasis
Status Menopause
Premenopause 1 M (1 atau 3)
Postmenopause 3
Serum Ca 125 Nilai Absolut (U/ml) Nilai CA125
Risk of Malignancy U x M x CA125
Temuan ultrasonografi diklasifikasikan berdasar atas ada atau tidaknya lesi kistik
multilokular, bagian padat, papil, septa dan ascites. Bila tidak terdapat gambaran
USG di atas maka diberi nilai 0, bila hanya tampak satu gambaran saja diberi nilai 1,
apabila tampak lebih dari satu diberi nilai 3. Menopause status diberikan nilai 1 untuk
wanita riwayat amenore lebih dari satu tahun atau wanita umur lebih dari limapuluh
tahun bila sudah dilakukan operasi histerektomi. Premenopause adalah wanita selain
nilai absolut yang didapatkan dalam satuan U/ml. Diharapkan dengan tingkat
pemeriksaan yang lebih mudah, Modifikasi Indeks Risiko Keganasan ini mempunyai
akurasi yang sama dengan RMI untuk memprediksi keganasan tumor ovarium
preoperatif.
30
BAB III
adalah memilih prosedur yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi, efektif,tidak
yang sangat adekuat yang bisa membedakan tumor ovarium jinak atau ganas. Tetapi
dengan kombinasi pemeriksaan kadar serum CA-125, temuan USG dan status
menopause penderita, diharapkan dapat memberikan hasil diagnostik yang lebih baik.
Tumor Ovarium
PA
GANAS JINAK
untuk memprediksi keganasan tumor ovarium mempunyai akurasi yang sama atau
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah studi prospektif uji diagnostik dengan gold
JINAK
Curiga Jinak Histopatologis
GANAS
Tumor Nilai Modifikasi Indeks
Ovarium Risiko Keganasan
JINAK
Curiga Ganas Histopatologis
GANAS
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian
4.2.1.Tempat Penelitian
sampel terpenuhi.
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eklusi:
ditempat lain.
histopatologi.
dengan diagnosis tumor ovarium yang memenuhi kriteria inklusi yang datang ke
Februari 2010.
34
Besar sampel atau jumlah subyek minimal ditentukan berdasarkan asumsi : Bila
diperkirakan sensitivitas uji diagnostik adalah 90% (P = 0,90), penyimpangan (d) untuk
2
Zα PQ
n=
2
d
2 2
= (1,96 x 0,90 x 0,10) / 0,1 = 34,5 dibulatkan
35 Besar sampel yang diperlukan adalah 35 sampel.
b. Kadar serum CA-125 adalah kadar petanda tumor CA-125 dalam darah
satu gambaran saja diberi nilai 1, apabila tampak lebih dari satu diberi
lebih dari 1 tahun atau wanita umur lebih dari limapuluh tahun bila
2. Spuite disposible 5 cc
36
4. Alat USG
4.9. AlurPenelitian
Penderita
Tumor Ovarium
(memenuhi kriteria inklusi)
Histopatologis Histopatologis
ANALISIS
PELAPORAN
Analisa data berupa skala nominal dimana sampel disebut Jinak apabila hasil
sel-sel ganas. Sampel dinyatakan ganas apabila hasil pemeriksaan gold standard
spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, akurasi dan rasio kemungkinan CA
125, USG, dan Modifikasi Indeks Risiko Keganasan dihitung dengan cut off value
yang berbeda-beda. Data yang telah terbagi ditampilkan dalam tabulasi silang tabel
2x2. Untuk menentukan kemampuan diagnostik dari CA 125, USG, dan Modifikasi
digambarkan pada absis X atau diolah dengan program komputer. Tabulasi silang uji
CA 125, USG, dan Modifikasi Indeks Risiko Keganasan dengan pemeriksaan gold
standard histopatologis, tampak pada tabel 4.1, 4.2, 4.3 berikut ini.
