Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera
teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah <50 mg/dl.
Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai
olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot.
Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap
diabetes dependent insulin (IDDM).
Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465 partisipan
dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali
atau lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17% menderita
demensia, dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada riwayat
hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia ada 26% pada kelompok pasien yang
memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada
pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi
16% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih.
(Soemadji, 2007)
Penyebab adanya Hipoglikemia adalah dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Lupa makan atau makan terlalu sedikit, aktifitas terlalu berat, minum alkohol
tanpa disertai makan, menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari,
penebalan di lokasi suntikan, kesalahan waktu pemberian obat dan makanan,
penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa, gangguan
hormonal, pemakaian aspirin dosis tinggi, riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa
menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kedia, 2011). Hipoglikemi
adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera teratasi,
dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah <50 mg/dl.
Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai
olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot.
Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap

1
diabetes dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah sebagai
sumber energi utama. Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ
pertama yang terkena dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala
akibat perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma.
Selain itu, hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis
yang menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia. Sehingga
pentingnya penanganan asuhan keperawatan gawat darurat yang tepat. Dari
latar belakang diatas penulis ingin membahas tentang asuhan keperawatan
gawat darurat dengan hipoglikemi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hipoglikemia ?
2. Apa saja klasifikasi hipoglikemia ?
3. Bagaimana etiologi hipoglikemia ?
4. Apa saja faktor resiko dari hipoglikemia ?
5. Apa saja tanda dan gejala hipoglikemia ?
6. Bagaimana patofisiologi dari hipiglikemia ?
7. Bagaimana pathway dari hipoglikemia ?
8. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipoglikemia ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari hipoglikemia.
2. Untuk memahami klasifikasi hipoglikemia.
3. Untuk memahami etiologi hipoglikemia.
4. Untuk memahami faktor resiko dari hipoglikemia.
5. Untuk memahami tanda dan gejala hipoglikemia.
6. Untuk memahami patofisiologi dari hipiglikemia.
7. Untuk memahami pathway dari hipoglikemia.
8. Untuk memahami penatalaksanaan hipoglikemia.
9. Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien hipoglikemia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan
obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala
klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan

3
menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).(Nabyl, 2009).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari
2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih
tinggi (Price, 2006).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true
glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar
glukosa darah di bawah 60 mg% (Wiyono, 2008).
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau
kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini
dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen
oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose
darah (Kowalak, 2011).
Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh
sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena
dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan
aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma. hipoglikemia juga
menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang menstimulasi rasa
lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia (Corwin,2000).

2. Klasifikasi
Tipe hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni (Price, 2006):
a. Transisi dini neonatus (early transitional neonatal) : ukuran bayi yang
besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi
pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
b. Hipoglikemi klasik sementara (classic transient neonatal) : terjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
c. Sekunder (scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak
cadangan glikogen.

4
d. Berulang (recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
atau metabolism

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai (Kowalak,


2011) :

a. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)


Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak
memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan.
c. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya
mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan
kehilangan kesadaran.

5
3. Etiologi Hipoglikemia
Etiologi Hipoglikemia (Price, 2006) yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Penyutikan Insulin pada pasien diabetes uyang melebihi dosis,
seharusnya penderita diabetes militus melakukan pengecekan gula dalam
darah (GDS) sebelum menyuntikan insulin sehingga pasien mengetahui
dosis yang akan digunakan.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan.
Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang
dikonsumsi. Jika makanan yang dikonsumsi kurang maka keseimbangan
ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

6
c. Aktifitas terlalu berat.
Olahraga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Pada saat berolahraga,tubuh akan menggunakan glukosa darah
yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu,
olahraga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah
tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan untuk
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika salah mengkonsumsi obat misalnya meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan
mengalami hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu
lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan.
Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Penderita harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu
ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang terlanjur
beredar, ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum
glukosa yang baru menggantikannya.

7
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi
terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini penderuta merasa sudah
sehat akan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia
lagi.

