Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Negara Hukum


Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang
sempurna ( a perfect society ) . Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna
yang para anggotanya mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan
sempurna jika memiliki sejumlah kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan
secara internal, yaitu adanya penghargaan nilai nilai kemanusiaan di dalam kehidupan
masyarakat itu. Saling menghargai hak sesama anggota masyarakat. Kelengkapan secara
eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai bagian dari
organisasi masyarakat yang lebih luas.
Dalam perkembangannya , teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam
formulasinya, misalnya menurut tokoh : Socrates, Plato, dan Aristoteles. Munculnya
keragaman konsep teori tentang negara hanya karena perbedaan cara cara pendekatan saja.
Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu bentuk masyarakat yang sempurna.
Teori klasik tentang negara tersebut mendasarkan konsep “masyarakat sempurna”
menginspirasikan lahirnya teori modern tentang negara, kemudian dikenal istilah negara
hukum.
Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata Rechts staat atau Rule
of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan istilah Rechts staat,
sementara tradisi Anglo-saxon menggunakan istilah Rule of law. Di indonesia, istilah Rechts
staat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno,2007).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan oleh pendiri
negara Republik Indonesia (dari Tjipto Mangoskoesoemo dan kawan – kawan ) sejak
hampir satu abad yang lalu. Walaupun pembicaraan waktu itu masih dalam konteks
hubungan Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Jadi, cita – cita negara hukum
yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis
kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang mengatakan cita negara hukum
yang demokratis pertama kali dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha – Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa
menyesatkan.
Negara hukum adalah sebuah negara yang dalam menjalankan pemerintahannya
berdasarkan pada hukum. Jadi, penyelenggaraan pemerintahan di negara hukum seperti
Indonesia tidak boleh menyalahi perangkat negara yang mengatur tentang hukum seperti
undang – undang, Pancasila, TAP MPR, Peraturan pemerintah seperti peraturan daerah,

1
peraturan presiden, dan yang lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk membuat sebuah negara
yang adil dimana seluruh rakyatnya merasakan kemakmuran.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan juga bahwa dalam pelaksanaannya,
negara hukum harus menjunjung keadilan sebagai tujuan dari hukum sendiri. Maka sangat
dipertanyakan jika di sebuah negara hukum belum belum tercapai suatu keadilan. Itu
artinya, pelaksanaan negara hukum belum bisa dikatakan berhasil, baik disebabkan karena
pemerintahnya, maupun masyarakanya.
Para pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara hukum. Ketika
para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei 1 Juni 1945 dan tanggal 10-
17 Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota
BPUPKI. Melalui sidang – sidang tersebut dikemukakan istilah Rechts staat (Negara
Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin ( Abdul Hakim G Nusantara, 2010: 2 ). Dalam sidang
– sidang muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif tentang ketatanegaraan seperti:
negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh pendiri negara. Perdebatan pun dalam
sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa dan semangat
kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara, menjujung tinggi azas
kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal dapat ditemukan
dalam setiap penyusutan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950. Dalam
konstitusi- konstitusi tersebut dimasukkan pasal – pasal yang termuat dalam Deklarasi
Umum HAM PBB tahun 1948. Hal itu menunjukkan bahwan ketentuan – ketentuan tentang
penghormatan, dan perlindungan HAM perlu dan penting untuk dimasukkan kedalam
konstitusi negara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010: 2). Pengertian negara hukum selalu
menggambarkan adanya penyelenggaraan kekuasaan pemerintah negara yang didasarkan
atas hukum. Pemerintah dan unsur – unsur lembaga didalamnya dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam
negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
Bukti lain yang menjadi dasar yudiris bagi keberadaan negara hukum Indonesia
dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD Negara RI 1945,
bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.

2
2. Pengertian Negara Hukum Menurut Para Ahli
Prof. R. Djokosutomo, SH
UU 45 dalam Konstitunsi yang telah kita pelajari sejauh menjelaskan bahwa hukum
negara adalah aturan hukum. Menyatakan dirinya sebagai subjek hukum juga dapat dituntut
untuk melanggar hukum.

Prof. Dr. Ismail Suny, SH., M. CL


Di brosur nya “Mekanisme Demokrasi Pancasila” mengatakan bahwa negara hukum
Indonesia mencakup unsur – unsur berikut :
 Menegakkan hukum
 Pembagian kekuasaan
 Perlindungan keberadaan hak azasi manusia dan untuk membela obat prosedural
 Hal ini dimungkinkan untuk administrasi peradilan

Aristoteles
Negara – negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi warganya.
Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi menjadi :
 Hukum tertulis
 Hukum tak tertulis
Istilah konstitusi itu sendiri dikenal sejak abad kesembilan belas, tetapi konsep negara
hukum telah berkembang dengan tuntutan situasi. Dimulai pada zaman Plato, konsep negara
hukum itu sendiri telah mengalami banyak perubahan sehingga membuat para ahli dan
spesialis dipaksa untuk memperdebatkan konsep negara hukum itu sendiri.

