Manajemen Resiko Dalam Proyek
Manajemen Resiko Dalam Proyek
11 Januari 2011
4 Votes
Manajemen Risiko
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,
teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko
melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko
(manusia, staff, dan organisasi).
Risiko Operasional
Risiko Hazard
Risiko Finansial
Risiko Strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi
Korporasi (Enterprise Risk Management).
Ada banyak definisi tentang resiko, resiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan
yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Manajemen resiko adalah
proses pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan strategi pengelolaannya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang
timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta
tuntutan hokum). (Wikipedia).
Adapun Pengertian manajemen resiko menurut beberapa ahli :
Tindakan manajemen resiko diambil oleh para praktisi untuk merespon bermacam-macam
resiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen resiko yaitu mencegah dan
memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau
mentransfer resiko pada tahap awal proyek konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki
adalah untuk mengurangi efek-efek ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil
(Shen, 1997).
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan
menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang
ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
(Uher,1996).
Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3 stage utama, yaitu
(Soeharto, 1999):
1. Identifikasi resiko
2. Analisa dan evaluasi resiko
3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi resiko tersebut
Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah
terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko antara
lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).
a. Survival
b. Kedamaian pikiran
c. Memperkecil biaya
d. Menstabilkan pendapatan perusahaan
e. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
f. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.
ANALISIS RISIKO
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan / aktivitas yang
idlakukan manusia, termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek konstyruksi. Karena
dalam setiap kegiatan, seperti kegiatan konstruksi, pasti ada berbagai ketidakpastian
(uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada
suatu kegiatan. Para ahli mendefinisikan risiko sebagai berikut :
1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil – hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu
pada kondisi tertentu (William & Heins, 1985).
2. Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William, Smith, Young, 1995).
3. Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi atau akibatnya
(Siahaan, 2007).
Macam Risiko
Risiko adalah buah dari ketidakpastian, dan tentunya ada banyak sekali faktor – faktor
ketidakpastian pada sebuah proyek yang tentunya dapat menghasilkan berbagai macam
risiko. Risiko dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam menurut karakteristiknya, yaitu
lain:
a. Risiko Spekulatif (Speculative Risk), yaitu risiko yang memang sengaja diadakan, agar
dilain pihak dapat diharapkan hal – hal yang menguntungkan. Contoh: Risiko yang
disebabkan dalam hutang piutang, membangun proyek, perjudian, menjual produk, dan
sebagainya.
b. Risiko Murni (Pure Risk), yaitu risiko yang tidak disengaja, yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba – tiba. Contoh : Risiko kebakaran, perampokan, pencurian,
dan sebagainya.
a. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang
terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan
demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi.
b. Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko
spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.
a. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya
risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan
kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya.
b. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar
perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan
sebagainya.
Selain macam – macam risiko diatas, Trieschman, Gustavon, Hoyt, (2001), juga
mengemukakan beberapa macam risiko yang lain, diantaranya :
1. Risiko Statis dan Risiko Dinamis (berdasarkan sejauh mana ketidakpastian berubah karena
perubahan waktu)
a. Risiko Statis. Yaitu risiko yang asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada
dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh
risiko spekulasi statis : Menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil. Contoh risiko murni statis
: Ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak
(secara random).
b. Risiko Dinamis. Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko
dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh sumber risiko dinamis : urbanisasi,
perkembangan teknologi, dan perubahan undang – undang atau perubahan peraturan
pemerintah.
2. Risiko Subyektif dan Risiko Obyektif
a. Risiko Subyektif
Risiko yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami ragu – ragu atau
cemas akan terjadinya kejadian tertentu.
b. Risiko Obyektif
Probabilita penyimpangan aktual dari yang diharapkan (dari rata – rata) sesuai pengalaman.
Manajemen Risiko
Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses
yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Adapun beberapa definisi manajemen risiko dari
berbagai literatur yang didapat, antara lain :
a. Manajemen risiko merupakan proses formal dimana faktor – faktor risiko secara sistematis
diidentifikasi, diukur, dan dicari
c. Manajemen risiko, dalam konteks proyek, adalah seni dan pengetahuan dalam
mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor – faktor risiko sepanjang masa proyek.
c. Menangani risiko
d. Pengimplementasian
d. Membiayai risiko
e. Pengadministrasian program
c. Menangani risiko
c. Respon manajemen
d. Administrasi sistem
Selanjutnya, dalam penelitian ini akan dipakai tahapan – tahapan manajemen risiko yang
dikemukakan oleh Al Bahar dan Crandall (1990), dengan sedikit modifikasi, sehingga
menjadi sebagai berikut :
2. Respon manajemen
3. Administrasi system.
Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi
risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang,
dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting,
karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu
proyek, harus diidentifikasi.
Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak
ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi
risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
a. Brainstorming
b. Questionnaire
c. Industry benchmarking
d. Scenario analysis
f. Incident investigation
g. Auditing
h. Inspection
i. Checklist
k. dan sebagainya
Adapun cara – cara pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah proyek, adalah
:
2. Membuat checklist kerugian potensial. Dalam checklist ini dibuat daftar kerugian dan
peringkat kerugian yang terjadi.
• Kekayaan yang tidak langsung, misalnya penurunan permintaan, image perusahaan, dan
sebagainya.
b. Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya pribadi orang
lain.
c. Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian, ketidakmampuan, usia tua,
pengangguran, sakit, dan sebagainya.
d. Risiko legal
d. Risiko pelaksanaan
e. Risiko ekonomi
c. Risiko manajemen
d. Risiko pasar
f. Risiko teknis
e. Risiko manajemen
h. Risiko politik
e. Risiko fisik
Respon Manajemen
Setelah risiko – risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, kontraktor akan
mulai memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat. Strategi ini didasarkan kepada
sifat dan dampak potensial / konsekuensi dari risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari strategi
ini adalah untuk memindahkan dampak potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan
kontrol terhadap risiko.
1. Menghindari risiko
3. Meretensi risiko
4. Mentransfer risiko
5. Asuransi
1. Menghindari risiko
Menghindari risiko merupakan strategi yang sangat penting, strategi ini merupakan strategi
yang umum digunakan untuk menangani risiko. Dengan menghindari risiko, kontraktor
dapat mengetahui bahwa perusahaannya tidak akan mengalami kerugian akibat risiko yang
telah ditafsir. Di sisi lain, kontraktor juga akan kehilangan sebuah peluang untuk
mendapatkan keuntungan yang mungkin didapatkan dari asumsi risiko tersebut.
Contohnya : seorang kontraktor yang ingin menghindari risiko politik dan finansial berkaitan
dengan proyek pada negara dengan kondisi politik yang tidak stabil, dapat menolak
melakukan tender proyek pada negara tersebut. Namun demikian, apabila kontraktor tersebut
menolak untuk melakukan tender, maka kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dari
proyek tersebut juga ikut menghilang.
Alternatif strategi yang kedua adalah mencegah risiko dan mengurangi kerugian. Strategi ini
secara langsung mengurangi potensi risiko kontraktor dengan 2 cara, yaitu :
2. Mengurangi dampak finansial dari risiko, apabila risiko tersebut benar – benar terjadi.
Contohnya : pemasangan alarm atau alat anti – maling pada peralatan di
3. Meretensi risiko
Retensi risiko telah menjadi aspek penting dari manajemen risiko ketika perusahaan
menghadapi risiko proyek. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik secara utuh
maupun sebagian, dari dampak finansial suatu risiko yang akan dialami oleh perusahaan.
Dalam mengadopsi strategi retensi risiko ini, perlu dibedakan antara 2 jenis retensi yang
berbeda.
1. Retensi risiko yang terencana (planned) adalah asumsi yang secara sadar dan sengaja
dilakukan oleh kontraktor untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Dengan strategi
seperti itu, risiko dapat ditahan dengan berbagai cara, tergantung pada filosofi, kebutuhan
khusus, dan juga kapabilitas finansial dari kontraktor itu sendiri.
2. Retensi risiko yang tidak terencana (unplanned) terjadi ketika kontraktor tidak mengenali
atau mengidentifikasi kberadaan dari suatu risiko dan secara tidak sadar mengasumsi
kerugian yang akan muncul.
4. Mentransfer risiko
Pada dasarnya, transfer risiko dapat dilakukan, melalui negosiasi, kapanpun kontraktor
menjalani perencanaan kontraktual dengan banyak pihak seperti pemilik, subkontraktor
ataupun supplier material dan peralatan. Transfer risiko bukanlah asuransi. Biasanya, transfer
risiko ini dilakukan melalui syarat atau pasal – pasal dalam kontrak seperti : hold – harmless
aggrement dan klausul jaminan atau penyesuaian kontrak. Karakeristik esensial dari transfer
risiko ini adalah dampak dari suatu risiko, apabila risiko tersebut benar – benar terjadi,
ditanggung bersama atau ditanggung secara utuh oleh pihak lain selain kontraktor.
