Anda di halaman 1dari 4

Enam Tahun Kebersamaan dengan Pasien Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa

DECEMBER 20, 2015 by Bunda Mardha LEAVE A COMMENT

Tahun 2015 adalah tahun keenam masa tugas dan pengabdian saya sebagai Dokter pelaksana dialisis di
Unit Hemodialisa RS.Kasih Ibu Surakarta. Beberapa pasien masih dengan kebiasaan, senyuman,
kenakalan dan celotehan yang sama seperti enam tahun lalu, beberapa ada yang kelihatan sudah sangat
letih menjalaninya dan beberapa yang lain sudah tidak ada lagi di ruangan unit hemodialisa karena
sudah bersama Sang Maha Pemberi Kehidupan.

Tahun pertama saat saya diberi amanah oleh Dokter penanggung jawab untuk bertugas di Unit
Hemodialisa merupakan tahun yang penuh pergulatan antara rasa antusiasme yang begitu besar ketika
mendapatkan pelatihan dokter dialisis di RS.Moewardi, dilema, suka, cita dan berakhir dengan
kesadaran, keikhlasan dan rasa syukur tiada henti yang kemudian berujung menjadikan diri saya seperti
yang sekarang ini dalam mendampingi para pasien gagal ginjal kronis di Unit Hemodialisa. Hampir mirip
dengan fase yang dilalui oleh pasien ginjal kronis yang pertama kali di ‘perintahkan’ untuk menjalani
hemodialisa oleh Dokter Konsulen. Sebagai Dokter baru di ruangan baru, rumah sakit baru dan daerah
baru pastilah dihadapkan pada tantangan , iya benar, siapa lagi kalau bukan para perawat terutama
perawat senior yang sudah melalui training khusus untuk bisa bekerja di Unit HD. Pertanyaan ‘tes-tes’
terselubung dan tugas-tugas tambahan kerap diberikan. Namun dengan kesungguhan, konsistensi
,adaptasi dan komunikasi yang tepat dalam kurun waktu tidak sampai sebulan saya dan para perawat
sudah melebur menjadi satu tim yang kompak ,saling mengisi dan saling menghormati sampai saat ini.

3 Pilihan Yang Ada : Transplantasi, Dialisis dan CAPD

Dilema dalam perjalanan tugas saya mulai terasa ketika mengetahui bahwa tindakan cuci darah adalah
suatu proses untuk mempertahankan kehidupan dan bukanlah untuk menyembuhkan. Padahal banyak
pasien yang tidak memahaminya sehingga selalu bertanya‘Kapan saya akan sembuh ?’ atau ‘Berapa kali
lagi saya harus cuci darah ?’. Dan pertanyaan demi pertanyaan ini akhirnya harus diselesaikan dengan
edukasi panjang lebar kepada pasien dan keluarga dimeja nurse station dimulai dengan saya mengambil
kertas HVS, menggambar organ ginjal sampai ke kandung kemih, sembari membuka hasil laboratorium
fungsi ginjal terbaru, hasil USG ginjal dan bila ada hasil renogram pasien yang bersangkutan. Rata-rata
dibutuhkan waktu 10-20 menit untuk menjelaskan hal ini mulai dari penyebab, gejala, komplikasi, serta
terapi pengganti ginjal juga diet yang harus dijalani. Ada yang langsung mengerti, ada pula yang
kelihatan bingung atau mungkin belum bisa menerima bahwa penyakit ginjal kronis tidak dapat
disembuhkan dan pilihan yang ada untuk mengganti fungsi ginjal hanya tiga yaitu transplantasi ginjal,
hemodialisa dengan bantuan mesin dan CAPD. Dilema ini tidak berlangsung lama karena kemudian saya
mengambil sikap dan memposisikan diri sebagai Dokter sekaligus motivator ( walaupun bukan sekelas
Mario Teguh, hehe) namun dalam tiap pemeriksaan saya ke ‘bed’ pasien selalu saya selipkan kata-kata
penyemangat yang efeknya tidak hanya positif buat pasien namun juga buat saya pribadi.