Tabel 4.2. Tabulasi silang uji USG dengan gold standard histopatologis
Pasien Uji USG Histopatologis Tempatkan dalam tabel
No 2x2 pada sel
1 Ganas Ganas a
2 Jinak Jinak d
3 Jinak Ganas c
4 Ganas Jinak b
5 Ganas Ganas a
6 Jinak Jinak d
7 Jinak Jinak d
8 Ganas Jinak b
Dst
39
Tabel 4.3. Tabulasi silang uji Modifikasi Indeks Risiko Keganasan dengan gold standard
histopatologis
BAB V
HASIL PENELITIAN
yang digunakan adalah 35 sampel yang ditentukan dengan cara consecutive dari
semua penderita dengan diagnosis tumor ovarium yang memenuhi kriteria inklusi
Denpasar mulai Februari 2010 – yang terkumpul sampai bulan November 2010.
Histopatologi
Karakteristik P
Ganas Jinak
2
Umur ≥50 th + 8
18 0,008
- 7
Paritas 0 + 9 3
0,006
- 6 17
Post Menopause + 11 1
4 19 0,001
-
Ca 125 >41,3 + 13 2
0,001
- 2 18
USG Ganas + 12 6
0,003
- 3 14
Dari data tabel 5.1 di atas, didapatkan bahwa kejadian keganasan ovarium
pada penelitian ini sebanyak 15 dari 35 sampel atau sebesar 42,9%. Dari semua yang
ganas, didapatkan jenis epitelial sebesar 93,3% dan 6,7% jenis non epitelial.
Sedangkan dari 35 sampel didapatkan 20 dengan tumor ovarium jinak atau sebesar
57,1%. Kejadian keganasan pada umur lebih dari 50 tahun didapatkan 53,3%,
sedangkan pada umur kurang dari 50 tahun didapatkan 47,3%, perbedaan kejadian
keganasan pada paritas 0 didapatkan sebesar 60% sedangkan pada paritas 1 atau
menopause, kejadian keganasan pada post menopause sebesar 73,3% dan pada
menopause dengan pre menopause dengan kejadian keganasan lebih tinggi terjadi
Receiver Operator Curve (ROC), didapatkan bahwa batas (Cut-Off) kadar Ca 125
sebagai petanda tumor ganas atau jinak adalah 41,3 (U/mL). Bila >41,3 (U/mL)
dinyatakan ganas, bila <41,3 (U/mL) dinyatakan jinak. Berdasarkan hasil analisis
pada tabel 5.1 di atas, didapatkan bahwa kejadian keganasan pada nilai Ca 125 >41,3
sebesar 86,7%, sedangkan pada nilai Ca 125 < 41,3 sebesar 13,3%. Perbedaan
90%; Nilai duga positif = 86,67%); Nilai duga negatif = 90%; Rasio Kemungkinan
Gambaran ganas atau jinak suatu tumor ovarium dari pemeriksaan USG
dalam penelitian ini, dinilai dari tampak atau tidaknya gambaran Multilokular,
Bagian padat, Ascites, Papil, dan Tebal septa. Bila tidak tampak salah satu atau hanya
tampak satu gambaran saja dinyatakan dengan jinak, sedangkan apabila tampak lebih
dari satu gambaran dinyatakan ganas. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.1 di
atas, didapatkan bahwa kejadian keganasan dengan gambaran USG ganas didapatkan
sebesar 80%, sedangkan pada gambaran USG jinak dari hasil histopatologis
dinyatakan ganas sebesar 20%. Perbedaan persentase ini bermakna. Bila dihitung
nilai Sensitivitas = 80%; Spesifisitas = 70%; Nilai duga positif = 66,67%; Nilai duga
0,29. Dari hasil analisa faktor, didapatkan bahwa adanya gambaran USG yang
sebesar 52%.