Contohnya : penyesuaian pada harga penawaran, dimana kompensasi ekstra akan diberikan
kepada kontraktor apabila terjadi perbedaan kondisi tanah pada suatu proyek.
5. Asuransi
Asuransi menjadi bagian penting dari program manajemen risiko, baik untuk sebuah
organisasi ataupun untuk individu. Asuransi juga termasuk di dalam strategi transfer risiko,
dimana pihak asuransi setuju untuk menerima beban finansial yang muncul dari adanya
kerugian. Secara formal, asuransi dapat didefinisikan sebagai kontrak persetujuan antara 2
pihak yang terkait yaitu : pengasuransi (insured) dan pihak asuransi (insurer). Dengan adanya
persetujuan tersebut, pihak asuransi (insurer) setuju untuk mengganti rugi kerugian yang
terjadi (seperti yang tercantum dalam kontrak) dengan balasan, pengasuransi (insured) harus
membayar sejumlah premi tiap periodenya.
Administrasi sistem
Administrasi sistem adalah tahapan terakhir dari program manajemen risiko. Manajer risiko
harus mengandalkan kemampuan manajerialnya untuk mengkoordinasi, mengarahkan,
mengorganisasi, memotivasi, memfasilitasi dan menjalankan organisasi menuju rencana
penanganan risiko yang rasional dan terintegrasi. Menurut William, Smith, Young (1995),
ada 5 hal manajerial penting yang dihadapi oleh seorang manajer risiko, yaitu :
4. Pengawasan klaim.
Proses manajemen risiko harus dilakukan oleh semua pihak dalam suatu organisasi. Namun,
dengan demikian banyaknya pihak yang terlibat, akan sangat mudah untuk terjadinya
miskomunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kebijakan dan prosedur pelaksanaan
proses manajemen risiko yang formal, yang sesuai dengan misi atau tujuan dari program
manajemen risiko dan sejalan dengan misi organisasi tersebut.
Menurut William, Smith, Young (1995), untuk menyusun kebijakan dan prosedur program
manajemen risiko tersbut, dibutuhkan beberapa tahapan, yaitu :
Perusahaan harus menyusun statement kebijakan manajemen risiko yang berisi tentang misi
dan tujuan dari program manajemen risiko.
2. Organisasi
Perusahaan sebaiknya menyusun sebuah organisasi atau departemen khusus, yang menangani
masalah manajemen risiko.
Supaya proses manajemen risiko dapat berlajan secara lancar, proses pengkomunikasian
risiko yang terjadi pada suatu proyek, harus dilakukan dengan lancar pula. Karena pentingnya
informasi risiko ini, maka manajemen informasi juga berperan sangat penting untuk
kelangsungan proses manajemen risiko. Manajemen informasi dapat digunakan sebagai basis
dari segala buku text mengenai komunikasi dalam organisasi. Ruang lingkup manajemen
informasi pada program manajemen risiko :
1. Komunikasi risiko
Proses pengkomunikasian informasi (dalam hal ini, risiko) yang mengalir dari dan menuju ke
manajer risiko.
Penggunaan teknologi masa kini yang dapat membantu jalannya proses manajemen informasi
dalam rangka melakukan manajemen risiko pada suatu proyek.
Isi dan bentuk formal dari proses pelaporan risiko yang dilakukan oleh pihak – pihak yang
terkait dalam proses manajemen risiko.
3. Manajemen kontrak
1. Mengatur hubungan dan kontrak – kontrak dengan agen asuransi dan broker.
2. Mempersiapkan dokumen atau kontrak penawaran untuk layanan jasa pihak ketiga.
4. Memberikan garansi atau menjamin rencana pembiayaan risiko dengan pihak ke tiga.
4. Pengawasan klaim
Seorang manajer risiko, juga harus dapat berperan dalam manajemen atau pengawasan klaim.
Apabila suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada suatu proyek, dan pihak kontraktor
mengajukan klaim pada perusahaan asuransi, manajer risiko mempunyai tanggungjawab
untuk bernegosiasi dengan utusan dari pihak asuransi dan mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan klaim tersebut.