Plato dan Aristoteles


Mengungkapkan bahwa Negara Hukum adalah negara yang diperintah oleh negara
adil. Dalam filsafat, baik ofensif dan disebutkan bahwa konsep hukum negara memiliki
aspirasi yang dapat digambarkan sebagai berikut :
 Cita – cita untuk mengejar kebenaran
 Cita – cita untuk mengejar kesusilaan
 Cita – cita manusia untuk mengejar keindahan
 Cita – cita untuk mengejar keadilan

3
Hugo Krabbe
Bahwa negara harus memiliki Negara Hukum (Rechts staat) dan setiap tindakan
Negara harus didasarkan pada hukum atau harus bertanggung jawab kepada hukum.

Prof. R. Djokosutomo
Negara menurut UU 1945 didasarkan pada aturan hukum. Menghukum berdaulat.
Negara adalah subyek hukum, dalam arti rechts staat ( Badan hukum republik ). Karena
negara dipandang sebagai subyek hukum, jadi jika dia bersalah dapat dituntut di depan
pengadilan karena kesalahan.
Hukum membentuk dasar dari tindakan masing – masing negara. Ada empat alasan
mengapa negara mengatur dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum :
 Demi kepastian hukum
 Tuntutan perlakuan yang sama
 Legitimasi demokrasi
 Tuntutan akal budi

Hukum negara berarti alat bagi negara – negara untuk menggunakan kekuatannya hanya di
bawah hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan oleh hukum. Dalam negara
hukum, tujuan dari kasus ini harus dihukum sesuai dengan keputusan kebenaran. Tujuan dari
ini adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak untuk pertahanan atau
bantuan hukum.

3. Masalah yang sering muncul di Negara Hukum


Namun dalam menjalankan tugas pasti selalu ada saja masalah, contoh masalah yang
paling sering ditemukan di negara hukum adalah pelaksanaan hukum yang masih mengenal
sistem kasta. Sistem tersebut membuat perbedaan dalam penerapan hukum dengan
memandang jabatan, status sosial, dan pengaruh dari seseorang yang dihakimi. Seringkali
orang yang memiliki jabatan, status sosial, serta pengaruh yang tinggi diloloskan dari
hukuman yang seharusnya didapat. Dan akibatnya, orang – orang kecillah yang
menanggungnya. Hak Azasi Manusia juga seharusnya mendapat sorotan yang lebih di
negara hukum, karena Hak Asasi Manusia menjadi salah satu ciri dari negara hukum.

4
Namun pelaksanaan Hak Asasi Manusia masih banyak menemukan masalah karena
jumlah rakyat yang banyak mengurangi kemampuan pemerintah dalam mengawasi dan
mengendalikan hak azasi manusia di masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai
tujuan dari negara hukum dibutuhkan kontribusi serta kerjasama dari pemerintah dengan
masyarakat.

4. Ciri Negara Hukum


Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 cenderungmengarah pada
konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukum dalam arti sempit. Dalam
konsep ini negara hukum diposisikan ke dalam ruang gerak dan peran kecil atau sempit.
Seperti dalam uraian terdahulu negara hukum dikonsepsikan sebagai “ sistem
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum.
Pemerintah dan unsur – unsur lembaganya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan pasif. Dalam dekade
abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara hukum dalam arti
material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan
dinamika perkembangan jaman. Konsep negara hukum material yang dikembangkan di
abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechts
staat, yaitu sebagai berikut :
a. HAM terjamin oleh undang – undang
b. Supremasi Hukum
c. Pembagian kekuasaan (Trias Politika) demi kepastian hukum
d. Kesamaan kedudukan di depan hukum
e. Peradilan administrasi dalam perselisihan
f. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi
g. Pemilihan Umum yang bebas
h. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

Friedrich julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri –
ciri Rechts staat sebagai berikut :
a. Hak Asasi Manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang
biasa dikenal sebagai Trias Politika.

5
c. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan

Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo-saxon memberi ciri-ciri Rule Of
Law sebagai berikut :
a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenangan – wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum
b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat
c. Terjaminnya hak – hak manusia dalam undang – undang atau keputusan pengadilan.

5. Negara hukum dan Hak Azasi Manusia


Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak azasi
manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan suatu negara
hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan kehidupan
demokratis. Dasar filosofi perlunya perlindungan hukum terhadap hak azasi manusia adalah,
bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang yang keberadaanya sejak
berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian Tuhan,negara wajib melindunginya.
Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara yudiris didasarkan pada UUD Negara
RI 1945.