8
4. Faktor resiko (Sudoyo, 2006)
a. Bayi dari ibu dengan Diabetes Mellitus (IDM)
b. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
c. Bayi prematur dan lebih bulan
d. BBLR yang KMK/ bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan
glikogen hati dan lemak tubuh
e. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang
melebihi cadangan kalori
f. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
g. Bayi dengan kelainan genetik/ gangguan metabolik (penyakit cadangan
glikogen, intoleransi glukosa)
h. Neonatus puasa
i. Neonatus dengan polisitemia
j. Neonatus dengan eritroblastosis
k. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta
blocker

5. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain (Sudoyo,
2006) :
a. Fase pertama
Gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya
berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar
dan mual (glukosa turun 50 mg%).
b. Fase kedua
Gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi
otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental
menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan
kesadaran, kejang-kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

9
Adapun gejala- gejala hipoglikemi menurut beratnya ringan hipoglikemi
(Smeltzer, 2001):
a. Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b. Hipoglikemia sedang
Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati
rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda
dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
c. Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang
mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur
atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

Adapun gejala-gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:


a. Perubahan tingkah laku
b. Serangan sinkop yang mendadak
c. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
d. Keringat berlebihan waktu tidur malam
e. Bangun malam untuk makan
f. Hemiplegi/ afasia sepintas

10
6. Patofisiologi Hipoglikemia
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan
glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk
melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai
glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut (Smeltzer,
2001).
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal
akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti

11
natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida
selama periode waktu 24 jam (Smeltzer, 2001).
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di
ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi
produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan
insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut,
badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan
keton akan menimbulkan asidosis metabolic (Smeltzer, 2001).

7. Pathway

12
8. Penatalaksanaan Hipoglikemia
a. Pengobatan Hipoglikemia
1) Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan
glukosa darah kapiler, 10 - 20 gram glukosa oral harus segera
diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml
minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan non
diet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan
dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 gram karbohidrat
kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak
terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa
lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.

2) Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan
tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan
oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah
besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon
tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut
sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar
pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20
gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram
karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung
selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5
sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi
yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang
terjadi.

13
3) Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati. Pemberian
glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10-20
menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

b. Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang
sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes
maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan
yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau
biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka
diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat
sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus
diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat
untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid).
Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat
menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi
kecil.

14
9. Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia (Sudoyo, 2006)
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140
mg/dl/2 jam.
c. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol
hasil tes dalam waktu 2-3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
d. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu.
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMI


1. Pengkajian
1) Pengkajian Primer

15
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan
bebas, ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada
obstruksi, lakukan:
1) Chin lift/ Jaw thrust
2) Suction
3) Guedel Airway
4) Instubasi Trakea
b. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
1) Beri oksigen
2) Posisikan semi Flower
c. Circulation
Menilai sirkulasi/ peredaran darah
1) Cek capillary refill
2) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
3) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik
4) Cek Frekuensi Pernafasan
5) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
6) Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya
respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat
mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan
kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen
sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

2) Pengkajian Sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
e. Keluhan utama :
Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain
sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
f. Riwayat :
1) ANC
2) Perinatal
3) Post natal
4) Imunisasi
5) Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
6) Pemakaian parenteral nutrition
7) Sepsis
8) Enteral feeding

16
9) Pemakaian Corticosteroid therapi
10) Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
11) Kanker
g. Data focus
1) Data Subyektif:
a) Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b) Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
c) Rasa lapar (bayi sering nangis)
d) Nyeri kepala
e) Sering menguap
f) Irritabel
2) Data obyektif:
a) Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang,
kaku,
b) Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas
cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma
c) Plasma glukosa < 50 gr/%
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit sekarang
5) Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,
infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang
berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan
atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian
insulin atau obat antihiperglikemik oral.
6) Pola pengkajian fungsional (Doengus, 2012)
a) Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus
ototmenurun, gangguan istrahat/ tidur.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas, letargi/ disorientasi, koma.
b) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas
dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/ tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis,
kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
c) Integritas/ Ego

