Anda di halaman 1dari 5

1a.

anatomi, histologi, dan fisiologi pada kasus

1. Kulit
a. Anatomi kulit :
 Lapisan epidermis
 Lapisan dermis
 Lapisan subkutis

b. Histologi kulit :
 Lapisan epidermis :
1. Stratum korneum, terdiri dari dari sel-sel gepeng mati yang terisi oleh
filament keratin lunak.
2. Stratum lusidum, terletak tepat di atas stratum granulosum dan di bawah
stratum korneum. Sel-sel terkemas rapat tidak memiliki nucleus atau organel
atau sudah mati.
3. Stratum granulosum, lapisan ini dibentuk oleh 3-5 lapisan sel gepeng.
4. Stratum spinosum, lapisan ini dibentuk oleh 4-6 baris sel.
5. Stratum basale, lapisan ini terdiri dari satu lapisan sel silindris atau kuboid
yang terletak pada membrane basale yang memisahkan dermis dari
epidermis.

 Lapisan dermis:
1. Pars papilar
2. Pars reticular

 Lapisan subkutis : terdiri atas jaringan ikat dan jaringan adipose yang
membentuk fasia superfisial.

c. Fisiologi kulit
1. Proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanikkarena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut
jaringan penunjang. Terdapat melanosit yang berperan dalam melindungi kulit
terhadap paparan sianr matahari.
2. Absorbsi, penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel-
sel epidermisatau melalui muara saluran kelenjar.
3. Persepsi sensorik, kulit mengandung saraf-saraf sensorikberkapsul atau bebas di
kulit berespons terhadap ransangan suhu (panas/dingin), nyeri, sentuh, dan
tekanan.
4. Regulasi suhu, berkeringat meunurunkan shu tubuh dengan penguapan keringan
dari permukaan kulit.
5. Ekskresi, melalui pembentukan keringat oleh kelenjar keringat, air, garam
natrium, urea, dan zat sisa bernitrogen diekskresikan melalui permukaan kulit.

2. Usus
a. Anatomi usus :
 Usus halus ( intestinum tenue) : terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan
ileum.
 Usus besar ( intestinum crassum ) : terbagi colon transversus, colon
ascendens, colon descendens, colon sigmoideum, caecum, rectum, dan
appendix vermiformis.

b. Histologi usus :
 Usus halus :
dinding duodenum terdiri atas empat lapisan : mukosa dengan lapisan
epitelnya, lamina propria, dan muskularis mukosa; jaringan ikat submukosa di
bawahnya dengan kelenjar duodenum; dua lapisan otot polos muskularis
eksterna; dan peritoneum viserl serosa.
Pada jejunum serupa dengan duodenum bagian atas. Satu-satunya
pengecualian adalah kelenjar duodenum. Pada mukosa jejunum, vilus dlapisi
epitel kolumner selapis dengan brush border.

 Usus besar :
Dinding kolon memiliki lapisan-lpaisan dasar yang sama seperti usus
halus. Mukosa terdiri dari epitel kolumner selapis, kelenjar susu, lamina
propria, dan muskularis mukosa. Submukosa di bawahnya mengandung sel
jaringan ikat, berbagai pembuluh darah, dan saraf. Dua lapisan tot polos
membentuk muskularis eksterna. Serosa membungkus kolon transversus dan
kolon sigmoid.

c. Fisiologi kulit :
 Usus halus
- Motilitas : segmentasi, motilitas utama usus halus selama pencernaan
makanan, secara merata mencampur makanan dengan getah
pencernaan untuk mempermudah pencernaan.
- Sekresi : getah yang disekresikan oleh usus halus tidak mengandung
enzim pencernaan apapun. Enzim-enzim yang disintesis oleh usus
halus bekerja di dalam membran brush border sel epitel.
- Digesti : usus halus merupakan tempat utama bagi digesti dan
absorpsi. Pencernaan karbohidrat dan protein berlanjut di lumen usus
halus oleh enzim pancreas dan dituntaskan oleh enzim brush border
usus halus.
- Absorpsi : lapisan dlaam usus halus beradaptasi baik untuk
melaksanakan fungsi pencernaan dan enyerapannya. Lipatan-
lipatannya mengandung banyak tonjolan berbentuk jari, vilus, yang
juga memiliki tonjolan yang lebih halus, mikrovilus. Bersama-sama,
modifikasi-modifikasi permukaan ini sangat meningkatkan luas
permukaan yang tersedia untuk menepatkan enzim-enzim yang terikat
ke membram dan untuk melakukan penyerapan.

 Usus besar
- Motilitas : kolon mengonsentrasikan dan menyimpan residu makanan
yang tidak tercerna dan bilirubin hingga keduanya dapat dieliminasi
dalam tinja.
- Sekresi, digesti, dan absorpsi : sekresi mucus usus halus bersifat
protektif. Tidak terjadi sekresi enzim pencernaan atau penyerapan
nutrient di kolon. Penyerapan sebagian garam dan air yang tertinggal
mengubah isi kolon menjadi isi feses.

Sumber :
Eroschenko, Victor P. 2015. Atlas Histologi difiore dengan Korelasi Fungsional Ed 12. Jakarta :
EGC.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem Ed 8. Jakarta : EGC.

1k. patofisiologi diare


Mikroorganisme (cacing) -> masuk ke saluran cerna -> berkembang dalam usus -> sel mukosa
usus rusak -> daerah permukaan usus menurun -> perubahan kapasitas usus -> gangguan fungsi
usus -> system transpor aktif dalam usus -> iritasi pada sel mukosa usus -> sekresi cairan dan
elektrolit meningkat -> diare

4a. interpretasi pemeriksaan laboratorium


a. Darah rutin
Parameter Nilai normal Hasil Keterangan

Hemoglobin 10-16 g/dL 10 g/dL Normal


Leukosit 3.200 - 10.000/mm³ 6.000/mm³ Normal
Hematokrit 33 – 38 % 30 vol% Abnormal
Trombosit 170.000- 200.000/mm³ Normal
380.000/mm³
Hitung jenis :
a. Basofil 0-2 % 0 Normal
b. Eosinofil 0-6% 10 Abnormal (terjadi
peningkatan
eosinofil)
c. Netrofil 0-5% 5 Normal
batang
d. Netrofil 40-70% 60 Normal
segmen
e. Limfosit 20-50% 23 Normal
f. Monosit 4-8% 2 Abnormal (terjadi
penurunan monosit)

b. Feses rutin
Parameter Nilai normal Hasil Keterangan

Telur cacing Negatif Positif Terdapat telur cacing


gelang (Ascaris
lumbricoides)
Bakteri Negatif Negatif Normal
Hifa Negatif Negatif Normal

12. KDU pada kasus


4A, karena pada kasus Didi mengeluh sakit perut dan timbul diare di mana keluhan
tersebut belum menimbulkan komplikasi yang berat dan masih dapat di lakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas.

Anda mungkin juga menyukai