Tabel 5.2. Uji Diagnostik Modifikasi Indeks Risiko Keganasan dan Histopatologi
Histopatologi
Kelompok P
Ganas Jinak
Modifikasi Ganas 14 1
0,001
RMI Jinak
1 19
44
ROC Curve, didapatkan bahwa batas (Cut-Off) nilai Modifikasi Indeks Risiko
Keganasan sebagai petanda tumor ganas atau jinak adalah 119. Bila >119 dinyatakan
ganas, bila <119 dinyatakan jinak. Berdasarkan hasil analisis tabel 5.2 di atas,
93,33%); Nilai duga negatif = 95%; Rasio Kemungkinan positif = 18,67; Rasio
BAB VI
PEMBAHASAN
menunjukkan tumor ganas ovarium yaitu sebesar 42,9%, dan 20 menunjukkan tumor
jinak ovarium yaitu sebesar 57,1%. Dari semua yang ditemukan ganas, 93,3% jenis
epitelial dan 6,7% jenis non epitelial. Tumor ganas ovarium merupakan tumor dengan
histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
beraneka ragam (Mardjikoen P., 2005). Kanker ovarium terbanyak adalah jenis
epithel, 90% kanker ovarium berasal dari epithelial, 75% kanker ovarium yang
dari 1%. Dibandingkan dengan kanker ovarium epithelial, kanker ovarium non
epithelial berkisar antara 10% dari seluruh kanker ovarium (Berek J.S., 2002).
ovarium jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat
dengan makin tuanya usia; dari 15-16 per 100.000 pada usia 40-44 tahun, menjadi
paling tinggi dengan angka 57 per 100.000 pada usia 70-74 tahun. Usia median saat
diagnosis adalah 63 tahun dan 48% penderita berusia di atas 65 tahun (Busmar B.,
berkisar pada umur 30 – 50 tahun. Pada invasive karsinoma muncul pada wanita
umur 50 – 70 tahun. Sedangkan pada usia anak atau remaja yang terbanyak adalah
46
jenis germinal. Dysgerminoma jenis tumor ganas sel germinal yang paling sering
ditemukan 75% muncul antara 10 – 30 tahun, 5% muncul < 10 tahun, dan jarang
sekali ditemukan pada umur setelah 50 tahun (Berek J.S., 2002). Dari data tabel 5.1
di atas, didapatkan bahwa kejadian keganasan ovarium pada penelitian ini terdapat
paling banyak pada paritas 0 (nullipara) yaitu sebanyak 60% dari semua keganasan.
Sedangkan pada paritas 1 atau lebih didapatkan 40%. Risiko terhadap tumor ovarium
jinak, boderline dan tumor ovarium ganas tidak dipengaruhi oleh paritas. Peningkatan
paritas tidak menurunkan risiko menderita ketiga tumor ovarium tersebut (Andrijono,
2009). Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit ini, paritas yang rendah dan infertilitas, menarche dini
kanker ovarium. Peningkatan insiden kanker ovarium pada wanita lajang, biarawati,
dan wanita nulipara menunjukkan ovulasi yang teratur yang tidak diselingi dengan
yang multipel dapat meningkatakan efek protektif untuk berkembang menjadi suatu
kanker ovarium. Apabila dibandingkan dengan wanita nulipara, satu sampai dua
kehamilan lebih dari tiga memiliki penurunan risiko sebanyak 0,35-0,76 apabila
bahwa wanita dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terjadinya kanker ovarium
yang lebih rendah daripada nulipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita yang
mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium berkurang
sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nulipara (Busmar B., 2006). Kanker
47
ovarium berhubungan dengan paritas yang rendah dan infertility sesuai dengan teori
Dari data tabel 5.1 di atas, didapatkan bahwa kejadian keganasan ovarium
pada penelitian ini terdapat paling banyak pada post menopause yaitu sebanyak
73,3% dari semua keganasan. Sedangkan pada pre menopause didapatkan 26,7%.
Lebih dari 80% kanker ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause. Usia
62 tahun adalah usia dimana kanker ovarium epitelial paling sering ditemui. Kanker
ovarium epitelial ini jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun. Pada usia
kurang dari 21 tahun kanker ovarium epitelial ini sangat jarang ditemukan,sedangkan
kanker ovarium jenis sel germinal lebih sering ditemukan, yaitu pada lebih dari dua
pertiga kasus. Pada wanita pramenopause hanya 7% tumor epitelial yang ganas
(Busmar B.,2006).