17
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang, nyeri
tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/ anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
e) Nutrisi /Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat
badan lebih dari beberapa hari/ minggu, haus, penggunaan
diuretik (Thiazid).
Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/ manis,
bau buah (napas aseton).
f)Neurosensori
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/ koma (tahap
lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks
tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA).
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-
hati
h) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/ tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat.
i) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

18
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/ rentang gerak, parestesia/ paralisis otot termasuk
otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam)
j) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita
k) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid,
diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan
kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan
diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
aliran darah ke otak menurun.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan aliran
darah ke otak menurun
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil

Definisi : Pengalaman NOC NIC


sensori dan emosional
yang tidak o Pain Level, Pain Management
o Pain control
menyenangkan yang o Lakukan pengkajian
o Comfort level
muncul akibat nyeri secara
kerusakan jaringan komprehensif
yang aktual atau Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
potensial atau karakteristik, durasi
digambarkan dalam hal o Mampu frekuensi, kualitas

19
kerusakan sedemikian mengontrol nyeri dan faktor presipitasi
rupa (International (tahu penyebab o Observasi reaksi
Association for the nyeri, mampu nonverbal dan
menggunakan ketidaknyamanan
study of Pain): awitan
tehnik o Gunakan teknik
yang tiba-tiba atau nonfarmakologi komunikasi terapeutik
lambat dan intensitas untuk mengurangi untuk mengetahui
ringan hingga berat nyeri, mencari pengalaman nyeri
dengan akhir yang bantuan) pasien
dapat diantisipasi atau o Melaporkan o Kaji kultur yang
diprediksi dan bahwa nyeri mempengaruhi respon
berlangsung 6 bulan berkurang dengan nyeri
menggunakan o Evaluasi pengalaman
manajemen nyeri nyeri masa lampau
o Mampu mengenali o Evaluasi bersama
nyeri (skala, pasien dan tim
intensitas, kesehatan lain tentang
frekuensi dan ketidakefektifan
tanda nyeri) kontrol nyeri masa
Batasan  Menyatakan rasa Iampau
Karakteristik : nyaman setelah o Bantu pasierl dan
nyeri berkurang keluarga untuk
o Perubahan selera mencari dan
makan menemukan
o Perubahan tekanan dukungan
darah o Kontrol lingkungan
o Perubahan yang dapat
frekwensi jantung mempengaruhi nyeri
o Perubahan seperti suhu ruangan,
frekwensi pencahayaan dan
pernapasan kebisingan
o Laporan isyarat o Kurangi faktor
o Diaforesis presipitasi nyeri
o Perilaku distraksi o Pilih dan lakukan
(mis,berjaIan penanganan nyeri
mondar-mandir (farmakologi, non
mencari orang lain farmakologi dan inter
dan atau aktivitas personal)
lain, aktivitas yang o Kaji tipe dan sumber
berulang) nyeri untuk
o Mengekspresikan menentukan
perilaku (mis, intervensi
gelisah, merengek, o Ajarkan tentang
menangis) teknik non
o Masker wajah (mis, farmakologi
mata kurang o Berikan anaIgetik
bercahaya, tampak untuk mengurangi

20
kacau, gerakan nyeri
mata berpencar o Evaluasi keefektifan
atau tetap pada satu kontrol nyeri
fokus meringis) o Tingkatkan istirahat
o Sikap melindungi o Kolaborasikan dengan
area nyeri dokter jika ada
o Fokus menyempit keluhan dan tindakan
(mis, gangguan nyeri tidak berhasil
persepsi nyeri, o Monitor penerimaan
hambatan proses pasien tentang
berfikir, penurunan manajemen nyeri
interaksi dengan Analgesic
orang dan Administration
lingkungan)
o Indikasi nyeri yang o Tentukan lokasi,
dapat diamati karakteristik, kualitas,
o Perubahan posisi dan derajat nyeri
untuk menghindari sebelum pemberian
nyeri obat
o Sikap tubuh o Cek instruksi dokter
melindungi tentang jenis obat,
o Dilatasi pupil dosis, dan frekuensi
o Melaporkan nyeri o Cek riwayat alergi
secara verbal o Pilih analgesik yang
o Gangguan tidur diperlukan atau
kombinasi dari
Faktor Yang analgesik ketika
Berhubungan : pemberian lebih dari
satu
 Agen cedera (mis, o Tentukan pilihan
biologis, zat kimia, analgesik tergantung
fisik, psikologis) tipe dan beratnya
nyeri
o Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
o Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
o Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
o Berikan analgesik
tepat waktu terutama

