Hidden Snow
Hidden Snow
Arisa mengetuk ngetuk jam tangan merahnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 7
malam. Tapi si penjahat blacky ini dengan santai nya tertidur pulas. Bahkan sensei nya
menyerah dan memilih melanjutkan bimbingan keesokan harinya.
Sebenarnya Arisa ingin menjitak kepala Serfin, tapi berhubung wajah pria itu terlihat
lelap sekali, Arisa tidak tega membangunkannya. Seharusnya sih dia bisa tega
meninggalkan Serfin sendirian di kelas, tapi dia tidak juga beranjak dari kursi nya.
Perlahan mengamati pemuda itu. Alisnya sedikit tebal, menambah kengerian pada
matanya. Tampan? Hm ya, sejujurnya iya. Tapi mengingat aib nya, Arisa cuma mangut-
mangut saja.
Mengingat perbuatan kejam Serfin, akhirnya mengembalikan akal sehat Arisa dalam
sekejap. Lebih baik dia pulang dan makan malam bersama papa nya. Biarkan saja laki-
laki ini terbangun dalam keadaan bingung. Kalau perlu Arisa mengunci pintu kelas ini
dari luar saja biar Serfin tidak pulang sekalian ke rumahnya.
Baru saja berdiri dari tempat duduknya, tangan kekar ini mencengram erat tangan
Arisa. Sontak gadis itu nyaris menjerit ketakutan. Seperti melihat mayat hidup tiba-tiba
hidup kembali.
Arisa mengamati rambut Serfin, tidak ada tanda-tanda dia sudah sadar. Mengigau kah?
Arisa melepaskan genggaman Serfin dengan halus. Kemudian beranjak pergi sambil
membongkar isi tas merahnya, mencari handphone tentunya.
Mata Serfin perlahan terbuka. Menatap lurus kedepan dengan tatapan sayu.
Jalan
Penyakit narsis Arisa memang sudah tidak bisa di sembuhkan lagi. Demam kepercayaan
dirinya sudah memasuki level mematikan. Ya itu terserah dirinya. Toh belum ada
larangan untuk berselfie ria begini kan?
Yuichi : "Kalau kau terus begitu, kau bisa mati tetabrak mobil"
Arisa memasang earphone ke telinganya. Full lagu galau mengingat cinta nya kandas
hanya karena dia perempuan. Hah, payahnya. Tapi tidak apalah, lelaki di dunia ini masih
banyak yang baik. Contohnya Ikuto Sakuragi.
Yuichi : "Semuanya"
Pria itu melanjutkan perjalanan nya. Arisa hanya bingung dengan perubahan aneh
orang orang disekitarnya. Apa karena mau pergantian musim? Ya sudahlah, lebih baik
Arisa juga meneruskan perjalanan pulang. Perutnya sudah meronta minta makanan.
Arisa tidak menyadari, bahwa itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Yuichi.
Kediaman Ichinomiya
Arisa : "Ah sedang rindu mama ya. Lagi lagi meliat album pernikahan"
Arisa ikut duduk di samping ayah nya yang membuka album penuh kenangan.
Arisa mengamati foto ibu nya yang cantik dengan warna mata aquamarine yang sangat
indah. Tidak seperti matanya, karena mengcopy warna mata ayahnya. Kemudian
pandangan Arisa tertuju dengan anak laki-laki berambut perak yang berada di samping
ibunya yang menggendong bayi perempuan.
Arisa : "Papa, bayi ini kan aku sendiri, lalu bocah perak ini siapa?"
Arisa : "Yamashita????!"
Papa : "Sudah saatnya papa jujur kepadamu, bahwa mama meninggal karena kecelakaan besar
di rumah itu"
Papa : "Mama mu adalah kepala dekorasi acara terkenal, keluarga Yamashita mempercayakan
mama mu untuk mendekorasi acara perkumpulan keluarga. Semua anggota keluarga
Yamashita berkumpul disana, tiba-tiba saja kebakaran hebat terjadi. Mama
terperangkap di dalamnya. Sebuah kecelakaan yang disengaja oleh oknum lain. Tapi
kejadian ini tidak diperiksa lanjut oleh kepolisian.
Arisa : "Apakah sebenarnya penjahat itu hanya ingin membunuh keluarga Yamashita?"
