Anda di halaman 1dari 15

BAB

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Nawacita yang ketiga, Presiden Joko Widodo menyatakan

bahwa akan membangun Indonesia dari pinggiran yang selama ini tertinggal

dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Paham strategi pembangunan ini menarik untuk diperhatikan

mengingat biasanya paham pembangunan yang dikembangkan adalah

memilih wilayah-wilayah yang mudah mendatangkan sumber-sumber ekonomi

baru yang biasanya berada di wilayah pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan wilayah pedesaan sangat penting, karena struktur

ekonomi pedesaan berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan

dibandingkan dengan struktur perkotaan. Sehingga bagaimana menumbuhkan

dan mengembangkan pembangunan di pedesaan sekaligus upaya-upaya apa

yang harus dilakukan untuk mencapai keserasian/kesamaan dengan wilayah

kota adalah pekerjaan rumah yang perlu segera dijawab.

Sesuai dengan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa, tujuan

pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa

dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui

1
2

pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana

desa, membangun potensi ekonomi lokal , serta pemanfaatan sumberdaya

alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pada periode

tahun 2015-2019 pembangunan perdesaan diarahkan untuk penguatan desa

dan masyarakatnya, serta pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di

perdesaan untuk mendorong pengembangan perdesaan berkelanjutan yang

memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi serta mendorong keterkaitan

desa-kota.

Lahirnya UU No.6/2014 tentang desa telah membuka peluang bagi

desa untuk menjadi mandiri dan otonom, serta sebagai wujud pengakuan

Negara terhadap Desa, khususnya dalam rangka memperjelas fungsi dan

kewenangan desa, serta memperkuat kedudukan desa dan masyarakat desa

sebagai subyek pembangunan, dimana diperlukan kebijakan penataan dan

pengaturan mengenai desa.

UU No.6/2014 ini memberikan ruang gerak yang luas untuk mengatur

perencanaan pembangunan atas dasar kebutuhan prioritas masyarakat desa

tanpa terbebani oleh program-program kerja dari berbagai instansi pemerintah

yang selanjutnya disebut 'otonomi desa'. Otonomi desa merupakan otonomi

yang asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah.

Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki

oleh desa tersebut.


3

Demi memperkuat otonomi desa, pemerintah kabupaten/kota perlu

mengupayakan beberapa kebijakan. Pertama, memberi akses dan

kesempatan kepada desa untuk menggali potensi SDA (Sumber Daya Alam)

untuk dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan desa dengan tetap

memperhatikan ekologi untuk pembangunan berkelanjutan. Kedua,

memberikan bantuan kepada desa berdasar peraturan perundangan yang

berlaku. Ketiga, memfasilitasi upaya capacity building tidak hanya bagi

aparatur desa, tetapi juga bagi komponen-komponen masyarakat melalui

korbinwas (koordinasi, bimbingan dan pengawasan).

Guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi desa dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa dalam segala

aspeknya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, UU Nomor 6 Tahun 2014

memberikan mandat kepada Pemerintah untuk mengalokasikan Dana Desa.

Dana Desa tersebut dianggarkan setiap tahun dalam APBN yang diberikan

kepada setiap desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa.

Dana Desa adalah dana APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang

ditransfer melalui APBD Kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Di Kabupaten Sarolangun, selain Dana Desa yang bersumber dari

APBN, Pemerintah Daerah Sarolangun juga memiliki program unggulan dalam

pembangunan desa dan kelurahan dengan anggaran yang bersumber dari

APBD. Sebagai bentuk upaya pemerintah daerah Kabupaten Sarolangun


4

dalam membangun desa/kelurahan yang terdapat di Kabupaten Sarolangun,

maka Pemerintah Kabupaten Sarolangun bersama Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah telah membentuk suatu program yang betujuan untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat desa dan kelurahan. Program tersebut dinamakan

Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan yang disingkat dengan

P2DK.

Program ini diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Pembangunan

Desa/Kelurahan (P2DK). Pengaturan Program Bantuan Percepatan

Pembangunan Desa/Kelurahan dimaksudkan untuk memberikan kepastian

hukum terhadap penyelenggaraan bantuan kepada desa dan kelurahan

secara berkesinambungan di Kabupaten Sarolangun. Adapun tujuan dari

penyelenggaraan Program P2DK telah tertuang di dalam Peraturan Daerah

Kabupaten sarolangun Nomor 5 Tahun 2014 tentang Program Percepatan

Pembangunan Desa/Kelurahan, yaitu:

a. Meningkatkan perekonomian desa/kelurahan;

b. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya

masyarakat prasejahtera dalam pengambilan keputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian

pembangunan;

c. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayakan sumber daya desa/kelurahan;


5

d. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa/kelurahan dalam

memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif;

e. Menyediakan infrastruktur dasar;

f. Mendorong terbentuknya dan berkembangnya kerjasama antara

desa/kelurahan; dan

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam

upaya penanggulangan kemiskinan.