Ada beberapa macam klaim yang harus ditangani oleh manajer risiko, antara lain :
Klaim yang terjadi apabila ada suatu kerugian pada suatu proyek dan kontraktor mengajukan
klaim pada pihak asuransi.
Klaim yang terjadi akibat kecelakaan yang dialami oleh pihak ketiga (misalnya : konsumen
jatuh di tempat parkir yang licin).
Klaim yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja dalam sebuah
perusahaan.
Untuk mengetahui seberapa berhasil, manajemen risiko yang telah dijalankan, perlu
dilakukan suatu proses untuk memonitor dan mengkaji ulang program manajemen risiko
yang telah dijalankan. Dengan adanya proses pemantauan dan penkajian ulang ini, kontraktor
dapat mengetahui sejauh manaproses manajemen risiko yang telah dijalankan. Selain itu,
dengan proses tersebut, kontraktor dapat melihat kesalahan – keslahan atau kekurangan –
kekurangan yang terjadi selama proses manajemen risiko, sehingga kontraktor dapat
memperbaiki kekurangannya dan tidak melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya.
Untuk melakukan proses pemantuan kegiatan manajemen risiko, beberapa hal harus
dilakukan :
Pemantauan akan proses manajemen risiko yang dijalankan harus dilakukan secara terus –
menerus, sehingga terdapat kesinambungan antara data – data yang didapatkan.
2. Audit program
Proses audit program manajemen risiko harus dijalankan untuk memverifikasi sistem
pemantauan dan pelaporan berkala. Audit program dapat digunakan sebagai evaluasi untuk
manajer risiko dan fungsi manajemen risiko, serta menyediakan masukan yang obyektif
untuk pengembangan program.
Resiko adalah bagian penting dari sebuah pelaksanaan terhadap manajemen resiko karena
resiko adalah obyek yang menjadi akar teori dan permasalahan yang digunakan untuk
mengembangkan teknik-teknik dan analisa dalam menanggulangi resiko itu sendiri. Persepsi
dan definisi terhadap resiko berbeda-beda tergantung dari kepercayaan seseorang, kelakuan
penilaian dan perasaan dan juga termasuk faktor-faktor pendukung antara lain: latar belakang
pendidikan, pengalaman praktis di lapangan, karakterisitik individu, kejelasan informasi, dan
pengaruh lingkungan sekitar.
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan
menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, memperkirakan dampak yang
ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko.
Rumah sehat sederhana adalah tempat kediaman yang layak dihuni, yang dibangun
menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar
kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan
mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi local meliputi potensi fisik seperti bahan
bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal,
dan cara hidup dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau sedang
(Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia, 2002).
1. Identifikasi Resiko
Langkah yang utama dan paling penting dalam menghadapi resiko adalah dengan
mengidentifikasikannya. Banyak pembuat keputusan meyakini bahwa prinsip yang baik
dalam manajemen resiko berasal dari tahap identifikasi daripada tahap analisa. Hal ini
dikarenakan identifikasi resiko mencakup perincian pemeriksaan strategi proyek, melalui
resiko potensial mana yang bisa ditemukan dan kemungkinan disusunnya respon.
Untuk mengetahui seberapa besar dampak dan frekuensi dari identifikasi resiko, yang harus
dilakukan adalah dengan pengumpulan data untuk proses manajemen risiko. Data bisa
diperoleh melalui database perusahaan, namun apabila tidak bisa didapat dari database, bisa
juga diambil dari pengalaman masa lalu.
Data yang diambil merupakan sebuah asumsi prosentase atas sebuah resiko yang dapat terjadi
dalam sebuah item pekerjaan yang diangggap beresiko.
Hal ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar dampak yang dapat diakibatkan dan
mengetahui frekuensi terjadinya resiko yang telah teridentifikasi tersebut.