Papa : "Papa pikir begitu, karena semua anggota Yamashita sudah tewas terbunuh semua
waktu itu"
Papa : "Papa pikir tidak ada yang lolos berdasarkan data kepolisian. Dan Arisa, mama adalah
orang yang membenci balas dendam. Setelah mendengar semua ini, jangan
menyalahkan siapapun. Mama dan papa tidak menyukai itu. Hidup lah dengan bahagia
tanpa membenci orang lain. Selamat malam"
Ayahnya mengecup jidat Arisa dengan penuh kasih sayang. Meninggalkan anak semata
wayangnya yang terdiam sendiri di ruang tamu. Pipi nya seperti tertampar oleh
perkataan ayahnya. Ah, membenci seseorang itu memang tidak ada gunanya. Bahkan
dia sudah merencanakan pembalasan dendam untuk si brengsek Serfin.
Seharusnya dia mendengarkan nasehat ayah dan ibu nya. Ia menyeka air matanya,
tanda menyesali perbuatannya. Dia tidak akan berurusan dengan Serfin jika mengikuti
perintah sang ibu. Ok, dia harus memulainya lagi. Menjadi anak yang berbakti kepada
orang tua.
Festival Sekolah
Arisa : "Masa sih? Kata papa, aku cantik kalau pake warna merah dari atas kaki sampai ujung
rambut"
Sanaka : "Baju maid tidak ada senorak ini ya ampun. Hah, terserah mu saja. Ngomong2 mau ikut
ke lantai 2 tidak? Katanya kelas 2-1 bikin rumah hantu gitu"
Arisa : "Gak! Aku gak suka yang horror2, hidup ku sudah dipenuhi dengan penampakan"
Sanaka : "Kalau begitu aku kesana, membayangkan bisa berpelukan dengan Serfin senpai.
Kyaaaa"
Arisa memasang wajah datar melihat teman sekelasnya pergi. Manusia seperti itu tidak
baik dipeluk-peluk. Membahayakan kesehatan kulit.
Siswi : "Senpai pindahan itu padahal ganteng sih, tapi menakutkan sekali. Bahkan aku belum
memberikan apa-apa, dia sudah memasang tampang dingin begitu"
Siswi : "Padahal yang lain sedang bersenang-senang, tapi dia sendirian saja di tangga belakang.
Aku kan jadi takut"
Arisa melangkahkan kaki nya pelan, mengintip perlahan-lahan ke arah tangga menuju
atap. Dia melihat sosok yang sudah ditebaknya beberapa menit yang lalu. Sosok itu
sedang tertidur dengan posisi duduk. Jangan ditanya lagi bagaimana ekspresinya. Arisa
menyukai tipe cowok misterius, jadi bagi orang lain itu menakutkan namun baginya itu
suatu keindahan.
Arisa tersenyum kecil melihat gambar di baju kaos putih Aeki, sekarang gambar Mickey
Mouse. Untung ganteng, jadi tidak masalah dengan pakaian lucu nya.
Arisa memberanikan diri untuk mendekat. Ia pelan-pelan duduk di samping Aeki. Ia juga
berhati-hati mengambil sesuatu di dalam tas nya.
Arisa tidak terkejut dengan suara parau Aeki. Ia malah cemberut karena belum
memamerkan sesuatu yang ia bawakan untuk pria di samping nya.
Arisa : "Taraaa, aku baru saja beli es krim harga promo, beli 2 dapat 1. Aeki senpai yang bonus
nya saja yaaa"
Karena sudah tau akan ditolak, Arisa menarik paksa tangan Aeki untuk mengambil es
krim pemberiannya. Pria yang baru setengah sadar dari mimpinya mau tidak mau
menerima saja es krim itu.
Arisa : "Senpai kenapa tiduran disini? Susah payah ku cariin loh. Syukurlah es krim nya tidak
mencair"
Arisa : "Sudah dari pagi aku bergabung dengan mereka, senpai sendiri yang belum"
Aeki : "Oh"
Arisa menghela nafas panjang. Dia sedang berbicara dengan Aeki dengan mode ice.
Arisa terdiam. Sontak teringat cerita ayahnya semalam. Wajar saja Aeki benci
keramaian, musik dan kesenangan. Karena hari itu juga ia melihat hal yang mengerikan.
Arisa : "Bagaimana kalau ke rumah hantu kelas 2-1, disana tidak ramai kok, tidak ada
kemeriahan juga. Tidak boleeeeh menolaaaak"
Arisa bersikukuh memaksa Aeki untuk ikut dengannya meskipun dalam mode cuek.