21
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Definisi : Penurunan  Fluid balance Fluid management
cairan intravaskuler,  Hydration  Timbang popok/pembalut
interstisial, dan/atau  Nutritional Status : jika diperlukan
intrasellular. Ini Food and Fluid Pertahankan catatan
mengarah ke dehidrasi, Intake intake dan output yang
kehilangan cairan Kriteria Hasil : akurat
dengan pengeluaran  Mempertahankan  Monitor status hidrasi
sodium urine output sesuai (kelembaban membran
dengan usia dan mukosa, nadi adekuat,
Batasan Karakteristik : BB, BJ urine tekanan darah ortostatik),
 Kelemahan normal, HT normal jika diperlukan
 Haus  Tekanan darah, Monitor hasil lAb yang
 Penurunan turgor nadi, suhu tubuh sesuai dengan retensi
kulit/lidah dalam batas normal cairan (BUN , Hmt ,
 Membran  Tidak ada tanda osmolalitas urin
mukosa/kulit kering tanda dehidrasi, Monitor vital sign
 Peningkatan denyut Elastisitas turgor Monitor masukan
nadi, penurunan kulit baik, makanan / cairan dan
tekanan darah, membran mukosa hitung intake kalori
penurunan lembab, tidak ada harian
volume/tekanan nadi rasa haus yang Kolaborasi pemberian
 Pengisian vena berlebihan cairan IV
menurun  Monitor status nutrisi
 Perubahan status  Berikan cairan
mental  Berikan diuretik sesuai
 Konsentrasi urine interuksi
meningkat  Berikan cairan IV pada
 Temperatur tubuh suhu ruangan
meningkat  Dorong masukan oral
 Hematokrit meninggi  Berikan penggantian
 Kehilangan berat nesogatrik sesuai output
badan seketika  Dorong keluarga untuk
(kecuali pada third membantu pasien makan
spacing)  Tawarkan snack (jus
Faktor-faktor yang buah, buah segar)
berhubungan:  Kolaborasi dokter jika
 Kehilangan volume tanda cairan berlebih
cairan secara aktif

22
 Kegagalan muncul memburuk
mekanisme  Atur kemungkinan
pengaturan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

Intoleransi aktivitas NOC NIC

Definisi : Ketidakcuku  Energy conservation Activity Therapy


pan energi psikologis
atau fisiologis untuk  Activity tolerance  Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medik
melanjutkan atau
 Self Care : ADLs dalam merencanakan
menyelesaikan aktifitas program terapi yang
kehidupan sehari-hari tepat
yang harus atau yang  Bantu klien untuk
ingin dilakukan. Kriteria Hasil : mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
 Berpartisipasi dalam dilakukan
aktivitas fisik tanpa  Bantu untuk memilih
Batasan Karakteristik disertai peningkatan aktivitas konsisten yang
: tekanan darah, nadi sesuai dengan
dan RR kemampuan fisik,
 Respon tekanan psikologi dan social
 Mampu melakukan  Bantu untuk
darah abnormal
aktivitas sehari-hari mengidentifikasi dan
terhadap aktivitas
(ADLs) secara mendapatkan sumber
 Respon frekwensi
mandiri yang diperlukan untuk
jantung abnormal aktivitas yang diinginkan
 Tanda-tanda vital
terhadap aktivitas  Bantu untuk
normal
 Perubahan EKG mendapatkan alat
 Energy psikomotor bantuan aktivitas seperti
yang mencerminkan
 Level kelemahan kursi roda, krek