3. Penanganan Resiko
Penanganan resiko adalah elemen terakhir dalam pendekatan manajemen resiko berupa
sebuah atau serangkaian tindakan yang menjadi bagian dari para pembuat keputusan untuk
menangani segala resiko yang ada. Berbagai cara penanganan yang mungkin dilakukan oleh
kontraktor rumah sehat sederhana adalah:
▪ Asuransi
▪ Menunda proyek
▪ Membuat jadwal dan biaya dalam plan and control yang jelas dan sesuai
▪ Memasukkan klausa yang sesuai dalam tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan
keterlambatan untuk rencana kontingensi di dalam kontrak
▪ Mengadopsi program safety control, manajemen sistem, pengawasan dan pencegahan yang
sesuai
1. Perusahaan memutuskan untuk tidak menambah utang baru untuk membangun kembali
gedung yang terbakar berserta asetnya, namun menerbitkan saham baru. Penerbitan saham
baru ini tidaklah murah karena perusahaan harus mengeluarkan underwriting fees. Skenario
lain yang mungkin muncul adalah pada saat yang sama, perusahaan sebenarnya memiliki
sebuah proyek investasi yang sangat prospektif dan membutuhkan dana misalnya 2 triliun
rupiah, yang kebetulan persis sebesar kerugian akibat kebakaran tersebut. Seandainya
perusahaan tidak memiliki uang di atas jumlah itu, dana sebesar 2 triliun itu harus digunakan
untuk membangun kembali pabrik dan asetnya, akibatnya proyek investasi baru itu harus
didanai dari sumber lain seperti utang baru atau penerbitan saham baru.
2. Di Indonesia belum ada Ahli hukum kontrak bidang konstruksi, dilain pihak pembayaran
Ahli hukum kontrak konstruksi dari luar negeri sangat mahal, sementara yang dilakukan
pemerintah adalah dengan menunjuk Tim Pengganti ahli hukum kontrak konstruksi yang
anggotanya terdiri dari pejabat-pejabat yang dipandang menguasai hukum kontrak konstruksi.
Sertifikat tanda mengikuti Diklat Nasional Perikatan Hukum Kontrak & Manajemen Proyek
ini minimal dapat dijadikan salah satu syarat untuk diangkat sebagai anggota Tim Pengganti
Ahli Hukum Konstruksi di Instansinya masing – masing.
3. Manajemen risiko yang efektif juga mengurangi kemungkinan financial distress, yaitu
keadaan di mana perusahaan mengalami kesulitan yang serius untuk memenuhi
kewajibannya, baik bunga maupun pokok pinjaman. Misalkan perusahaan sepatu di atas tidak
melakukan asuransi terhadap potensi kebakaran pabrik, perusahaan harus membangun
kembali pabrik beserta aset di dalamnya dengan dana yang diusahakannya sendiri. Apabila
kas perusahaan ternyata tidak cukup untuk itu, perusahaan terpaksa harus meminjam dari
lembaga keuangan seperti bank. Pinjaman yang bertambah meningkatkan potensi financial
distress perusahaan. Oleh karena itu, manajemen risiko yang efektif dapat mengurangi
kemungkinan ini
Share this:
Kategori:
MANAJEMEN KONSTRUKSI
3 Komentar
7 QC Tools
1.
SvetaSkiltkalfek said:
1
0
Rate This
ЖОПАРОЖА
Rate This
maksudnya?
2.
zariniusik said:
Rate This
Учет спецодежды в 1с. Спецодежда 1с основным видом деятельности которой
является документооборот 1с. Учет спецодежды в 1с
Tinggalkan Balasan
Pencarian:
Kategori
ARTIKEL
CATATAN-CATATAN KECIL
LIPUTAN KHUSUS
MANAJEMEN KONSTRUKSI
PUISI
TENTANG AMRI GUNASTI
Tulisan Terkini
Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.
Arsip
November 2011
Oktober 2011
September 2011
Agustus 2011
Januari 2011
Desember 2010
KAIT KATA
ACARA TASYAKURAN Aktifis AMRI GUNASTI bali GAYO GAYO JEMBER gempa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah IMM
jember MAHASISWA GAYO MANAJEMEN KONSTRUKSI nusa dua PENGENDALIAN KONSTRUKSI PENJADWALAN
PERENCANAAN PERENCANAAN PROYEK PPSP PROYEK KONSTRUKSI PUISI
LIHAT JUGA
Meta
Daftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Komentar Terakhir
BERITA GAYO
KALENDER
Januari 2011
S S R K J S M
« Des Agu »
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
Januari 2011
S S R K J S M
24 25 26 27 28 29 30
31
Blog Stats
6,951 hits
Pengarang
Amri Gunasti
Halaman
About
BUNGA, KENAPA KAU BIARKAN DIRIMU LAYU
CINTA SUCI
MASAM JING
RATING TERTINGGI
SocialVibe
Blog pada WordPress.com. | Tema: Spectrum oleh Ignacio Ricci.