Tidak apalah, dia sudah biasa berhadapan dengan orang-orang menyebalkan.
Menghadapi Serfin saja dia bisa sabar, masa dengan Aeki saja sudah menyerah.
Ditarik begitu, mau tidak mau Aeki berdiri dan menurut saja. Lagipula tujuan nya ke
kelas 2-1, sekalian bertemu dengan Serfin. Siapa tau dia dapat informasi terbaru.
Pemuda itu hanya menatap gadis di depannya. Menariknya keluar dari kesunyian.
Arisa baru tersadar dari sifat sok pahlawannya barusan. Berniat menyelamatkan Aeki
dari kesendirian, tapi lupa kalau dia paling benci ini. Ia tau bahwa di dalamnya adalah
murid2 dari kelas 2-1, tapi tetap saja menyeramkan.
Arisa : "E..eto..."
Arisa berdiri dibalik punggung Aeki. Sumpah demi apapun dia tidak siap mental
memasuki tempat penuh dusta mengerikan ini. Ditambah mereka sangat niat sekali
membuatnya. Baru saja di pintu masuk sudah jelas menakutkan.
Dilain tempat, Serfin sibuk menghubungi ponsel Yuichi yang tidak aktif dari kemaren.
Perasaan dia tidak punya salah sama sekali. Apa gara-gara bimbingan belajar bersama
Arisa? Ah, dia tidak semudah itu cemburu dengan perempuan. Apalagi yang modelnya
seperti gadis cerewet super cebol tidak ada malunya sama sekali.
Serfin : "Hm?"
Ia memicingkan matanya, melihat sesuatu yang bersinar. Firasatnya sedari tidak enak,
ternyata benar-benar melihat penampakan hantu permen kapas. Bersama siapa dia? Si
brengsek itu?
Kali ini sudah masuk mode ramah, Arisa bersumpah lebih memilih Aeki dalam mode
hening. Jantung bisa terkontrol dengan baik. Namun karena senyuman itu, membuat
Arisa kembali bersemangat untuk masuk ke dalam rumah hantu bersama Aeki.
Aeki melirik ke arah lain. Memandang pemuda Hayashi yang sudah tidak jelas
ekspresinya. Aeki tersenyum sinis. "Boleh juga"
Arisa duduk bersimpuh ketakutan. Ia mengambil botol minuman yang ditawarkan oleh
Aeki.
Tanya nya dengan wajah khawatir. Tidak perlu melakukan apa-apa, melihat ekspresi di
wajah tampan itu sudah cukup membuat Arisa tenang seketika.
Tiba-tiba Serfin merusak suasana romantis Arisa dan Aeki. Membuat gadis itu ingin
memaki pria yang suka seenaknya ini. Apalagi yang direncanakannya? Padahal dia
sudah tidak mengganggu Yuichi lagi.
Serfin menatap tajam ke arah Aeki, kemudian menarik paksa Arisa untuk ikut
dengannya. Arisa menatap mereka bergantian dengan ekspresi bingung. Seperti jadi
bahan taruhan, namun Arisa tidak memiliki kepercayaan diri direbutkan oleh 2 orang
aneh ini.
Aeki diam saja melihat Serfin dan Arisa. Kemudian dia berbalik pergi tanpa ekspresi.
Serfin : "Ku pikir juga akan mengejar sampai sini. Maaf ya kalau patah hati"
Arisa : "APA YANG KAU LAKUKAN HAAAAH???! JAHAT JAHAT JAHAT!!! SIAPA LAGI COWOK
GANTENG YANG MAU DEKAT DENGANKU SELAIN DIAAAA!!!"
Serfin : "Aku"
Arisa : "Tidak! Sudah lama aku tidak kesana. Kenapa? Mencurigaiku? Tenang saja, aku sudah
tidak tertarik dan tidak mau terlibat dengan urusan kalian"
Kediaman Hayashi
Serfin meletakkan sepatunya dengan pelan. Melewati kakak nya yang sedang membaca
novel di ruang tengah. Semenjak pembunuhan ibu nya sendiri, ia tidak begitu dekat lagi
dengan kakaknya. Karena dia dihantui dengan rasa takut.
Serfin menghentikan langkahnya, ia menahan nafas mendengar suara dingin dari Keifin.
Apa lagi ini yang harus dia lakukan?