(dikerjakan pada setiap kasus tumor ovarium), pemeriksaan tumor marker, sitologi
aspirasi kista ovarium, sitologi cairan ascites dan pleura, biopsi kelenjar limfe yang
enema. Pada penelitian ini, dilakukan uji diagnostik tumor marker dalam hal ini Ca
125, USG, dan Modifikasi Indeks Risiko Keganasan (kombinasi pemeriksaan Ca 125,
USG, dan status menopause pasien) untuk mendiagnosa keganasan tumor ovarium
Receiver Operator Curve (ROC), didapatkan bahwa batas (Cut-Off) kadar Ca 125
sebagai petanda tumor ganas atau jinak pada penelitian ini adalah 41,3 (U/mL). Bila
>41,3 (U/mL) dinyatakan ganas, bila <41,3 (U/mL) dinyatakan jinak. Berdasarkan
hasil analisis pada tabel 5.1 di atas, didapatkan bahwa Sensitivitas = 86,67%;
Spesifisitas = 90%; Nilai duga positif = 86,67%); Nilai duga negatif = 90%; Rasio
massa pelvik jinak atau ganas. Secara keseluruhan lebih dari 80% wanita dengan
dengan kanker ovarium stadium I dan II mempunyai kadar Ca 125 lebih dari 65U/ml
dan dalam persentase yang lebih besar akan didapatkan lebih dari 35 U/ml. Terdapat
pelvic dan kadar serum Ca 125 antara lebih dari 65 – 95 U/ml yang melakukan
pembedahan dimana oncologist dapat melakukan operasi definitif pada awal operasi.
Walaupun negative predictive value hanya 72 – 82%, kadar Ca 125 normal tidaklah
mempunyai sensitivitas diagnostik yang tinggi pada karsinoma epitel ovarium dan
dapat dipakai untuk diagnosis, pemantauan terapi, prognosis maupun deteksi dini
adanya kekambuhan. Dengan nilai batas 35 U/ml, akan didapatkan sensitivitas dan
like) dengan berat molekul yang cukup tinggi (200.000 dalton). Ditemukan oleh Bast
49
dkk pada tahun 1983. Ca 125 diproduksi oleh sel epitel “coelomic” (rongga badan
embrio) pada masa perkembangan embrio. Ca 125 adalah determinan antigenik untuk
kanker ovarium, kanker terdapat pada sel adenokarsinoma ovarium dalam jumlah
besar dan tidak ditemukan pada ovarium normal. Peningkatan kadar Ca 125 dalam
serum terdapat pada karsinoma ovarium primer, karsinoma pancreas, pada beberapa
penyakit bukan keganasan, seperti penyakit hati kronis, pancreatitis, peritonitis, kadar
Ca 125 dapat juga meningkat, tetapi umumnya dibawah 100 U/ml. Pemeriksaan Ca
125 kurang diandalkan pada penderita premenopause dimana kadar Ca 125 dapat
pelvic dan secara individual tetapi jarang pada menstruasi (Rasjidi I., 2009). Adanya
keterbatasan nilai serum Ca 125 untuk membantu membedakan massa pelvik jinak
atau ganas preoperatif, dan untuk meningkatkan nilai diagnostik preoperatif risiko
tervisualisasi lebih dari 95% pada wanita premenopause dan lebih dari 85% pada
ultrasound (TAS) sering digunakan dan ketika dievaluasi secara prospektif pada 5540
wanita didapatkan angka false positif sebesar 5,4%. Dari angka ini, 25,7% tidak
95% dan sensitivitas antara 60 – 93%, hal ini membuktikan bahwa sulit untuk
membedakan antara tumor jinak dan ganas ovarium dengan menggunakan TAS.
yang penuh, pada pasien yang gemuk pemeriksaan akan lebih mudah, dan tranduser
probe dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan organ pelvik, sehingga dapat
dipergunakan frekuensi yang lebih tinggi dengan demikian kualitas gambar yang
dihasilkan lebih jernih dan tajam. Sistem skoring morfologi telah dikembangkan
untuk menambah akurasi TVS. Kriteria evaluasi meliputi ukuran atau volume,
penampakan formasi papilari pada dinding kista, dan kompleksitas dari kista (Busmar
B., 2006). Dengan menggunakan TVS saja, beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mendiagnosa keganasan pada massa adneksa. Dalam beberapa hasil penelitian ini
100%. Walaupun gambaran morfologi untuk mengukur indek morfologi bisa rutin
tidak dicatat atau terukur, sehingga hal ini menyebabkan terbatasnya penggunaan
index morfologi dalam praktek sehari-hari. Karena alasan ini, index morfologi tidak
2006).