Belajar kesabaran dari Sdr. H


Salah satu kisah di awal masa tugas saya adalah perjumpaan dengan seorang pasien Sdr.H usia 35 tahun
yang hamper saja membuat saya kehilangan kesabaran. Bagaimana tidak ? Ketika sampai giliran saya
untuk memeriksa Bapak yang satu ini, dia sama sekali tidak mempedulikan kehadiran dan pertanyaan
saya. Mukanya dingin dan tidak bersahabat. Kondisinya cukup baik namun dengan kedua kaki bengkak.
Tidak seperti pasien-pasien yang lain yang selalu antusias bila saya melakukan bed-side examinationdan
menanyakan keluhan mereka. Ketika saya tanyakan apa yang menjadi keluhannya dan yang
membuatnya tidak nyaman ? Diamenjawab ‘Buat apa saya cuci darah, Dok ?’ dengan nada garang dan
meremehkan ( entah meremehkan saya atau meremhkan kehidupan, saya juga tidak bisa memastikan ).
Dan tebak apa yang saya katakan . Bukannya membujuk dan berempati saya ikutan cuek dan menjawab
dengan pura-pura tidak antusias ‘Apakah Bapak sangat ingin tahu jawabannya ?’ dengan ekspresi datar.
Dia memelototi saya namun dengan raut muka dan rasa keingintahuan seperti yang saya
harapkan. Aha! akhirnya saya berhasil menaklukannya dengan memberikan penjelasan secara bertahap
untuk tetap menjaga optimismenya dalam menjalani kehidupan.Namun setelah hampir enam bulan
menjalani cuci darah dengan aman dan terkendali , sepulang saya mengikuti PIT PERNEFRI di Surabaya
tahun 2009 saya dikejutkan dengan kabar bahwa Sdr. H masuk ICU dengan kondisi kritis karena Stroke
hemoragik atau stroke yang disebabkan oleh perdarahan dan kondisinya kian memburuk hingga
berpulang. Selang sebulan saya membuka akun facebook saya dan melihat nama pasien tersebut
meng’invite’ saya, padahal sudah sebulan meninggal bukan ? ( hmm.. )

Inspirasi dari An.M

Kenangan tak terlupakan selanjutnya adalah perjumpaan dengan seorang bocah laki-laki An.M, siswa
salah satu Sekolah Dasar di Sragen yang rutin menjalani cuci darah di Solo didampingi ibunya dengan
bekal wajib KFC dan obat semprotan anestesi lokal Chlorethyl. KFC adalah perwujudan dukungan
seorang Ibu yang memenuhi janjinya agar si anak mau cuci darah dan Chlorethyl adalah obat
anestesi lokal yang juga wajib ada untuk meminimalkan rasa sakitnya saat para perawat hendak
mengakses AV shuntnya. Anak ini pulalah yang memberikan inspirasi bagi saya untuk membuat
beberapa tulisan di Bulletin Hemodialisa di RS.KasihIbu Surakarta yang terbit setiap tiga bulan sekali dan
bertahan selama satu tahun. Wajahnya yang moonface, kulitnya yang hitam karena hemosiderosis,
tumbuh kembangnya yang kurang ideal antara tinggi badan, berat badan dan umurya ternyata tidak
menyurutkan bocah ini untuk berprestasi karena dia berhasil lulus dari SD dengan nilai tertinggi dan
diterima di SMP unggulan kota Sragen. Saya ingat raut wajahnya ketika blood line akan dipasangkan
pada AV shunt di lengannya, wajahnya menyeringai kesakitan tapi tidak menangis. Jarang tersenyum
dan senang membawa buku pelajaran di ‘bed’nya. Senyum lebar pertamanya adalah ketika saya
memberikan ucapan selamat ulang tahun, merangkulnya ,dan mencium pipi tembemnya….barulah dia
tersenyum lebar, mungkin tersipu malu ya… Sampai suatu saat bocah ini terkena infeksi Demam
Berdarah hingga trombositnya hanya 6000 , sempat di rawat di Sragen dan dirujuk untuk perawatan di
PICU namun tidak dapat tertolong. Tangisan dan raut wajah sang Ibu masih terbayang oleh saya hingga
kini, wajah seorang Ibu yang penuh kesedihan namun juga penuh keikhlasan melepas anak yang begitu
disayanginya dipanggil oleh Yang Maha Kekal Abadi. Sang Ibu memeluk saya dan berkata ‘Maafkan anak
saya Dok, doakan semoga ia lebih bahagia bersama Sang Pencipta‘ . Saya bukanlah pribadi yang mudah
menangis. Namun kali ini air mata tak kuat saya bendung hingga akhirnya menetes walau dengan
memakai jas putih.