Serfin : "Apa?"
Taman
Wajah Arisa tidak ada tanda-tanda kebohongan sama sekali. Membuat Serfin berpikir
lebih keras lagi.
Arisa : "Muka aneh? Maksud mu itu kau? Kita kan tidak ada hubungan apa-apa?"
Arisa : "Ohhh, hm, kenapa senpai bertanya begitu? Aku dan dia... Terlalu gantung. Tidak ada
kejelasan. Kok dia gak nembak-nembak ya? Kayaknya sih suka sama aku"
Serfin : "Jawab saja dengan singkat, aku tidak mau mendengarkan curhatmu itu"
Arisa : "Trus kau menyuruhku kesini gara-gara bertanya seperti itu saja? Apalagi akal licik mu
itu eh? Ku pikir jauh jauh kesini mau meminjam buku pelajaran"
Serfin : "Malam ini aku menembak mu, sekarang jadi pacarku saja"
Serfin : "Berpura saja juga tidak apa-apa, ini demi nyawa 1 orang"
Arisa : "Hah?! Apa hubungannya dengan ku? Tunggu, tunggu, sebenarnya ada apa
denganmu?"
Arisa mencium bau bau mencurigakan. Sifat angkuh Serfin tiba-tiba berubah sedikit
memohon kepadanya. Ini tandanya ada sesuatu yang tidak beres. Lalu kenapa harus dia
terlibat jika memang itu masalah Serfin?
Kebingungan Arisa makin menjadi-jadi. Senpai sedang kerasukan setan apa hingga
memohon seperti ini.
Arisa melongo. Ini sih sudah sangat mencurigakan. Apa yang diinginkan Serfin darinya?
Kalau ini bukan tentang Yuichi, lalu apa?
Karena sudah semakin aneh, Arisa memutuskan untuk pergi saja. Sepertinya Serfin
mabuk sehingga bicaranya mulai tidak karuan.
Serfin : "Ku mohon, kali ini saja. Aku juga akan berjanji untuk menjamin keselamatanmu"
Arisa : "...."
Ruang osis
Ikuto : "Menembakmu?"
Arisa : "Senpai kan teman dekatnya, kenapa otaknya bisa rusak begitu?"
Ikuto : "Mari kita simpulkan bersama-sama, dia tidak mungkin menyukaimu dengan begitu
cepat"
Ikuto : "Dia juga bukan tipe orang yang suka mendramakan kisah cinta nya dengan membuat
kekasihnya cemburu"
Arisa : "Benar, kalau pun ingin membuat Yuichi cemburu, harusnya mencari target lain"
Ikuto : "Ku dengar dia sangat takut dengan kakak kandung nya itu. Kemungkinan besar dia
diancam untuk berpacaran dengan perempuan"
Ikuto : "Karena memang tidak ada pilihan lain. Perempuan yang tau aib nya hanya kau saja"
Arisa : "Apa Ikuto Senpai tau bagaimana kakak dari Serfin senpai?"
Ikuto : "Tidak, bahkan melihatnya saja belum pernah. Ku pikir Serfin tidak menyukai orang lain
tau tentang keluarganya"
Arisa tidak berkata apa-apa lagi. Sejujurnya dia tidak begitu bodoh. Dia merasa ada
sesuatu diantara Serfin dan Aeki. Karena saat kemunculan Aeki, sifat Serfin berubah
total. Lalu kakak nya Serfin yang masih menjadi misteri.
Flashback
Serfin : "Ada apa dengan tubuh mu? Kau habis dipukuli? Siapa yang melakukannya?"
Serfin : "Si brengsek itu yang melakukannya??!! Sialan!!! Beritau aku siapa namanya!"
Natsumi : "Aku terkunci disebuah ruangan dengan beberapa orang laki-laki dan dia hanya pergi
begitu saja tanpa mengatakan apa-apa"
Natsumi : "SERFIIIIIN NII PERGI SEKARANG!!! AKU TIDAK MAU BERTEMU SIAPA PUN!!!!"
Natsumi mendorong keras kakak sepupu nya keluar dari kamarnya. Serfin yang marah
mencoba mendorong keras pintu kamar adik kesayangannya. Namun gadis itu tidak
mempedulikannya.