23
aritmia  Mampu berpindah:  Bantu untuk
 Perubahan EKG dengan atau tanpa mengidentifikasi
yang mencerminkan bantuan alat aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
iskemia  Status membuat jadwal latihan
 Ketidaknyamanan kardiopulmunari diwaktu luang
setelah beraktivitas adekuat  Bantu pasien/keluarga
 Dipsnea setelah  Sirkulasi status baik untuk mengidentifikasi
beraktivitas  Status respirasi : kekurangan dalam
beraktivitas
 Menyatakan merasa pertukaran gas dan
 Sediakan penguatan
letih ventilasi adekuat positif bagi yang aktif
 Menyatakan merasa beraktivitas
lemah  Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
Faktor Yang penguatan
Berhubungan :  Monitor respon fisik,
emosi, social dan
 Tirah Baring atau spiritual
imobilisasi
 Kelemahan umum
 Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup
monoton

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan


masukan oral
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Status :Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake  Kaji adanya alergi
Kriteria Hasil : makanan
Definisi : Intake nutrisi  Adanya  Kolaborasi dengan ahli
tidak cukup untuk peningkatan gizi untuk menentukan
keperluan metabolisme berat badan jumlah kalori dan nutrisi
tubuh. sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
tujuan
 Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik :  Berat badan ideal
meningkatkan intake Fe
 Berat badan 20 % sesuai dengan
tinggi badan  Anjurkan pasien untuk
atau lebih di bawah meningkatkan protein
ideal  Mampu
mengidentifikasi dan vitamin C
 Dilaporkan adanya  Berikan substansi gula

24
intake makanan yang kebutuhan nutrisi  Yakinkan diet yang
kurang dari RDA  Tidak ada tanda dimakan mengandung
(Recomended Daily tanda malnutrisi tinggi serat untuk
Allowance)  Tidak terjadi mencegah konstipasi
 Membran mukosa penurunan berat  Berikan makanan yang
dan konjungtiva pucat badan yang terpilih ( sudah
 Kelemahan otot yang berarti dikonsultasikan dengan
digunakan untuk ahli gizi)
menelan/mengunyah  Ajarkan pasien
 Luka, inflamasi pada bagaimana membuat
rongga mulut catatan makanan harian.
 Mudah merasa  Monitor jumlah nutrisi dan
kenyang, sesaat kandungan kalori
setelah mengunyah  Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
 Dilaporkan atau fakta  Kaji kemampuan pasien
adanya kekurangan untuk mendapatkan
makanan nutrisi yang dibutuhkan
 Dilaporkan adanya
perubahan sensasi Nutrition Monitoring
rasa  BB pasien dalam batas
 Perasaan normal
ketidakmampuan  Monitor adanya
untuk mengunyah penurunan berat badan
makanan  Monitor tipe dan jumlah
 Miskonsepsi aktivitas yang biasa
 Kehilangan BB dilakukan
dengan makanan  Monitor interaksi anak
cukup atau orangtua selama
 Keengganan untuk makan
makan  Monitor lingkungan
 Kram pada abdomen selama makan
 Tonus otot jelek  Jadwalkan pengobatan
 Nyeri abdominal dan tindakan tidak
dengan atau tanpa selama jam makan
patologi  Monitor kulit kering dan
 Kurang berminat perubahan pigmentasi
terhadap makanan  Monitor turgor kulit
 Pembuluh darah  Monitor kekeringan,
kapiler mulai rapuh rambut kusam, dan
 Diare dan atau mudah patah
steatorrhea  Monitor mual dan muntah
 Kehilangan rambut  Monitor kadar albumin,
yang cukup banyak total protein, Hb, dan
(rontok) kadar Ht
 Suara usus hiperaktif  Monitor makanan
 Kurangnya informasi, kesukaan
misinformasi  Monitor pertumbuhan dan
perkembangan

25
Faktor-faktor yang  Monitor pucat,
berhubungan : kemerahan, dan
Ketidakmampuan kekeringan jaringan
pemasukan atau konjungtiva
mencerna makanan atau  Monitor kalori dan intake
mengabsorpsi zat-zat nuntrisi
gizi berhubungan
 Catat adanya edema,
dengan faktor biologis,
hiperemik, hipertonik
psikologis atau ekonomi.
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur

26
dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai
hilang kesadaran (syok hipoglikemia).
Hipoglikemia diklasifikasikan menjadi hipoglikemia ringan (glukosa darah
50-60 mg/dL), hipoglikemia sedang (glukosa darah <50-60 mg/dL),
hipoglikemia berat (glukosa darah <35 mg/dL).