Gambaran ganas atau jinak suatu tumor ovarium dari pemeriksaan USG dalam
penelitian ini, dinilai dari tampak atau tidaknya gambaran Multilokular, Bagian padat,
Ascites, Papil, dan Tebal septa. Kista ovarium ganas dapat memiliki dinding tumor atau
papil di dinding dalam, multilocular, dan memiliki struktur yang kompleks dengan
bagian kistik dan padat. Dengan gambaran tersebut kemungkinan ganas lebih dari
60%. Kista ovarium unilokuler dengan diameter < 10 cm ditemukan pada 18% wanita
yang sangat rendah akan keganasan (Rasjidi I., et.al, 2009). Pada tumor dengan
(Busmar B.,2006). Kista ovarium kompleks dengan abnormalitas dinding atau area
solid dikaitkan dengan risiko keganasan yang signifikan (Rasjidi I., et.al, 2009).
peritoneal. Ini adalah temuan klinis akumulasi cairan patologis dalam rongga perut
dengan berbagai penyebab, tetapi berkembang lebih sering sebagai bagian dari
kompensasi penyakit liver kronis asimptomatik sebelumnya. Selain itu, asites juga
berhubungan dengan keganasan yang sudah parah dan menandakan prognosis yang
kurang baik. Cairan asites dapat pula dijumpai pada tumor ovarium yang normal
walaupun kejadiannya relatif kecil (9%), dan kejadian asites pada tumor ovarium
borderline kurang lebih sebesar 58%. Kanker ovarium dengan asites ternyata
sebanyak 69% berada pada stadium III-IV, hanya 31% stadium I-II. Keberadaan
asites merupakan indikator kuat untuk mendiagnosis tumor ovarium ganas karena
nilai duga positif dapat mencapai 95%. Dengan demikian, adanya massa di pelvis dan
asites menunjukkan besar kemungkinan massa tersebut adalah tumor ganas ovarium.
mempunyai korelasi paling tinggi dengan diagnosis keganasan ovarium. dimana kista
52
sederhana dan penebalan septa memiliki asosiasi paling rendah dengan diagnosis
keganasan ovarium. Kista sederhana dan penebalan septa memiliki asosiasi paling
Penilaian hasil USG pada penelitian ini, dinilai dengan tampak atau tidaknya
gambaran Multilokular, Bagian padat, Ascites, Papil, dan Tebal septa. Bila tidak
tampak salah satu atau hanya tampak satu gambaran saja dinyatakan dengan jinak,
sedangkan apabila tampak lebih dari satu gambaran dinyatakan ganas. Berdasarkan
hasil analisis dengan menggunakan tabel 5.1 di atas, didapatkan bahwa Sensitivitas =
80%; Spesifisitas = 70%; Nilai duga positif = 66,67%; Nilai duga negatif = 82,35%;
Rasio Kemungkinan positif = 2,67; Rasio Kemungkinan negatif = 0,29. Seperti telah
(TAS) untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas ovarium preoperatif
bervariasi antara 42 – 95% dan 60 – 93%. Transvaginal color doppler imaging (CDI),
jaringannya sangat cepat dan tidak terkendali. Dinding pembuluh darah pada tumor
tersebut memiliki otot polos yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan pembuluh
darah normal, sehingga tahanannya (resitance index/RI) lebih kecil terutama pada
arteriola. Penurunan tahanan ini dapat diketahui dengan memakai CDI. Kurjak dkk,
14.317 wanita tanpa keluhan atau dengan keluhan minimal. Ditemukan 624
53
tumor jinak adneksa dengan RI normal, dan 56 penderita keganasan ovarium dimana
penelitian ini adalah 96,4% dengan spesifisitas 99,8% (Uma S., et.al, 2006). Aplikasi
ultrasonografi gray-scale mendeteksi adanya septum dan papil atau komponen solid
adanya keganasan. Tetapi, deteksi vaskularisasi pada tumor ganas yang terdapat papil
terkadang tidak terlihat terutama pada tumor yang masih kecil. Penggunaan color
mendeteksi keganasan ovarium bila level Resistensi Indeks (RI) < 0,4 dan PI < 1.