Natsumi : "Masa depan ku sudah hancur, tidak ada yang ingin ku lakukan lagi di dunia"
Natsumi : "Serfin nii, pergilah. Pergilah dari Keifin nii, karena yang dia incar sebenarnya adalah
kau. Bibi meninggal juga karena pria itu"
Serfin : "Natsumiii, jangan pergi. Kau tau kan aku tidak memiliki teman lagi!!!"
Api itu....
Aku kacau....
Arisa : "Woy, senpai. Keringatmu banyak sekali"
Arisa : "Kau niat bimbingan belajar atau tidak? Hm.. apa kau sakit?"
Arisa meraba kening Serfin. Tidak panas kok, artinya senpai nya ini baik-baik saja. Arisa
sedikit melunak karena merasa kasian dengan Serfin. Setidaknya jika dia tidak bisa
membantu masalah Serfin, maka jangan menambah masalahnya.
Arisa : "Sepertinya belum siap bimbingan ya, aku akan melapor kepada sensei dan
mengundurnya besok saja. Senpai boleh pulang dan beristirahat"
Arisa berdiri dari kursinya, berniat pulang ke rumah. Baiklah, sejujurnya selain khawatir
dengan kondisi Serfin, dia juga ada rencana berkencan dengan Aeki. Walaupun dia
belum merencanakan nya, namun biasanya tanpa rencana jauh lebih lancar. Hohoho.
Sebelum melangkahkan kaki nya, tiba-tiba pria itu berdiri memeluknya. Sontak Arisa
kaget setengah mati dengan tindakan mendadak Serfin. Apalagi yang merusak kinerja
otak kakak kelas nya ini.
Karena perbedaan berat badan yang tidak seimbang, Arisa jatuh terduduk di dalam
rengkuhan pria bermata kelam itu. Bahu bidang itu bergetar hebat membuat Arisa
membatalkan jurus silat mematikannya. Kepala Serfin tenggelam di leher Arisa. Arisa
merasakan sesuatu yang basah mengalir di pundaknya. Apa pria ini menangis?
Arisa : "Senpai?"
Arisa memanggilnya pelan, namun tidak ada jawaban dari Serfin. Hanya rengkuhannya
saja semakin erat. Arisa menatap helaian rambut gelap itu dengan pandangan nanar.
Firasatnya benar. Ada sesuatu yang buruk terjadi kepada pria ini. Meskipun sangat
penasaran, namun Arisa tidak mengeluarkan pertanyaan apapun. Dia hanya berharap
pria angkuh ini yang akan bercerita.
Arisa : "Kalau senpai adalah orang yang paling penakut di dunia, lalu aku harus berlindung
dengan siapa?"
Keesokan pagi
Ruang Osis
Ikuto : "Sebenarnya ada ,tapi seminggu ini rusak dan belum diganti. Kenapa? Ada apa
sebenarnya?"
Serfin : "Apa yang ku lakukan kemarin sore. Aku tidak ingat apa-apa setelah itu?"
Serfin : "Aku tidak ingat apa-apa. Padahal aku tidak mabuk! Tapi firasatku sangat buruk. Ikuto,
kau tau aku kenapa?"
Ikuto : "Apa kau dipukul dibagian kepala? Ku rasa otak mu sedang bermasalah sekarang"
Serfin : "Sepertinya aku melakukan kesalahan yang berbahaya. Tapi aku tidak tau itu, itu
gerakan refleks. Aaaargh"
Ikuto bergerak pelan mendekati meja kerja nya. Tangannya perlahan mendekati
telepon, berniat menghubungi rumah sakit jiwa terdekat. Dia merasa temannya sudah
memasuki ciri-ciri sakit jiwa.
Ikuto memasang gaya pertahanan diri. Mengingat kembali memori lama tentang Yuichi
dan Serfin, tidak mungkin kan Serfin beralih kepadanya. Demi apapun Ikuto sudah tidak
peduli jika Serfin mati ditangannya hari ini jika berani menyentuh nya sedikit saja.
Lapangan
Arisa : "Si brengsek itu menyusah kan ku saja. Aku tidak akan mengasihani mu lagi, blacky
sialaaaaan. Aaargh!!!"
Arisa memukul bola volly dengan kekuatan super. Sebenarnya dia tidak pandai dengan
olahraga tersebut, namun kekuatan kebencianlah yang membuatnya berhasil mencetak
nilai tertinggi hari ini.
Dia juga berulang kali menyalahkan diri nya sendiri. Bagaimana tidak dia tidak merasa
khawatir sama sekali dengan alasan laki-laki itu tidak normal. Dia tidak berpikir bahwa
wujudnya tidak berpengaruh sama sekali dimata pria sialan itu. Syukurlah latihan karate
nya tidak sia-sia, akhirnya bisa di praktekkan kemarin sore guna menyelamatkan diri.
Arisa terduduk pasrah. Ingin rasanya mengeluarkan jurus kedua untuk menghajar laki-
laki itu. Namun ia enggan untuk melihat nya hari ini. Mood nya benar-benar hancur.
Jantung Arisa berdegup kencang. Kenapa harus bertemu dengan Aeki dengan kondisi
seperti ini. Entahlah, dia seperti berkhianat padahal dia tau tidak memiliki hubungan
apa-apa dengan Aeki.
Arisa hanya diam tidak merespon Aeki. Ia memandang ke arah lain dengan ribuan
umpatan dan makian yang entah untuk siapa.
Maaf, senpai. Mood Arisa sedang bermasalah hari ini. Ini disebabkan ia terlalu
memikirkan kalian berdua sehingga tidak ada waktu memikirkan diri sendiri. Apakah ia
mulai mengabaikan semuanya. Ya, sepertinya ia harus kembali ke awal lagi, dimana
kehidupannya tidak terkontaminasi dengan 2 pria aneh ini.
Arisa berdiri dan berniat meninggalkan Aeki. Karena merasa diabaikan, pria itu
menahan pergerakan Arisa dengan tangan kekarnya.
Arisa : "PERGI SENPAI!! KALAU KAU TIDAK PERGI, AKU AKAN MARAH!!"
Mata Aeki terbuka lebar mendengar teriakan Arisa. Pria itu melonggarkan
genggamannya dan membiarkan Arisa pergi menjauh. Helaian rambut panjang itu
menyentuh telapak tangannya. Ingatannya kembali ke masa itu lagi.
UKS
Serfin memijat kepala nya pelan. Seketika pikirannya tentang kakaknya teralihkan
karena perempuan permen kapas itu. Apa yang akan dia katakan jika bertemu dengan
Arisa? Minta maaf kah? Lalu bagaimana mengatakan ini dengan Yuichi? Aah
membuatnya gila saja.
Perempua : "Hayashi san, jangan lupa minum obat yang ini ya. Silahkan beristirahat dengan tenang.
n
Serfin : "Hm"
Serfin mengamati lekuk tubuh petugas UKS yang terkenal dengan body idaman seluruh
laki-laki di sekolah Yamada. Ia menajamkan pandangannya dan mengamati titik-titik
berbahaya. Namun tidak ada reaksi alamiah dari tubuhnya. Itu tandanya dia tidak
memiliki hasrat bahkan nafsu apapun dengan perempuan.
Jika karena sekedar nafsu alami laki-laki, mengapa tubuh sexy Minami Sensei tidak
mempengaruhi nya sama sekali. Bau farfum yang kuat dari sensei nya yang terkenal bisa
tercium dari jarak 3 meter pun tidak bisa meracuni indera penciumannya. Gaya bicara
yang mendesah itu pun juga tidak membuatnya menggila seperti kemarin.
Seperti kemarin???
Serfin memegang mulutnya yang masih perih. Bogem mentah dari Arisa tidak main-
main, namun ia bersyukur tidak sampai pendarahan otak akibat terkena jurus
mematikan itu.
Minami : "Ahh Kirisa chan, kau bisa mengambil obat nya di lemari ke dua"
Perempuan lagi. Kali ini Serfin memastikan bahwa dia benar-benar bisa terpengaruh
dengan perempuan lain. Ah kali ini tidak semontok senseinya. Serfin kembali
memasang jurus mata mematikan.
Sepertinya 5 cm lebih tinggi dari Arisa, warna kulitnya sedikit lebih pucat tidak seperti
Arisa. Matanya berbeda dari Arisa. Hanya warna rambutnya mirip dengan Arisa. Ah,
tidak menarik sama sekali, tidak seperti Arisa.
Minami : "Dia siswa yang masuk kelas bimbingan, ku pikir dia sedang depresi berat"
Sialan, padahal baru saja melihat body sexy sensei tapi tidak mempengaruhinya.
Namun hanya mendengar suara mengerikan gadis itu membuat nya senam jantung.
Organ tubuhnya rusak, semua rusak!