6. Hakikat HAM di Indonesia


Sekitar abad ke – 20 perjuangan hak azasi manusia cukup berkembang dan makin
luas, tidak hanya sebatas pada hak politik tetapi juga pada hak – hak lain, seperti yang
diajukan Presiden AS, Franklin D. Roselvet pada permulaan perang dunia ke II, waktu
berhadapan dengan Nizi Jerman.
Hak Azasi Manusia atau yang sering dikenal dengan HAM pada hakekatnya
merupakan hak – hak fundamental yang dimiliki oleh seseorang dan melekat pada kodrat
manusia. HAM dalam ketentuan pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak azasi
manusia. Bahwa hak azasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Menurut
pendapat Jan Materson (dari Komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United

6
Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak – hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya, manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak – hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai kodrati ( Mahsyur Effendi, 1994 ). Dalam pasal 1
undang – undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “ Hak Azasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugerah Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang, semi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu :
a. Kasus Pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan massal ( Genisida )
2. Pembunuhan sewenang – wenang atau di luar putusan pengadilan
3. Penyiksaan
4. Penghilangan orang secara paksa
5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain.

7. Gagasan Negara Hukum


Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu
sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan
menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib
dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional
dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu,
sistem hukum itu perlu dibangun ( Law making ) dan ditegakkan ( Law enforcing )
sebagaimana mestinya, dimulai dengan kostitusi sebagai hukum yang paling tinggi
kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya kostitusi itu sebagai hukum dasar yang

7
berkedudukan tertinggi ( the supreme law of the land ), dibentuk pula sebuah Mahkamah
Konstitusi yang berfungsi sebagai ‘the guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate interpreter of
the constitution’.

8. Konsep Negara Hukum Kontemporer


Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep ‘Rechts staat’
dan ‘the rule of law’ , juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’ yang berasal dari
perkataan ‘nomos’ dan ‘cratos’. Perkataan nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan
‘demos’ dan ‘cratos’ atau ‘kratien’ dalam demokrasi. ’nomos’ berarti norma, sedangkan
‘cratos’ adalah kekuasaan. Yang dibayangkan sebagai faktor penentu dalam
penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Karena itu, istilah nomokrasi itu
berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan
tertinggi. Dalam istilah Inggris yang dikembangkan oleh A. V. Dicey, hal itu dapat
dikatkan dengan prinsip “rule of law” yang berkembang di Amerika Serikat menjadi
jargon “The rule of law, and not of man”. Yang sesungguhnya dianggap sebagai pemimpin
adalah hukum itu sendiri, bukan orang. Dalam buku plato berjudul “Nomoi” yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “The Laws” jelas
tergambar bagaimana ide nomokrasi itu sesungguhnya telah sejak lama dikembangkan dari
zaman Yunani kuno.
Di zaman modern, konsep Negara Hukum di eropa Kontinental dikembangkan
antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain lain dengan
menggunakan istilah Jerman yaitu “Rechts staat” sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika,
konsep Negara Hukum dikembangan atas kepeloporan A. V. Dicey dengan sebutan “The
rule of law”

9. Strategi Pelaksanaan ( Pengembangan ) Rule of Law


Agar pelaksanaan (pengembangan) Rule of Law berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, maka :
a. Keberhasilan “the enforcement of the rule of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional masing – masing
bangsa

8
b. Rule of Law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar budaya
yang tumbuh dan berkembang pada bangsa
c. Rule of Law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakkan secara adil, dan
hanya memihak kepada keadilan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif (satjipto


Rahardjo, 2004), yang memihak hanya kepada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat
politik yang memihak kepada kekuasaan seperti yang selama ini diperlihatkan.
Hukum progresif merupakan gagasan yang ingin mencari cara untuk mengatasi
keterpurukan hukum di indonesia secara lebih bermakna. Asumsi dasar hukum progresif
bahwa “hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya, hukum bukan merupakan institusi
yang absolut dan final, hukum selalu dalam proses untuk terus menerus menjadi ( law as
process, law in the making ).

10. Fungsi Rule Of Law


Fungsi Rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “rasa
keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga “keadilan sosial” sehingga diatur pada pembukaan
UUD 1945.
Bersifat Map dan instruktif bagi penyelenggara negara. Dengan demikian, inti dari
dari Rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial.
Prinsip – prinsip di atas merupakan dasar – dasar hukum pengambilan kebijakan bagi
penyelenggara negara pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah yang berkaitan
dengan jaminan atas rasa keadilan terutama keadilan sosial.

11.Makna Indonesia sebagai Negara Hukum


Bukti yudiris atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut
harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara
kesejahteraan (welfare staat), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara
untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide –
ide kreatif dan inovatif. Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya
adalah hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adatip, dan progresif.

9
Akomodatif artinya mampu menyerap, menmpung keinginan masyarakat yang dinamis.
Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung
masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman,
sehingga tidak pernah usang.
Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna
hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam
praktiknya mencairkan kebekuan – kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan
kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.

10

Anda mungkin juga menyukai