Kegiatan Program Bantuan Percepatan Pembangunan

Desa/Kelurahan diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. lebih bermanfaat bagi masyarakat pra sejahtera;

b. berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan;

c. dapat dikerjakan oleh masyarakat;

d. didukung oleh sumber daya yang ada; dan/atau

e. memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.

Sarolangun terdiri atas 10 kecamatan, 149 desa dan 9 kelurahan,

mengingat hampir 90% daerah Kabupaten Sarolangun adalah pedesaan dan

sebagian besar masyarakatnya pun hidup sebagai petani, maka dapat diakui

bahwa masyarakat akan kesulitan dalam menggarap dan mengangkut hasil

pertanian jika tidak didukung dengan infrastruktur dan juga masyarakat desa

akan kesulitan untuk menggarap dan mengelola berbagai petani yang ada di
6

desa seperti pertanian, perkebunan, perikanan, dan potensi lainnya jika tidak

didukung dengan modal yang memadai.

Pendanaan Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan

(P2DK) di Sarolangun berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten Sarolangun, Setiap desa dan kelurahan diberikan dana

sebesar Rp. 200.000.000,- untuk menjalankan program P2DK ini. Selain dari

APBD, dana untuk program P2DK ini juga bersumber dari Swadaya

Masyarakat dan Partisipasi dunia usaha.

Alur tahapan Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan

meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian

kegiatan, sebelum memulai tahap perencanaan, hal penting yang harus

dilakukan adalah melakukan Orientasi atau pengenalan kondisi yang ada di

desa/kelurahan dan kecamatan.


7

Gambar 1.1

Alur Tahapan Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan

Dalam pelaksaan program ini perlu mengikutsertakan masyarakat

dalam proses pelaksanaan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan mulai dari perencanaan

sampai dengan pelestarian. Namun ternyata dalam proses pelaksanaan

Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan (P2DK) terdapat

fenomena-fenomena yang menghambat proses pelaksanaan program ini.


8

Adapun beberapa fenomena yang terjadi, yang pertama masih adanya

proses realisasi tidak tepat sasaran dan tidak tepat waktu seperti yang terjadi

di Desa Barkun yang gagal panen dalam program cabe merah, namun Kades

Desa Barkun menyampaikan bahwa semua sudah sesuai dengan petunjuk

teknis kegiatan. Selain itu, penulis juga mendapatkan banyak permasalah yang

penulis temukan melalui berita-berita yang penulis baca di internet, seperti

yang di beritakan di gatra.com yaitu adanya dugaan penyelewengan

penggunaan Dana Desa (DD) dan dana Percepatan Pembangunan Desa dan

Kelurahan (P2DK) Desa Bukit Kecamatan Pelawan daerah itu yang dilaporkan

dan sempat didemo oleh warga setempat beberapa waktu lalu.

Begitu pula permasalahan yang terjadi di Kecamatan Bathin VIII

tepatnya di Desa Sukajadi terjadi ketidakberlanjutan Program P2DK ini, seperti

yang diberitakan di www.iglobalnews.co.id yaitu warga yang tidak serius dalam

membantu menjalankan program P2DK di Desa Sukajadi, Kepala Desa

Sukajadi mengatakan:

Terkait Program P2DK yang saat ini tidak ada perkembangan, itu
adalah kesalahan warga. Mereka semaunya dan tidak serius
memelihara. Lebih miris lagi setiap hari ikan-ikan di kolam tersebut
selalu diambil untuk keperluan pribadi sendiri. Mereka hanya tahu itu
adalah bantuan dari pemerintah, akhirnya kita pasrah dan tidak
berkelanjutan

Dari permasalahan yang terjadi di Desa Sukajadi tersebut, tidak

menutup kemungkinan terjadi permasalahan yang serupa ataupun


9

permasalahan lainnya di desa dan kelurahan lainnya yang berada di

Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun dalam Implementasi Program

Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan, karena seperti di Desa Sukajadi

seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Bathin VIII yang terdiri atas 14 desa

dan 1 kelurahan mendapatkan dana P2DK dalam jumlah yang sama yaitu Rp.

200.000.000,-.

Kecamatan Bathin VIII merupakan wilayah domisili penulis, dan

penulis telah mengenal situasi dan kondisi lingkungan wilayah Kecamatan

Bathin VIII sehingga dapat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian

dan mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan terkait dengan

Implementasi Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan oleh Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten

Sarolangun.

Dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan

Desa/Kelurahan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa memiliki peran

yang penting dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum, pelaksanaan

pembinaan, evaluasi dan pelaporan di bidang Pemberdayaan Masyarakat,

Desa, pelaksanaan administrasi desa dan kelurahan serta peran lainnya.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa setiap tahun membuat

rancangan usulan desa/kelurahan yang mendapatkan program bantuan


10

Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah.