Arisa : "Lagi-lagi terjatuh lagi saat berlari, ku rasa Minami sensei benar bahwa aku harus sedia
plaster luka ketika olahraga"
Arisa dan Serfin menahan napas bersamaan. Ya, karena hanya mereka berdua yang tau
sesuatu di balik plaster luka itu.
Arisa : "Ah, i..iya, aku lupa menggaruknya dengan kuku yang lupa dipotong ahaha"
Minami sensei tersenyum penuh arti. Gadis berpengalaman sepertinya tidak bisa
dibohongi dengan alasan seperti itu.
Minami : "Lain kali mintalah sedikit ke bawah, jadi kau tidak perlu repot-repot menutupinya"
Arisa : "Aku tidak melakukan apa-apa. Sensei jangan berpikir kotor dulu"
Minami : "Ya ya, aku tidak akan membahasnya. Sini ku liat luka mu"
Arisa berjalan menuju tempat tidur Serfin. Laki-laki itu mengutuk sensei nya yang
menyuruh Arisa mengambil obat di dekat tempat tidurnya. Harusnya sensei sendiri
yang mengambilnya, kau kan petugas kesehatan disini.
Serfin memejamkan matanya kuat merasakan Arisa semakin dekat dengannya.
Meskipun langkah Arisa sangat pelan karena takut membangunkannya. Ini pertama kali
nya warna wajah Serfin berubah merah. Jantung nya tidak mengikuti kemauannya
untuk tetap berdetak normal, pikiran kotor nya mulai menghantui isi kepalanya.
Serfin bernapas lega mendengar suara Arisa sudah menjauh darinya. Apa sekarang dia
akan jadi seperti ini? Seperti... Kecanduan permen kapas.
Minami : "Yoo Hayashi, sini kita obati dulu luka di bibirmu itu"
Minami : "Hm, lain kali lakukanlah dengan perasaan cinta, kalau sudah begini kan tampan mu jadi
berkurang"
Minami : "Hah, dasar anak muda zaman sekarang. Terlalu payah dalam urusan cinta. Lalu, sudah
sampai mana sebelum tragedi pukulan maut ini?"
Serfin : "Sensei tidak perlu tau! Lagipula aku tidak sampai sejauh yang sensei pikirkan, maka
dari itu aku sedikit kecewa"
Minami : "Baiklah baiklah, selamat tidur. Semoga pikiranmu kembali jernih lagi"
Minami Sensei meninggalkan tempat tidur Serfin dengan senyum kepuasan. Tidak
menyangka murid yang irit bicara itu mengeluarkan kata-kata terpanjangnya dengan
ekspresi memalukan. Seperti nya ia ingin memberi penghargaan kepada gadis yang
sukses merusak imej Serfin.
Perpustakaan
Seharian ini Aeki merasa diabaikan oleh gadis permen kapas itu. Tidak biasanya Arisa
cuek bebek ketika melihatnya bahkan seolah-olah sengaja menghindar dari
pandangannya. Di beri senyum mematikan saja sudah tidak mempan. Akhirnya Aeki
mengamatinya diam-diam di kejauhan.
Penampakan Serfin juga tidak keliatan. Semua berubah mendadak hari ini membuat
Aeki tidak bisa menebak apa yang terjadi.
Aeki memainkan pulpen di tangan kirinya. Arisa hanya senjata utama untuk
menghancurkan Serfin, namun kenapa malah dia yang merasa senjata itu harus dia
lindungi?
Aeki seyakin-yakin nya bahwa Arisa bisa membuat Serfin jatuh cinta sungguhan. Karena
dari awal ia sudah membaca rencana licik Serfin yang ingin menjadikan Arisa tameng
perang nya. Sekarang Aeki kembali berpikir keras bagaimana caranya menghancurkan
Serfin lagi dengan menggunakan gadis itu.
Sanaka : "Bohong, Arisa murung seharian ini. Sebenarnya apa yang terjadi"
Arisa : "Itu wajar kan, memang tidak boleh aku murung untuk 1 hari saja"
Sahabatnya ini memang cepat menebak kondisi tubuhnya. Gara-gara insiden kemaren
membuatnya tidak nafsu makan sampai sekarang. Arisa tidak habis pikir bahwa Serfin
tidak main-main dengan ancamannya yang dulu. Padahal Arisa sudah tidak berurusan
dengan Yuichi.
Apa harus pindah sekolah saja ya? Satu-satunya perlindungan diri adalah menggunakan
jurus karate yang ia miliki.