antara tumor yang jinak dengan tumor yang ganas. Parameter dan cut-off level untuk
pulsatility dan resistensi indeks yang mana bisa memprediksi keganasan sangat sulit
untuk ditentukan. Selain itu pula, biaya pemeriksaan yang mahal dan memerlukan
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan color doppler saja tidak cukup sebagai
Greece. 2004).
(RMI) adalah integrasi dari pemeriksaan kadar serum CA125, status menopause
oleh Jacobs tahun 1990. RMI dihitung dengan formula (RMI = U (ultrasonografi
diklasifikasikan berdasar atas ada atau tidaknya lesi kistik multilokular, bagian padat,
lesi bilateral, ascites dan metastasis intraabdominal. Bila tidak terdapat gambaran
USG di atas maka diberi nilai 0, bila hanya tampak satu gambaran saja diberi nilai 1,
apabila tampak lebih dari satu diberi nilai 3. Menopause status diberikan nilai 1 untuk
wanita riwayat amenore lebih dari satu tahun atau wanita umur lebih dari limapuluh
tahun bila sudah dilakukan operasi histerektomi. Premenopause adalah wanita selain
nilai absolut yang didapatkan dalam satuan U/ml (Ian J., et.al, 2005). Dengan cut off
value 200, digunakan untuk membedakan antara tumor ovarium yang jinak dan
ganas, dengan sensitivitas 87% dan spesifisitas 97%. Penderita dengan skor RMI
>200 mempunyai kemungkinan 42 kali mengarah kanker ovarium dan skor RMI
pemeriksaan USG. Temuan USG yang dinilai pada RMI adalah ada tidaknya
temuan USG yang dinilai adalah ada tidaknya gambaran multilokular, bagian padat,
papil, ascites, dan septa. Ada tidaknya gambaran bilateral dan metastasis
Temuan ultrasonografi diklasifikasikan berdasar atas ada atau tidaknya lesi kistik
multilokular, bagian padat, papil, septa dan ascites. Bila tidak terdapat gambaran
USG di atas maka diberi nilai 0, bila hanya tampak satu gambaran saja diberi nilai 1,
apabila tampak lebih dari satu diberi nilai 3. Menopause status diberikan nilai 1 untuk
wanita riwayat amenore lebih dari satu tahun atau wanita umur lebih dari limapuluh
tahun bila sudah dilakukan operasi histerektomi. Premenopause adalah wanita selain
nilai absolut yang didapatkan dalam satuan U/ml. Dengan menggunakan Cut-Off
Values yang didapatkan dari penghitungan ROC Curve, didapatkan bahwa batas (Cut-
Off) nilai Modifikasi Indeks Risiko Keganasan sebagai petanda tumor ganas atau
jinak adalah 119. Bila >119 dinyatakan ganas, bila <119 dinyatakan jinak.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.2 di atas, didapatkan bahwa Sensitivitas =
93,33%; Spesifisitas = 95%; Nilai duga positif = 93,33%); Nilai duga negatif = 95%;
Rasio Kemungkinan positif = 18,67; Rasio Kemungkinan negatif = 0,07. Seperti telah
dijelaskan di atas bahwa penggunaan salah satu pemeriksaan saja tidak akan
memberikan hasil yang sensitif dan spesifik tinggi, tetapi dengan penggunaan RMI
memberikan hasil sensitivitas dan positive predictive value (PPV) yang lebih tinggi
56
dibandingkan dengan hanya pemeriksaan CA125 atau USG saja. Hasil validasi RMI
oleh Prys Davies et al, yang menggunakan RMI sebagai protocol untuk menyeleksi
pasien yang beresiko kanker didapatkan bahwa semakin rendah nilai RMI atau <25
resiko kanker hanya 3%, RMI 25 – 250 resiko kanker 20, dan RMI>250 resiko
kanker 75%. Sedangkan pada penelitian ini, dengan nilai cut-off value 119 didapatkan
nilai Modifikasi Indeks Risiko Keganasan <75 tidak mempunyai resiko kanker, 75 –
BAB VII
7.1. Simpulan
keganasan.
relaparotomi.