Rezeki gak kemana..

Selain itu saya beberapa kali dikejutkan dengan rezeki tak terduga yang datang dari pasien seperti
makanan, syukuran ulang tahun, buah dari pasien juragan buah dan beras dari pasien juragan beras,
hingga kami akhirnya sudah seperti keluarga. Ada juga diantara mereka yang berprofesi sebagai penjahit
pakaian, pemilik toko aksesoris , handphone dan lain-lain sehingga transaksi saling menguntungkan bisa
terjadi di antara kami.Tak kalah menarik adalah kesempatan untuk mengenal dan berinteraksi dengan
seorang wanita usia 65 tahun yang memilih hidup sendiri dan gemar membaca buku novel berbahasa
Perancis untuk menemani 4,5 jam waktunya dalam menjalani hemodialisa. Dan ternyata dia memang
pernah tinggal dan bekerja di Paris dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun. Beberapa kosa kata bahasa
Perancis dapat saya kuasai karena berinteraksi rutin dengannya seperti‘ Mon numest dr.Mardha , je
travaille le matin a l’unit hemodialise’, ‘not bad’ bukan. Sambil menyelam minum air, sambil bertugas
di unit HD mendapat ilmu Bahasa Prancis dan masih banyak lagi.

Life is A Blesssing

Berbagai kisah dan cerita menjadi refleksi perjalanan tugas saya mendampingi pasien ginjal kronis yang
menjalani cuci darah di Unit Hemodialisa sampai saat ini . Hal ini membuat saya lebih mensyukuri sekecil
apapun sekaligus selalu berusaha mengambil hikmah positif atas segala sesuatu yang terjadi pada diri
kita. Ketika kita ditimpa penyakit, kita dilanda kesusahan, dilanda kesedihan saya berusaha untuk tetap
bersyukur dengan membandingkan bahwa masalah yang kita hadapi tidaklah seberat dan sekompleks
apa yang harus dijalani para pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Ketika ramai pasien
membahas kasus Dul ( putra musisi Ahmad Dhani ) yang menabrak beberapa orang hingga meninggal
dunia dalam sekejap, saya sampaikan kepada pasien bahwa kematian adalah hak prerogatif dari Tuhan.
Mereka yang sudah menjalani cuci darah sampai 8 tahun saja masih diberikan kesempatan untuk
menjalani hidup di usia senja sedangkan anak dan remaja usia muda bias mendadak meninggal karena
ditabrak. Untuk itu tetaplah semangat dan bersyukur dalam menjalani hidup ini. Karena domain
manusia adalah berusaha dan berdoa sedangkan takdir adalah milikNya. Sehingga pada tahun keenam
ini pulalah saya terinspirasi untuk memiliki blog yang salah satu kategori tulisannya adalah mengenai
pasien ginjal kronis dan hemodialisa di www.kesehatanpro.com dengan harapan bahwa tulisan pada
blog ini bisa memberi manfaat bagi paramedis lain maupun masyarakat awam yang membacanya
dengan quoteLife is a Blessing no matter what it takes..dan saya yakin Anda pun akan setuju bahwa
hidup dan menjalani hidup adalah suatu anugerah , apapun yang harus dilalui untuk menjalaninya atau
bagaimanapun takdir dan nasib membawa kita, tetap hidup adalah anugerah tak terhingga.

Special memory for Miss D.A.F who just passed away yesterday, May Allah SWT be with you.

Very special support for ‘Kakung’ who still hospitalized, May Allah SWT give you strength and patience
through all of this time.
Filed Under: BERBAGI KISAH INSPIRATIFTagged With: CERITA PASIEN CUCI DARAH, CUCI
DARAH, HEMODIALISA

Leave a Reply

Anda mungkin juga menyukai