Berdasarkan topik dan permasalah yang penulis bahas diatas, maka

penulis mengangkat judul penelitian “Implementasi Program Percepatan

Pembangunan Desa/Kelurahan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi

(Studi Kasus Peraturan Daerah Kebupaten Sarolangun Nomor 5 Tahun

2014)”.

1.2 Ruang Lingkup, Fokus dan Lokasi


1.2.1 Ruang Lingkup

Ruang lingkup adalah lingkup magang sesuai dengan struktur

keilmuan yang dikembangkan pada latar belakang pendidikan penulis yakni

Politik Pemerintahan. Ruang lingkup merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh

penulis untuk mendukung ketika penulis melaksanakan magang dilapangan.

Dalam pelaksanaan magang yang menjadi ruang lingkup penulis adalah :

1. Perencanaan Implementasi kebijakan

Dalam pembuatan suatu kebijakan dibutuhkan

perencanaan yang baik sehingga kebijakan yang ada sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Dalam perencanaan kebijakan

dibutuhkan juga bagaimana cara mensosialisasikan kebijakan

tersebut kepada pihak terkait. Persiapan sebelum pelaksanaan


11

kebijakan serta tahapan-tahapan terkait dengan koordinasi

dengan instansi pelaksana kebijakan dalam rangka pelaksanaan

kebijakan;

2. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan

Dalam pelaksanaan kebijakan Percepatan Pembangunan

Desa/Kelurahan dibutuhkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis agar dapat melaksanakan peraturan daerah secara efektif

dan efisien sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa/kelurahan di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten

Sarolangun;

3. Pengawasan Implementasi Kebijakan

Dalam kebijakan dijelaskan pengawasan dari

implementasi kebijakan yang dijabarkan pada Bab II;

4. Evaluasi Implementasi Kebijakan

Dalam pelaksanaan kebijakan harus dilakukan evaluasi

terkait dengan pelaksanaan kebijakan sehingga menjadi indikator

keberhasilan suatu kebijakan.

1.2.2 Fokus

Fokus penelitan yang penulis ambil agar arah penelitian menjadi lebih

jelas, yaitu:
12

1. Bagaimana Imlementasi Program Percepatan Pembangunan

Desa/Kelurahan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun?

2. Apa saja hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam

implementasi Program Percepatan Pembangunan

Desa/Kelurahan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi?

3. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam

meningkatkan efektifitas implementasi Program Percepatan

Pembangunan Desa/Kelurahan oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten

Sarolangun?

1.2.3 Lokasi

Pemilihan lokasi magang ini didasarkan pada pertimbangan penulis

dalam memperoleh data dan informasi penelitian dalam rangka untuk

mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Penulis akan melaksanakan

magang riset terapan pemerintahan yang berjudul IMPLEMENTASI

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DI

KECAMATAN BATHIN VIII di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kabupaten Sarolangun sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang


13

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan Masyarakat

dan Desa.

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud

Dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat mengumpulkan data dan

informasi serta mengidentifikasi masalah dan diolah terkait

pengimplementasian Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan

oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII

Kabupaten Sarolangun serta memberikan masukan kepada pemerintah dalam

mengatasi masalah yang terjadi dalam proses pengimplementasian kebijakan

tersebut.

1.3.2 Tujuan

Tujuan penelitian yang penulis ambil disesuaikan dengan rumusan

masalah yang penulis dapatkan, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji pengimplementasian Program

Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan oleh Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten

Sarolangun Provinsi Jambi.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang menjadi

penghambat dalam pelaksanaan program percepatan


14

pembangunan desa/kelurahan oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten

Sarolangun.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah daerah dalam

mengoptimalkan Implementasi Program Percepatan

Pembangunan Desa/Kelurahan oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten

Sarolangun.

1.4 Kegunaan
1.4.1 Kegunaan Bagi Praja

Bagi praja sendiri, penelitian ini memiliki kegunaan untuk memenuhi

syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma IV di Institut

Pemerintahan Dalam Negeri, dan juga untuk menambah wawasan,

pengetahuan, pengalaman dan belajar memecahkan masalah dalam

melaksanakan tugas dan pengabdian di masa yang akan datang tentang

Implementasi Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan oleh Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten

Sarolangun Provinsi Jambi.

1.4.2 Kegunaan Bagi Lembaga IPDN

Bagi lembaga Institut Pemerintahan Dalam Negeri, penelitian ini bisa

menjadi pemikiran, wawasan dan pengetahuan serta referensi dalam bidang


15

pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan Program Percepatan

Pembangunan Desa/Kelurahan.

1.4.3 Kegunaan Bagi Lokasi Magang

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan pemikiran

yang dapat membantu kelancaran kegiatan dalam Implementasi Program

Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa di Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun

Provinsi Jambi.

Anda mungkin juga menyukai