58
7.2. Saran
re-laparotomi.
DAFTAR PUSTAKA
Geomini, Peggy, Kruitwagen, Roy, Bremer, Gerard L, et al. 2009. The Accuracy
of Risk Scores in Predicting Ovarian Malignancy : A Systematic Review.
AOG,Vol.113, Issue 2 Part I.p.1.
Ian J and Usha M. 2004. Progress and Challenges in Screening for early Detection
of Ovarian Cancer. Molecular & Cellular Proteomics. p. 355 – 366.
Ian J., Oram D., Fairbanks J., Turner J., Frost C., Grudzinskas J.G. 2005. A risk of
Malignancy Index incorporating CA 125, ultrasound and menopausal
status for the accurate preoperative diagnosis of ovarian cancer, BJOG: An
International Journal of Obstetrics and Gynaecology,Vol.97,Issue
10.p.922-929.
Jensen A., Sharif H., Frederiksen K., Kruger SK,. 2009. Use of fertility drugs and
risk of ovarian cancer : Danish population based cohort study.
BMJ;338:b249
Mardjikoen P., 2005. Tumor Ganas Ovarium. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.p.400-408.
Padilla LA., Radosevich, Milad M.P. 2000. Accuracy of the pelvic examination in
detecting adnexal masses. Internal J Gynaecol Obstet; 96(4): 593-8.
Padilla LA, Radosevich, Milad M.P. 2005. Limitations of the pelvic examination
for evaluation of the female pelvic organs. Internal J Gynaecol Obstet;
88(1): 84-8.
Rasjidi I., Kusumo L., Yudasmara., 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker Pada
Wanita. CV Sagung Seto. Jakarta. p. 193 – 195.
Toress J.C., Mauricette S.F., Derchain, Faunders A., Gontijo R.C., Martinez E.Z.,
Andrade L.A. 2002. Risk of Malignancy Index in preoperative evaluation
of clinically restricted ovarian cancer. San Paulo Medical
Journal;12(3):72-6.
Uma S., Neera K., Nisha, Ekta. 2006. Evaluation of new scoring system to
differentiate between benign and malignant adnexal mass. The Journal of
Obstetrics and Gynaecology of India, Vol.56,No2.
Umur * Histopatologi
Crosstab
Histopatologi
Ganas Jinak Total
Umur > = 50 tahun Count 8 2 10
Expected Count 4.3 5.7 10.0
% within Histopatologi 53.3% 10.0% 28.6%
< 50 tahun Count 7 18 25
Expected Count 10.7 14.3 25.0
% within Histopatologi 46.7% 90.0% 71.4%
Total Count 15 20 35
Expected Count 15.0 20.0 35.0
% within Histopatologi 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.887 1 .005
b
Continuity Correction 5.906 1 .015
Likelihood Ratio 8.148 1 .004
Fisher's Exact Test .008 .007
Linear-by-Linear
7.661 1 .006
Association
b
N of Valid Cases 35
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Umur (> =
10.286 1.737 60.902
50 tahun / < 50 tahun)
For cohort Histopatologi =
2.857 1.418 5.758
Ganas
For cohort Histopatologi =
.278 .079 .983
Jinak
N of Valid Cases 35
Paritas * Histopatologi
Crosstab
Histopatologi
Ganas Jinak Total
Paritas 0 Count 9 3 12
Expected Count 5.1 6.9 12.0
% within Histopatologi 60.0% 15.0% 34.3%
>=1 Count 6 17 23
Expected Count 9.9 13.1 23.0
% within Histopatologi 40.0% 85.0% 65.7%
Total Count 15 20 35
Expected Count 15.0 20.0 35.0
% within Histopatologi 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.704 1 .006
b
Continuity Correction 5.836 1 .016
Likelihood Ratio 7.905 1 .005
Fisher's Exact Test .011 .008
Linear-by-Linear
7.484 1 .006
Association
b
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Paritas (0 /
8.500 1.709 42.279
> = 1)
For cohort Histopatologi =
2.875 1.342 6.157
Ganas
For cohort Histopatologi =
.338 .123 .928
Jinak
N of Valid Cases 35
Menopause * Histopatologi
Crosstab