B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan
darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/
protokol yang dapat digunakan setiap hari. Diharapkan kepada pembaca
sekalian dapat menjadikan makalah “asuhan keperawatan hipoglikemia”
sebagai salah satu acuan yang bermanfaat, walaupun masih penuh dengan
keterbatasan dan kekurangan yang sangat perlu kritik dan saran dari pembaca.

CHECKLIST
PEMERIKSAAN GULA DARAH
DENGAN ALAT ACCUTREND GLUCOSE MATER

Nama:…………………………………… NIM :………………………………


NILAI

0 1 2
ASPEK YANG DINILAI

Definisi :

27
Pemeriksaan gula darah atau tes glukosa darah adalah tes yang
bertujuan untuk mengukur jumlah glukosa (gula) dalam darah.

Tujuan :

1. Mengetahui kadar glukosa darah pasien DM


2. Mengetahui hasil terapi yang diberikan
3. Menentukan program terapi (dosis insulin)
4. Menilai tingkat kepatuhan pasien DM
5. Mendapatkan informasi tentang control glukosa darah puasa
6. Mendapatkan informasi tentang diet dan respon tubuh
terhadap diet yang diberikan (kadar glukosa 2 jam PP)
Indikasi :
1. Absolut
a. DM tipe I
b. Koma ketoasidosis
c. GDM yang tidak terkendali dengan diet
d. Operasi berat
2. Relatif
a. DM tipe II gagal dengan obat hiperglikemi oral
b. DM tipe II yang kurus
DM dengan stress (infeksi sistemik, op berat)

Kontra indikasi :
1. Klien mendapatkan terapi dialysis
2. Kegagalan sirkulasi perifer
3. Dehidrasi berat
4. Tekanan oksigen darah yang bervariasi
5. Klien mendapat terapi non-glukosa konsentrasi tinggi
6. Nilai bilirubin yang tinggi
7. Nilai hematocrite yang ekstrem
8. Hiperlipidemia.
Pelaksanaan

1. Persiapan Pasien :
• Memperkenalkan diri
• Bina hubungan saling percaya
• Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan

28
ruangan
• Menjelaskan tujuan
• Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
• Menyepakati waktu yang akan di gunakan
2. Persiapan alat dan bahan :
• Accutrend Glucose Meter
• Glukosa stick/strippaket test
• Kapas dan alcohol 70%
• Lancets steril
• Sarung Tangan
• Bengkok
3. Persiapan Lingkungan :
• Sampiran
Tahap pre interaksi

1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi

1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang


disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja

1. Cuci tangan dan memakai sarung tangan


2. Siapkan peralatan dekat klien
3. Buka strip test dengan menyobek secara diagonal
4. Keluarkan strip test dari pembungkus
5. Masukkan strip test kedalam Accutrend Glucose Mater
6. Kemudian dorong strip test sampai batas yang ditentukan,
layar Accutrend Glocose Mater akan hidup secara otomatis
7. Desinfeksi ujung jari tangan dengan kapas alcohol, biarkan
kering sampai beberapa saat
8. Ambil lancets dan tusukkan pada ujung jari yang telah
didesinfeksi
9. Darah yang keluar ditempatkan pada area target strip test

29
sampai batas yang ditentukan
10. Tekan bekas tusukan pada ujung jari dengan kapas alcohol
sampai darah berhenti
11. Tunggu 20 detik, hasil test glukosa darah akan tampak pada
layar Accutrend Glocose Mater
12. Kemudian catat hasil test glukosa darah pada status klien
13. Rapikan dan bereskan peralatan
14. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Tahap terminasi

1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan


2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

Tahap Evaluasi

1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah


dilakukan kegiatan
Tahap dokumentasi

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

30
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III. Jakarta: FKUI.

Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid
2. Yogyakarta: Penerbit Mediaction.

Smeltzer, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai