Anda di halaman 1dari 13

KEGIATAN I

PENGAMATAN STRUKTUR BUNGA

Tujuan : 1) Mengamati struktur morfologi bunga


2) Mengaitkan antara struktur bunga dengan fungsinya sebagai alat reproduksi
seksual
3) Mengamati bagian bunga yang berkembang menjadi buah

Dasar Teori:
Pada tumbuhan Angiospermae bunga merupakan bagian yang sangat penting karena
tahapan penting reproduksi seksual (meiosis dan fertilisasi) terjadi di dalamnya. Bunga
merupakan pucuk (shoot) yang sangat termodifikasi. Batang pada pucuk termodifikasi menjadi
tangkai bunga (pedicel) dan dasar bunga. Dasar bunga (receptaculum) merupakan bagian
ujung tangkai bunga yang umumnya melebar dan menjadi tempat tumbuhnya bagian-bagian
bunga yang termodifikasi dari daun pada pucuk. Modifikasi daun tersebut tersusun atas
bagian steril (perhiasan bunga) yaitu kelopak (calyx) dan mahkota (corolla), serta bagian fertil
yaitu putik (pistilum) dan benang sari (stamen).
Berdasarkan keberadaan bagian-bagian bunga selain tangkai dan dasar bunga,
bunga dibedakan menjadi:
1. bunga lengkap (complete flower, flos completus) jika memiliki semua bagian
(kelopak, mahkota, benang sari dan putik)
2. bunga tidak lengkap (incomplete flower), jika keberadaan bagian-bagian bunga
tidak lengkap.

Berdasarkan kelengkapan alat reproduksi, bunga dibedakan menjadi:


1. bunga sempurna (perfect flower), jika memiliki benang sari dan putik. Meskipun
bunga tidak memiliki salah satu atau kedua perhiasan bunga, bisa disebut bunga
sempurna asal mempunyai benang sari dan putik. Jadi bunga sempurna bisa saja
tidak lengkap, sebaliknya bunga lengkap pasti merupakan bunga sempurna.
Bunga sempurna disebut juga bunga banci atau hermaphrodit.
2. Bunga tidak sempurna (imperfect flower), jika hanya memiliki salah satu alat
kelamin. Bunga yang memiliki alat kelamin jantan (benang sari) saja disebut bunga
jantan (staminate flower); sedangkan bunga yang memiliki alat kelamin betina
(putik) saja disebut bunga betina (pistilate flower).

Bagian bunga paling luar adalah kelopak bunga yang tersusun atas daun-daun
kelopak (sepala). Di sebelah dalam kelopak adalah tajuk bunga atau mahkota yang
tersusun atas daun-daun mahkota (petala). Kadang-kadang kelopak dan mahkota tersusun
atas daun-daun perhiasan yang tidak bisa dibedakan satu sama lain dan disebut daun
tenda bunga (tepala). Di sebelah dalam perhiasan bunga terdapat alat-alat kelamin jantan
(androecium) terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Putik (pistillum) merupakan alat
kelamin betina (gynaecium), berada di bagian bunga yang paling dalam.
Benang sari (stamen) merupakan bagian bunga yang berfungsi sebagai alat
reproduksi jantan, terdiri atas tangkai sari (filamentum) dan kepala sari (antera) yang ada
di bagian distal. Keseluruhan benang sari suatu bunga dinamakan andresium. Pada
umumnya, benang sari bebas satu sama lain dan sangat jarang yang bersatu dengan
bagian lain. Pada biduri (Calotropis gigantea), benang sari berjumlah 5, filamen-filamen
bersatu membentuk tabung yang mengelilingi putik (monadelphous). Tabung stamen
juga menyatu dengan stigma (kepala putik) yang bersudut 5 (pentangular). Pada bunga
anggrek juga terdapat bagian yang merupakan penyatuan antara benang sari, stigma dan
stilus yang dikenal sebagai ginostemium
Karpel atau kumpulan karpel yang bersatu menjadi putik biasanya terdiri dari tiga
bagian yaitu kepala putik (stigma), tangkai putik (stylus) serta bakal buah (ovarium) dengan
bakal biji (ovulum) melekat pada bagian dinding bakal buah yang disebut plasenta. Jika
karpel berada di bagian paling tinggi dari sumbu bunga, maka bakal buah dikatakan
menumpang (superus), dan bunganya disebut hipogin. Kadang-kadang perhiasan bunga
dan stamen terletak di tepi reseptakulum yang berbentuk cekungan dan bakal buah ada di
tengahnya. Bunga seperti itu disebut perigin dan bakal buahnya disebut separuh inferus
atau setengah tenggelam. Cekungan dapat menutup sehingga letak bakal buah jelas lebih
rendah dibanding bagian bunga lainnya. Bunga seperti itu disebut epigin atau bakal buah
tenggelam (inferus).
Gambar 1. Skema irisan membujur bunga lengkap (Sumber: Solomon, et al., 2008)

3. Alat dan bahan :


1) bunga Hibiscus tiliaceus, Calotropis gigantea, anggrek
Arachnis dll.
2) loup (kaca pembesar)
3) kaca objek dan penutupnya
4) pinset, pisau/silet, pipet
5) mikroskop cahaya

4. Metode :observasi

5. Prosedur :
1) Amatilah bagian-bagian bunga tanpa merusaknya.
2) Gambar hasil pengamatan anda dan beri keterangan selengkap-
lengkapnya.
3) Amatilah perhiasan bunganya, catat bentuk, warna, serta masing-masing
bagiannya saling berlekatan atau tidak.
4) Amatilah benang sarinya, catat jumlahnya, posisi (duduknya) kepala sari
(antera) terhadap tangkai sari (filamen) apakah tegak, menempel atau
bergoyang
5) Ambil satu buah kepala sari yang sudah tua (masak) dengan
menggunakan pinset. Letakkan kepala sari tersebut di atas gelas benda
yang sudah diberi setetes air. Dengan pinset tekan kepala sari agar serbuk
sari keluar dari kantung sarinya. Jika serbuk sari telah banyak keluar,
singkirkan kepala sarinya dan tutup sediaan serbuk sari dengan kaca
penutup. Amatilah di bawah mikroskop. Gambarlah hasil pengamatan
anda.

6) Amati putiknya dengan kaca pembesar, perhatikan bagaimana bentuk


ovarium, tangkai putik dan kepala putiknya. Gambar hasil pengamatan anda
dan beri keterangan selengkap-lengkapnya.
7) Potonglah ovarium secara membujur. Di dalam ovarium terdapat ovulum.
Amatilah menggunakan kaca pembesar kemudian digambar dan beri
keterangan.
8) Pada bunga yang anda amati, selain bagian-bagian yang sudah disebutkan
jika masih ada bagian tambahan yang lain misalnya kelenjar madu dsb catat
pada hasil pengamatan anda.
6. Diskusi :
Apakah dengan mengamati struktur bunga, kita dapat memprediksi bagaimana bunga
tersebut melakukan penyerbukan?

7. Tugas mahasiswa :
Buatlah rekonstruksi perkembangan bunga menjadi buah dari salah satu jenis
tumbuhan yang ada di sekitar anda!
KEGIATAN II
PERKEMBANGAN ALAT REPRODUKSI
JANTAN DAN BETINA ANGIOSPERMAE

1. Tujuan :1) Mengamati struktur dan perkembangan antera.


2) Mengamati perkembangan mikrospora.
3) Mengamati morfologi serbuk sari
4) Mengamati struktur dan perkembangan ovarium
5) Mengamati struktur dan perkembangan ovulum

2. Dasar Teori:
Kepala sari (antera) adalah bagian dari benang sari (stamen) yang merupakan
tempat dihasilkannya serbuk sari. Antera pada Angiospermae umumnya terbagi dalam
dua belahan (cuping) dan tiap belahan mempunyai dua kantung sari (mikrosporangia).
Antara kedua belahan dihubungkan oleh jaringan steril yang disebut konektivum. Pada
saat antera masih sangat muda, kepala sari terdiri atas sel-sel parenkimatis yang
homogen, dikelilingi oleh epidermis. Di antara sel-sel parenkimatis tersebut ada yang
bersifat meristematis disebut sel-sel arkesporium. Sel-sel tersebut terbentuk dari sel-sel
hipodermal, dengan ukuran dan bentuk yang berbeda dengan sel-sel di sekitarnya yaitu
lebih besar, memanjang ke arah radial dan mempunyai inti yang nyata. Sel-sel arkesporial
membelah-belah secara periklinal membentuk lapisan parietal primer ke arah luar dan
lapisan sporogen primer ke arah dalam. Sel-sel parietal primer membelah dengan dinding
periklinal dan antiklinal menghasilkan beberapa lapisan sel, biasanya 2 sampai 5 lapisan
sel yang menyusun dinding kepala sari. Lapisan dinding kepala sari dari luar ke dalam
adalah sebagai berikut : epidermis, endotesium, lapisan tengah dan tapetum.
Sel-sel sporogen primer mungkin langsung berfungsi sebagai sel-sel induk mikrospora
atau mengalami pembelahan-pembelahan lebih dulu agar dihasilkan sel-sel yang
jumlahnya lebih banyak. Sel induk mikrospora mengalami dua kali pembelahan meiosis
sehingga terbentuk tetrad mikrospora. Berdasarkan pembentukan dinding yang mengikuti
pembelahan meiosis dari sel induk mikrospora, dapat dibedakan dua tipe yaitu : (1) tipe
suksesif, setiap pembelahan inti diikuti oleh pembentukan dinding; (2) tipe simultan, dinding
terbentuk setelah pembelahan meiosis kedua. Pada sejumlah tumbuhan, pada saat antera
masak (sebelum pecah atau membuka) batas antara kedua kantung sari pada tiap belahan
rusak sehingga antera tetrasporangiat hanya memperlihatkan dua ruang.
Tetrad mikrospora yang terbentuk dari proses mikrosporogenesis (pembelahan
meiosis sel induk mikrospora) biasanya tersusun tetrahidris atau isobilateral. Jarang
ditemukan susunan tetrad mikrospora dekusatus, bentuk T, atau linear. Kadang-kadang
dijumpai hasil pembelahan sel induk mikrospora kurang atau lebih dari empat mikrospora.
Jika ada inti yang mengalami stadium istirahat setelah pembelahan yang pertama, atau
pembentukan dinding yang tidak teratur yang menghasilkan spora berinti dua dan dua
mikrospora berinti satu, atau pembelahan hanya terjadi satu kali pada sel induk mikrospora
maka dihasilkan kurang dari empat mikrospora.
Umumnya mikrospora segera memisahkan diri satu sama lain setelah stadium tetrad.
Tetapi pada beberapa jenis tumbuhan mikrospora tetap berkumpul dalam tetrad dalam
waktu yang lama dan membentuk serbuk sari majemuk. Pada kebanyakan anggota suku
Asclepiadaceae dan Orchidaceae semua mikrospora dalam satu sporangium tetap bersatu
membentuk polinium. Pada Mimosaceae pada tiap sporangium dijumpai sejumlah
kumpulan mikrospora (masula), biasanya tiap masula terdiri atas 8-64 butir serbuk sari.
Serbuk sari mempunyai dua lapisan dasar dinding yaitu eksin dan intin. Intin adalah
lapisan dinding bagian dalam yang dibangun dari bahan selulose. Eksin merupakan
lapisan dinding bagian luar yang tersusun oleh sporopolenin. Parameter yang bisa kita
peroleh dengan mengamati morfologi serbuk sari antara lain ukuran, bentuk, ornamentasi
(pola ukiran) eksin, tipe apertura, susunan unit serbuk sari dan sebagainya. Manfaat
mempelajari morfologi serbuk sari antara lain untuk membantu identifikasi tumbuhan.

Gambar 2. Penampang melintang kepala sari tetrasporangiat yang menunjukkan beberapa


jaringan penyusun, ep=epidermis, end=endotesium, m=lapisan tengah, tap=tapetum,
sp=jaringan sporogen, kon=konektivum (Sumber: Bhojwani & Bhatnagar, 1978).

Bakal buah (ovarium) merupakan ruangan yang dibentuk oleh satu atau lebih daun
buah (carpella). Dinding ovarium bagian dalam menghasilkan bakal biji (ovulum) yang
jumlahnya bervariasi tergantung jenis tumbuhannya. Ovulum terdiri dari nuselus
(megasporangium) yang dikelilingi oleh satu atau dua integumen. Nuselus melekat pada
plasenta dengan suatu tangkai yaitu funikulus. Bagian biji tempat melekatnya tali pusar
(funikulus) disebut hilus. Pada ujung bebas ovulum terdapat celah yang disebut mikropil.
Daerah tempat bergabungnya integumen dan funikulus disebut kalaza. Ovulum mempunyai
bentuk bervariasi. Seringkali ovulum berubah bentuknya selama perkembangannya. Ovulum
yang masak biasanya digolongkan ke dalam beberapa tipe berikut :
1. Ortotrop (atrop) : Mikropil terletak pada satu garis dengan funikulus. Contoh bakal biji pada
Polyginaceae, Piperaceae.
2. Anatropus (mengangguk) : Ovulum berbalik sedemikian rupa sehingga mikropil mengarah
mendekati hilum dan sejajar dengan funikulus. Contoh pada
Sympetalae.
3. Kampilotropus : Bila tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok, sehingga liang bakal
biji berkedudukan seperti pada bakal biji mengangguk. Contoh pada
Leguminosae.
4. Hemianatropus (hemitropus) : Ovulum terletak kira-kira 90o terhadap funikulus. Contoh
pada Ranunculaceae.
5. Sirsinotropus : Pada Cactaceae nuselus pada awalnya segaris dengan aksis tetapi
pertumbuhan yang cepat pada satu sisi menyebabkan keadaan menjadi
anatrop; namun pembengkokan tidak berhenti, hingga mikropil menjadi
sejajar dengan funikulus.
Ovulum mempunyai satu atau dua integumen. Sebagian besar angiospermae
mempunyai dua integumen (bitegmik). Pada ovulum bitegmik mikropil dibentuk oleh
integumen dalam saja atau oleh integumen dalam dan luar. Mikropil yang dibentuk oleh
integumen luar saja jarang sekali ditemukan.
Sel induk megaspora berasal dari sel arkhesporium. Sel induk megaspora mengalami
meiosis, membentuk tetrad megaspora. Berdasarkan pada jumlah inti megaspora yang
berkembang, megagametofit pada Anngiospermae dibagi dalam tiga tipe yaitu monosporik,
bisporik dan tetrasporik.
Gametofit betina (kantung embrio) masak dapat berinti 4, 8, atau 16. Pada tipe normal
(Polygonum) mempunyai 8 inti, yang terdiri atas 3 inti sel antipodal yang terletak di kalaza, 2
inti kutub dan di bagian mikropil terdiri dari satu inti sel telur dan 2 sinergid.

Gambar 3. Tipe-tipe ovulum (Maheswari, 1950 cit. Bhojwani & Bhatnagar, 1978)
3. Alat dan bahan :
1) mikroskop
2) Bunga Passiflora sp. pada berbagai tahap perkembangan, dari kuncup yang masih
sangat muda hingga bunga mekar.
3) Gelas benda dan penutupnya, silet, cawan petri

4. Metode : Observasi
5. Prosedur :
1) Buatlah irisan melintang berseri setipis mungkin dari tiap bunga. Tampunglah dalam
cawan petri yang sudah berisi air. Amatilah semua hasil irisan hingga menemukan
irisan bagian antera/ovarium. Dokumentasikan.
2) Lakukan langkah di atas untuk bunga tahap perkembangan yang lain.
3) Dari foto dokumentasi yang sudah diperoleh, buatlah urutan perkembangan alat
reproduksi jantan maupun betinanya.

6. Diskusi :
Dari hasil pengamatan saudara, kemungkinan besar tidak bisa menemukan semua
data tahap perkembangan baik pada alat reproduksi jantan maupun betinanya.
Lengkapi dengan studi literatur sehingga saudara bisa memperkirakan bagaimana
tahapan perkembangan yang lebih lebih lengkap.

7. Tugas Mahasiswa :
1) Buatlah skema terbentuknya lapisan-lapisan dinding antera dan tetrad mikrospora
mulain dari sel arkhesporial!
2) Jelaskan bagaimana terbentuknya tetrad mikrospora yang tersusun tetrahedral
maupun isobilateral !
3) Buatlah skema terbentuknya ovulum tipe tenuinuselat dan tipe krasinuselat

KEGIATAN III
PERKECAMBAHAN SERBUK SARI SECARA IN VITRO

1. Tujuan : Mengamati serbuk sari yang berkecambah secara in vitro


2. Dasar Teori:
Penyerbukan silang hanya dapat dilakukan dengan baik bila tanaman induk betina dan
induk jantan berbunga pada saat yang bersamaan. Apabila tanaman induk jantan
berbunga lebih dahulu dibanding tanaman induk betina maka harus diusahakan agar
serbuk sari dapat disimpan lama dalam keadaan tetap baik, sampai putik dari tanaman
induk betina siap untuk dibuahi.
Serbuk sari yang baik diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa (hampir mekar).
Pada saat itu ruang sari belum pecah dan berisi penuh dengan serbuk sari dengan daya
tumbuh yang tinggi. Serbuk sari makin lama berada di alam bebas makin berkurang daya
pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat tumbuh sama sekali. Viabilitas serbuk sari
dapat diketahui dengan menumbuhkannya secara in vitro.

3. Alat dan Bahan :


1) Serbuk sari tapak dara (Vinca rosea) dari kuncup yang hampir mekar, setengah
mekar, mekar sempurna
2) Sukrosa 10% - 20 %
3) Gelas benda cekung dan penutupnya, mikroskop, tusuk gigi,
4. Metode : Observasi

5. Prosedur :
1) Teteskan larutan sukrosa ke dalam cekungan gelas benda
2) Ambil benang sari dengan menggunakan pinset, kemudian taburkan serbuk sari pada
media tersebut. Serbuk sari juga bisa diambil menggunakan tusuk gigi.
3) Tutup sediaan menggunakan gelas penutup.
4) Amati di bawah mikroskop tiap interval waktu 10 menit sampai serbuk sari nampak
berkecambah. Catat kapan serbuk sari mulai berkecambah!

6) Hitung prosentase viabilitas serbuk sari dengan rumus :

Jumlah serbuk sari yang berkecambah X 100%


Jumlah semua serbuk sari

7) Buatlah tabel seperti berikut ini.


Tabel Viabilitas Serbuk sari Vinca rosea secara in vitro pada usia bunga dan
konsentrasi sukrosa yang berbeda
Kondisi/umur Konsentrasi Sukrosa (%)
Bunga 10 15 20
Kuncup
Setengah mekar
Mekar

7. Diskusi :1) Berapa lama serbuk sari mulai berkecambah?

2) Apa fungsi sukrosa dalam perkecambahan serbuk sari?

3) Pada bunga yang manakah serbuk sari lebih cepat berkecambah?

4) Pada bunga yang manakah viabilitas serbuk sarinya paling tinggi?

8. Tugas Mahasiswa :

1) Apa yang dimaksud dengan polinasi dan apa pula yang dimaksud dengan
fertilisasi ?
2) Apakah fungsi pembentukan buluh serbuk sari ?

3) Berapa jumlah inti yang terdapat di dalam buluh serbuk sari Angiospermae ?

KEGIATAN IV
PERKEMBANGAN EMBRIO DAN ENDOSPERM

1.Tujuan : 1. Mengamati struktur dan perkembangan endosperm.


2. Mengamati struktur dan perkembangan embrio.
2.Dasar Teori:
Pada Angiospermae, karena letak bakal biji tersembunyi di dalam bakal buah,
sehingga pada waktu penyerbukan serbuk sari tidak dapat langsung mencapai bakal biji.
Pada tumbuhan berbiji (Angiospermae dan Gymnospermae) sebelum terjadi fertilisasi,
serbuk sari selalu membentuk suatu badan berbentuk buluh yang mengantar gamet-gamet
jantan ke tempat tujuannya yaitu kantung embrio. Berdasarkan peristiwa ini golongan
tumbuhan berbiji disebut juga Embriophyta Siphonogama.
Pada Angiospermae, setelah buluh serbuk sari masuk ke dalam kantung embrio dua
sperma dilepaskan. Satu inti sperma berfusi dengan inti sel telur membentuk zigot, sedang
inti sperma yang satu lagi berfusi dengan inti kutub yang diploid membentuk inti endosperm
yang triploid. Pembuahan semacam ini disebut pembuahan ganda.
Zigot dengan pola perkembangan tertentu akan menghasilkan tanaman utuh. Pada
sebagian besar tumbuhan Angiospermae zigot membelah dengan dinding melintang
(transversal). Hanya sebagian kecil yang membelah dengan dinding vertikal atau serong.
Pembelahan melintang zigot akan menghasilkan sel apikal dan sel basal.
Perkembangan awal embrio tumbuhan pada dikotil telah banyak dipelajari oleh para
ahli, kecuali pada beberapa jenis tumbuhan, pembelahan pertama pada zigot selalu diikuti
dengan pembentukan dinding melintang. Menurut Johansen (l950) ada enam tipe embriogeni
dan masing-masing tipe mempunyai beberapa variasi.
Keenam tipe tersebut adalah sebagai berikut :
A Zigot membelah dengan dinding vertikal (longitudinal) atau miring ….. Tipe
Piperad

B. Zigot membelah dengan dinding transversal


I.Sel terminal membelah dengan dinding longitudinal selama generasi sel kedua
a.Sel basal hanya sedikit atau tidak berperan dalam perkembangan embrio …..
Tipe Onagrad
b. Sel basal dan sel terminal ikut serta dalam perkembangan embrio …. Tipe
Asterad
II.Sel terminal membelah dengan dinding transversal selama generasi sel kedua
a. Sel basal tidak berperan dalam perkembangan embrio
l.Sel basal tidak membelah lagi, jika ada suspensor berasal dari sel terminal
…Tipe Caryophyllad.
2.Sel basal biasanya membentuk suspensor yang terdiri dua sel atau lebih ….
Tipe Solanad
b. Sel basal berperan dalam perkembangan embrio … Tipe Chenopodiad
Endosperm merupakan jaringan penyimpanan yang menyediakan makanan bagi
embrio dan bibit tumbuhan muda. Pada tumbuhan tertentu seperti Glycine max, Arachis,
Phaseolus, seluruh jaringan endosperm dicerna oleh embrio yang sedang berkembang. Pada
umumnya, dalam biji tumbuhan semacam itu, kotiledon menebal dan menyimpan zat
cadangan bagi bibit tumbuhan muda. Pada tumbuhan lain, misalnya Ricinus dan Gramineae,
jaringan endosperm masih tetap ada pada waktu perkecambahan.
Endosperm berkembang dari pembelahan mitosis inti endosperm, yang merupakan
hasil fusi antara satu inti gamet jantan dengan kedua inti polar atau inti kandung lembaga
sekunder. Pembelahan ini biasanya mendahului pembelahan pada zigot. Perkembangan
endosperm lebih lanjut berbeda-beda pada berbagai golongan tumbuhan.

1. Endosperm nukleus
Tipe ini pembelahan pertamanya tidak diikuti dengan pembentukan dinding. Inti-inti
biasanya mengambil kedudukan parietal dan vakuola yang besar terbentuk pada pusat
kantung embrio. Inti-inti tersebut dapat tetap bebas pada sitoplasma kantung embrio
sepanjang seluruh perkembangannya atau dinding dapat berkembang kemudian sekurang-
kurangnya di bagian-bagian tertentu dari kantung embrio.

2. Endosperm selular
Pada tipe ini pembelahan pertama nukleus endosperm disertai dengan pembentukan
dinding yang biasanya horisontal, tetapi kadang-kadang dapat longitudinal atau diagonal.
Bidang pembelahan berikutnya dapat sejajar terhadap pembelahan pertamanya, tetapi tidak
lama kemudian dinding-dinding berkembang dalam bidang-bidang yang berlainan sehingga
endosperm yang dewasa terdiri atas jaringan yang berbeda-beda.

3. Endosperm Helobium
Tipe endosperm ini merupakan bentuk peralihan antara tipe endosperm nukleus dan
tipe endosperm seluler. Pada umumnya endosperm pada tipe ini berkembang menurut cara
sebagai berikut. Pembelahan pertama inti endosperm disertai dengan pembentukan dinding
horisontal yang membagi kantung embrio menjadi dua bagian, biasanya tidak sama besar,
rongga untuk mikropil adalah yang besar, sedang yang kecil untuk kalaza. Proses ini
selanjutnya diikuti dengan beberapa rangkaian pembelahan inti pada rongga mikropil. Di sini
inti yang dihasilkannya tetap tinggal bebas, sementara itu pada rongga kalaza intinya tidak
membelah diri atau hanya mengalami sedikit pembelahan. Dalam perkembangan selanjutnya
jumlah sitoplasma pada rongga kalaza berkurang dan inti-intinya mulai mengalami
penghancuran secara serentak. Pada kebanyakan jenis tumbuhan dinding sel dapat terbentuk
pada rongga mikropil.

3.Alat dan Bahan : 1) mikroskop


2) preparat penampang membujur ovulum Glycine max (kedelai) pada
berbagai stadium perkembangan embrio dan endosperm.
3) Biji kedelai yang sudah dewasa

4.Pengamatan :
1) Lepaskan kulit dari biji kedelai yang sudah direndam sampai lunak. Amati bagian-
bagian embrionya.
2) Amati preparat penampang membujur ovulum Glycine max pada stadium mitosis
endosperm, perhatikan struktur endosperm pada Glycine max
3) Amati preparat penampang membujur ovulum Glycine max pada berbagai stadium
perkembangan embrio, perhatikan perkembangan dari zigot hingga terbentuk embrio
dewasa.
4) Gambar semua preparat tersebut di atas dan beri keterangan sejelas-jelasnya.

5.Diskusi :
1) Termasuk tipe apakah perkembangan embrio pada Glycine max ?
2) Termasuk tipe apakah endosperm pada Glycine max ?
3) Bandingkan endosperm pada biji Glycine max dengan endosperm pada biji Jagung (Zea
mays) !

6.Tugas mahasiswa :
1) Gambar skema perkembangan embrio zigotik Glycine max mulai dari zigot !
2) Apakah yang dimaksud dengan proembrio ?
3) Gambarlah skema perkembangan embrio dari salah satu jenis tumbuhan monokotil (cari
di literatur). Apa perbedaan antara embrio dikotil dan monokotil ?

Anda mungkin juga menyukai