Ah, Arisa benci ini. Air liurnya mulai pahit, air yang mengalir ke hidungnya berasa
dingin, kepalanya seperti kosong dan pandangannya mulai berubah kuning... Kuning...
Orange..... Gelap.
Sanaka : "ARISA!!!"
UKS
Baru saja mengambil posisi duduk, pintu UKS terbuka lebar dengan teriakan melengking
memanggil Minami Sensei. Serfin tidak menyangka bahwa UKS sekolahnya ini sangat
berperan penting. Ternyata banyak juga siswa-siswa yang bertumbangan.
Serfin : "Eh?"
Mata Serfin terbuka lebar melihat sosok sok keren, paling dia benci sejagat raya,
memasuki ruangan dengan menggendong Arisa yang tidak sadarkan diri. Apa maksud si
hantu datar ini bergaya seperti pangeran di depan matanya. Dan satu lagi yang
membuat Serfin nyaris merontokkan giginya sendiri, kenapa harus Arisa berada di
dekapan pria brengsek itu.
Disisi lain, Serfin juga dihujani pertanyaan, ada apa dengan gadis itu? Padahal baru
beberapa jam lalu ia sanggup berteriak-teriak di dalam ruangan ini.
Minami : "Woo Yamashita, bagaimana bisa kau mengerti menggunakan alat medis"
Serfin mendengus sebal, selain sok ganteng, rivalnya ini juga sok pintar. Mau terlihat
keren di depan Arisa? Haha sayang sekali gadis itu sedang tidak sadarkan diri.
Minami : "Tidak perlu khawatir, Arisa chan akan sadar. Ku rasa dia tidak makan seharian ini.
Sensei akan membawakan bubur penambah darah. Sensei percayakan Yamashita untuk
menunggu nya ya"
Ingin rasanya Serfin memaki sensei UKS ini. Bagaimana bisa ia mempercayakan
kesehatan muridnya dengan si hantu ghaib ini? Bagaimana jika laki-laki itu pelan-pelan
membunuhnya? Menyuntikkan cairan sianida? Atau menciumnya?
Baru saja memaki orang di depannya dalam hati, si korban keganasan kata-kata itu
melirik Serfin dengan santai kemudian kembali fokus menatap Arisa. Keberadaan Serfin
tidak dianggap sama sekali. Bahkan senyum licik itu pun tidak ia berikan kepadanya.
Aeki : "Arisa?"
Aeki mengerutkan keningnya melihat plaster luka menempel tidak wajar di leher gadis
itu. Pelan-pelan ia membukanya karena tidak yakin itu adalah luka. Amethyst nya
terbuka lebar melihat kenyataan di depannya. Entah mengapa hatinya merasakan sakit
yang amat dalam. Seketika itu ia melemparkan tatapan dingin ke arah Serfin.
Serfin hanya membalas tatapan itu dengan berani. Meskipun tidak tau apa yang sedang
terjadi di tempat tidur seberang sana.
Aeki mengeluarkan suara pelan namun tertahan sehingga Serfin tidak mendengarnya
sama sekali.
Arisa : "Senpai"
Aeki : "Arisa?"
Wajah mode dingin Aeki berubah menjadi mode hangat dalam durasi 1 detik. Menatap
ramah kepada gadis yang terbaring tak berdaya.
Aeki : "Tidak boleh menolak! Kau harus makan dan isi tenagamu. Jangan membuatku pa.."
Gadis itu segera memeluk Aeki dengan erat, membuat 2 pria itu membuka matanya
kaget. Aeki merasakan tubuh gadis itu bergetar hebat memeluknya. Ia mengelus pelan
kepala Arisa untuk menenangkannya.
Sedangkan Serfin mengepalkan tangannya erat. Gadis itu memeluk erat laki-laki yang ia
benci. Kemarin aku seperti itu padamu dan kau melakukan hal yang sama dengan laki-
laki lain. Dimana akal sehatmu, Arisa Ichinomiya??
Dheg! Serfin merasa tertampar mendengar tangisan Arisa. Sudah dipastikan gadis itu
takut kepadanya. Arisa membutuhkan pelindung yang salah. Jangan meminta kepada
Aeki, dia bukan laki-laki yang bisa melindungi mu. Lihatlah yang benar Arisa, kau berada
bersama 2 pria yang sedang memanfaatkan mu.
Bersambung