Histopatologi
Ganas Jinak Total
Menopause Ya Count 11 1 12
Expected Count 5.1 6.9 12.0
% within Histopatologi 73.3% 5.0% 34.3%
Tidak Count 4 19 23
Expected Count 9.9 13.1 23.0
% within Histopatologi 26.7% 95.0% 65.7%
Total Count 15 20 35
Expected Count 15.0 20.0 35.0
% within Histopatologi 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 17.764 1 .000
b
Continuity Correction 14.861 1 .000
Likelihood Ratio 19.666 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
17.257 1 .000
Association
b
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Menopause
52.250 5.167 528.342
(Ya / Tidak)
For cohort Histopatologi =
5.271 2.128 13.054
Ganas
For cohort Histopatologi =
.101 .015 .665
Jinak
N of Valid Cases 35
Ca_125 * Histopatologi
Crosstab
Histopatologi
Ganas Jinak Total
Ca_125 Positif Count 13 2 15
Expected Count 6.4 8.6 15.0
% within Histopatologi 86.7% 10.0% 42.9%
Negatif Count 2 18 20
Expected Count 8.6 11.4 20.0
% within Histopatologi 13.3% 90.0% 57.1%
Total Count 15 20 35
Expected Count 15.0 20.0 35.0
% within Histopatologi 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 20.572 1 .000
b
Continuity Correction 17.561 1 .000
Likelihood Ratio 23.020 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
19.984 1 .000
Association
b c
McNemar Test 1.000
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.43.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Binomial distribution used.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ca_125
58.500 7.266 470.964
(Positif / Negatif)
For cohort Histopatologi =
8.667 2.293 32.759
Positif
For cohort Histopatologi =
.148 .040 .543
Negatif
N of Valid Cases 35
USG * Histopatologi
Crosstab
Histopatologi
Ganas Jinak Total
USG Positif Count 12 6 18
Expected Count 7.7 10.3 18.0
% within Histopatologi 80.0% 30.0% 51.4%
Negatif Count 3 14 17
Expected Count 7.3 9.7 17.0
% within Histopatologi 20.0% 70.0% 48.6%
Total Count 15 20 35
Expected Count 15.0 20.0 35.0
% within Histopatologi 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.578 1 .003
b
Continuity Correction 6.694 1 .010
Likelihood Ratio 9.045 1 .003
Fisher's Exact Test .006 .004
Linear-by-Linear
8.333 1 .004
Association
b c
McNemar Test .508
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.29.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Binomial distribution used.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for USG
9.333 1.911 45.583
(Positif/Negatif)
For cohort Histopatologi =
3.778 1.286 11.098
Positif
For cohort Histopatologi =
.405 .203 .806
Negatif
N of Valid Cases 35
Modifikasi Indeks Risiko Keganasan * Histopatologi
Crosstab
Histologi
Ganas Jinak Total
Modifikasi Ganas Count 14 1 15
RMI
% of Total 40.0% 2.9% 42.9%
Jinak Count 1 19 20
% of Total 2.9% 54.3% 57.1%
Total Count 15 20 35
% of Total 42.9% 57.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 27.310 1 .000
b
Continuity Correction 23.822 1 .000
Likelihood Ratio 32.515 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
26.529 1 .000
Association
b c
McNemar Test 1.000
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.43.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Binomial distribution used.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kat_periksa
266.000 15.287 4628.455
(Ganas / Jinak)
For cohort Histologi =
18.667 2.750 126.705
Ganas
For cohort Histologi = Jinak .070 .011 .467
N of Valid Cases 35
ROC Curve